Anda di halaman 1dari 1

Kisah Selembar Uang

Selembar uang itu terlipat diam di saku celana. Tanpa teman. Tinggal dirinyalah satu-satunya uang yang tersisa di sana. Memang ada penghuni lain, tapi bukan uang, mungkin kunci. Kalau gambar pahlawan di salah satu sisinya hidup, pasti sang pahlawan akan kesepian. Tiada lagi benda yang dapat disebut uang yang menempel di pakaian manusia itu. Dalam dompetnya pun tidak terselip selembar kertas rupiah. Selembar uang itu hanya bisa diam. Tidak dapat bergerak. Ia hanya bisa mengikuti ke mana si manusia pergi. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya, akan berpindah ke mana lagikah dirinya, seperti yang sudahsudah? Selembar uang itu hanya bisa menunggu takdir yang akan bekerja terhadapnya. Selembar uang itu tetap diam ketika jemari si manusia meraihnya dari dalam saku celana. Kini ia tersentuh udara bebas! Namun ternyata tidak lama. Jemari tersebut memindahkan dirinya ke dalam sebuah kotak. Kotak di sebuah masjid kecil tempat di mana si manusia singgah untuk melaksanakan kewajiban shalat. Sejak saat itu terpisahlah dirinya dari si manusia, manusia yang mulai detik itu tidak memiliki suatu benda bernama uang lagi di pakaiannya, sama sekali. Selembar uang itu masih juga diam. Tapi sekarang ia tidak sendiri lagi. Ia bersama dengan uang-uang lainnya di dalam kotak, menunggu nasib bersama-sama. Kalau gambar pahlawan di salah satu sisinya hidup, mungkin sang pahlawan akan gembira karena kertas rupiah tempatnya menetap dipercayakan untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Bahkan mungkin perasaan sang pahlawan lebih gembira dari perasaan si manusia yang memindahkannya tadi ke dalam kotak, yang malam itu mendapatkan kejutan: uang dengan jumlah nilai 150 kali lipat dari harga kertas rupiah tempatnya menetap! Thareq Barasabha @Barasabha

Anda mungkin juga menyukai