Anda di halaman 1dari 4

ISONIAZID

Obat Generik : Isoniazid / INH


Obat Bermerk : Beniazide, INH-Ciba, INHA 400, Kapedoxin,
Nufadoxin Forte, Pehadoxin, Pyravit, Suprazid
Penyakit Terkait : TBC
KOMPOSISI
Isoniazid Tablet : Tiap tablet mengandung Isoniazid 300 mg.
FARMAKOLOGI
 Isoniazid adalah antibiotik dengan aktivitas bakterisid dan bakteriostatik
terhadap mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja dengan menghambat sintesa
asam mikolinat yang merupakan unsur penting pembentukan dindis sel mikobakterium
tuberkulosis.
 Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M.
kansasii.
INDIKASI
 Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal
maupun kombinasi dengan obat tuberkulosis lainnya.
 Pengobatan infeksi mikobakterium non-tuberkulosis.
KONTRAINDIKASI
 Penderita penyakit hati akut.
 Penderita dengan riwayat kerusakan sel hati disebabkan terapi isoniazid.
 Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
 Dewasa : 5 mg/kg berat badan/hari atau 10 mg/kg berat badan 3 kali seminggu.
 Anak : 10 – 15 mg/kg berat badan/hari dalam 2 dosis terbagi (pagi dan malam), atau
20 – 40 mg/kg berat badan 2 – 3 kali seminggu.

Isoniazide sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong. Waktu yang paling baik
pemberian isoniazid adalah 1 – 2 jam sebelum makan. Apabila terdapat gangguan
saluran pencernaan/lambung apabila diminum sebelum makan, makan isoniazid dapat
diminum bersamaan dengan makanan untuk mengurangi efek gangguan pencernaan.

EFEK SAMPING

Efek samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis optik, reaksi
psikosis, kejang, mual, muntah, kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan
penglihatan, demam, kemerahan kulit, dan defisiensi vitamin B (pyridoxine). Efek
samping yang berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan sel
hati).

PERINGATAN DAN PERHATIAN


 Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu diturunkan.
 Hati-hati penggunaan isoniazid pada penderita dengan riwayat psikosis, penderita
dengan risiko neuropati (seperti diabetes melitus), alkoholisme, malnutrisi, dan
penderita HIV.
 Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama terapi
perlu dilakukan monitor fungsi hati secara berkala.
 Hati-hati penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid diberikan
bila manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.
INTERAKSI OBAT
 Isoniazid dapat meningkatkan toksisitas karbamazepine, ethosuximide, fenitoin,
diazepam, triazolam, teofilin, dan warfarin.
 Konsentrasi dalam darah isoniazid dapat berkurang bila digunakan bersamaan
dengan ketokonazole.
 Risiko hepatotoksisitas dapat menigkat bila digunakan bersamaan dengan rifampisin
dan obat hepatotoksik lainnya.
 Pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, efektivitas isoniazid dapat menurun dan
risiko neuropati dan hepatotoksisitas dapat meningkat.
KEMASAN

Isoniazid tablet 300 mg.

COTRIMOXAZOLE
Obat Generik :

Trimethoprim / Trimetoprim, Sulfamethoxazole / Sulfametoksazol (Cotrimoxazole /


Kotrimoksazol)

Obat Bermerek :

Bactoprim Combi, Bactricid, Bactrim, Batrizol, Cotrim, Cotrimol, Dotrim / Dotrim Forte,
Hexaprim / Hexaprim Forte, Ikaprim / Ikaprim Forte, Infatrim, Kaftrim, Lapikot Forte,
Licoprima, Meditrim, Meprotrin / Meprotrin Forte, Nufaprim / Nufaprim Forte, Ottoprim,
Primadex, Primazole, Primsulfon, Sanprima / Sanprima Forte, Septrin, Spectrem,
Sulprim, Sultrimmix / Sultrimmix P / Sultrimmix DS, Trimezol, Triminex, Trimoxsul,
Trixzol, Trizole, Ulfaprim, Wiatrim, Xepaprim / Xepaprim Forte, Zoltrim, Zultrop / Zultrop
Forte.

KOMPOSISI
 Cotrimoxazole Tablet : Tiap tablet mengandung Trimethoprim 80 mg dan
Sulfamethoxazole 400 mg.
 Cotrimoxazole Tablet/Kaplet Forte : Tiap tablet/kaplet forte mengandung
Trimethoprim 160 mg dan Sulfamethoxazole 800 mg.
 Cotrimoxazole Syrup : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Trimethoprim 40 mg
dan Sulfamethoxazole 200 mg.
FARMAKOLOGI

Cotrimoxazole adalah antibiotik yang merupakan kombinasi Sulfamethoxazole dan


Trimethoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas
bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap sintesis asam nukleat dan
protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai
spektrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif,
misalnya Streptococci, Staphylococci, Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella,
Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten
terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan
berbagai strain Staphylococcus.

INDIKASI
 Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp,
Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris.
 Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae.
 Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
 Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.
 Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
 Diare yang disebabkan oleh E. coli.
KONTRAINDIKASI
 Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil,
wanita menyusui, bayi prematur atau bayi berusia dibawah 2 bulan.
 Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.
 Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap trimetoprim dan obat-obat golongan
sulfonamida.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
 Bayi usia 6 minggu – 6 bulan : 120 mg, 2 kali sehari.
 Anak usia 6 bulan – 6 tahun : 240 mg, 2 kali sehari.
 Anak usia 6 – 12 tahun : 480 mg, 2 kali sehari.
 Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 960 mg, 2 kali sehari.
EFEK SAMPING
 Efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi hipersensitif/alergi,
ruam kulit, sakit kepala dan gangguan pencernaan misalnya mual, muntah dan diare.
 Leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, diskrasia darah.
 Walaupun sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit
atau darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic epidermal, necrosis fulminant,
hepatic necrosis dan diskrasia darah lainnya.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
 Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk
mencegah terjadinya akumulasi obat.
 Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum (minimal 1,5 liter sehari) untuk
mencegah kristaluria.
 Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara
periodik karena kemungkinan terjadi diskrasia darah.
 Hentikan penggunaan Cotrimoxazole bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam
kulit atau tanda-tanda efek samping lain yang serius.
INTERAKSI OBAT
 Kotrimoksazol dapat menambah efek dari antikoagulan dan memperpanjang waktu
paruh Fenitoin juga dapat mempengaruhi besarnya dosis obat-obat hipoglikemia.
 Pernah dilaporkan adanya megaloblastik anemia apabila kotrimoksazol diberikan
bersama-sama dengan obat yang dapat menghambat pembentukan folat misalnya
Pirimetamin.
 Pemberian kotrimoksazol bersama dengan diuretik terutama Tiazid dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya trobositopenia.
KEMASAN
 Cotrimoxazole Kaplet Forte
 Cotrimoxazole Tablet
 Cotrimoxazole syrup.

Anda mungkin juga menyukai