Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ELI SETIYANI

NIM : P1337424414002
PRODI : S1 TERAPAN KEBIDANAN
NO.ABSEN : 14
TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI
KORUPSI

RESUME KASUS DUGAAN PLAGIARISME DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) menonaktifkan sementara


Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terkait adanya dugaan plagiarisme di UNJ. Pada kesempatan ini beliau
memberikan penjelasan mengenai kasus tersebut. Bapak Djaali menjelaskan bahwa plagiarisme ini
penyelidikannya belum selesai. Awalnya Tim Evaluasi Kajian Akademik (EKA) melakukan penelitian terhadap
lima disertasi, dan ditemukan adanya indikasi plagiat. Kemudian dirjen kelembagaan memberikan surat kepada
UNJ untuk membentuk tim kontrol cepat yang terdiri dari 5 orang kemudian melakukan penelaahan terhadap 5
disertasi tersebut dan hasilnya sangat berbeda. Dimana hasil dari tim kontrol cepat tidak menemukan adanya
plagiarisme. Karena hasilnya berbeda maka akhirnya dibentuklah tim independen yang diketuai oleh Bapak Ali
Gufron namun hasilnya sampai saat ini belum diketahui.

Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Bapak Djaali resmi dinonaktifkan oleh Kemenristekdikti
(Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) pada tanggal 25 September 2017. Salah satu temuan
adanya dugaan Plagiarisme adalah disertasi Gubernur Sulawesi Tenggara nonaktif, Nur Alam yang saat ini
menjadi tersangka KPK dimana Bapak Djali sebagai promotornya.

Bapak Djaali memberikan keterangan bahwa beliau tidak pernah memiliki hubungan dekat dengan Nur
Alam. Bapak Djalli mengatakan bahwa pertemuan dengan Nur Alam pertama kali 15 tahun yang lalu, yaitu
tepatnya di tahun 2012 kemudian setelah itu tidak pernah bertemu lagi kecuali pada saat Nur Alam mendaftar
menjadi mahasiswa di UNJ. Beliau juga mengklarifikasi bahwa Nur Alma dkk bukan merupakan mahasiswa
kerjasama melainkan mahasiswa biasa.

Dugaan plagiarisme tidak hanya dilakukan oleh Nur Alam tetapi juga dilakukan oleh empat pejabat
propinsi Sulawesi Tenggara lainnya dimana Bapak Djali sebagai promotornya.

Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai kasus dugaan plagiarisme, Bapak Djali mengklarifikasi
mengenai tuduhan nepotisme yang dilakukan olehnnya. Beliau menjelaskan bahwa empat anaknya resmi
menjadi dosen di UNJ setelah mengikuti prosedur dan memenuhi klasifikasi sebelum dirinya menjadi rektor di
universitas tersebut. Hanya satu yang masuk setelah beliau menjadi rektor, itupun karena dia telah mengikuti
prosedur dan memenuhi kualifikasi, selain itu ketiga anak beliau telah menjadi dosen sebelum beliau menjabat
sebagai rektor. Beliau juga mengklarifikasi bahwa beliau tidak pernah memecat satupun pegawai seperti yang
diberitakan. Beliau menganggap ini adalah fitnah dan pencemaran nama baik. Oleh karena itu beliau
melaporkan fitnah-fitnah tersebut untuk diselesaikan dengan jalur hukum. Beliau melaporkan Supriadi Rustad
dan Ubadilah yang telah mengatakan hal-hal yang diyakini beliau tidak dilakukan olehnya dan beliau siap untuk
membuktikan di pengadilan bahwa beliau tidak melakukannya. Beliau melaporkan kedua orang tersebut karena
mengatakan bahwa beliau melakukan jual beli ijazah. Sepengetahuan beliau selama ini tidak pernah terjadi jual
beli ijazah di UNJ.

Temuan plagiarisme ini berakibat pada penyelenggaraan program pascasarjana karena salah satu
indikasinya karena proses perkuliahan yang janggal dengan meluluskan jumlah doktor yang fantastis dari kurun
waktu 2012 hingga 2016.

Menanggapi berita tersebut, Bapak Djaali mengatakan bahwa data yang diambil merupakan data
seluruh mahasiswa yang dibimbingnya, sedangkan beliau sudah sangat lama (20 tahun) menjadi dosen
pembimbing, sehingga menjadi sangat banyak.Beliau mengakui bahwa di Tahun 2012 telah meluluskan
sebanyak 112 mahasiswa doktor yang berasal dari 11 angkatan yaitu berasal dari angkatan tahun 2004 sampai
dengan tahun 2014.

Beliau mengatakan telah berusaha untuk menjelaskan mengenai apa yang terjadi sebenarnya kepada
Kemenristekdikti terkait dugaan adanya plagiarisme yang menyebabkan beliau dinonaktifkan, namun
Kemenristekdikti tidak mau mendengar penjelasannya. Oleh karena itu beliau ingin mengambil langkah hukum.

(Sumber : Primetime News Live Metro TV tanggal 27 September 2017)

Anda mungkin juga menyukai