Investasi K8-PMDN
Investasi K8-PMDN
1
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung:Nuansa Aulia, 2010). hlm.130
2
Dhaniswara. K Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2007). hlm.107
hal tersebut, tujuan penyelenggaran penanaman modal antara lain menurut
ketentuan Pasal 3 ayat (2) adalah untuk:
3
O. Notohamidjojo, Soal-soal pokok Filsafat Hukum (Salatiga:Griya Media, 2011) hlm.23
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
2. Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal.
3. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas
perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan
penanam modal dari negara asing lainnya.
5. Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam
modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
6. Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan
penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
7. Asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk
menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik
untuk masa kini maupun yang akan datang.
8. Asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang
dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan
dan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
9. Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan
tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri
pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas
yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
4
Sentosa Sembiring, Op.cit, hlm.8
a. Kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan
kewajiban yang di tentukan.
b. Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan
hukum dan ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama
dalam setiap tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.
c. Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam
modal untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan
penanam modal.
2. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.
3. Hak pelayanan.
4. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2010). hlm.64.
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
BKPM yang pada awalnya didirikan dengan Keppres Nomor 20 Tahun
1973 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keppres Nomor 183 Tahun
1998 dimaksudkan sebagai suatu one stop investment service center. BKPM
merupakan lembaga pemerintah non departemen yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Sebagai suatu one stop investment
service center, BPKM mempunyai fungsi-fungsi, antara lain:
a. Penetapan kebijaksanaan di bidang investasi dan pendapatan iklim
usaha sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan,
b. Pengkoordinasian kegiatan investasi dan sistem pelayannya secara
lintas sektoral dan regional serta potensi seumber daya nasional,
c. Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas serta pelayanan teknis dan
bisnis di bidang investasi,
d. Pelaksanaan kerja sama luar negeri di bidang investasi dan
pendayagunaan bantuan teknik luar negeri, dan lain-lain.
6
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Kencana:Jakarta, 2010),
hlm. 59.
7
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
2. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal
yang menjadi urusan Pemerintah.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang
merupakan urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penanaman
modal.
4. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi
menjadi urusan Pemerintah.
5. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas
kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah provinsi.
6. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam
satu kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota.
1. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
2. Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada
skala nasional;
3. Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar
wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;
4. Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan
keamanan nasional;
5. Penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal
asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian
yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain; dan
6. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan Pemerintah menurut
undang-undang;
7. Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi
kewenangan Pemerintah, Pemerintah menyelenggarakannya sendiri,
melimpahkannya kepada gubernur selaku wakil Pemerintah, atau menugasi
pemerintah kabupaten/kota;
8. Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang penanaman
modal diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah;
8
Firdaus, “Kewenangan Perizinan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),”
https://www.kompasiana.com/kedamaianhati/kewenangan-perizinan-penanaman-modal-dalam-
negeri-pmdn-provinsi-kabupaten-dan-kota, diakses 6 Mei 2011.
dikeluarkannya Perpres Nomor 27 Tahun 2009 tanggal 23 Juni 2009. Perpres
tersebut menjelaskan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang
sudah menjadi kewenangan pemerintahan provinsi dan pemerintahan kab/kota
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (pasal 11 ayat 3 huruf
a dan pasal 12 ayat 3).
Menjelang batas waktu 2 tahun pada tanggal 23 Juni 2011 sebagai batas
waktu sudah diterapkannya PTSP di daerah Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal mengeluarkan Surat Edaran No. 2 tahun 2011, tanggal 7
Maret 2011 kepada Para Gubernur, Para Bupati dan Walikota seluruh Indonesia
yang mengingatkan daerah agar memperhatikan batas waktu penerapan sistem
pelayanan terpadu satu pintu bidang penanaman modal (PTSP). Persoalan yang
timbul dalam pelimpahan kewenangan adalah keengganan intansi teknis
menyerahkan kewenangannya kepada PTSP. Sebetulnya bila di kaji sangat
tergantung dari kebijakan Gubernu/Bupati/Walikota bila mereka memandang
PTSP sangat penting untuk peningkatan pelayanan masyarakat khususnya dunia
usaha maka instansi teknis tidak dapat menghalangi.
9
Aminuddin Ilman, op.cit., hlm.80.