Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan Persalinan dengan Bantuan Ekstraksi Vacuum dan

Forceps

Kelompok Tutor 10 :

Wendy Gita C 220110110081


Shiddiqoh Mar’atush 220110110087
Tiara Syahriza 220110110093
Febryani Sumarno 220110110099
Ani Rosmardiani 220110110106
Alfiah Apriliyani 220110110113
Peronika Sari 220110110119
Lestari Nursyifa Aeni 220110110125
Fien Halima 220110110131
Karina Delistia 220110110137
Tri aji 220110110144
Izhqir Rahma Cipta 220110110150
Rani Puspita Sari 220110110156

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Padjajaran
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayatnya sehingga penyusunan makalah Sistem Reproduksi yaitu Asuhan Keperawatan
Persalinan dengan Bantuan Ekstraksi Vacuum dan Forceps telah selesai disusun.

Dalam makalah ini dijelaskan mengenai asuhan keperawatan, Tujuan, Tahapan-tahapan sampai
intervensi dalam Asuhan Keperawatan Persalinan dengan Bantuan Ekstraksi Vacuum dan
Forceps

Makalah yang telah kami susun ini merupakan hasil dari diskusi kelompok kami yang mana telah
kami sesuaikan dengan sumber-sumber yang ada. Diharapkan selain dapat menambah wawasan
keilmuan, juga dapat membentuk mahasiswa yang aktif, kreatif, dan mampu bekerja sama dalam
menggali, mengkaji, dan mempelajari suatu bahan materi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu dengan
terbuka menerima saran dan kritik dari berbagai pihak demi perbaikan dalam membuat makalah
selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di
Fakultas Keperawatan.

Jatinangor, Mei 2014

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Tujuan

BAB II ISI

2.1 Anatomi dan Fisiologi

2.2 Karakteristik ibu yang bersalin dengan ekstraksi vakum dan forsep
2.3 Ekstraksi vakum
2.3.1 Susunan ekstrator vakum
2.3.2 Keuntungan ekstraksi vakum
2.3.3 Kerugian ekstraksi vakum
2.3.4 Ketentuan mengenai ekstraksi vakum
2.3.5 Bahaya ekstraksi vakum
2.3.6 Persiapan ekstraksi vakum
2.4 Ekstraksi forceps
2.4.1 Bagian bagian forceps
2.4.2 Indikasi relative
2.4.3 Indikasi absolute
2.4.4 Syarat ekstraksi forceps
2.4.5 Tipe forceps
2.4.6 Keuntungan forceps
2.4.7 Kerugian forceps
2.4.8 Persiapan forceps
2.5 Pathway
2.5.1 Asuhan keperawatan persalinan dengan ekstraksi vakum dan forceps
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan

BAB III Simpulan dan Saran

Daftar Pusta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma
hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu
atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri
adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya
sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya (Arif, 2000).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa desertai adanya penyulit, persalinan dimulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN 2008).
Setiap wanita menginginkan proses persalinan secara normal dan melahirkan bayi
yang sempurna. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus
(his),kontraksi otot dinding perut,kontraksi diaphragma dan ligamentum action. Adapun
faktor lain seperti faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Jika his
normal,tidak ada gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada
kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung
secara normal.Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi
belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran
itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi. Akan tetapi jika salah satu dari ketiga faktor diatas mengalami
kelainan,misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat,kelainan pada
bayi atau kelainan pada jalan lahir maka persalinan tidak akan berlangsung secara normal
sehingga perlu segera dilakukannya persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vacuum
dan forceps untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi dalam kandungannya.
Persalinan dengan tindakan disebabkan karena persalinan lama atau macet.
Persalinan pervagina dengan ekstraksi vakum atau forceps dilakukan apabila syarat
persalinan dipenuhi dan ada indikasi. Ekstraksi vakum merupakan salah satu dari dua
instrumen tindakan obstetrik operatif yang bertujuan untuk menolong persalinan melalui
jalan lahir atau pervagina. Alat ektsraksi vakum terdiri dari mangkok penghisap,botol
vakum dan pompa untuk menentukan tekanan negatif. Tindakan ini dilakukan untuk
semua keadaan yang mengancam nyawa ibu dan janin yang memiliki indikasi untuk
menjalani persalinan pervagina dengan bantuan alat. Tindakan lain saat persalinan
dengan tindakan yaitu teknik forceps. Forceps merupakan instrumen obstetrik yang
terdiri dari dua sendok untuk memegang kepala bayi. Forceps digunakan sebagai
ekstraktor,rotator atau keduanya. Penggunaan forceps dalam persalinan diindikasikan jika
keadaan persalinan mengancam nyawa ibu atau janin. Biasanya indikasi pada ibu seperti
penyakit jantung,gangguan paru, kelelahan,penyakit neurologis tertentu dan persalinan
kala dua yang berkepanjangan.
Persalinan dengan tindakan memiliki tujuan untuk membantu proses persalinan
yang mengalami penyakit sehinga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi yang
pada akhirnya dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di indonesia. Hal ini sesuai dengan rencana strategis nasional yaitu Making
Pregnancy Safer (MPS) : Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap
komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat.
Faktor – faktor yang berperan dalam proses persalinan
Faktor – faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari
kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin dalam kandungan,
yaitu :
1. Faktor kekuatan his (power)
His yang baik terdiri dari kontraksi yang simetris, adanya dominasi di fundus uteri,
dan sesudah itu terjadi relaksasi. Kesulitan dalam proses persalinan karena kelainan
his yaitu karena his yang tidak normal, sehingga menghambat kelancaran proses
persalinan. Faktor yang memegang peran penting dalam kekuatan his antara lain
faktor herediter, emosi, ketakutan, salah pimpin persalinan.

2. Faktor Jalan lahir (passege)


Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan
antara lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan
serviks uteri dan ovarium.

3. Faktor Bayi (passenger)


Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Penyulit
persalinan yang disebabkan oleh bayi antara lain :
 Kelainan pada letak kepala
 Letak sungsang
 Letak melintang
 presentasi ganda
 Kelainan bentuk dan besar janin

B. Tujuan
 Mengetahui jenis-jenis persalinan
 Mengetahui perbedaan antara persalinan ekstraksi vacum dan forceps
 Mampu menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai teknik persalinan yang
akan dijalankan
 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan
bayinya dengan trauma seminimal mungkin

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi


a. Genetalia Eksterna
1) Mons pubis yaitu jaringan lemak subkutan bulat lunak dan merupakan jaringan ikat
yang berada di atas simfisis pubis, yang banyak mengadung minyak dan di tumbuhi
rambut hitam, kasar dan ikat. Berfungsi dalam seksualitas dan melindungi simfisis
pubis selama koitus
2) Labia mayora yaitu dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis, berfungsi untuk melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan intoitus vagina
3) Labia minora yaitu terletak di bawah atau sebelah dalam dari labio mayora dan
mengelilingi lubang vagina dan uretra. Kelenjar-kelenjar labio minora melumasi
vulva. Suplai yang banyak meningkatkan sensitif erotik
4) Klitoris, yaitu sebuah benjolan daging kecill yang paling peka dari seluruh alat
kelamin perempuan. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah san syaraf bagain
atas labia minora bersatu membentuk klitoris dan bagian bawah
membentuk vestibulum (dimana terletak lubang kecil)
5) Mulut vagina yaitu awal dari vagina, merupakan rongga penghubung rahim dengan
bagian luar tubuh, lubang vagina ditutupi oleh selaput darah
6) Selaput darah (hymen) yaitu selaput tipis yang terdapat dimuka liang vagina selaput
dara tidak mengandung pembuluh darah (Herdian, 2002)

b. Genetalia Interna
1) Tuba Falloppii (saluran telur) yaitu diri kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk
dilalui ovum dari indung telur menuju rahim. Unjungnya berbentuk Fimrbrae.
Fimbrae(Umbai-umbai) dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan. Umbai-umbai ini
berfungsi untuk menagkap ovum yang dikeluarkan indung telur
2) Ovarium (indung telur) yaitu organ di kiri dan kanan rahim di ujung sluran fimbrae
(umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur berfungis mengeluarkan
sel telur. Sel telur adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi
oleh sperma, bila tidak dibuahi maka akan ikut keluar pada saat menstruasi, ovarium
ini mengandung 400.000 sel telur namun hanya akan mengeluarkan 400 sel telur
sepanjang kehidupannya
3) Uterus (rahim) yaitu tempat calon bayi dibesarkan, bentuknya sperti buah alpukat
gepeng sebesar telur ayam kampung. Didnding terdiri dari
lapisan parametrium adalah lapisan yang paling luar dan lapisan yang berhubungan
dengan rongga perut, lapisan miometrium adalah lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar dalam prosespersalinan dengan kontraksi, lapisan endometium adalah
lapisan dalam, tempat menempelnya sel telur sudah dibuahi.
Lapisan endometrium terdir dari lapisan kelenjar yang penuh berisi pembuluh darah
4) Cervix (leher rahim) yaitu bagian yang bagian luarnya ditetapkan sebagai
batas penis masuk kedalam vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka
sehingga bayi dapat keluar
5) Vagina (lubang senggama) yaitu sebuah saluran slinder dengan diameter didnding
depan lebih kurang 6,5 cm dn dinding belakang lebih kurang 9 cm yang bersifat
elastis dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai tempat penisberada pada waktu
senggama, tempatnya keluarnya enstruasi dan bayi
2.2 Karakteristik ibu yang bersalin dengan ekstraksi vakum dan forcep
A. Faktor ibu
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim , organ - organ reproduksi belum
berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin
mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar
sehingga tidak dapat melewati panggul. Selain itu, kekuatan otot – otot perinium
dan otot – otot perut belum bekerja secara optimal sehingga sering terjadi
persalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan seperti ektraksi vakum dan
forseps.Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah
mulai menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes
(diabetes yang berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga rigiditas
tinggi.
2. Paritas
adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan primipara (wanita yang
melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan terjadinya kelainan dan
komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan
kondisi janin (passager) karena pengalaman melahirkan belum pernah dan
informasi yang kurang tentang persalinan dapat pula mempengaruhi proses
pesalinan. Wanita nulipara (belum pernah melahirkan bayi hidup) mempunyai
peningkatan risiko sebesar 5,6 kali untuk persalinan dengan bantuan ekstraksi
vakum dibandingkan dengan wanita multipara dan juga peningkatan risiko sebesar
2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium.
3. Jarak kehamilan dengan sebelumnya
Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek dari
kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang yang buruk terhadap
kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi
organ reproduksi belum kembali dengan sempurna. Sehingga fungsinya akan
terganggu apabila terjadi kehamilan dan persalinan kembali. Sedangkan jarak
kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur ibu.
B. Status Ekonomi

Status ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan penghasilan keluarga,


yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatannya. Sehingga penghasilan
keluarga akan mempengaruhi kemampuan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

C. Rujukan

Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan)
untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus kepada
yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan yang rasional adalah rujukan
yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil guna.

2.3 Ekstraksi vakum


Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negatif dengan
menggunakan ekstraktor vakum dari Malstrom.Persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan
apabila ada indikasi persalinan dan syarat persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan
ekstraksi vakum adalah :
 Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk mengejan
 Partus macet pada kala II
 Gawat janin
 Toksemia gravidarum
 Ruptur uteri mengancam.
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum dengan catatan
persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk melakukan ekstraksi vakum
adalah sebagai berikut :
 Pembukaan lengkap
 Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III

2.3.1 Susunan ekstraktor vakum


Susunan ekstraktor vakum terdiri dari :
A. Mangkuk (cup)
Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga
mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam
mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa
laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatis dibanding
dengan mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai
dengan 6 cm. Pada punggung mangkuk terdapat :
 Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
 Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa
penghubung
 Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin (point of
direction)
Pada mangkuk bagian depan terdapat logam/plastik yang berlubang untuk
menghisap cairan atau udara.
B. Rantai penghubung

Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan


mangkuk dengan pemegang

C. Pipa penghubung

Terbuat dari karet atau plastik yang lentur yang tidak akan berkerut oleh
tekanan negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan
negatif mangkuk dengan botol.

D. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan
yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir serviks, dan darah)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran yaitu :
 Saluran manometer
 Saluran menuju mangkuk
 Saluran menuju ke pompa penghisap Dapat berupa pompa penghisap
manual maupun listrik.

E. Alat pemegang

Gambar 1. Alat ekstraktor vakum dengan pompa tangan


2.3.2 Keuntungan ekstraksi vakum
Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps antaralain adalah:
1. Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare

2. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang pada
belakang kepala, samping kepala ataupun dahi

3. Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada


pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu dilakukan
tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada serviks. Tarikan
tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks. Disamping itu
mangkuk tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari
kemungkinan timbulnya perdarahan otak

2.3.3 Kerugian ekstraksi vakum


1. Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+ 10 menit) cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distres (gawat janin).
2. Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
3. Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
4. Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan.
2.3.4 Beberapa ketentuan mengenai ekstraksi vakum
1. Mangkuk tidak boleh dipasang pada ubun – ubun besar
2. Penurunan tekanan harus berangsur – angsur
3. Mangkuk dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengedan
5. Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang mangkuk yang
terbesar
6. Mangkuk tidak boleh dipasang pada muka bayi
7. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur.
2.3.5 Bahaya ekstraksi vakum
 Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala bayi
dan mangkuk

 Terhadap anak : perdarahan dalam otak.

2.3.6 Persiapan ekstraksi vakum


Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu :
3 Persiapan untuk ibu
- Duk steril untuk menutupi bagian operasi
- Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
- Pengosongan vesika urinaria.
4 Persiapan untuk bayi
- Resusitasi
- Partus pak
- Tempat plasenta.

2.4 Ekstraksi forsep


Ekstraksi forsep adalah persalinan buatan dengan cara mengadakan rotasi,
ekstraksi atau kombinasi keduanya dengan alat forsep yang dipasang pada kepala
janin sehingga janin lahir.
2.4.1 Bagian – bagian forsep
 Bagian – bagian forsep terdiri dari :
a. Daun Forsep
Bagian ini merupakan bagian yang mencekam kepala janin dan
mempunyai 2 lengkungan yaitu : lengkungan kepala & lengkungan
panggul.
b. Tangkai Forsep
Tangkai forsep adalah bagian yang terdapat diantara daun dan kunci
forsep. Tangkai forsep yang terbuka adalah yang pangkalnya jauh satu
dengan yang lain (misal : Forsep Simpson), sedangkan yang tertutup
misalnya seperti yang terdapat pada Forsep Naegle.
c. Kunci Forsep
Untuk menghindari tergelincirnya tangkai forsep, diciptakan kunci dan
terdapat benjolan untuk memegang forsep sehingga pengoperasian
forsep dapat berjalan dengan baik
 Diperkenalkan beberapa jenis kunci forsep yaitu :
a. Kunci Inggris
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara saling dikaitkan. Benjolan
terdapat pada leher tangkai forsep kiri Lekukan pada leher tangkai
forsep kanan Setelah disilangkan kedua tangkai forsep dikunci
(Forsep Naegl)

b. Kunci Perancis
yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara disekrup setelah kedua
tangkai disilangkan.Sebuah sekrup terdapat pada leher tangkai forsep
kiri. Lekukan untuk sekrup pada leher tangkai forsep kanan Setelah
disilangkan dilakukan penguncian dengan cara memutar sekrup.

c. Kunci Jerman
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara mengaitkan pasak yang
terdapat pada satu tangkai forseps dengan cekungan pada tangkai
forsep pasanganya.
d. Kunci Norwegia
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara saling menggeserkan
(sliding) kedua tangkainya.Terdapat bentukan seperti huruf U, pada
leher tangkai forsep kanan. Setelah disilangkan kedua tangkai forsep
terkunci, tetapi masih dapat digeserkan. Tangkai forsep dapat
tergelincir (Kjelland).

e. Pemegang Forsep
Adalah bagian yang dipegang operator saat melakukan ekstraksi
forsep. Umumnya bagian ini mempunyai lekukan tempat jari operator
berada.

Gambar 5. Forsep Naegl dengan bagiam – bagiannya


2.4.2 Indikaisi relatif (elektif, profilaktik)
1. Ekstraksi forsep yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu atau pun
janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.

2. Indikasi relatif dibagi menjadi :

a. Indikasi de Lee
Ekstraksi forseps dengan syarat kepala sudah didasar panggul; putaran paksi
dalam sudah sempurna; m. Levator ani sudah teregang; dan syarat – syarat
ekstraksi forseps lainnya sudah dipenuhi.
Ekstraksi forsep atas indikasi elektif, di negara – negara Barat sekarang
banyak dikerjakan, karena di negara – negara tersebut banyak dipakai
anestesi atau conduction analgesia guna mengurangi nyeri dalam persalinan.
Anestesi dan conduction analgesia menghilangkan tenaga mengajan,
sehingga persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi forsep.

b. Indikasi Pinard
Ekstraksi forsep yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de Lee, hanya
disini penderita harus sudah mengejan selama 2 jam.
3. Keuntungan indikasi profilaktik ialah :

 Mengurangi keregangan perenium yang berlebihan.

 Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.

 Kala II diperpendek.

 Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.

2.4.3 Indikasi absolut (mutlak)


Indikasi mutlak persalinan dengan ekstraksi forsep adalahIndikasi ibu :
eklamsia, preeklamsia Ibu dengan penyakit jantung, paru – paru, dan lain –
lain,Indikasi janin : gawat janin ,Indikasi waktu : kala II memanjang.

2.4.4 Syarat ekstraksi forsep

Untuk melahirkan janin dengan ekstraksi forsep, harus dipenuhi syarat –


syarat sebagai berikut:
1. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak adat disproporsi sevalopelvik)
2. Pembukaan serviks lengkap.
3. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagment)
4. Kepala janin harus dapat dipegang oleh forsep.
5. Janin hidup.
6. Ketuban sudah pecah atau dipecah.

2.4.5 Tipe forsep :


Berdasarkan bentuknya, dikenal beberapa tipe forsep. Dibawah ini adalah
tipe forsep yang sering didapati :
a) Tipe Elliot
Tipe ini ditandai dengan tangkai yang tertutup sehingga lengkung
kepala forsep mencangkup kepala janin lebih luas. Forsep tipe Elliot
ini sebaiknya dipergunakan pada kepala janin yang belum didapati
adanya kaput suksedanum atau yang belum mengalami mulase hebat.

Gambar 2. Forsep Elliot.


b) Tipe Simpson
tipe ini ditandai dengan tangkai yang terbuka sehingga memberi
kemungkinan untuk dipasang pada kepala janin yang mempunyai
kaput suksedanem.
Gambar 3. Forsep Simpson

c) Tipe Khusus
Tipe ini dipergunakan untuk keadaan serta tujuan khusus.
Misalnya : Forsep Piper digunakan untuk melahirkan kepala yang
tertinggal pada persalinan sungsang, Forsep Kielland dipergunakan bila
kepala janin masih tinggi dan Fosep Barton digunakan terutama untuk
melakukan rotasi.

Gambar 4. Forsep Piper.

2.4.6 Keuntungan ekstraksi forsep


 Membantu dalam kasus bayi yang mengalami hipoksia yang dapat
menyebabkan kerusakan otak bahkan mengakibatkan kematian
 Membantu ibu untuk melahirkan bayinya dengan mudah dan tanpa
kelelahan fisik yang berlebihan.
2.4.7 Kekurangan ekstraksi forsep
 Dapat menyebabkan laserasi pada cervix, vagina dan perineum ibu
 Terjadi kerusakan pada urat syaraf karena tekanan oleh daun forsep
sehingga menyebabkan kelumpuhan kaki.
2.4.8 Persiapan ekstraksi forsep
1. Persiapan untuk ibu
 Posisi tidur lithotomi
 Rabut vulva dicukur
 Kandung kemih dan rektum dikosongkan
 Desinfeksi vulva
 Infus bila diperlukan
 Narkosis bila diperlukan
 Kain penutup pembedahan
 Gunting episiotomi
 Alat – alat untuk menjahit robekan jalan lahir
 Uterotonika.
2. Persiapan untuk janin
 Alat – alat pertolongan persalinan
 Alat penghisap lendir
 Oksigen
 Alat – alat untuk resusitasi bayi
3. Persiapan untuk dokter
 Mencuci tangan
 Sarung tangan
 Baju Operasi
2.5 Pathway

2.5.1 Asuhan Keperawatan Persalinan dengan Bantuan Ekstraksi Vacuum dan Forceps

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

a. Nama :
b. Umur :
c. Agama :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Alamat :
g. Suku/ bangsa :
h. Tanggal MRS :
i. Tanggal Pengkajian :
j. No. Register :
k. Nama Suami :
l. Umur :
m. Agama :
n. Pendidikan :
o. Pekerjaan :
p. Alamat :
q. Suku/ Bangsa :

B. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya riwayat abortus, SC pada persalinan sebelumnya.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Distosia (kesulitan persalinan), Penyakit jantung, eklampsia,


Fetal distres , Janin berhenti berotasi, Posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse,
Ketidakmampuan mengejan, Keletihan, Kala II yang lama.

c.Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya penyakit keturunan (jantung.

d. Riwayat Obstetri.

e. Riwayat Sosial.

C. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.


b. Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan.
c. Seksualitas : adanya laserasi servik uteri dan vagina
d. Pada janin/bayi ;
e. DJJ sebelum forsep dipasang.
f. DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.
g. Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema.
h. Perdarahan intrakranial
i. Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala.
j. Paralisis facial

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.

2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap
patogen.

3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.

4. Kurang pengetahuan.
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.

Batasan Karakteristik:

a. Subjektif;
Haus
b. Objektif:
Hipotensi
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan tekanan nadi
Urin menurun/terkonsentrasi
Penurunan pengisian vena
Perubahan mental

Pengkajian post partum menurut Doenges (2001:387)antara lain:

1. Aktivitas atau istiahat dapat tampak berenergi atau keletihan, mengantuk

2. Sirkulasi
nadi biasanya lambat 50-70 karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respons teradap analgesia atau emningkat terhadap pemberian
oksitosin atau hipetensi karena kehamilan. Edema bila ada , mungkin dependen atau
dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum. Kehilangan darah selama
400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran cesarean

3. Intregitas ego
reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubh, misalnya eksitasi atau kurang
kedekatan , tidak berminat

4. Eliminasi
hemoroid sering ada dan menonjol kandung kemih teraba di atas simfisis pubis. Diuresis
dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius .

5. Makanan dan cairan dapat mengeluah haus, lapar, atau mual .

6. Neurosensori. Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesia
spinal atau analgesia kauda. Hiperfleksia mungkin ada
7. Nyeri atau ketidaknyamanan. Dapat melaporkan dari berbagai sumber, misalnya setelah
nyeri , trauma jaringan atau perbaikan epistotomi .

8. Keamanan . pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit. Perbaikan episttomi utuh ,
dengan tepi jaringan merapat.

9. Seksualitas , fundus keras berkontraksi pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus .
drainase vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa
bekuan kecil. Perineum bebas daru kemerahan , edema, ekimosis, atau rabas,. Striae
mungkin ada pada abdomen, paha, payudara lunak dengan putting tegang

10. Penyuluhan. Catat obat-obat yang diberikan termasuk waktu dan jumlah .

11. Pemeriksaan diagnostic. Hemoglobin, hematokrit, jumlah darah lengkap , urinalisis.

Intervensi keperawatan
Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
Tujuan : Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
o TTV stabil,
o Pengisian kapiler cepat,
o Sensorium tepat, dan
o Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.

No. Intervensi Rasional


1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan Membantu dalam membuat rencana
persalinan/kelahiran, perhatikan factor- perawatan yang tepat dan memberikan
faktor penyebab atau pemberat pada kesempatan untuk mencegah atau membatasi
situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen terjadinya komplikasi.
plasenta tertahan, sepsis, abrupsio
plasenta, emboli cairan amniotic, atau
retensi janin mati selama lebih dari 5
mgg).
2. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi Membantu dalam membuat rencana
perdarahan; timbang dan hitung pembalut; perawatan yang tepat dan memberikan
simpan bekuan dan jaringan untuk kesempatan untuk mencegah atau membatasi
dievaluasi oleh dokter. terjadinya komplikasi.
3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitasDerajat kontraktilitas uterus membantu dalam
uterus. Dengan perlahan masase diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas
penonjolan uterus dengan satu tangan miometrium dapat menurunkan kehilangan
sambil menempatkan tangan kedua tepat darah. Penempatan satu tangan di atas
di atas simfisis pubis. simfisis pubis mencegah kemungkinan
inversi uterus selama masase.
4. Perhatikan hipotensi atau takikardi, Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik
pelambatan pengisian kapiler, atau dan terjadinya syok. Perubahan pada TD
sianosis dasar kuku, membrane mukosa, tidak dapat dideteksi sampai volume cairan
dan bibir. telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis
adalah tanda akhir dari hipoksia.
5. Pantau parameter hemodinamik, seperti Memberikan pengukuran lebih langsung dari
tekanan vena sentral atau tekanan baji volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.
arteri pulmonal, bila ada.
6. Lakukan tirah baring dengan kaki Perdarahan dapat menurunkan atau
ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan
horizontal. posisi yang tepat meningkatklan aliran balik
vena, menjamin persediaan darah ke otak dan
organ vital lainnya lebih besar.
7. Pertahankan aturan puasa saat menentukan Mencegah aspirasi isi lambung dalam
status/kebutuhan klien. kejadian di mana sensorium berubah dan atau
intervensi pembedahan diperlukan.
8. Pantau masukan dan haluaran; perhatikan Bermanfaat dalam memperkirakan luas/
berat jenis urin. signifikansi kehilangan cairan. Volume
perfusi/ sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan
haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
9. Berikan lingkungan yang tenang dan Meningkatkan relaksasi, menurunkan
dukungan psikologis. ansietas dan kebutuhan metabolik.
10. Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau Hematoma sering merupakan akibat dari
perasaan penuh pada vagina. perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
11. Berikan tekanan balik pada laserasi labial Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi
atau perineal. servikal, vaginal atau perineal atau hematoma
terjadi.
12. Pantau klien dengan akreta plasenta Tromboplastin dilepaskan selama upaya
(penetrasi sedikit dari miometrium dengan pengangkatan plasenta secara manual yang
jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio dapat mengakibatkan koagulopati.
plasenta terhadap tanda-tanda KID.
13. Kolaborasi Mulai infuse 1 atau 2 I.V. dari Perlu untuk infus cepat atau multipel dari
cairan isotonic atau elektrolit dengan cairan atau produk darah untuk
kateter 18G atau melalui jalur vena sentral.meningkatkan volume sirkulasi dan
mencegah pembekuan.
14. Berikan darah lengkap atau produk darah Membantu menentukan beratnya masalah
(missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) dan efek dari terapi.
sesuai indikasi.
15. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk
oksitosin, metilergononovin maleat, mencegah infeksi atau mungkin diperlukan
prostaglandin F2ά. untuk infeksi disebabkan atau diperberat
Magnesium sulfat (MgSO4) pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
Heparin
Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur
dan sensitivitas terhadap lokhia)
Natrium bikarbonat.
16. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Membantu dalam menentukan jumlah
indikasi: kehilangan darah. Setiap ml darah membawa
Hb dan Ht 0,5 mgHb. Pada syok lama, hipoksia jaringan
Kadar pH serum Trombosit, FDP, dan asidosis dapat terjadi sebagai respon
fibrinogen, dan APTT. terhadap metabolisme anaerobik.
Pasang kateter urinarius indwelling.
17. Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai Perbaikan pembedahan terhadap
indikasi: lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi hematoma,
separasi manual dan penglepasan plasenta. dan pengangkatan jaringan tertahan akan
pemasangan kateter indwelling besar ke menghentikan perdarahan. Histerektomi
dalam kanal servikal. abdominal segera diindikasikan untuk
Penempatan kembali uterus atau tampon perlekatan plasenta abnormal.
bila inverse kira-kira akan terjadi.

Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan
terhadap patogen.
Tujuan :
o Bebas dari infeksi.
o Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang Kondisi dasar ibu, seperti diabetes
ada sebelumnya. atau hemoragi, menimbulkan
potensial risiko infeksi atau
penyembuhan luka yang buruk.
Infeksi dapat mengubah
penyembuhan luka.
2. Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. Menurunkan resiko infeksi asenden.
peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah
putih, atau bau/warna rabas vagina.
Berikan perawatan perineal sedikitnya
setiap 4 jam.
3. Kolaborasi Lakukan persiapan kulit Menurunkan resiko kontaminan kulit
praoperatif, scruc sesuai protokol. memasuki insisi, menurunkan risiko
infeksi pascaoperasi.
4. Dapatkan kultur darah, vagina, dan Mengidentifikasi organisme yang
plasenta sesuai indikasi. menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
5. Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit Risiko infeksi pasca-melahirkan dan
(Ht), catat perkiraan kehilangan darah penyembuhan buruk meningkat bila
selama prosedur pembedahan. kadar Hb rendah dan kehilangan
darah berlebihan.
6. Berikan antibiotik spektrum luas Antibiotik profilaktik dapat
parenteral pada praoperasi. dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi, atau sebagai
pengobatan pada infeksi yang
teridentifikasi.

Diagnosa 3 : Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek obat/penurunan sensasi
Tujuan : Bebas dari cedera

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Lepaskan alat prostetik (mis, lensa kontak, Menurunkan resiko cedera
gigi palsu/kawat gigi) dan perhiasan. kecelakaan.
2. Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan Dapat menandakan retensi urin atau
frekuensi berkemih, haluaran, penampilan, menunjukkan keseimbangan cairan
dan waktu berkemih pertama. atau dehidrasi pada klien yang sedang
bersalin.
3. Pantau haluaran dan warna urin setelah Menunjukkan tingkat hidrasi, status
insersi kateter indwelling. Perhatikan sirkulasi dan kemungkinan trauma
adanya darah dan urin. kandung kemih.
4. Kolaborasi Dapatkan specimen urin untuk Risiko meningkat pada klien bila
analisis rutin, protein, dan berat jenis. proses infeksi atau keadaan
hipertensif ada.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan


Tujuan :
o Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum.
o Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Kaji kebutuhan belajar. Metode kelahiran ini didiskusikan
pada kelas persiapan melahirkan anak,
tetapi banyak klien gagal untuk
menyerap informasi karena ini tidak
mempunyai makna pribadi pada
waktunya. Klien yang mengalami lagi
kelahiran melalui ekstraksi
forsep/vakum tidak dapat mengingat
dengan jelas atau memahami detil-
detil melahirkan sebelumnya.
2. Catat tingkat stress dan apakah prosedur Mengidentifikasi kesiapan klien/
direncanakan atau tidak. pasangan untuk menerima informasi.
3. Berikan informasi akurat dengan istilah- Memberikan informasi dan
istilah sederhana. Anjurkan pasangan mengklarifikasi kesalahan konsep.
untuk mengajukan pertanyaan dan Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pemahaman mereka. mengevaluasi pemahaman klien/
pasangan terhadap situasi.
4. Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap Perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran
pilihan alternatif kelahiran. melalui ekstraksi forsep/vakum,
seharusnya dilihat sebagai alternative
bukan cara yang abnormal, untuk
meningkatkan keselamatan dan
kesejahteraan maternal/ janin.
5. Gambarkan prosedur sebelum tindakan Informasi memungkinkan klien
dengan jelas, dan berikan rasional dengan mengantisipasi kejadian dan
tepat. memahami alasan intervensi/
tindakan.
6. Berikan penyuluhan setelah tindakan, Memberikan teknik untuk mencegah
termasuk instruksi latihan kaki, batuk dan komplikasi yang berhubungan dengan
napas dalam. stasis vena dan pneumonia hipostatik.
7. Diskusikan sensasi yang diantisipasi Mengetahui apa yang dirasakan dan
selama melahirkan dan periode pemulihan apa yang “normal” membantu
mencegah masalah yang tidak perlu.

Implementasi
Melakukan   apa   yang   harus   kita   lakukan   pada   saat   itu   sesuai   dengan   apa   yang   telah
diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.

Evaluasi
Evaluasi keperawatan di sesuaikan dengan kriteria hasil dan tujuan yang ada
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negative ( sedot ) pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vacuum ( ventouse ) dari
maelstrom.
Model persalinan yang dibantu ini hanya menimbulkan sedikit trauma pada jaringan ibu.
Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan komplikasi utama pada penggunaan alat
ini, namun mayoritas penyulit tersebut adalah akibat seleksi yang buruk dan pemaksaan persalina
pervaginan dengan segala resiko.
Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat melewati perineum dapat lebih
mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat menghindari perlunya episiotomi.

B. Saran
Diharapka setelah membaca makalah ini kita sebagi perawat mampu melakukan tindakan
vacuum ekstraksi sesuai dengan prosedur keperawatan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Oxorn, Harry dkk. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. 1990. Yogyakarta: ANDI;YEM

http://www.kapukonline.com/2011/09/askeppersalinanvacumekstraksi.html
http://blog.askep-online.com/askep-persalinan-vacum-ekstraksi/

ml.scribd.com/doc/143507819/Kegawat-Daruratan-Obstetrik-1
ml.scribd.com/doc/90372543/Plasenta-previa
ml.scribd.com/doc/6876883/AA-KOMPLIT-1-1
ml.scribd.com/doc/148956424/Vacum-Ekstraksi-1
ml.scribd.com/doc/135950596/BAB-II
ml.scribd.com/doc/221708799/145449339-Reproduksi-2...
ml.scribd.com/doc/39628183/SENAM-NIFAS-PERAWATAN...
ml.scribd.com/doc/162343379
http://kumpulanaskep.com/blog/rencana-asuhan-keperawatan-klien-dengan-post-operasi-kehamilan-
ektopik-terganggu-post-salpingektomi-sinistra-dekstra-miomektomi-diruang-dds-rsup-dr-sardjito-
yogyakarta/

www.antarasumbar.com

Anda mungkin juga menyukai