Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 3

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

SISTEM REPRODUKSI

Tutor : dr. Ilma Khaerina, A.B.

Kelompok VII

Fifi Alfiah 110 2014 0020

Rahmat Arbiansyah Hasan 110 2014 0034

Nuari Aqriana Darwis 110 2014 0047

Muhammad Reza Raka Putra 110 2014 0064

Putri Nur Indah Sari 110 2014 0080

Nur Azizah Alfiyah 110 2014 0094

Ni Made Ayu Masnathari 110 2014 0108

Triyadi As Ad 110 2014 0122

Husnul Hazimah 110 2014 0139

Afifah Fatimah Azzahra Ahmad W 110 2014 0144

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
MODUL 3

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

SKENARIO 1

Seorang bayi perempuan, diantar oleh ibunya ke unit gawat darurat RS dengan keluhan
bayi malas minum. Berdasarkan anamnesis diketahui lahir pada tanggal 17 Maret 2017
dengan berat lahir 2.150 gram dengan panjang 47 cm. Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) Ibu tanggal 19 Juni 2016. Pada pemeriksaan suhu melalui axilla didapatkan
suhu bayi tersebut 36,2 ͦ C. Riwayat ibu saat hamil dan persalinan dengan kondisi anemia.

KATA SULIT

1. Anemia : kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester I dan
III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II.11

KATA/KALIMAT KUNCI

 Seorang bayi perempuan.


 Diantar ibunya ke UGD RS dengan keluhan bayi malas minum.
 Hasil anamnesis : lahir pada tanggal 17 Maret 2017, berat lahir 2.150 gram
dengan panjang 47 cm.
 HPHT Ibu tanggal 19 Juni 2016.
 Pemeriksaan fisik : suhu axilla bayi 36,2 ͦ C.
 Riwayat ibu saat hamil dan persalinan dengan kondisi anemia.

PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

1. Apakah bayi lahir sudah cukup bulan?


2. Apakah bayi ini termasuk BBLR?
3. Mengapa bayi malas minum?
4. Bagaimana patomekanisme terjadinya hipotermi pada bayi ?
5. Apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan BBLR?
6. Bagaimana pengaruh anemia pada kehamilan terhadap ibu dan janin?
7. Bagaimana penanganan pada skenario?
8. Apa saja komplikasi dari BBLR?
9. Bagaiamana prognosis bayi dengan kondisi BBLR?
10. Bagaimana perspektif Islam dari kasus tersebut ?

JAWABAN PERTANYAAN

1. Apakah bayi lahir sudah cukup bulan?1,2,3

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu:


1) Bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.
2) Bayi cukup bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan
42 minggu.
3) Bayi lebih bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih.
Untuk mengetahui apakah bayi yang dilahirkan sudah cukup bulan atau tidak,
maka kita harus menentukan usia kehamilannya dahulu. Untuk menetukan usia
kehamilan kita memakai metode Rumus Neagel.
Metode Rumus Neagel digunakan untuk menghitung usia kehamilan
berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga saat anamneses dilakukan.
Rumus Neagel memperhitungkan usia kehamilan berlangsung selama 280 hari (40
minggu). Selain umur kehamilan, dengan Rumus Neagel dapat diperkirakan pula Hari
Perkiaraan persalinan/lahir (HPL). Namun rumus ini hanya bisa digunakan untuk ibu
yang siklus haidnya teratur.

Cara menghitung Hari Pertama Lahir (HPL) :

1) Apabila HPHT pada bulan januari dan pertengahan maret (sebelum dari tanggal 25)
menggunakan rumus = +7 +9 +0
2) Apabila HPHT lenih dari pertengahan maret (dari tanggal 25 dan selebihnya) dan
bulan seterusnya sampai akhir desember menggunakan rumus = +7 -3 +1

Jadi untuk scenario yang didapatkan bahwa HPHT 19 juni 2016 maka :

HPHT : 19 juni 2016

= 19 / 6 / 2016

= +7 -3 +1

Jadi HPL nya : 26 / 3 / 2017 (26 maret 2017)


Maka dengan didapatkan HPL nya kita bisa mengurangi dengan tanggal
kelahiran sebenarnya untuk mengetahui apakah bayi cukup bulan atau tidak.

26 / 3 / 2017 - 17 / 3 / 2017 = kurang 9 hari

Maka dari 40 minggu usia kehamilan sesuai dengan HPL nya dikurangi 9 hari
menjadi 38 minggu 5 hari dalam artian bayi lahir dengan cukup bulan.

2. Apakah bayi ini termasuk BBLR?4

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Tanda dan gejala yang terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR )
adalah :
1) Berat badan < 2500 gram
2) Letak kuping menurun
3) Pembesaran dari satu atau dua ginjal
4) Ukuran kepala kecil
5) Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)
6) Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi
3, yaitu:
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 -
2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara
1000 - <1500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat lahir <1000
gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan
kesesuaiannya dengan usia kehamilan, yaitu:
1) Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di
golongkan menjadi 3 kelompok:
a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.
b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.
c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature dan mature.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami
bayi prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya hisap
lemah.
1) Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak istilah untuk
menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di
dalam uterus (intra uterine growth restriction / IUGR) seperti pseudo premature,
small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress,
IUGR dan small for gestasional age ( SGA ).
Ada dua bentuk IUGR yaitu :
a. Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi
lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang
seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang
sebenarnya.
b. Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi
beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa
gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering,
keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

3. Mengapa bayi malas minum?5,6,7

Bayi tidak mampu mempertahankan status oksigen saat menyusui. Beberapa bayi
menjadi hypoxemic selama menyusui meskipun mereka dapat mempertahankan status
oksigen yang memadai di lain waktu. Bayi-bayi ini mungkin mendapat manfaat dari
oksigen selama menyusui, atau dari "mondar-mandir" untuk memungkinkan
pemberian istirahat untuk mempertahankan status oksigen yang cukup. Bayi tidak
mampu mengambil sangat banyak di makan masing-masing. Bayi kecil memiliki
kapasitas perut yang sangat terbatas. Masalah ini dapat didekati dengan perubahan
jadwal untuk memberikan yang lebih kecil, menyusui lebih sering atau konsentrasi
formula atau ASI. Silahkan lihat bagian dalam meningkatkan konsentrasi rumus.
Makan adalah pekerjaan yang sangat sulit. Untuk bayi dengan penyakit paru-paru atau
kesulitan mengkoordinasikan mengisap dan menelan, waktu makan bisa sangat
melelahkan. Bayi mungkin mendapat manfaat dari mondar-mandir seperti dijelaskan
di atas, oksigen tambahan selama menyusui, atau konsentrasi formula.1

Bayi mulai makan pada saat status pernafasan stabil dan tidak ada kontraindikasi
lain seperti aspirasi, distensi abdomen atau tanda-tanda dari penyakit sistemik yang
mengakibatkan ketidakstabilan kardiorespirasi. Jadwal makan terdiri dari mulai
kapasitas kecil volume makanan dengan peningkatan langkah-bijaksana berdasarkan
toleransi makan bayi. Bayi disusui jika mereka memiliki refleks mengisap baik dan
mampu mengkoordinasikan mengisap, menelan, dan bernapas seperti yang diamati
oleh pola makan. Sementara di gavage feed volume makan harian tidak melebihi 150-
200 ml / kg / hari.1

Janin dengan KMK berada pada risiko yang lebih besar untuk mati saat lahir,
hipoksia kelahiran, komplikasi neonatal, gangguan perkembangan saraf, dan mungkin
diabetes tipe 2 dan hipertensi pada orang dewasa hidup, meskipun tingginya insiden
hasil perinatal mungkin berkontribusi yang IUGR janin dalam kelompok ini.
Mayoritas bayi KMK jangka memiliki morbiditas noappreciable atau mortality.2

Selama periode baru lahir bayi dengan KMK hadir peningkatan risiko
hipoglikemia, hipotermia, hiperkoagulabilitas, hiperbilirubinemia, hipotensi,
necrotizing enterocolitis, sindrom distress pernafasan, skor Apgar lebih rendah,
asidosis arteri umbilikalis, intubasi lebih lama dan komplikasi selama persalinan dan
sekitar 20 kali peningkatan risiko kematian neonatal dibandingkan bayi yang lahir
dengan berat tepat untuk usia kehamilan (AGA).3

Dari hal di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada bayi yang lahir
dengan SGA, maka kemungkinan terjadi gangguan menyusu disebabkan karena belum
sempurnanya refleks menyusu ataupun menelan akibat dari gangguan perkembangan
saraf sehingga tonus otot pun melemah. Jika dikaitkan dengan organ respirasinya,
maka ia akan membutuhkan oksigen lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi
saat menyusu, sedangkan kemampuan parunya untuk mengembang belum sempurna,
sehingga ia akan cepat merasa lelah dan tampak malas minum.

4. Bagaimana patomekanisme terjadinya hipotermi pada bayi ?8


Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu
tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan terutama karena tingginya konsumsi
oksigen dan penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas
normal sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir
terutama bagi bayi prematur. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil
panas dan pengeluarannya, sedang produksi panas sangat tergantung pada oksidasi
biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat. Suhu normal
adalah suhu tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi secara individual (dapat
terpenuhi dengan suhu bayi stabil dengan suhu aksila antara 36,50 C – 37,50 C.
Hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot
yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem
saraf yang mengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding
dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Untuk mengukur hipotermi
diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur suhu hingga 250C.
Hipotermi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan
terjadinya hipoksemia dan berlanjut dengan kematian. Menurut diagnosis banding
pada suhu tubuh hipotermi ada dua yakni : hipotermi sedang 32 C – 36,4 C dan suhu
tubuh kurang dari 320 C disebut hipotermi berat.

Mekanisme Terjadinya Hipotermi

Hipotermi pada bayi baru lahir timbul karena adanya penurunan suhu tubuh yang
dapat terjadi melalui cara hipoksemin yaitu kadar O2 dalam darah.

a. Evaporasi
Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat pada
permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada
tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan.
b. Konduksi
Adalah kehilangan panas karena panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas
benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara dan kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

d. Radiasi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi karena benda
tersebut akan menyerap radiasi panas tubuh bayi (Saifuddin, 2002).

Banyak faktor resiko dari hipotermi, antara lain bayi baru lahir tidak segera
dikeringkan, terlalu cepat dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi
pakaian, tidak segera didekap pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisahkan dari
ibunya, tidak segera disusui ibunya, berat badan bayi baru lahir rendah, bayi tidak
segera dibungkus dan bayi sakit.

5. Apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan BBLR?9,10

Secara garis besar, BBLR dipengruhi oleh dua faktor yatu faktor maternal, faktor
janin dan faktor lingkungan. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian BBLR
adalah usia ibu saat nelahirkan, jarak kehamilan/persalinan, paritas, kadar HB, status
gizi, penyakit kehamilan, faktor janin adalah cacat bawaan, infeksi dalam Rahim,
gemelli, dan hidramnion, sedangkan dari faktor lingkungan adalah pekerjaan ibu,
social ekonomi, pedidikan dan pengetahuan tentang gizi.
 Faktor maternal
- Usia ibu saat melahirkan
WHO merekomendasikan bahwa usia yang dianggap paling aman menjalani
kehamilan dan persalinan adalah 20 hngga 35 tahun. Persentase tertinggi bayi
dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional
dan fisik belum matang. Sedangkan pada ibu yang sudah tua meskipun mereka
berpengalaman, tetapi kondisi tubuh dan kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat mempengaruhi jani intra uterin dan dapat menyebabkan BBLR.
Kehamilan umur <20 tahun atau >35 tahun merupakan kehamian yang
beresiko tinggi melahirkan bayi berat lahir rendah. Hal ini dikarenakan pada
umur <20 tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan sehingga asupan
makanan lebih banyak digunakan untuk mencukupi kebutuhan ibu. Sedangkan
kehamilan .35 tahun organ reproduksi kurang subur serta memperbesar reiko
kelahiran dengan kelahiran congenital dan beresiko untuk mengalami kelahiran
premature dan beersiko munculnya masalah kesehatan kronis.
- Jarak Kehamilan/kelahiran
Menyatakan kehamilan yang perlu diwaspadai adalah ajrak persalinan terakhir
dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat
maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Keadaan ini perlu
diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau
perdarahan.
- Paritas
Adalah jumlah aak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir meniggal paritas yang beresiko melahirkan melahirkan BBLR
adalah paritas 0 yaitu bla ibu pertama kali hamil dan mempengaruhi kondisi
kejiwaan serta janin yang dikandungnya, dan paritas yang lebih dari 4 beresiko
2,4 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR karea setiap proses kehamilan dan
persalinnan menyebabkan trauma fiik dan pikis, semakin banyak trauma yang
ditinggalkan meneybabkan penyulit pada kehamilan dan persalinan berikutnya.
Kehamilan paritas tinggi meneybabkan kemunduran daya lentur jarigan yang
sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan sehingga cenderung timbul
kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan BBLR. Hal ini dapat mempengaruhi suplai gizi dari ibu
ke janin dan semakin tinggi paritas maka resiko untuk melahirkan BBLR
semakin tinggi.
- Kadar Hemoglobin
Kadar HB ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil
yang anemia karena HBnya rendah bukan hanya membhayakan nyawa ibu
tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan
jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai gizi dan oksigen pada
plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin. Turunnya
kadar HB pada ibu hamil akan menambah resiko mendapatkan BBLR. Ibu
hamil ypenderita anemia berat mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2
kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia berat.
- Status Gizi Ibu
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan atau pada
saat kehamilan akan menyebabkan BBLR.
- Penyakit pada kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir
diantaranya adalah DM gestasional, cacar air, dan penyakit infeksi TORCH.
Pada ibu akan meningkatkan resiko terjadinya preeclampsia, secsio sesaria,
dan terjadinya DM tipe 2 di kemudian hari, sedangkan pada janin
meningkatkan resiko terjadinya mikrosomi.
 Factor lingkungan eksternal
- Pekerjaan ibu hamil
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil
adalah apakah aktivitasnya beresiko bagi kehamilan. Pekerjaan pada ibu hamil
dengan beban atau aktivitas yang terlalu berat dan beresiko akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim karena
adanya hubungan aksis fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang
merupakan satu kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu akan
akan menimbulkan resiko pada ibu (gizi kurang atau KEK dan anemia) atau
pada janin (BBLR).
- Sosial ekonomi
Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan ragam dan kualitas
bahan makanan, ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan
yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi
kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan
tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin
terpantau.
- Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi
Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan akan memberikan gizi
yang cukup bagi bayinya.
 Factor Bayi
Adapun factor janin yang mempengaruhi BBLR cacat bawaan, infeksi dalam
Rahim, hidramnion dan gemelli. Adapun Factor lain yang mempengaruhi BBLR
yaitu ibu yang merokok, minum alcohol
6. Bagaimana pengaruh anemia pada kehamilan terhadap ibu dan janin?11,12,13
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada
trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II. Anemia pada
kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian anemia
hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai
dasarnya. Hb 9 –10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia sedang.
Hb < 7 gr % disebut anemia berat

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan
hemoglobin sekitar 19 %.

Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan
biasanya terjadi secara bertahap.

- Stadium 1, Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam


tubuh terutama disumsum tulang.
- Stadium 2,Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
- Stadium 3, Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
- Stadium 4, Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi
dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru
yang sangat kecil (Mikrositik).
- Stadium 5,Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul
gejala-gejala karena anemia semakin memburuk. Ibu hamil memerlukan
tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah selama kehamilan
akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi.

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan,persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat
timbul akibat anemia adalah : keguguran(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang
lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca
melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim(atonia uteri), syok, infeksi baik saat
bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat(<4gr%)dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu
pada persalinan. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2. Anemia yang paling sering di jumpai dalam
kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi
dalam makanan.
Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau
banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan.
Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi
tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat
kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat
besi ibu.Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk
diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus
menghabiskan cadangan zat besinya Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada
trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,
terjadi karena hemodulasi,terutama pada trimester 2.Beberapa penyebab anemia yaitu :
1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
2.Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh
kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya.
3.Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid
yang berlebihan dan melahirkan.
Tanda dan gejala anemia pada kehamilan
a. Letih, sering mengantuk, malaise
b. Pusing, lemah
c. Nyeri kepala
d. Luka pada lidah
e. Kulit pucat
f. Membran mukosa pucat (misalnya konjungtiva)
g. Bantalan kuku pucat
h. Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
Klasifikasi anemia kehamilan
a. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat
besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.
Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
b. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%. Anemia ini disebabkan karena defisiensi
asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B 12 (cyanocobalamin)
walaupun jarang. Menurut Hudono (2007,p.455-456) tablet asam folat diberikan
dalam dosis 15-30mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12 dengan
dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8% Anemia disebabkan karena sum-
sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
d. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7% Anemia disebabkan karena penghancuran sel
darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut
penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan
zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet
padaibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang
banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

7. Bagaimana penanganan pada skenario?14

PENANGANAN:

1. Mempertahankan suhu dengan ketat.


BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat.
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi / ASI.
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150 ml/kg/hari atau 100 – 120
cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk
segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan / kalori.
Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan
tiap jam. Perhatikan apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah,
menjadi biru atau perut membesar atau kembung.

BAGAN PENANGANAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


KRITERIA Berat lahir bayi < 2500 gram
KATEGORI Bayi berat lahir sangat rendah Bayi berat lahir rendah
(BBLSR) (BBLR)
PENILAIAN Berat lahir < 1500 gram Berat lahir 1500 - 2500
gram
PENANGANAN
Puskesmas  Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
 Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat. Pertahankan tetap hangat.
 Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak
kulit ke kulit dan / bungkus BBLSR dengan kain
hangat.
 Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi.
 Kepala bayi ditutup topi.
 Beri oksigen
 Tali pusat dalam keadaan bersih
 Tetesi ASI bila dapat  Beri ASI
menelan. Bila tidak Bila tidak dapat
dapat menelan, menghisap, bisa
langsung dirujuk menelan
 Rujuk ke rumah sakit langsung tetesi
langsung dari
puting
 Bila tidak
dapat menelan,
langsung di
rujuk
Rumah Sakit  Sama dengan diatas.
 Beri minum dengan sonde / tetesi ASI.
 Bila tidak mungkin, infus dextrode 10% +
Bikarmonas Natricus 1,5% = 4 :1.
Hari I : 60 cc/kg/hari, Hari II : 70 cc/kg/hari.
 Antibiotika
 Bila tidak dapat menghisap puting susu / tidak
dapat menelan langsung / sesak / biru / tanda-tanda
hipotermia berat, terangkan kemungkinan akan
meninggal.

8. Apa saja komplikasi dari BBLR?15

A. Komplikasi BBLR
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru
lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla).
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiasi: dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air
ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat
ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir.
2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat
badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan
berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari
30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan
pada berat badan lahir rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun
asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin
sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
hipoglikemi. Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi
terjadi pada neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi
tidak lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi
dengan kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu
yang dipantau glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus
jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi
pada bayi kurang bulan.
6. Paten duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
7. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus
atau jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan
perdarahan intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
9. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama
lebih dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng
mengakibatkan kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi,
antara lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan
perhatian yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu,
dapat diberikan makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam,
kangkung, juga multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat
besi, mengingat cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg
hanya sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity (
RoP ), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan
perkembangan selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau
retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia
4 minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa
dan terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang
awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke
stadium yang lanjut diperlukan penanganan secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan
stadiumnya tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor
resiko RoP terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur
kelahiran kurang dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi
lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta,
karena itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan
secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan
terkena penyakit.
7. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada
skrotum sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
minora atau bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.
9. Bagaiamana prognosis bayi dengan kondisi BBLR?16,17

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan
pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi
BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Bayi dengan BBLR mempunyai
prognosis pertumbuhan dan perkembangan yang kurang baik dibandingkan bay yang
lahir dengan berat ≥2500 gram. Prognosis bayi dengan BBLR akan lebih buruk bila berat
badan semakin rendah. BBLR menghadapi risiko kematian lebih tinggi selama bulan
pertama kehidupannya. Kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti
asfiksia, aspirasi, penumonia, perdarahan intra kranial, hipoglikemia. Apabila bayi
mampu bertahan hidup dapat terjadi kerusakan saraf, gangguan bicara dan tingkat
kecerdasan yang rendah. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua, perawatan selama kehamilan, persalinan dan postnatal, pengaturan
suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi dan lain-lain.

10. Perspektif Islam pada skenario


Q.S. Al baqarah : 233

Artinya :

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.

PEMBAHASAN CASE

Berdasarkan skenario, hari pertama haid terakhir ibu adalah tanggal 19 juni 2016,
sedangkan bayi lahir tanggal 17 Maret 2017. Berdasarkan data taksiran persalinanya,
seharusnya bayi lahir pada tanggal 26 maret 2017 yang berarti bahwa bayi lahir lebih
cepat 1 minggu 2 hari (perkiraan 40 minggu). Hal ini menunjukkan bahwa bayi lahir
cukup bulan kehamilan yakni 38 minggu 5 hari. Akan tetapi, berat badan bayi hanya
2.150 gram, kurang dari berat badan seharusnya yaitu 2500-4000 gram. Ini menunjukkan
bahwa berat bayi lahir tetapi cukup masa kehamilan sehingga dikategorikan BBLR.

Berdasarkan scenario, kejadian BBLR ini dapat disebabkan oleh ibu yang anemia
sejak ia hamil hingga masa persalinannya. BBLR ini juga mengakibatkan bayi menjadi
hipotermi dan malas minum.

Bayi yang malas minum kemungkinan disebabkan karena bayi yang lahir dengan
SGA, maka kemungkinan terjadi gangguan menyusu disebabkan karena belum
sempurnanya refleks menyusu ataupun menelan akibat dari gangguan perkembangan
saraf sehingga tonus otot pun melemah. Jika dikaitkan dengan organ respirasinya, maka
ia akan membutuhkan oksigen lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi saat
menyusu, sedangkan kemampuan parunya untuk mengembang belum sempurna, sehingga
ia akan cepat merasa lelah dan tampak malas minum.
DAFTAR PUSTAKA

1. e-journal universitas atmajaya, kehamilan dan kebidanan.

2. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from :


http://www.eMedicine.com. 2006. [diakses pada tanggal 24 Maret 2017].
3. Nurasiah, ai.dkk. 2012. Asuhan persalinan Normal. Bandung: PT. Refika
Aditama.
4. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from :
http://www.eMedicine.com. 2006. [diakses pada tanggal 24 Maret 2017].
5. Fenton TR. A new growth chart for preterm babies: Babson and Benda's
chart updated with recent data and a new format. BMC Pediatr. 2003;3:13.
6. Sheridan C. Intrauterine growth restriction. Australian Family Physician.
2005;34(9):717-23.
7. Jancevska A, Tasic V, Damcevski N, Danilovski D, Jovanovska V, Gucev Z.
Children born small for gestational age (SGA) Prilozi. 2012;33(2):47–58
8. Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Hal. 372-
374
9. Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2009. Acuan NAsional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Hal. 376-374
10. Dewi Sulistyorini,dkk. Jurnal penelitian factor-faktor yang berhubungan dengan
berat lahir rendah di RSUD Wonosari GunungKidul Yogyakarta tahun 2012.
11. Prawiroharjo,Sarwono. Ilmu kebidanan Ed.IV.H.774-780
12. Anemia dalam Kehamilan [akses online tanggal 25 Maret 2017
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6973]
13. Pengaruh Anemia dalam kehamilan [akses online pada tanggal 25 Maret 2017]
http://digilib.unila.ac.id/2382/11/BAB%20II.pdf
14. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Jakarta. Halaman 377-378.
15. Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak.EGC.Jakarta
16. lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320230-S-Nita%20Merzalia.pdf
17. eprints.ums.ac.id/39545/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai