Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

SISTEM ENDOKRIN

DIABETES MELLITUS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga makalah “DIABETES MILLETUS” ini dapat saya selesaikan. Dalam penulisan

makalah ini saya berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah

dicerna isinya oleh para pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta

masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini, Maka saya berharap

adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan

layak sebagaimana mestinya.

Palu, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................


DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi ...................................................................................... 2
2.2. Etiologi ....................................................................................... 2
2.3. Klasifikasi .................................................................................. 3
2.4. Faktor resiko .............................................................................. 3
2.5. Patofisiologi ............................................................................... 4
2.6. Manifestasi Klinis ...................................................................... 5
2.7. Pemeriksaan Diagnostik............................................................. 6
2.8. Penatalaksanaan ......................................................................... 6
2.9. Komplikasi ................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 13
3.2. Saran…………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Menurut WHO pada
tahun 2.000 jumlahh penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai
171,230,000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita diabetes di dunia
akan mencapai jumlah 366,210,100 orang atau naik sebesar 114% dalam kurun waktu 30
tahun. Di Indonesia populasi penyakit Diabetes Mellitus menduduki peringkat ke 5
terbanyak di dunia berdasarkan data IDF Diabetes Atlas, pada tahun 2013 penderita DM
di tanah air mencapai 8.554.155 orang bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun
2014 hingga mencapai 9,1 juta orang. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan
dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan
penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit
jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.

1.2. TUJUAN
 Untuk mengetahui pengertian Diabete Mellitus
 Mengetahui Etiologi Diabetes Mellitus
 Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus
 Mengetahui Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
 Mengetahui Komplikasi Diabetes Mellitus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan metabolic yang diakibatkan oleh
adanya kenaikan kadar glukosa dalam tubuh/hiperglikemia. (Smeltzer,Hinkle & Cheever,
2010; Kumar, Abbas & Aster, 2013)
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan
multietiologi (banyak penyebab) yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai ketidakcukupan
(insufisiensi) fungsi insulin. (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2005)

2.2. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan memegang
peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit diabetes
mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar. Virus
hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang
memproduksi insulin menjadi rusak, Selain itu peradangan pada sel beta dapat
menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin. Faktor lain yang menjadi penyebab
diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan
rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon
insulin yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.
2.3. KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan
diabetes mellitus menjadi 4 yaitu :
1) Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM)
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan
sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM)
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi
peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap
toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.

2.4. FAKTOR RESIKO


 Riwayat Keluarga
 Obesitas
 Usia
 Kurangnya Aktivitas Fisik
 Suka Merokok
 Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
 Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
 Masa Kehamilan
 Ras Tertentu
 Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
 Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia
2.5. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus
tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini
akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah
menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk
mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan
mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai
penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin
bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan
produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan
atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi
insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin
bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes
gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).
2.6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke
air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri). Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan
lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Dengan memahami proses
terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa
pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan,
(polifagia) tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak
minum (polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa
keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes mellitus seperti tersebut diatas.
Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti
kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur
pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh
tidak sembuh (Sarwono, 2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a) Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b) Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d) Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e) Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f) Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g) Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h) Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i) Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j) Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada penderita Diabetes Mellitus dilakukan pemeriksaan:
1. Laboratorium
 Kadar glukosa plasma puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dl (normal 70-
110 mg/dl) pada sedikitnya dua kali pemeriksaan.
 Kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl (normal < 140 mg/dl)
 Gula darah postprandial > 200 mg/dl
 Hemoglobin glikolisasi (HbA1c)
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar
glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi
kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin
dalam sel darah merah.
 Urinalisis
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak
bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur
yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan
mencocokkan warna pada strip dengan peta warna. Sedangkan pada pemeriksaan
glukosa keton, senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan
sinyal yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada
diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang
efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk
menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses
pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah
serta urin.
2. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan oftalmik menunjukkan aseton atau glukosa

2.8. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahaman tentang perjalanan penyakit
DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin.
Selain itu, untuk mencapai pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM
dibutuhkan perubahan perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:
a) Mengikuti pola makan sehat
b) Merningkatkan kegiatan jasmani
c) Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman dan
teratur
d) Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e) Melakukan perawatan kaki secara berkala
f) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut seperti
hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan
makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang
cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak
jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber
zat tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik. Namun
penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan
karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan
karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam
satu kali makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks
seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue,
tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak
dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar gula darah. Pada
umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila makan makanan yang
mengandung banyak serat. Makanan berikut yang mengandung banyak serat makanan
adalah havermout, kacang-kacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel, jeruk,
pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan & mengganti
jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein hewani & protein nabati.
Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah
kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau telur sebagai
pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu. Sedangkan
sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi.
Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah,
kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah
kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat
membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang
sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa
dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga
merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber
vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susu
merupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta
kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak.
Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar
susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan
berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali
gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini terdapat 5
macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula darah.
Beberapa obat yg sering digunakan adalah:
a) Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin. Obat
ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat badan kurang
atau normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan
glinid.
b) Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini terutama
dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan
pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau
sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
c) Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin yang
tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka
dengan gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d) Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga
mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya
mempengaruhi konsentrasi gula darah setelah makan. Efek samping yang sering
terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut kembung, sering buang angin, dan
mencret.
e) Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan DM. Obat
ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya meningkatkan sekresi
insulin, menurunkan pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah.
Beberapa obat golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain
vildagliptin dan sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat, komplikasi
akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia
hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan
pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat
(infeksi sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat,
dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.
2.9. KOMPLIKASI
1. Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang
belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf
otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi
setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung
sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi
normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama
glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan
merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga
terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy).
Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar
pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung
dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
2. Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil yang
disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak
berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari
untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh.
Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan
protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang
terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin
mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga
terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
3. Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama
kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang
sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah
yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf
mata.
4. Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di
dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke
otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak
bisa terjadi.
5. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis
seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat
memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko
serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga
terkena hipertensi.
6. Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat
pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut
pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes
berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami
kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau
neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami
penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7. Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa bisa
mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit
diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita
diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena
itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah tertular
dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis
hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama atau
berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah
perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2
dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya
penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8. Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru dibandingkan
orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi cukup.
Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan
menaikkan glukosa darah.
9. Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa
darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran pencernaan.
Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa
pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah
terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak
rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat
dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran
makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum.
10. Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam menghadapi
masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi.
Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki,
kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak
sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Menurut WHO populasi Diabetes Mellitus di Indonesia menduduki peringkat ke 5 di dunia
dan akan di perkirakan bertambah pada tahun-tahun berikutnya. Penyakit Diabetes Mellitus
merupakan kelainan metabolik yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah
dalam tubuh atau hiperglikemia. Kondisi hiperglikemi pada pasien DM tersebut
bermanifestasi pada 3 gejala yaitu 3P (Poliuria, polidpsia, dan polifagia). Diabetes mellitus
diklasifikasikan menjadi DM tipe I, DM tipe II, dan Diabetes Gestasional, fartor resiko
penyakit DM meliputi: keluarga, obesitas, usia, masa kehamilan, ras, dll. Pemeriksaan
diagnostik penyakit DM yaitu dengan melakukan pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostik dan penatalaksaannya dengan edukasi, diet, latihan jasmani, obat,insulin.
Penyakit DM ini mempunyai komplikasi seperti neuropathy, hipertensi, penyakit jantung
dan masih banyak lagi.

3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:

Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta;

EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen9 halaman
    Pneumonia
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen17 halaman
    TB Paru
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • 42 83 2 PB
    42 83 2 PB
    Dokumen8 halaman
    42 83 2 PB
    Adi Suandana
    Belum ada peringkat
  • Sap Batuk Efektif
    Sap Batuk Efektif
    Dokumen3 halaman
    Sap Batuk Efektif
    Komalimabelas Selajur
    Belum ada peringkat
  • Tumor Otak
    Tumor Otak
    Dokumen13 halaman
    Tumor Otak
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Tumor Paru
    Tumor Paru
    Dokumen23 halaman
    Tumor Paru
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Gonore
    Gonore
    Dokumen10 halaman
    Gonore
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis
    Konsep Medis
    Dokumen19 halaman
    Konsep Medis
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
    Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
    Dokumen6 halaman
    Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
    Bang Kira
    Belum ada peringkat
  • Asam
    Asam
    Dokumen12 halaman
    Asam
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Sistem Buffer
    Sistem Buffer
    Dokumen7 halaman
    Sistem Buffer
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Asam Dan Basa
    Asam Dan Basa
    Dokumen6 halaman
    Asam Dan Basa
    yusrijal
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Asam Basah
    Pengertian Asam Basah
    Dokumen2 halaman
    Pengertian Asam Basah
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Non Medikamentosa Karsinoma Hepar
    Non Medikamentosa Karsinoma Hepar
    Dokumen8 halaman
    Non Medikamentosa Karsinoma Hepar
    Devi Eliani Chandra
    Belum ada peringkat
  • Askep Ispa
    Askep Ispa
    Dokumen28 halaman
    Askep Ispa
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Status Asmatikus
    Status Asmatikus
    Dokumen12 halaman
    Status Asmatikus
    banaatuzainal
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Dokumen14 halaman
    Naskah Publikasi
    Sumber Sendang Alkes
    Belum ada peringkat
  • Gonore
    Gonore
    Dokumen31 halaman
    Gonore
    Fira Thiodorus
    75% (4)
  • Sap Batuk Efektif
    Sap Batuk Efektif
    Dokumen3 halaman
    Sap Batuk Efektif
    Komalimabelas Selajur
    Belum ada peringkat
  • Masalah Konstipasi Pada Anak
    Masalah Konstipasi Pada Anak
    Dokumen5 halaman
    Masalah Konstipasi Pada Anak
    Irwan Muhaimin
    Belum ada peringkat
  • Gonore
    Gonore
    Dokumen6 halaman
    Gonore
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • SAP
    SAP
    Dokumen16 halaman
    SAP
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Dokumen10 halaman
    Diagnosa Keperawatan
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Sap Ispa K
     Sap Ispa K
    Dokumen5 halaman
    Sap Ispa K
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Perikarditis
    Perikarditis
    Dokumen13 halaman
    Perikarditis
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Hepatoma
    Hepatoma
    Dokumen20 halaman
    Hepatoma
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen17 halaman
    TB Paru
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Askep Ispa
    Askep Ispa
    Dokumen28 halaman
    Askep Ispa
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Askep Nic Noc
    Kumpulan Askep Nic Noc
    Dokumen21 halaman
    Kumpulan Askep Nic Noc
    Micki Taryan
    Belum ada peringkat