Anda di halaman 1dari 38

GANGGUAN CEMAS

Anisa Ika Pratiwi


Narita Ekananda A.R
PENDAHULUAN
• Gangguan kecemasan/ansietas merupakan
keadaan psikiatri yang paling sering
ditemukan.
• Di Indonesia, masalah gangguan kesehatan
jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi
pada orang dewasa secara nasional mencapai
11,6%.
• Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang
menyadarkan, memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
• Gangguan cemas dapat dikelompokkan
menjadi beberapa bagian.
GANGGUAN CEMAS
• Suatu sinyal yang menyadarkan,
memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman.
• Rasa cemas terjadi pada semua keadaan, tak
terikat/tergantung pada suatu keadaan atau
benda tertentu
• Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari
dua komponen :
– kesadaran terhadap sensasi fisiologis
– kesadaran terhadap rasa gugup atau takut.
Patofisiologi
Teori Psikoanalitik
• kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam.
Teori Perilaku
• respon dari stimulus lingkungan yang spesifik

Teori Eksistensi
• Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa
kekosongan eksistensi dan arti.
• Menurut aspek biologis

Neurotransmiter
• Norepinephrine Sistem Saraf
• Serotonin Otonom
• GABA

Korteks Serebri Sistem Limbik


Klasifikasi
• Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders ( DSM-IV), gangguan cemas terdiri dari :
(1) Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
(2) Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
(3) Fobia spesifik;
(4) Fobia sosial;
(5) Gangguan Obsesif-Kompulsif;
(6) Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
(7) Gangguan Stress Akut;
(8) Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder).
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

F40 Gangguan Anxietas Fobik


F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT

F41 Gangguan Anxietas Lainnya


F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif
F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual)
F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional
F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya
F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT

F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian


(F43.0-F43.9)
F44 Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44.0-F44.9)
F45 Gangguan Somatoform (F45.0-F45.9)
F48 Gangguan Neurotik Lainnya (F48.0-F48.9)
GANGGUAN PANIK
• Serangan panik adalah periode kecemasan
atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat
dan disertai gejala somatik.
• terjadinya serangan panik yang spontan dan
tidak diperkirakan.
• Serangan panik sering dimulai dengan periode
gejala yang meningkat dengan cepat selama
10 menit.
• Gejala mental utama adalah ketakutan yang
kuat dan suatu perasaan ancaman kematian
dan kiamat
• Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan
sumber ketakutannya.
Tanda dan Gejala
• minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parestesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas.
Penegakkan Diagnosis
• Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ III)
• Gangguan Panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik
• Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali
serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety)
dalam masa kira-kira satu bulan:
– Pada keadaan-keadaan diamna sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya;
– Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations);
– Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian
umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi).
• Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV
( DSM-IV-TR)
• Kriteria diagnostik untuk gangguan panik tanpa agorafobia
Baik (1) atau (2):
• Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan
Sekurangnya 1 serangan telah diikuti oleh sekurangnya 1 bulan atau
lebih berikut ini:
– Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan
– Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya
– Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan perubahan
perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
• Tidak terdapat serangan
– Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau
kondisi medis umum
– Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain, seperti fobia sosial, fobia spesifik gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan stress pasca traumatik,atau gangguan cemas perpisahan
Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
– SSRI ( Serotonin Selective Reuptake Inhibitors),
terdiri atas beberapa macam dapat dipilih salah
satu dari sertralin, fluoksetin, fluvoksamin,
escitalopram, dll
– Alprazolam
• Psikoterapi
FOBIA
• suatu ketakutan yang tidak rasional yang
menyebabkan penghidaran yang disadari
terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang
ditakuti.
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
• Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide,
atau sensasi yang menganggu
• Kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang
disadari, dibakukan, dan rekuren
• Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang,
sedangkan melakukan kompulsi menurunkan
kecemasan seseorang
Tanda dan Gejala Klinis
• Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsif yaitu :
– Kontaminasi; pola yang paling sering terjadi yang diikuti oleh
perilaku mencuci dan menghindari obyek yang dicurigai
terkontaminasi
– Sikap ragu-ragu yang patologik; obsesi tentang ragu-ragu yang
ikuti dengan perilaku mengecek/memeriksa. Tema obsesi
tentang situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa
mematikan kompor atau tidak mengunci rumah).
– Pikiran yang intrusif; pola yang jarang, pikiran yang intrusif tidak
disertai kompulsi, biasanya pikira berulang tentang seksual atau
tindakan agresif.
– Simetri; obsesi yang tema kebutuhan untuk simetri, ketepatan
sehingga bertindak lamban, misalnya makan memerlukan waktu
berjam-jam, atau mencukur kumis dan janggut.1
Pedoman Diagnostik
A. Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR
Salah satu obsesi atau kompulsi :
Obsesi seperti yang didefinisikan oleh (1),(2),(3), dan (4) :
1. Pikiran, impuls, atau layangan yang berulang dan menetap
yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan
mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan
dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran
berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,
Impuls, atau bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan
pikiran atau tindakan lain
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan
obsesional adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak
disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)
• Kompulsi seperti yang didefinisikan oleh (1) dan (2) :
– Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan,
mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya,
berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)
yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai
respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan
yang harus dipatuhi secara kaku.
– Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah
atau mengurangi penderitaan atau mencegah suatu
kejadian atau situasi yang menakutkan; akan tetapi,
perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan
dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka
maksudkan untuk menetralkan atau mencegah, atau secara
jelas berlebihan.
B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang menyadari
bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan : hal ini tidak berlaku untuk anak-anak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaaan yang jelas,
menghabiskan waktu (lebih dari 1 jam sehari), atau secara
bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik), atau kegiatan atau hubungan sosial biasanya.
D. Jika terdapat gangguan Aksis I lainnya, Isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan yang
terdapat pada Gangguan Makan; mencabut rambut yang terdapat
pada Trikotilomania; perhatian pada penampilan yang terdapat
pada Gangguan Dismorfik Tubuh; preokupasi dengan zat yang
terdapat pada suatu Gangguan Penggunaan Zat; preokupasi dengan
menderita suatu penyakit serius yang terdapat pada Hipokondriasis;
preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual yang terdapat
pada Parafilia; atau perenungan bersalah yang terdapat pada
Gangguan Depresi Mayor.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat
(misal, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis
umum
Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
– SSRI
• Psikoterapi
– exposure and response prevention
GANGGUAN PENYESUAIAN
(ADJUSTMENT DISORDER)
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS
DAN DEPRESI

• Terdapat gejala-gejala anxietas maupun


depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup
berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
• Gejala-gejala dialami oleh pasien hampir
setiap hari dan dinilai berdasarkan ungkapan
pribadi atau hasil pengamatan orang lain
misalnya keluarga pasien.
Gejala Umum Anxietas
Kewaspadaan berlebihan
Ketegangan Motorik Hiperaktivitas Otonomik dan Penangkapan
berkurang
• Kedutan otot/ rasa • Nafas pendek/terasa • Perasaan jadi
gemetar berat peka/mudah ngilu
• Otot tegang/kaku/pegal • Jantung berdebar-debar • Mudah terkejut/kaget
• Tidak bisa diam • Telapak tangan • Sulit konsentrasi pikiran
• Mudah menjadi lelah basah/dingin • Sukar tidur
• Mulut kering • Mudah tersinggung
• Kepala pusing/rasa
melayang
• Mual, mencret, perut
tak enak
• Muka panas/ badan
menggigil
• Buang air kecil lebih
sering
Gejala Depresi
Gejala utama Gejala lainnya

• Afek depresi • Konsentrasi dan perhatian


• Kehilangan minat dan berkurang
kegembiraan, dan • Harga diri dan kepercayaan
• Berkurangnya energi yang diri berkurang
menuju meningkatnya • Gagasan tentang rasa
keadaan mudah lelah ( rasa bersalah dan tidak berguna
lelah yang nyata sesudah • Pandangan masa depan yang
kerja yang sedikit) dan suram dan pesimistis
menurunnya aktifitas. • Gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau
bunuh diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang.
Pedoman Diagnostik
• Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran
Ansietas Depresif
• Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III
Penatalaksanaan
• terapi berdasarkan gejala yang muncul,
keparahannya, dan tingkat pengalaman klinis
tersebut dengan berbagai modalitas terapi
• antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
• Gangguan cemas menyeluruh (Generalized
Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kekhawatiran yang berlebih dan meresap
disertai oleh berbagai gejala somatik yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan
yang jelas bagi pasien.
Tanda dan Gejala
• Gejala utama adalah anxietas, ketegangan
motorik, hiperaktivitas otonom, dan
kewaspadaan secara kognitif.
• Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi aspek kehidupan pasien
• Terdapat juga kewaspadaan kognitif dalam
bentuk iritabilitas.
Pedoman Diagnostik
• Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)
Penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas
yang berlangsung hampir setiap hari selama beberapa
minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan.
Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut :
– Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib
buruk, perasaan gelisah seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dan sebagainya) ;
– Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran,
tidak dapat santai) ;
– Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
takikardi, takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala,
mulut kering, dan sebagainya).
• Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan
berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan
somatik berulang-ulang. Adanya gejala-gejala lain
yang bersifat sementara, terutama depresi, tidak
menyingkirkan gangguan anxietas menyeluruh
sebagai diagnosis utama, selama pasien tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif
(F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan
panik (F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif
(F42).
– Termasuk :
• Neurosis anxietas
• Reaksi anxietas
• Keadaan anxietas
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders IV ( DSM-IV-TR)

A. Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan


(harapan yang mengkhawatirkan), terjadi
lebih banyak dibandingkan tidak selama
paling kurang 6 bulan, tentang sejumlah
peristiwa atau aktivitas (seperti pekerjaab
atau prestasi sekolah).
B. Orang kesulitan untuk mengendalikan
kekhawatiran.
C. Kecemasan dan kekhawatiran adalah
dihubungkan dengan tiga (atau lebih) dari enam
gejala berikut (dengan paling kurang beberapa
gejala terjadi lebih banyak dibandingkan tidak
selama 6 bulan terakhir). Catatan : Hanya satu
gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau perasaan tegang atau cemas
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap
tertidur, atau tidur yang gelisah dan tidak
memuaskan)
D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak
dibatasi pada gambaran utama gangguan Aksis I,
misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah
bukan suatu Serangan Panik (seperti pada
Gangguan Panik), merasa malu di depan
umum(seperti pada Fobia Sosial), terkontaminasi
(seperti pada Gangguan Obsesif Kompulsif),
merasa jauh dari rumah atau kerabat dekat
(seperti pada Gangguan Cemas Perpisan),
pertambahan berat badan (seperti pada
Anoreksia Nervosa), menderita berbagai keluhan
fisik (seperti pada Gangguan Somatisasi), atau
menderita penyakit serius (seperti pada
Hipokondriasis), serta kecemasan dan
kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama
Gangguan Stres Pascatrauma.
D. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik
menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis
langsung dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat,
pengobatan) atau suatu kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi
secara eksklusif selama suatu Gangguan Mood,
Ganguan Psikotik, atau Gangguan
Perkembangan Pervasif.
Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
– Benzodiazepin
– Buspiron
– SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

• Psikoterapi
– Terapi Kognitif Perilaku
– Terapi Suportif
– Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Anda mungkin juga menyukai