Anda di halaman 1dari 26

TUGAS IPS

KEBERAGAMAN
BUDAYA DI INDONESIA
Shafa Diya -7e-27
PAKAIAN ADAT
1. Pakaian adat Kalimantan Barat

Pakaian adat Kalimantan Barat untuk Laki-laki bernama King Baba. Dalam
bahasa Dayak, King berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki. Pakaian ini
terbuat dari bahan kulit kayu tanaman ampuro atau kayu kapuo. Kedua
jenis kayu ini adalah tumbuhan endemik Kalimantan yang mempunyai
kandungan serat tinggi

Sebagai pelengkap hiasan, biasanya laki-laki adat suku Dayak di


Kalimantan Barat juga akan menyelipkan sehelai bulu burung enggang,
burung khas Borneo yang kini mulai langka. Tak lupa, senjata tradisional
berupa mandau dan perisai juga dikenakan, terlebih ketika mereka hendak
berperang. Oleh karena itu, tak jarang pakaian adat Kalimantan Barat ini
juga dikenal dengan nama pakaian perang.

Sedangkan pakain perempuannya bernama king bibinge Sama seperti


pakaian laki-laki, pakaian adat Kalimantan Barat untuk para perempuan
juga dibuat dari bahan dan cara yang sama. Namun, desainnya lebih
sopan dengan perlengkapan antara lain penutup dada, stagen, kain
bawahan, serta berbagai pernik lain seperti kalung, jarat tangan, manik-
manik, dan hiasan bulu burung enggang di kepalanya.
2. Pakaian adat Jawa Tengah
.

Pakaian resmi adat Jawa Tengah bernama Jawi Jangkep dan Kebaya.
Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri atas beberapa kelengkapan
dan umumnya digunakan untuk keperluan adat. Jawi jangkep terdiri dari
atasan berupa baju beskap dengan motif bunga, bawahan berupa kain jarik
yang dililitkan di pinggang, destar berupa blangkon, serta aksesoris lainnya
berupa keris dan cemila (alas kaki).

Sementara kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang terdiri dari
atasan berupa kebaya, kemben, stagen, kain tapih pinjung, konde, serta
beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung, gelang, serta kipas.
Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian rupa sesuai
dengan strata sosial si pemakainya.
3. Pakaian adat Bali

Tidak ada nama khusus yang diberikan untuk pakaian adat Bali. Oleh
karena itu, ketika banyak orang luar menanyakan tentang hal ini, orang-
orang Bali umumnya akan kebingungan. Mereka hanya akan menyebut
pakaian yang dikenakannya dengan nama “pakaian adat Bali” seraya
menjelaskan nama-nama aksesoris pakaian tersebut dan kegunaannya.
Untuk pakaian adat Bali pria terdiri dari beberapa aksesoris yang di kamen,
antaranya ikat kepala (udeng), baju, kampuh (saput), serta selendang
pengikat (umpal). Sementara, pakaian adat Bali wanita terdiri atas kebaya,
kamen, senteng atau selendang, bulang pasang, sanggul, dan bunga
sebagai penghias rambut.
4. Pakaian adat Sumatra Barat

Pakaian adat Sumatera Barat yang sangat dikenal di kancah nasional


sebetulnya sebuah pakaian yang sangat sederhana. Pakaian yang
bernama pakaian Bundo Kanduang atau Limapeh Rumah Nan Gadang ini
memiliki keunikan terutama pada bagian penutup kepalanya yang
berbentuk menyerupai tanduk kerbau atau atap rumah gadang.

Secara umum, pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan
Gadang memiliki desain yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub
suku. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam
jenis-jenis pakaian tersebut. Perlengkapan ini antara lain tingkuluak
(tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah
(kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris lainnya.
5. Pakaian adat DKI Jakarta
Pakaian bangsawan sebetulnya adalah pakaian resmi yang dulunya hanya
dikenakan oleh para demang. Saat ini pakaian yang bernama baju ujung
serong telah resmi digunakan sebagai pakaian PNS Pemda DKI Jakarta
untuk hari-hari tertentu. Baju ujung serong terdiri atas dalaman kemeja
putih, jas tutup berwarna gelap, batik geometris yang dikenakan
dipinggang sebatas lutut, dan celana pantolan yang warnanya sama
dengan jas. Aksesoris pelengkapnya yaitu tutup kepala berupa kopiah,
kuku macan, pisau raut atau senjata semacam badik yang diselipkan
dipinggang, jam rantai untuk hiasan saku, serta alas kaki berupa sepatu
pantopel. Baju ujung serong hanya dikenakan oleh para bangsawan pria,
sementara untuk wanita digunakan varian baju yang sama dengan baju
keseharian yaitu baju kurung, kain batik, selendang, dan kerudung, serta
dilengkapi dengan pernik perhiasan emas mulai dari kalung, gelang,
giwang, dan cincin
Lagu Daerah
1. Lagu daerah Lir Ilir
Lir-ilir adalah tembang yang diciptakan dan digunakan oleh Sunan Kalijaga
untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa

Tembang ini diawali dengan Lir ilir yang artinya ngelilir (bangunlah),
bangunlah atau bisa diartikan sebagai sadarlah. Kita diminta bangun dari
keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk mempertebal keimanan yang
telah ditanamkan oleh ALLAH SWT dalam diri kita.
2. lagu daerah Manuk Dadali
Manuk Dadali adalah lagu berbahasa Sunda ciptaan Sambas
Mangundikarta. Manuk Dadali art [Garuda]. Lagu ini juga bernafaskan
nasionalisme, dengan melukiskan keperkasaan burung garuda dengan
lambang dari kejayaan Indonesia.

Bersatu, rukun, berhimpun, tanpa ada iri dan dengki. Sejatinya, berebut
kuasa, bertengkar karena berbeda pandangan, berkelahi hanya karena
berbeda warna, sungguh bukanlah wajah anak-anak negeri, seperti yang
dipesankan dalam Manuk Dadali.
3. Lagu Daerah Yamko Rambe Yamko
Yamko Rambe adalah judul lagu daerah yang berasal dari Provinsi Papua,
Indonesia. Meskipun irama lagu ini menggambarkan kesan
menyenangkan, sebenarnya syairnya berisi kesedihan akibat peperangan.

Lagu ini merupakan lagu sedih karena menceritakan kisah di


daerah mereka yang sedang mengalami perang antar suku.

Arti:

Hai jalan yang dicari sayang perjanjian -


Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
Sungguh pembunuhan di dalam negeri
Sungguh pembunuhan di dalam negeri -sebagai bunga bangsa
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa - bunga bertaburan - di
taman pahlawan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa - bunga bertumbuh - di
taman pahlawan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertaburan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh
4. Lagu daerah Rasa Sayange
Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu berbahasa asli
Maluku. Lagu ini merupakan lagu anak anak yang selalu dinyanyikan
secara turun-temurun sejak dahulu oleh masyarakat Maluku untuk
mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi
di antara masyarakat.

Jika didengarkan, lagu ini layaknya seperti sajak atau pantun yang
bersahutan yang merupakan tradisi lisan orang Maluku. Oleh karenanya
banyak versi dari lagu ini karena liriknya dapat dibuat sendiri sesuai
maksud dan tujuan dari lagu tersebut.

Namun dari liriknya tetap diawali oleh kalimat Rasa sayange rasa sayang
sayange, Eeee lihat dari jauh rasa sayang sayange dan di akhir lagu ini
liriknya selalu diakhiri dengan kalimat Kalau ada sumur di ladang, boleh
kita menumpang mandi. Kalau ada umurku panjang, boleh kita berjumpa
lagi.
5. Lagu daerah Anak Kambing Saya
"Anak Kambing Saya" adalah sebuah lagu daerah yang berasal dari
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Meskipun asalnya dari Nusa Tenggara
Timur, lagu ini dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Dikenalnya lagu ini
secara luas terjadi berkat iramanya yang menyenangkan yang menarik hati
para guru Taman Kanak-Kanak ataupun Sekolah Dasar untuk
mengajarkannya kepada murid-muridnya.

Lagu "Anak Kambing Saya" diartikan sebagai lagu yang girang. Namun,
menurut beberapa orang, lagu ini bermakna orang tua ang mencari
anaknya. Kegirangan dalam lagu ini mengartikan tentang kebersamaan
dan persahabatan anak dengan orang tuanya.

Lagu ini berbentuk bagaikan sebuah sesi tanya jawab. Hal ini saja sudah
terlihat pada baris kesatu dan kedua di mana baris kesatu berisi kalimat
pertanyaan, sedangkan barisan kedua berisi kalimat berita yang
menyambung seperti menjawab baris kesatu. Hal ini terjadi antara kalimat
ketiga dan kalimat keempat.
Tarian Daerah
1. Tari Saman

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan


(dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun,
kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.

Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar
dalam tarian saman, yakni tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika
menyebarkan agama Islam, Syekh Saman mempelajari tarian Melayu
kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan
syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya .Dalam konteks
kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai
media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-
pertunjukan.

Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya
menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak
guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini menggunakan
bahasa Bahasa Gayo).
2. Tari Piring

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang
adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari
kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan
menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian
diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari
genggaman tangan. Tari Piring merupakan sebuah simbol masyarakat
Minangkabau. Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah-
langkah Silat Minangkabau atau Silek.

Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di
atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-
gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua
cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian,
biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke
lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan
piring tersebut.

Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari
biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang.
Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah
membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan
para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah
dan kuning keemasan.
3. Tari Kecak

Adalah pertunjukan tarian seni khas Bali yang lebih utama menceritakan
mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini
dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk
berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan
mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan
kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun,

Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak


seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu,
ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana
seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.

Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak
digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada
kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
4. Tari Serimpi

Tari serimpi merupakan tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta.


Pada awalnya tarian ini dipertunjukkan saat pergantian raja di beberapa
istana Jawa Tengah.

Seiring dengan perkembangan zaman, tarian serimpi ini mengalami sedikit


perubahan dari segi durasi tarian, dan kostumnya.

Walaupun begitu, tarian ini bertujuan untuk menunjukkan wanita yang


sopan dan santun serta sangat lemah gemulai.

Tarian ini biasanya dilakukan oleh 4 orang anggota penari wanita. Hal ini
memberikan sebuah makna unsur api, angin, air, dan bumi. Namun seiring
dengan perkembangan zaman, jumlah pernaripun menjadi 5 anggota.
Pakaian yang digunakan untuk menari adalah pakaian yang biasa di pakai
oleh pengantin putri keraton. Sedangkan musik yang mengiringi adalah alat
musik tradisional gamelan.
5. Tari Jaipong

Tari jaipong adalah tarian tradisional yang berasal dari Bandung Jawa
Barat. Menurut catatan sejarah kebudayaan Indonesia tarian ini diciptakan
oleh seorang seniman berdarah Sunda yakni Gugum Gumbira. Namun dari
sumber lain disebutkan bahwa pencipta gerakan dalam tarian jaipongan
adalah H Suanda dan Gugum Gumbira hanyalah salah satu tokoh yang
mengenalkan tarian ini kepada masyarakat Bandung.
sejarah-tari-jaipong

Pada awal kemunculan nya jaipong menjadi sebuah tarian unik dan
menarik dengan alat musik pengiring Degung. Keunikan tarian ini dapat
kita lihat dalam seluruh gerakan tari yang terlihat ceria, energik, dan
humoris.

tari Jaipong gerakan yang signifikan dilakukan oleh para penari cukup
sederhana yakni berjumlah 4 ragam yaitu gerakan bukaan, pencungan,
ngala, mincit
Rumah Adat
1. Rumah Joglo

Masyarakat suku Jawa mengenal beragam desain hunian dalam


budayanya. Salah satu yang laing dikenal adalah desain rumah adat
bernama Joglo. Desain ini lebih dikenal karena selain lebih banyak
digunakan juga dianggap memiliki gaya arsitektur yang unik serta sarat
dengan nilai filosofis kemasyarakatan.

Rumah Joglo dibangun dengan desain arsitektur yang cukup unik. Salah
satu keunikan tersebut terletak pada desain rangka atapnya yang memiliki
bubungan cukup tinggi. Desain atap yang demikian dihasilkan dari pola
tiang-tiang yang menyangga rumah. Utamanya pada bagian tengah rumah,
terdapat 4 tiang berukuran lebih tinggi yang menyangga beban atap.
Keempat tiang yang kerap disebut “soko guru” ini menyangga dan menjadi
tempat pertemuan rangka atap yang menopang beban atap.

secara keseluruhan, rumah Joglo sendiri lebih banyak menggunakan kayu-


kayuan keras, baik untuk dinding, tiang, rangka atap, pintu, jendela, dan
bagian lainnya. Kayu jati adalah pilihan utama yang kerap ditemukan pada
rumah-rumah lawas. Kayu jati sangat awet dan terbukti dapat bertahan
lama bahkan hingga ratusan tahun.
2. Rumah Panjang

Masyarakat Dayak umumnya hidup secara komunal, tinggal bersama


dalam satu rumah besar, mencari makan bersama, dan melakukan segala
sesuatu dalam budaya kegotongroyongan. Gaya hidup komunal tersebut
tercermin dari adanya rumah adat bernama Rumah Radakng atau Rumah
Panjang yang kini dikenal sebagai Rumah Adat Kalimantan Barat.

Rumah Panjang atau Rumah Radakng berstruktur panggung. Ukurannya


sangat besar, panjangnya sekitar 180 meter, dengan lebar 6 meter dan
tinggi mencapai 8 meter. Keseluruhan material rumah ini dibuat dari bahan
kayu ulin, kayu khas Kalimantan yang terkenal kuat dan tak mudah lapuk.
Atapnya sendiri dibuat dari bahan ijuk atau genting tanah. Karena
strukturnya yang berupa rumah panggung, rumah adat Kalimantan Barat
ini pun berdiri di atas tiang-tiang penyangga. Jumlah tiang ini bervariasi
tergantung dari ukuran rumah, sementara tingginya berkisar 3 meter. Tiang
rumah yang cukup tinggi ini dimaksudkan agar penghuni rumah bisa
selamat dari serangan binatang buas.

Untuk masuk ke dalam rumah, ada sebuah tangga yang terletak di bagian
depan rumah. Tangga ini berukuran kecil dengan sudut yang sangat
sempit. Bentuk tangga demikian akan menyulitkan bila ada hewan buas
yang mungkin hendak mendaki tangga tersebut.
3. Rumah Tongkonan

Masyarakat Sulawesi Selatan selalu hidup rukun dan damai. Adapun bila
dikaitkan dengan ikon budaya, Sulawesi Selatan sendiri kerap mengangkat
budaya suku Toraja di kancah Nasional, termasuk dalam hal rumah
adatnya yang bernama Rumah Tongkonan.

Secara umum, rumah tongkonan memiliki struktur panggung dengan tiang-


tiang penyangga bulat yang berjajar menyokong tegaknya bangunan.
Tiang-tiang yang menopang lantai, dinding, dan rangka atap tersebut tidak
di tanam di dalam tanah, melainkan langsung ditumpangkan pada batu
berukuran besar yang dipahat hingga berbentuk persegi.

Bagian atap menjadi bagian yang paling unik dari rumah adat Sulawesi
Selatan ini. Atap rumah tongkonan berbentuk seperti perahu terbaling
lengkap dengan buritannya. Ada juga yang menganggap bentuk atap ini
seperti tanduk kerbau. Atap rumah tongkonan sendiri dibuat dari bahan ijuk
atau daun rumbia, meski pun kini penggunaan seng sebagai bahan atap
lebih sering ditemukan
4. Rumah Honai

Rumah adat Papua tersebut bernama rumah Honai. Rumah Honai sendiri
sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang berbentuk seperti
kerucut dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam.
Berdasarkan fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu rumah bagi Pria (yang disebut Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan
rumah yang khusus digunakan untuk kandang hewan atau babi (Wamai).
Ketiga jenis rumah Honai ini dari strukturnya terlihat sama persis, hanya
saja untuk rumah yang dikhususkan bagi pria ukurannya biasanya lebih
tinggi.

Secara keseluruhan, rumah honai dibuat dari material yang bisa diperoleh
dari alam. Tiang-tiang penyangga rangka atap terbuat dari kayu bulatan
berukuran kecil, dindingnya terbuat dari bilah papan bagian luar, lantai
kedua terbuat dari papan, sementara atapnya yang melengkung terbuat
dari jerami atau alang-alang kering.
5. Rumah Panggung

Adat budaya masyarakat asli Provinsi Bangka Belitung sendiri tak dapat
dilepaskan dari budaya Melayu. Beragam ikon budaya yang dimilikinya
kental dengan ciri khas Melayu, termasuk rumah adatnya yang bernama
Rumah Panggung atau Rumah Panggong

Sama seperti kebanyakan rumah adat dari budaya Melayu lainnya, rumah
Panggung khas Bangka Belitung juga secara keseluruhan terbuat dari
bahan alam. Tiang dan lantainya terbuat dari kayu, dindingnya terbua dari
bambu atau kulit kayu, sementara atapnya terbuat dari daun rumbia dan
ijuk.

Dalam adat Melayu Bangka, pemilik tidak diperkenankan untuk memberi


warna atau mengecat dinding dan bagian rumah lainnya. Aturan ini
membuat rumah adat Bangka Belitung ini tampak begitu lusuh dan tidak
enak dilihat. Kendati begitu, justru karena hal inilah ia dianggap memiliki
daya tarik tersendiri. Pada dinding rumah adat ini juga terdapat banyak
fentilasi yang mengatur pergantian udara di dalam rumah.

Adapun untuk bagian atap, rumah adat Panggung khas budaya Melayu
Bangka ini disinyalir memiliki desain hasil pembaruan desain atap rumah-
rumah Tionghoa. Bentuknya melengkung dan seperti terpancung layaknya
pelana kuda.
Alat Musik Daerah
1. Angklung
Angklung sudah dikenal luas sebagai alat musik tradisional suku Sunda di
Jawa Barat. Instrumen ini bahkan sempat diabadikan dalam mata uang
Indonesia pecahan logam Rp. 1000. Cara memainkan alat musik yang
terbuat dari susunan bambu ini adalah dengan digerak-gerakan, oleh
karena itu ia termasuk jenis alat musik ideophon. Satu angklung
menghasilkan satu nada saja, sehingga jika akan memainkan sebuah lagu,
dibutuhkan banyak orang untuk memainkan angklung-angklung dengan
ukuran beragam dengan nada-nada yang berbeda.
2. Bedug
Bisa dikatakan alat musik tradisional yang satu ini adalah simbol
keagamaan dan politik di manapun berada. Yup, itulah Bedug. Sebuah alat
musik yang terbuat dari kayu besar yang dilubangi bagian tengahnya
sehingga menyerupai tabung, setelah itu lubang ditutup dengan
menggunakan kulit binatang yang dikeringkan, bisa berupa kambing, sapi,
kerbau dan banteng.

Bedug sendiri berasal India dan Tiongkok yang dibawa oleh mereka yang
dahulunya pernah singgah ke Nusantara. Di tempat asalnya, bedug
berfungsi sebagai alat komunikasi ritual keagamaan yang diletakkan di kuil-
kuil.

Sedangkan di Indonesia yang mayoritas agamanya adalah Islam. Fungsi


Bedug tersebut melebur dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
masjid sebagai pertanda waktu sembahyang sudah tiba.

Bedug mempunyai suara yang khas yaitu bernada berat sekaligus juga
rendah sehingga bisa terdengar hingga jarak yang cukup jauh.

Di Jawa Barat ada seni untuk memainkan Bedug, seni ini diberi nama
Ngadulag. Di daerah Sukabumi, Ngadulag dijadikan kompetisi untuk
mendapatkan penabuh Bedug dengan keterampilan terbaik. Biasanya
event ini berlangsung ketika bulan suci ramadhan tiba.
3. Gamelan
Orang-orang Jawa Tengah memiliki cita rasa seni yang tinggi,
baik dalam seni pertunjukan, seni arsitektur, maupun seni musik.
Terkait dengan seni musik, Jawa Tengah mengangkat Gamelan
sebagai alat musik daerahnya. Gamelan adalah seperangkat alat
musik bernada pentatonis. Gamelan terdiri dari Bonang, Bonang
Penerus, Kendang, Demung, Peking (Gamelan), Saron,Kenong &
Kethuk, Gender, Gong, Slenthem, Siter, Gambang, Rebab, dan
Suling. Selain untuk mengiringi lagu campur sari, gamelan juga
digunakan dalam pertunjukan wayang kulit sebagai musik
pengiring.
4. Tifa
Alat musik tradisional Papua yang paling dikenal di kancah nasional adalah
Tifa. Tifa merupakan sebuah alat musik yang dibuat dari kayu bulat, kulit
rusa kering, dan rotan. Kayu bulat pada tifa dikikis dan dilubangi di bagian
tengahnya sementara kulit rusa diikat pada salah satu ujung lubang.

Tifa dimainkan dengan cara ditepuk dan manghasilkan bunyi ritmis. Oleh
karenanya, alat musik ini sering didendangkan untuk mengiringi tarian-
tarian adat atau pesta-pesta tradisional, seperti Tari Perang, Tari
Tradisional Asmat, dan Tarian Gatsi. Kita bisa menemukan tifa dalam 5
bentuk yaitu, Tifa Jekir, Tifa Jekir Potong, Tifa Potong, Tifa Dasar, dan Tifa
Bas.
5. Kolintang
Kolintang merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Minahasa,
Sulawesi Utara. Alat musik ini terbuat dari potongan kayu lokal yang
disusun diatas kayu yang berfungsi sebagi resenator. Jika dilihat sepintas
Kolintang mirip dengan alat musik Gambang dari Jawa.

Pada awalnya Kolintang digunakan untuk pemujaan roh leluhur, namun


seiring perkembangan zaman fungsi tersebut bergeser menjadi pengiring
tari, pertunjukan musik dan berbagai upacara adat.

Cara memainkan alat musik ini yaitu dipukul dengan mengguanakan stik
kayu yang ujungnya dibalut kain. Biasanya para pemain Kolintang
menggunakan tiga stik sekaligus.

Kolintang mempunyai terdiri dari 9 jenis yang berbeda, diantaranya Loway


(bass), Cella (cello), Karua (tenor 1), Karua (tenor 2), Uner (alto 1), Uner
rua (alto 2), Katelu (ukulele), Ina esa (melodi 1), Ina rua (melodi 2) dan Ina
teweng (melodi 3).

Anda mungkin juga menyukai