Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar
hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya
alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah,
udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang
tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya. Inovasi
teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah
membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga
persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad
belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan
manusia, tetapi keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara.
Batubara merupakan salah satu contoh sumber daya alam. Batubara
sebagai bahan bakar telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Pada
awalnya , batubara mengubah sejarah dunia modern dengan mendorong Revolusi
Industri di Inggris, sejak itu batubara tak berhenti mengubah wajah dunia dengan
berbagai jejak kerusakan yang ditinggalkannya. Sepanjang siklus pemanfaatannya
batubara menimbulkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada bumi dan
manusia di dalamnya. Siklus hidup batubara mulai dari bawah tanah hingga ke
limbah beracun yang dihasilkannya, biasanya disebut sebagai rantai kepemilikan.
Rantai kepemilikan ini memiliki tiga rantai utama penambangan, pembakaran,
sampai ke pembuangan limbahnya. Setiap bagian dari rantai ini, menimbulkan
daya rusak yang harus ditanggung bumi dan manusia didalamnya.
Batubara memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan
luar biasa di sektor pertambangan batubara yang belum pernah terjadi sebelumnya,
dengan meningkatnya produksi dan ekspor batu bara sebesar lima kali lipat antara
tahun 2000 dan 2012. Meskipun pertumbuhannya meningkat sangat pesat, sektor
batubara menyumbang hanya 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
dengan prospek pertumbuhan di masa depan yang lebih terbatas. Eksplotasi
batubara yang masif ini harus dibayar dengan biaya besar terhadap ekonomi
nasional, sektor-sektor ekonomi lainnya serta mata pencaharian penduduk
Indonesia di daerah-daerah terkena dampak.
Industri ekstraktif seperti pertambangan batubara mengguncang
perekonomian Indonesia, menyebabkan fluktuasi besar dalam neraca pembayaran
dan nilai tukar. Dampak dari fluktuasi ini juga menghambat pembangunan jangka
panjang dari industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi karena mengalihkan
dan menghalau investasi modal awal. Saat ini, Indonesia menderita karena pasar
batubara internasional lemah. Alasan sistemik, termasuk yang paling penting,
upaya agresif Cina untuk mengurangi konsumsi batubara, yang berarti harga
batubara tidak mungkin akan pulih dalam waktu dekat

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana persebaran sumber daya Batubara di Indonesia
2. Bagaimana pengelolaan sumber daya Batubara di Kalimantan Timur
3. Bagaimana kontribusi sumber daya Batubara dalam pembangunan ekonomi
di Kalimantan Timur

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan persebaran sumber daya Batubara di Indonesia
2. Mendeskripsikan pengelolaan sumber daya Batubara di Kalimantan Timur
3. Menganalisin kontribusi sumber daya Batubara dalam pembangunan ekonomi
di Kalimantan Timur
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persebaran Sumber Daya Batubara di Indonesia


Batu Bara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, yang
digunakan pembangkit listrik untuk menghasilkan listrik hampir 40% di seluruh
dunia. Di banyak negara angka-angka ini jauh lebih tinggi: Polandia
menggunakan batu bara lebih dari 94% untuk pembangkit listrik; Afrika Selatan
92%; Cina 77%; dan Australia 76%. Batu bara merupakan sumber energi yang
mengalami pertumbuhan yang paling cepat di dunia di tahun-tahun belakangan ini
lebih cepat daripada gas, minyak, nuklir, air dan sumber daya pengganti.
Dari peta diatas bisa dilihat potensi batubara di Indonesia sangatlah
melimpah, ada sekitar 18 provinsi yang menyimpan potensi batubara, yaitu:
Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, semua provinsi
di Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua.
Persebaran endapan batu bara
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar cadangan
batubara tersebut terdapat di Kalimantan. Kalimantan memang menjadi primadona
tambang batubara di tingkat nasional. Hal tersebut dapat tercermin dari besarnya
jumlah kuasa pertambangan (KP) yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten di
berbagai provinsi di Kalimantan. Sampai pada tahun 2009, di empat provinsi di
Kalimantan kurang lebih terdapat 2.047 kuasa pertambangan. Kalimantan Timur
berada di peringkat pertama dalam hal mengeluarkan kuasa pertambangan, yakni
1.180 kuasa pertambangan, disusul Kalimantan Selatan (400-578), Kalimantan
Tengah (427), dan Kalimantan Barat (40). Jika luas wilayah satu kuasa
pertambangan sekitar 2.000 hektar, lahan yang sudah dikapling untuk
pertambangan itu berarti mencapai 4,09 juta hektar, lebih luas dari daratan
Provinsi Kalsel yang 3,75 hektar. Sementara itu, pulau lain yang juga menyimpan
cadangan batubara cukup besar adalah Sumatera, yang menyumbang sekitar 13%
dari produksi batubara nasional

2.2 Pengelolaan Sumber Daya Batubara di Kalimatan Timur


Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi dengan potensi kekayaan
tambang yang cukup besar. Berbagai kandungan mineral seperti minyak bumi dan
batu bara tersimpan dalam jumlah besar terkubur dalam perut buminya. Salah satu
sumber daya mineral yang cukup penting di Kalimantan Timur adalah batu bara.
Berdasarkan penelitian departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kalimantan
Timur merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia serta tercatat sebagai
1
daerah nomor dua terbesar dalam hal cadangan batu bara. Menurut Ketua Badan
Promosi dan Investasi Daerah (BPID) Kaltim, Ichwansyah potensi batu bara di
Kaltim sangat besar yakni mencapai 22 milyar metrik ton dan hingga kini yang di
produksi rata-rata sekitar 40 juta juta ton/tahun. Besarnya cadangan dan potensi
batu bara di Kalimantan Timur tentunya menarik sejumlah minat dari perusahaan
batu bara untuk beroperasi di sana. Salah satu yang terbesar adalah PT Kaltim
Prima Coal (KPC). Beroperasi sejak tahun 1982, perusahaan ini dulunya
merupakan milik dua konsorsium besar British Petroleum dan Rio Tinto. Namun
setelah beberapa puluh tahun beroperasi, PT Bumi Resources berhasil membeli
sebagian besar saham saham PT. KPC. Selain PT KPC, kandungan batu bara
tersebut telah membawa sejumlah perusahaan, baik besar maupun kecil, legal
maupun illegal untuk mengeruk kekayaan batu bara di Kalimantan Timur.

1Dahlan Ibrahim, “Prospek Sumber Daya Batu Bara di Bagian Kutai Timur Bagian Barat
Kalimantan Timur” diakses dari http://www.dim.esdm.go.id/kolokium/Makalah
%20Umum/3.%20PROSPEK_BB_KUTAI% 20_ABSTRACt_.pdf
Batu bara ditambang dengan dua metode tambang permukaan atau terbuka
dan tambang bawah tanah atau dalam. Pemilihan metode penambangan sangat
ditentukan oleh unsur geologi endapan batu bara. Batu bara yang langsung diambil
dari bawah tanah, disebut batu bara tertambang run-of-mine (ROM), seringkali
memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur dan
berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian pengguna batu bara
membutuhkan batu bara dengan mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara – juga
disebut pencucian batu bara (“coal benification” atau “coal washing”) mengarah pada
penanganan batu bara tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten
dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut
tergantung pada kandungan batu bara dan tujuan penggunaannya. Batu bara tersebut
mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses
pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk
menghilangkan kandungan campuran, batu bara terambang mentah dipecahkan dan
kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan
yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode pemisahan media
padatan. Dalam proses demikian, batu bara dipisahkan dari kandungan campuran
lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan gravitasi tertentu,
biasanya suatu bahan berbentuk mangnetit tanah halus. Setelah batu bara menjadi
ringan, batu bara tersebut akan mengapung dan dapat dipisahkan, sementara batuan
dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang
sebagai limbah.
Kegiatan tambang bawah tanah

2.3 Kontribusi Sumber Daya Batubara dalam Pembangunan Ekonomi di


Kalimantan
Sektor pertambangan batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah
satu kegiatan ekonomi utama yang dapat menopang perekonomian Koridor
Ekonomi Indonesia khususnya di Kalimantan di saat produktivitas sektor migas
menurun. Pada tahun 2010, jumlah batubara yang digunakan untuk kebutuhan
dalam negeri adalah sebesar 60 juta ton (18 persen dari total produksi). Sektor
kelistrikan merupakan pengguna.
Batubara terbesar di dalam negeri. Sementara sisanya sebesar 265 juta ton
telah diekspor ke beberapa negara. Adapun, negara tujuan utama ekspor batubara
Indonesia adalah Jepang, Cina, India, Korea Selatan, dan beberapa negara
ASEAN. Gambar 3.D.5
Sumberdaya dan Cadangan Batubara.
Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi batubara Indonesia mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 14,8 persen per tahun, dan pertumbuhan rata-rata
ekspor batubara Indonesia adalah 15,1 persen per tahun. Sementara, angka
konsumsi batubara dalam negeri mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 13,8
persen per tahun dalam periode 1996 – 2010. Di tahun 2010 jumlah produksi
batubara mencapai 325 juta ton dengan jumlah ekspor 265 juta ton dan
penggunaan domestik sebesar 60 juta ton.

Gambar 3.D.6
Pertumbuhan Produksi, Ekspor, dan Penjualan Batubara
Berdasarkan data tahun 2009, disamping Sumatera, porsi cadangan
batubara di Kalimantan juga merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Hampir 50 persen dari cadangan batubara nasional terdapat di Kalimantan.
Gambar 3.D.7 Sumberdaya Batubara

Kegiatan industri batubara Koridor Ekonomi Kalimantan terpusat di


Provinsi Kalimantan Timur. Lebih dari 70 persen cadangan batubara Kalimantan
terkonsentrasi di provinsi tersebut, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar
23,7 persen, Kalimantan Tengah 3,1 persen, dan Kalimantan Barat 1 persen.

Gambar 3.D.8
Penambangan Batubara di Areal Pedalaman Kalimantan

Sebagian besar cadangan batubara baru ditemukan di pedalaman Kalimantan.


Namun kendala yang dihadapi untuk mengakses areal tambang batu bara yang baru
adalah keterbatasan transportasi batubara yang ekonomis seperti jaringan kereta api
atau angkutan sungai serta keterbatasan pembangkit listrik. Dampaknya ialah
sebagian besar investor memilih untuk melakukan investasi sendiri, seperti
pembangunan jalan privat milik perusahaan daripada menggunakan jalan umum yang
tersedia guna memenuhi kebutuhan infrastruktur tersebut sehingga mengakibatkan
tingginya nilai investasi untuk pertambangan batubara.
Menurut hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan data eksisting jumlah
produksi batubara di Kalimantan Tengah tahun 2009, jumlah produksi batubara
akan meningkat 6,7 kali jika dilakukan perbaikan infrastruktur di Kalimantan
Tengah. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami secara jelas bahwa perbaikan
infrastruktur dapat memberikan nilai tambah bagi produksi batubara, khususnya di
wilayah pedalaman.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh sektor pertambangan di Kalimantan
adalah tumpang tindih antara wilayah pertambangan dengan wilayah hutan dan
perkebunan. Tantangan pengembangan sektor batubara juga muncul dari lemahnya
birokrasi perizinan berupa ketidakjelasan time frame atau SOP (Standard
Operating Procedure) dalam pengurusan izin. Untuk itu, reformasi birokrasi dan
pelayanan prima dalam pemberian izin usaha pertambangan batubara harus segera
terlaksana.
Strategi umum pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan
batubara adalah mendorong kegiatan ekstraksi cadangan besar batubara yang
terletak di wilayah pedalaman Kalimantan, disertai penyiapan infrastruktur dan
regulasi yang mendukung dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, maka investasi yang dapat memberikan nilai
tambah bagi produk batubara perlu dikembangkan, antara lain investasi untuk
konversi batubara seperti gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan Bahan
Bakar Gas (BBG) dan investasi untuk batubara cair. Selain mendapatkan
keuntungan dari perbedaan harga, multiplier effect yang diciptakan juga akan
sangat besar, antara lain dari peningkatan kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan, dan juga dari penghematan substitusi impor.
Upaya peningkatan nilai tambah batubara ini memerlukan suatu insentif
dari Pemerintah, mengingat tingkat kesulitan yang dihadapi cukup tinggi. Salah
satu insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah antara lain adalah insentif
pajak dan mendorong pengembangan teknologi pengolahan batubara (eksplorasi
dan produksi) yang ramah lingkungan.
Rencana investasi industri batubara Kalimantan dalam periode 2011 –
2015 akan fokus pada lokus Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Barat.
1) Regulasi dan Kebijakan.
Untuk dapat memberi kepastian usaha pengembangan kegiatan ekonomi
utama batubara, perlu adanya penataan regulasi dan kebijakan berikut:
a. Percepatan penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Kalimantan, serta penyelarasan antara Undang-Undang
Kehutanan no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang no. 4
tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
b. Perbaikan regulasi terkait dengan administrasi pertanahan dan penyelesaian
konflik pemanfaatan ruang antara kawasan pertambangan batubara dan
kawasan hutan (clean and clear);
c. Penyelesaian isu lingkungan mengenai masalah pengategorian limbah dan
emisi serta menjalankan keterpaduan kegiatan pasca tambang dengan
konservasi lingkungan;
d. Pemberian jaminan supply/pasokan bahan baku untuk industri dan energi
kelistrikan dalam negeri melalui pemberlakuan Domestic Market Obligation;
e. Perbaikan birokrasi dalam proses perijinan guna simplifikasi SOP perizinan
agar dapat memberi pelayanan prima dalam perijinan dan menjamin
kontinuitas usaha (kepastian dalam hal gaining profit and risk );
f. Perumusan mekanisme insentif pajak yang menarik bagi pelaku usaha
(investor) untuk menghindari terjadinya economic high cost (pajak-pajak, bea
masuk, pungutan lain atas impor, dan cukai ditambah dengan berbagai
pungutan liar) dalam rantai pasokannya (supply chain);
g. Perumusan mekanisme insentif pajak bagi pelaku usaha yang melakukan
investasi nilai tambah batubara (antara lain coal upgrading dan konversi
batubara).

2) Konektivitas (infrastruktur)
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam menunjang
pengembangan kegiatan ekonomi utama batubara, diidentifikasi hal-hal yang
perlu dibenahi, yaitu:
a. Pengembangan jaringan rel kereta api khusus batubara untuk
menghubungkan antara lokasi pertambangan di pedalaman dengan pelabuhan
dan atau pemanfaatan angkutan sungai agar kegiatan eksploitasi batubara di
wilayah pedalaman menjadi layak secara ekonomis;
b. Peningkatan dan penambahan kapasitas pelabuhan, baik pelabuhan sungai
maupun pelabuhan laut sebagai akibat dari kenaikan produksi tambang
batubara di wilayah pedalaman Kalimantan yang diproyeksikan akan terus
meningkat, dan secara khusus diperlukan pengembangan pelabuhan di sungai
Barito dan Mahakam yang terhubung dengan jaringan rel kereta api;
c. Pemberian insentif pajak bagi pelaku usaha pertambangan batubara yang
melakukan pembangunan infrastruktur;
d. Peningkatan dan penambahan kapasitas pembangkit listrik untuk keperluan
penambangan batubara.

3) SDM dan IPTEK


Dalam upaya optimalisasi penciptaan nilai tambah dan menggerakkan
pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan batubara di Kalimantan
diperlukan:
a. Upaya pengembangan teknologi pengolahan batubara (antara lain untuk
gasifikasi dan batubara cair), serta teknologi eksplorasi dan produksi yang
ramah lingkungan;
b. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), baik untuk tenaga manajerial maupun
tenaga operasional;
c. Pelatihan dalam penambangan serta pemanfaatan batubara yang antara lain
meliputi teknologi batubara bersih, keselamatan penambangan, studi
kelayakan, dan pelatihan manajerial penting untuk dilakukan oleh setiap
pelaku usaha

Bab III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon,hidrogen dan oksigen. Sektor pertambangan
batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah satu kegiatan ekonomi utama
yang dapat menopang perekonomian Koridor Ekonomi Indonesia khususnya di
Kalimantan.
Di tahun 2010 jumlah produksi batubara mencapai 325 juta ton dengan
jumlah ekspor 265 juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60 juta ton. Terkait
dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
maka investasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi produk batubara perlu
dikembangkan, antara lain investasi untuk konversi batubara seperti
gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) dan
investasi untuk batubara cair. Selain mendapatkan keuntungan dari perbedaan
harga, multiplier effect yang diciptakan juga akan sangat besar, antara lain dari
peningkatan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan juga dari
penghematan substitusi impor. Rencana investasi industri batubara Kalimantan
dalam periode 2011 – 2015 akan fokus pada lokus Bontang, Kutai Timur,
Balikpapan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Saran
Dari hasil pembahasan di atas di harapkan kepada pihak pemerintah bisa
membuat kebijakan tentang Sumber daya batu bara agar bisa menjadi penopang
ekonomi diindonesia. Kepada masyarakat diharapkan bisa memahami apa manfaat
dari batubara. Kepada pembaca diharapakan mampu untuk memajukan
sumberdaya batubara demi memajukan ekonomi di Indonesia. Dengan begitu
sumberdaya batubara di Kalimantan mampu meberikan kontribusi yang signifikan
terhadap ekonomi Indonesia kedepannya.

http://ariwibowosaputra-industri21.blogspot.com/2013/05/opini-pemanfaatan-sda-
batu-bara-di.html
http://www.mesinpemecahbatusurabaya.com/persebaran-tambang-batu-bara-di-
kalimantan-timur.html
http://unagyajeng.blogspot.com/2012/06/adawiyah-102170054-2b-batu-bara-
di.html
http://andifardhian.wordpress.com/2009/10/06/pengelolahan-sumber-daya-alam-
batubara-di-kalimantan-selatan/
http://www.mesinpemecahbatusurabaya.com/persebaran-tambang-batu-bara-di-
kalimantan-timur.html
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai