Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi seni dan budaya pada abad 20 dan 21 dapat
dikatakan seperti pedang bermata dua yang berarti dapat digunakan untuk memahami
keseluruhan manusia dan alam atau dapat pula untuk menghancurkanya. Manusia dengan
kelebihannya yang memiliki akal dan pikiran dalam kemajuan teknologi merupakan
makhluk yang paling berkuasa di alam ini. Penemuan-penemuan pada mulanya bertujuan
untuk kesejahateraan manusia dan menjadi bumerang terhadap hidupnya apabila prinsip-
prinsip lingkungan diabaikan. Pada abad ke-20 ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang pesat dan semakin modern. Perkembangan IPTEK pada abad ke-20,
boleh dikatakan banyak bermunculan inovasi baru yang telah merubah kehidupan
peradaban umat manusia. Inovasi IPTEK yang menonjol pada abad ke-20, yaitu pada waktu
terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II, dengan bantuan teknologi seperti pesawat
terbang, roket, tank, eksplorasi antariksa hingga penemuan bom bertenaga atom membuat
lingkungan diseluruh dunia tercemar dan hancur.
Peta ekonomi dan politik dunia berubah secara mendasar, membawa tantangan,
masalah dan peluang, serta harapan baru. Semakin banyak bermunculan fenomena masalah
lingkungan di perkotaan seperti suhu udara yang semakin meningkat, tingkat polusi udara
semakin tinggi, rusak atau hilangnya berbagai habitat yang diikuti menurunnya
keanekaragaman flora dan fauna, hilang dan rusaknya pemandangan, serta bebagai macam
masalah sosial.
Bumi telah mengalami perubahan yang besar, seperti tingginya konsentrasi gas rumah
kaca karena aktifitas manusia yang dapat menimbulkan perubahan iklim seperti tingginya
kandungan CFCs di atmosfer yang merusak lapisan ozon. Dimana-dimana juga terjadi
kerusakan seperti kerusakan hutan, proses pembentukan gurun pasir, kemusnahan berbagai
spesies flora dan fauna serta erosi. Kerusakan lingkungan disebabkan karena pertambahan
jumlah penduduk yang tidak terkontrol dan tidak seimbang dengan peningkatan kualitas
atau kemampuan dalam mengelola sumber daya.

1
Manusia sebagai organisme biotik jelas telah melakukan perubahan berskala besar
pada lingkungannya, misalnya penjarahan hutan hujan tropik untuk pertanian dan
penggembalaan, telah mengubah pola iklim. Perubahan pola iklim ini mengubah
penyebaran flora dan fauna dalam berbagai ekosistem. Oleh karena itu, untuk menunjang
kehidupan, manusia harus belajar memahami lingkungannya dan dapat mengatur
penggunaan sumber daya alam dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan demi
pengamanan dan kelestarian alam ini. Sehingga banyak aktivis-aktivis yang peduli terhadap
lingkungan terus bermunculan. Mereka mendukung penuh terhadap kelestarian lingkungan.
Bahkan saat ini telah bermunculan ilmu-ilmu yang khusus mengkaji lingkungan termasuk
ekologi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah munculnya ilmu lingkungan ?
2. Bagaimana usaha-usaha serta perjanjian-perjanjian internasional terhadap status
kelestarian lingkungan ?
3. Bagaimana sejarah pengelolaan serta dukungan terhadap kelestarian lingkungan di
Indonesia ?
4. Bagaimana sejarah pendidikan ilmu lingkungan di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dibahas antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya ilmu lingkungan.
2. Untuk mengetahui usaha-usaha serta perjanjian-perjanjian internasional terhadap
status kelestarian lingkungan.
3. Untuk mengetahui sejarah pengelolaan serta dukungan terhadap kelestarian
lingkungan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui sejarah pendidikan ilmu lingkungan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Ilmu lingkungan
1.1. Definisi Lingkungan, Ekosistem dan Ilmu Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme,
faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup atau variable-variabel yang tidak hidup,
misalnya suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin serta arus laut. Interaksi-interaksi
antara organisme-organisme dengan kedua faktor biotik dan abiotik membentuk suatu
ekosistem. Bahkan perubahan kecil suatu faktor dalam suatu ekosistem dapat
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu jenis binatang atau tumbuhan dalam
lingkungannya.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan
produktifitas lingkungan hidup. Ekosistem dan lingkungan sangat berkaitan satu sama
lainnya dan tidak dapat terpisahkan. Keterkaitan ekosistem inilah yang akhirnya
lahirlah ilmu lingkungan.
Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu (terutama
ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi, meteorologi, ilmu
tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang bertujuan untuk
mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan antara mahluk
hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran atau terapan
dari ”ekologi”.

1.2. Sejarah munculnya ilmu lingkungan


Ilmu lingkungan merupakan ”ekologi” yang menerapkan berbagai azas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia
dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu lingkungan ini
mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara jasad
hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan juga

3
dimaknai sebagai suatu studi (kajian) yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan
kedudukan manusia yang layak di dalamnya. Perbedaan utama “ilmu lingkungan” dan
“ekologi” adalah dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat
(valid), baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia
terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan,
tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidupnya secara
menyeluruh. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran atau terapan dari ”ekologi”.
Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah.
Namun sejarah perkembangannya kurang begitu jelas. Catatan hipocratus, aristoteles,
filosof merupakan naskah-naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah
ekologi. Walaupun pada waktu itu belum diberikan nama ekologi. Dimulai pada abad
16 dan 17 yang timbul dari “natural history” dan kemudian berkembang menjadi satu
ilmu yang sistematis, analitik, dan objektif mengenai hubungan organisme dan
lingkungan yaitu ekologi. Kata ”ekologi” mula-mula diusulkan oleh biologiwan bangsa
Jerman, Ernest Haeckel dalam tahun 1869. Sebelumnya banyak biologiwan terkenal di
abad ke-18 dan ke-19 telah memberikan sumbangan pikiran dalam bidang ini,
sekalipun belum menggunakan kata ”ekologi”. Antony van Leeuwenhoek lebih dikenal
sebagai pelopor ahli mikroskop pada tahun 1700-an, memelopori pula pengkajian
rantai makanan dan pengaturan populasi (Egerton, 1968). Tulisan botaniwan bangsa
Inggris Richard Bradley menyatakan bahwa ia memahami betul hal produktivitas
biologis (Egerton, 1969). Ketiga bidang tersebut penting dalam ekologi mutakhir.
Ekologi mempelajari rumah tangga mahluk hidup (oikos), istilah yang digunakan
oleh Ernst Haeckel sejak tahun 1869 (Odum 1983:2). Dalam ekologi, dikenal istilah
sinekologi yaitu ekologi yang ditujukan pada lebih dari satu jenis organisme hidup,
misalnya ekologi hutan dimana terdapat berbagai jenis tumbuhan dan hewan, dan
autekologi yaitu ekologi tentang satu jenis mahluk hidup misalnya ekologi Anoa,
ekologi burung Maleo, hingga ekologi manusia. Sekitar tahun 1900, ekologi diakui
sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat. Apalagi disaat ini sangat peka
dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara mutu peradaban

4
manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasar dan selalu berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Timbulnya gerakan kesadaran lingkungan terutama pada tahun 1968 dan 1970,
semua orang ikut memikirkan masalah polusi, pelestarian alam, kependudukan dan
konsumsi pangan dan energi. Peningkatan perhatian masyarakat terhadap permasalahan
lingkungan hidup memberi pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ekologi dan
ilmu pengetahuan.
Pengertian tentang lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan
hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Lingkungan merupakan penelaahan
terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggungjawab dan kewajibannya dalam
mengelola lingkungan hidup. Sikap dan perilaku ini sangat diperlukan sehingga
memungkinkan kelangsungan peri kehidupan secara keseluruhan serta kesejahteraan
manusia dan mahluk hidup lainnya.
Ilmu lingkungan, sebagaimana umumnya ilmu pengetahuan yang lahir dari
pemikiran para ilmuwan, pemerhati masalah lingkungan berlangsung sesuai dengan
dinamikanya ilmu pengetahuan. Sumbangan baru bagi perkembangan ilmu
pengetahuan berupa karya akademik (tertulis, terucapkan maupun tertayangkan)
sebagai hasil studi/penelitian mendalam. Ilmu lingkungan terkait erat dengan
pengelolaan sumber daya termasuk materi, manusia dan kompetensinya akan teknologi,
seni dan budaya. Ilmu lingkungan mengajarkan pada manusia sebagai pengelola
lingkungan hidup dengan sebaik dan searif mungkin.

B. Usaha-Usaha dan Perjanjian-Perjanjian Internasional terhadap Status Kelestarian


Lingkungan.
2.1. Usaha-Usaha Internasional Melestarikan Lingkungan
Di antara akhir 1960 dan permulaan 1970 negara-negara telah mulai bekerja sama
mengembangkan pendekatan-pendekatan global untuk memantau dan menguasai
pencemaran global. Konferensi Internasional pertama yang penting tentang persoalan-

5
persoalan lingkungan dilaksanakan di Stockholm, Swedia pada tahun 1972 di prakarasi
oleh PBB.
Konferensi ini menjadi ajang perdebatan karena banyak negara berkembang
mencurigai penekanan pada perlindungan lingkungan adalah usaha negara-negara maju
untuk menjadikan negara-negara berkembang tergantung secara ekonomi mereka.
Resolusi terpenting dari konferensi ini adalah pembentukan United Nations
Environmental Program (UNEP).
UNEP dirancang sebagai “kesadaran lingkungan PBB” dan untuk menghilangkan
keberatan para negara berkembang. Sebagai usaha tambahan untuk mencapai
consensus ilmiah, penekanan utama dari UNEP adalah studi tentang pendekatan untuk
merangsang perkembangan berkelanjutan dan untuk memperbaiki standar hidup yang
akrab lingkungan.

2.2. Perjanjian-Perjanjian Internasional


Pada tahun 1975 the Convention on International Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora (CITES) diberlakukan untuk mengurangi perdagangan satwa
dan tanaman yang terancam punah. Pada tahun 1982 the International Whaling
Commission memberlakukan penundaan terhadap seluruh pemburuan ikan paus untuk
tujuan komersial. Yang terpenting dari perjanjian-perjanjian internasional itu adalah
Montreal Protocol (1987), yang pertama tentang bahan-bahan yang merusak lapisan
ozone bumi.
Masyarakat internasional berkumpul lagi pada tahun 1989 menghasilkan Basel
Convention on the Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and
Their Disposal, suatu perjanjian unutk membatasi lalu lintas limbah B3 antar negara.
Pada tahun 1992 konferensi PBB tentang lingkungan dan perkembangan
dilaksanakan di Rio de Janeiro Brazil yang dikenal sebagai Earth Summit, pertemuan
terbesar para pemimpin dunia yang pernah dilaksanakan dalam sejarah.. konferensi ini
menghasilkan dua perjanjian penting yang pertama adalah persetujuan antara negara-
negara untuk secara sukarela mengurangi emisi gas-gas penyebab pemanasan bumi.

6
Dan yang kedua adalah fakta tentang keanekaragaman hayati, yang mengharuskan
negara-negara mengembangkan rancangan unutk melindungi spesies yang terancam
punah dan habitat mereka.
Persetujuan tahun 1992 tentang pemanasan global membatasi emisi-emisi setiap
negara industri pada tahun 2000 sama atau dibawah emisi-emisi tahun 1990. Tetapi
batas ini adalah sukarela tanpa upaya-upaya penegakannya dicantumkan dalam
persetujuan; dan menjadi jelas, pada tahun 1997 sasaran-sasaran ini tidak akan pernah
tercapai. Pada konferensi lanjutan di Kyoto, Jepang. Utusan-utusan dari 160 negara
menandatangani Kyoto Protocol.
Persetujuan ini mengharuskan negara-negara maju untuk mengurangi emisi-emisi
menjadi rata-rata sekitar 5% di bawah tingkatemisi 1990 dan mencapai sasaran pada
antara tahun 2008-2012. Untuk menjadi persetujuan 55 negara. Amerika menolak,
tetapi Jepang dan 15 negara lainnya dari Uni Eropa mensahkannya.
Sesungguhnya jika Kyoto Protocol menjadi hukum internasional, para ilmuwan
berpendapat persyaratan emisi ini terlalu sedikit untuk berhasil. Para ilmuwan
meramalkan bahwa reduksi 60 % dari emisi-emisi diperlukan untuk menyeimbangkan
iklim bumi. Pada tahun 2002 para utusan dari kira-kira 200 negara bersidang dalam
World Summit on Sustainable Development di Johannesburg, Africa Selatan, untuk
menentukan sasaran-sasaran pengembangan berkelanjutan yang baru untuk abad ke 21.
Mereka juga merundingkan untuk memperkuat komitmen pemerintah negara-negara
maju untuk menyediakan bantuan bagi perkembangan berkelanjutan. Diantara hasilnya,
pertemuan puncak 2002 membuat rancangan yang meminta negara-negara untuk
mengurangi setengah jumlah penduduk yang kekurangan sanitasi pada tahun 2015,
untuk mengurangi persoalan-persoalan kesehatan dan lingkungan akibat polusi
kimiawi pada 2020 dan mengurangi denagn nyata jumlah spesies terancam punah pada
2010.

7
C. Sejarah Pengelolaan serta Dukungan terhadap Kelestarian Lingkungan di Indonesia
Konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm, Swedia, Juni 1972 yang
mendeklarasi dan rekomendasi tentang 5 bidang utama yang menjadi objek permasalahan
yaitu permukiman, pengelolaan SDA, pencemaran, pendidikan, dan pembangunan
membuat indonesia menjadi “menular” untuk memperhatikan 5 bidang yang
dipermasalahkan. Sehingga mencetuskan aksi peduli lingkungan hidup seperti perhatian
terhadap lingkungan hidup di perguruan tinggi lembaga ekologi di Universitas Padjajdjaran
bandung, pusat studi dan pengelolaan lingkungan IPB, dan pusat studi lingkungan ITB.
Selama paruh pertama tahun 1989, demonstrasi mahasiswa meledak di beberapa
kota di Jawa, Sumatera Utara, dan NTB. Meskipun mahasiswa mengangkat berbagai isu
local dan nasional, termasuk kenaikan tariff listrik sebesar 25% secara tiba-tiba pada
tanggal 8 Juni 1989, apa yang biasanya dianggap sebagai isu lingkungan merupakan
masalah penting dalam agenda mereka. Di Medan, mahasiswa juga memprotes polusi dan
penebangan hutan cemara oleh pabrik bubut kayu dekat Danau Toba. Dan di Jawa Barat,
mahasiswa menggelar demonstrasi dengan membawa poster menentang konversi hutan
bakau menjadi tambak udan disepanjang pantai utara Jawa Barat.
Aksi-aksi pro terhadap lingkungan yang dilakukan oleh mahasiswa ini merupakan
wujud kepedulian serta kecintaan terhadap kelestarian lingkungan hidup. Langkah positif
ini merupakan awal untuk selalu menghargai lingkungan hidup. Selain itu pemerintah juga
memberi dukungan penuh dengan mensahkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) pasal 1 ayat (2) adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.

8
D. Pendidikan Ilmu Lingkungan di Indonesia
3.1. Sejarah Pendidikan Ilmu Lingkungan
KNLH (2010) mengemukakan bahwa pendidikan lingkungan hidup (PLH) secara
implsitsudah dimulai sejak penggunaan kurikulum 1975 pada program sekolah dengan
jalan mengintegrasikannya pada mata pelajaran yang relevan, mulai sejak SD sampai
tingkat SLTA berdasarkan S.K. Menteri P dan K No.008/U/1975, perkembangan
penyelenggara pendidikan lingkungan hidup (PLH) di Indonesia dilaksanakan oleh Institut
Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun 1977-1978 Rintisan
Garis-Garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah
Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan
(PSL) di berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dimana pendidikan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) mulai dikembangkan. Sampai tahun 2010,
jumlah PSL yang menjadi anggota Badan KOordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL)
yang telah berkembang menjadi 101 PSL. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen, Depdiknas), menetapkan
bahwa penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara
terintegrasi dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-
masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua mata pelajaran pada tingkat
menengah umum dan kejuruan.
Tahun 1989 hingga 2007, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, melalui proyek
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah Berbudaya
Lingkungan (SBL) mulai dikembangkan pada tahun 2003 di 120 sekolah. Sampai dengan
berakhirnya tahun 2007, proyek PKLH telah berhasil mengembangkan SBL di 470 sekolah,
4 Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan 2 Pusat Penegembangan Penataran Guru (PPPG).
Prakarsa Pengembangan Pendidikan LIngkungan Hidup juga dilakukan oleh LSM. Pada
tahun 1996-1997 terbentuk jaringan Pendidikan Lingkungan yang beranggotakan LSM-
LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan hidup. Hingga
tahun 2010, tercatat 150 anggota JPL (perorangan dan lembaga) yang bergerak dalam

9
penegembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup. Sedangkan tahun 1998,
2000 proyek Swiss Contact berpusat di VEDC (Vocational Education Development Center)
Malang mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan
melalui 6 PPPG lingkup kejuruan dengan melakukan pengembangan materi ajar PLH dan
berbagai pelatihan lingkungan hidup bagi guru-gur SD, SMP, dan SMA termasuk SMK
(KLH, 2011)
.
3.2. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Beberapa Pengertian Pendidikan Lingkungan HIdup, antara lain :
1. Menurut Konvensi UNESCO (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009)
merupakan suatu proses yang bertujuan unutk menciptakan suatu masyarakat
dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah
yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan
keterampilan untuk bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam
mencari alternatif atau member solusi terhadap permasalahan lingkungan
hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah
lingkungan hidup yang baru.
2. Pendidikan LIngkungan Hidup (PLH) pada dasarnya Bertujuan untuk Merubah
perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan (perilaku
ramah lingkungan). Kenyataan nya upaya pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah
secara umum baru sampai pada tahap peningkatan pengetahuan, belum mampu
mendorong terjadinya perubahan perilaku siswa menjadi lebih ramah
lingkungan (Meilani, 2011).
3. Pendidikan lIngkungan Hidup adalah suatu proses yang bertujuan unutk
mengembangkan kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan
seluruh permasalahan yang terdapat di dalamnya (Soeriatmadja, 1997).
4. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses pengembangan apresiasi akan
saling ketergantungan anatara manusia dengan biofisik dan binaannya

10
sehingga terbina sikap dan nilai mau memelihara keselarasan hubungan antar
komponen-komponen lingkungan hidup (Yusuf, 1994)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah di jelaskan dapat diketahui bahwa :
1. Ilmu lingkungan merupakan ”ekologi” yang menerapkan berbagai azas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan
manusia dengan lingkungannya.
2. Dimulai pada abad 16 dan 17 yang timbul dari “natural history” dan kemudian
berkembang menjadi satu ilmu yang sistematis, analitik, dan objektif mengenai
hubungan organisme dan lingkungan yaitu ekologi.
3. Ilmu lingkungan mengajarkan pada manusia sebagai pengelola lingkungan hidup
dengan sebaik dan searif mungkin agar mendasarkannya pada berbagai ciri pokok
ilmu lingkungan yang perlu mendasari penelitian guna mengungkapkan penelusuran
yang linear (garis lurus) dari masalah yang dihadapi sampai kebijakan yang perlu
dirumuskan dan dipatuhi.
4. UNEP dirancang sebagai “kesadaran lingkungan PBB” dan untuk menghilangkan
keberatan para negara berkembang. Sebagai usaha tambahan untuk mencapai
consensus ilmiah, penekanan utama dari UNEP adalah studi tentang pendekatan
untuk merangsang perkembangan berkelanjutan dan untuk memperbaiki standar
hidup yang akrab lingkungan.
5. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH) pasal 1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/
atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

11
6. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses pembentukan karakter dan perilaku
dalam memahami, mengembangkan serta melatih manusia dalam melestarikan
lingkunganya.

B. Saran
Kehancuran lingkungan dunia dapat dicegah, teatapi dunia maju harus bekerja sama
dengan dunia berkembang untuk memastikan ekonomi industri baru tidak menambah
persoalan-persoalan lingkungan.
Para politisi harus berpikir tentang pengembangan berkelanjutan, bukan ekspansi
ekonomi, strategi-strategi pelestarian harus diterima meluas, dan orang harus menyadari
bahwa pemanfaatan energi dapat dikurangi besar-besaran tanpa mengorbankan kenikmatan
hidup. Dengan teknologi sekarang ada, perlakuan keliru pada lingkungan bumi dapat mulai
diperbaiki.

Daftar Pustaka

Aditjondro, George Junus. 2003. Pola-Pola Gerakan Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Irwan, Zoer’aini Djamal. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap hutan kota. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.

Irwan, Zoer’aini Djamal. 2007. Prinsip-prinsip ekologi, ekosistem, lingkungan dan


pelestariannya cetakan keempat. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Mulyanto, H.R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

12
13

Anda mungkin juga menyukai