Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN FARMAKOLOGI DASAR

PERCOBAAN V
“STRUKTUR DAN AKTIVITAS OBAT”

OLEH:

KELAS A 2016

JURUSAN FAMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi
masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. DM adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari
90 persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yang
ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel
beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin
(Yuliani dkk., 2014).
Insulin adalah sebuah hormon anabolik yang diproduksi oleh pankreas
(sel beta pulau langerhas kelenjar pankreas/beta og langerhans). Tugas utama
insulin adalah meransang atau mempercepat proses pemasukan gula dari
cairan ekstra di dalam aliran darh ke dalam sel-sel jaringan tubuh agar gula
tersebut dapat terserap dan segera menghasilkan energi (Marewa, 2015).
Insulin yang bekerja dengan baik adalah insulin yang memiliki tingkat
senstivitas tinggi. Insulin yang tidak bekerja dengna baik adalah insulin yang
memiliki tingkat sensitivitas rendah. Orang yang insulin dalam tubuhnya
memilik tingkat sensitivitas rendah adalah yang mengidap diabetes tipe II.
Insulin menjadi buruk (berkurang tingkat sensitivitasnya) apabila sering
diproduksi dalam jumlah besar dan menerima beban angkutan gula dalam
darah yang banyak. Produksi insulin besar (sebagai damapk tingginya kadar
gula dalam darah) terjadi apabila konsumsi karbohidrat cepat dalam jumlah
banyak atau meal yang terlalu besar akibat jarak antarmakan yang terlalu
jauh. Hal ini membebani kerja insulin (Rai dan Halim, 2009).
Jenis - jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes
Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus
Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah
Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah
penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gulah darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi
insulin (resistensi insulin). Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent
killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan
antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,
impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
paruparu, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,
penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena
terjadi pembusukan (Trisnawati dkk., 2013).
Gejala diabetes melitus dapat dirasakan secara fisik. Berikut gejala –
gejala diabetes melitus: (1) Merasa lemah dan berat badan menurun. Hal itu
disebabkan glukosa yang merupakan sumber energi dan tenaga tubuh tidak
dapat masuk ke dalam sel. Oleh karena itu sumber energi akan diambil dari
cadangan lemak dan dari hati. Jika dipakai terus, cadangan energi dari lemak
dan hati akan berkurang. Akibatnya, badan semakin kurus dan berat badan
menurun; (2) Poliuria (banyak kencing). Kadar glukosa darah yang
berlebihan akan dikeluarkan melalui urin; (3) Polidipsia (banyak minum).
Makin banyak urin yang dikeluarkan, tubuh makin kekurangan air.
Akibatnya, timbul rasa haus dan ingin minum terus; (4) Polifagia (banyak
makan). Kadar glukosa yang tidak masuk ke dalam sel, menyebabkan
timbulnya rangsangan ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar; (5) Jumlah
glukosa besar. Jumlah glukosa yang besar dalam urin dapat menyebabkan
iritasi genital (kemaluan) akibat infeksi jamur; (6) Lensa mata berubah.
Bentuk lensa mata sedikit berubah dan mengaburkan penglihatan untuk
sementara waktu; (7) Luka sulit sembuh. Jika terjadi luka pada penderita akan
sangat sulit sekali untuk sembuh. Hal ini berhubngan dengan sistem
kekebalan pada tubuh penderita diabetes yang cenderung menurun
(Wijayakusuma, 2008).
Kelebihan berat badan dan obesitas menyebabkan metabolisme glukosa
yang abnormal, dimana berhubungan kuat dengan peningkatan resistensi
insulin. Obesitas dapat memicu perubahan pada metabolisme tubuh yang
menyebabkan jaringan lemak (adiposa) untuk melepaskan asam lemak dalam
jumlah yang lebih banyak, gliserol, hormon, sitokin pemicu inflamasi, dan
faktor lain yang memicu perkembangan resistensi insulin (Fadilah dkk,
2016).
Timbulnya diabetes melitus dipengaruhi oleh faktor keturunan dan
perilaku. Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi
faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kegiatan jasmani
yang kurang serta asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan merupakan
faktor yang dapat diperbaiki. Faktor keturunan ini berjalan lambat, sedangkan
pandemi diabetes melitus saat ini merupakan cerminan perubahan gaya hidup.
Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai penyakit diabetes yang
disebabkan karena sel-sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai sumber
energi atau sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan pankreas,
sehingga dinamakan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin tersebut
menyebabkan glukosa yang tidak di manfaatkan sel akan tetap berada di
dalam darah, semakin lama semakin menumpuk maka pada`saat yang sama
terjadi resistensi insulin yang membuat pankreas memproduksi insulin yang
berlebihan. Semakin lama, dalam keadaan kondisi yang tidak terkontrol
pankreas akan mengurangi jumlah produksi insulin (Nuraini dan Rachmat,
2016).
Pankreas merupakan salah satu organ di dalam tubuh dengan tujuan
untuk menjaga kadar gula darah dalam kondisi normal. Oleh karena itu,
apabila kadar gula dalam darah tinggi sel beta pulaulangerhans pada pankreas
akan mengeluarkan insulin. Insulin tersebut akan menurunkan kadar gula
dalam darah dengan cara mendistribusikan gula masuk ke dalam sel-sel yang
akan diproduksi untuk menghasilkan energi (Marchella dan Sri, 2012).
Usia diatas 45 tahun merupakan faktor resiko terhadap peningkatan
jumlah pasien DM, selain faktor riwayat keluarga dan obesitas. Proses
penuaan yang disebabkan oleh perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia
menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan terjadinya gangguan sel beta
yang menyebabkan produksi insulin berkurang biasanya terjadi pada usia
lanjut. Proses bertambah usia dapat mempengaruhi homeostasis tubuh,
termasuk perubahan fungsi sel beta pankreas yang menghasilkan insulin akan
menyebabkan gangguan sekresi hormon atau penggunaan glukosa yang tidak
adekuat pada tingkat sel yang berdampak terhadap peningkatan kadar glukosa
darah (Rantung dkk., 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah N. A., Lintang D.S., dan Mateus S.A., Gambaran Karakteristik dan
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 pada Wanita (Studi di RSUD Kardinah Kota Tegal), Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol 4 (1).

Marchella D.A., dan Sri L., 2012, Hubungan Antara Kebiasaan Pemeliharaan
Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karrier Gigi pada Penderita
Diabetes Melitus, Jurnal PDGI, Vol 61 (2).

Marewa L.W., 2015, Kencing Manis (Diabetes Melitus) di Sulawesi Selatan,


Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Nuraini H.Y., dan Rachmat S., 2016, Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik dan
Riwayat Penyakit Keluarga Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2,
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol 5 (1).

Rai A., dan Halim T., 2009, Tingkatkan Fitness IQ Anda, Penerbit Libri, Jakarta.

Rantung J., Krisna Y., dan Tuti H., 2015, Hubungan Self-Care dengan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus (DM) di Persartuan Diabetes
Indonesia (PERSADIA) Cabang Cimahi, Jurnal Skolastik
Keperawatan, Vol 1 (1).

Trisnawati S.K., dan Soedijono S., 2013, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 5 (1).

Wijayakusuma M.H., 2008, Bebas Diabetes Melitus, Penerbit Niaga Swadaya,


Jakarta.

Yuliani F., Fadil O., dan Detty I., 2014, Hubungan Berbagai Faktor Risiko
Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2, Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 3 (1).

Anda mungkin juga menyukai