Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan

apresiasi siswa SMPN Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya terhadap karya

sastra. Hal itu diduga dikarenakan oleh dua masalah pokok yang

berkaitan. Pertama masalah teori sastra yang berhubungan dengan

perkembangan ilmu sastra. Kedua pembelajaran sastra di sekolah-

sekolah yang berkaitan dengan metodologi pengajaran. Kedua bidang

tersebut selalu menjadi persoalan yang cukup menarik untuk diteliti,

terutama bagi pengajar guru bahasa Indonesia. Persoalan pokoknya,

yaitu adanya kesenjangan di antara kedua cabang ilmu tersebut di

lapangan. Di satu sisi, perkembangan di bidang teori sastra begitu pesat

dengan munculnya berbagai teori. Sedangkan di sisi lain, pelaksanaan

pembelajaran sastra Indonesia di sekolah-sekolah selalu diwarnai dengan

munculnya masalah–masalah, sehingga hal ini mempengaruhi terhadap

pencapaian keberhasilan tujuan pengajaran sastra

Hasil orientasi yang telah dilakukan, berupa pengamatan lapangan

di SMPN sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, diperoleh gambaran kondisi

objektif berupa fenomena yang cukup merisaukan sehingga penulis

terdorong untuk melakukan penelitian di bidang ini. Kondisi objektif

yang terlihat pada pelaksanaan orientasi awal itu, antara lain proses

pembelajaran masih diwarnai sistem tradisional. Siswa lebih terpaku

mendengarkan ceramah dari guru. Sarana pembelajaran masih jauh dari

Penelitian Tindakan Kelas 1


memadai. Lingkungan sekolah yang bernuansa sastra sangat miskin.

Upaya menggalakkan kreasi sastra melalui majalah dinding kurang

diminati siswa. Belum maksimalnya pembelajaran tersebut, ditunjukkan

pula oleh nilai hasil apresiasi sastra yang rendah.

Persoalan di atas sangat menarik minat berbagai kalangan, seperti

guru bahasa Indonesia, para pemerhati pendidikan, dan para sastrawan

untuk membahasnya. Pembicaraan mengenai kedua bidang itu, dari

masa ke masa kian menghangat dan tidak pernah berhenti, karena

orang-orang memandang peranan kedua bidang ilmu itu begitu besar di

dalam kehidupan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa sudah sejak lama,

sudah berabad-abad manusia memandang sastra sebagai salah satu

kebutuhan hidup.

Sesuai dengan peranannya itu, teori-teori pengkajian sastra pun

dirancang dan ditawarkan oleh para pakar ilmu sastra, sehingga tidaklah

mengherankan apabila dalam kurun waktu tertentu terdapat teori yang

dianut secara meluas, tetapi pada kurun berikutnya teori tersebut

ditinggalkan. Keadaan seperti itu pun terjadi pada dunia pengajaran

sastra di sekolah-sekolah. Mulai dari pembagian bahan ajar sastra

sampai pada pendekatan dan metode pembelajaran sastra yang

dipraktikan di sekolah-sekolah dianggap kurang memberi penagalaman

bersastra pada para siswa, sehingga berpengaruh pada pencapaian

tujuan pembelajaran sastra itu sendiri.

Secara substantif tujuan pembelajaran sastra terbagi atas dua hal.

Pertama, agar siswa memperoleh pengalaman bersastra, kedua agar para

siswa beroleh pengetahuan tentang sastra.. Sebagaimana dikemukakan

Penelitian Tindakan Kelas 2


oleh Yus Rusyana (1978: 7-13), bahwa tujuan pengajaran sastra adalah

beroleh pengalaman dan pengetahuan sastra, sementara perolehan

pengaturan dapat dicapai melalui pengetahuan siswa tentang sastra itu

sendiri. Yang tergolong pengalaman apresiasi sastra ialah mendengarkan

karya sastra, membaca karya sastra, dan menonton pementasan sastra.

Sedang yang termasuk pengalaman berekspresi, antara lain

berdeklamasi, bermain drama, mengarang dan lain-lain.

Untuk beroleh pengalaman bersastra itu para siswa harus

melakukannya sendiri, bergaul langsung dengan karya sastra. Misalnya,

pengalaman membaca sastra akan diperoleh para siswa ketika mereka

secara langsung membaca karya sastra secara utuh, tidak dalam bentuk

ringkasan, sinopsis, ulasan, atau melalui cerita ulang yang dilakukan

orang lain. Untuk kepentingan mengapresiasi sastra, mereka

memerlukan pengetahuan teori yang mampu menuntun mereka pada

tingkat pemahaman sehingga mereka dapat merebut makna atas isi

karya sastra yang dibacanya.

Pengkajian struktural yang memfokuskan perhatian pada unsur

pembangun dan konvensi sastra sangat sejalan dengan tujuan

pembelajaran sastra di sekolah. Pendekatan ini menuntun para siswa

untuk mengapresiasi sastra. Hal ini mengandung pengertian bahwa

dalam proses pembelajaran apresiasi sastra, siswa beroleh pengalaman

dan sekaligus mengenali konvensi-konvensi sastra yang terkandung di

dalamnya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu

dipertimbangkan penggunaan berbagai metode dan teknik pembelajaran

yang tepat. Ketepatan memilih metode dan teknik pembelajaran sangat

Penelitian Tindakan Kelas 3


menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sastra.

Guru, dalam hal ini perlu mengenali kesesuaian antara karakteristik

metode dengan bahan ajar sastra. Karena itu, kompetensi dan kreativitas

guru di bidang yang satu ini perlu terus menerus ditingkatkan supaya

para siswa mampu memberi jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran

sastra di sekolah.

Pendekatan humanistik dipandang sebagai pendekatan yang

memiliki kesesuaian dengan pembelajaran apresiasi sastra. Pendekatan

ini memandang proses belajar sebagai proses membangun pengetahuan

melalui pengalaman. Menrut pandangan pendekatan humanistik,

hakikat belajar adalah integrasi dan dinamika proses pengungkapan

makna (prehension) dan dinamika proses pengubahan atau pengelolaan

hasil (transformation).

Model pengkajian struktural, merupakan sebuah pola pengkajian yang

bertumpu pada kreativitas, yaitu upaya mewujudkan kemampuan

pembaca untuk berpikir analitis terhadap sesuatu yang baru atau unik

dengan cara memanfaatkan pengetahuan, nilai dari keterampilan yang

dimilikinya. Inti dari proses struktural adalah proses pemaparan apa

yang ada (deskriptif) melalui analisis terhadap unsure-unsur pembangun

karya sastra.

Kedua konsep dasar teori pembelajaran itu sejalan dengan

karakteristik analisis stuktural yang berfokus pada konstektualisasi dan

kebermaknaan. Berkenaan dengan hal itu, penulis merasa terdorong

untuk melakukan penelitian terhadap dua masalah pokok tersebut.

Alasannya, pertama sikap memanfaatkan perkembangan ilmu dan

Penelitian Tindakan Kelas 4


perkembangan sosial budaya masyarakat yang berhubungan dengan

disiplin ilmu merupakan kewajiban profesional. Kedua, adanya

kesesuaian antara subjek penelitian ini dengan bahan ajar sastra di

SMTP sehingga hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan para

guru sastra dalam memilih atau menciptakan model pembelajaran.

Melalui penelitian ini, penulis melakukan pengkajian Carita

Pondok (Carpon ), tujuannya merebut makna dari karya sastra tersebut.

Dalam usaha ini, penulis mencoba memanfaatkan perkembangan teori

sastra dengan memilih teori pendekatan pengkajian humanistikal sebagai

teknik pembelajarannya. Pengalaman merebut makna sastra itu,

selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar dalam merancang model

pembelajaran sastra. Jenis sastra yang dipilih sebagai bahan ajar adalah

kumpulan Carpon Smokol yang merupakan Carpon pilihan Kompas.

Atas dasar uraian di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis

memilih judul : “Penggunaan Model Pembelajaran Humanistik sebagai

Alternatif Peningkatan Kemampuan Apresiasi Carpon Di Kelas IX D

SMPN Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

Secara khusus permasalan yang terlihat di lapangan adalah

rendahnya kemampuan para siswa dalam mengapresiasi karya sastra

termasuk di dalamnya Carpon . Kemampuan yang dimaksud ialah,

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Melalui kajian pustaka

yang telah dilakukan, didapat dugaan bahwa model pembelajaran

Humanistik dapat mingkatkan kemampuan apresiasi sastra siswa kelas

Penelitian Tindakan Kelas 5


IX D SMPN sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hal itu, di

bawah ini penulis sampaikan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah keefektifan model pembelajaran Humanistik dalam

pembelajaran apresiasi Carita Pondok dapat memberikan pengalaman

bersastra secara efektif, integratif, dan partisipatif siswa kelas IX D

SMPN sukaraja Kabupaten Tasikmalaya ?

2. Apakah model Humanistik dama pembelajaran apresiasi sastra Carita

Pondok dapat meningkatkan kualitas hasil belajar apresiasi sastra

siswa kelas IX D SMPN sukaraja Kabupaten Tasikmalaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tindakan

kelas ini adalah meningkatkan kemampuan apresiasi sastra dengan

menggunakan model pembelajaran Humanistik khususnya apresiasi

Carpon .

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk memperoleh informasi hasil pelaksanaan model

pembelajaran Humanistik dalam pembelajaran apresiasi Carpon

b. Untuk mengukur sampai dimana kadar aktivitas, integritas, dan

partisipasi siswa dalam pengalamannya mengikuti pembelajaran

apresiasi Carpon

Penelitian Tindakan Kelas 6


c. Untuk mengkaji sampai dimana hasil yang diperoleh siswa dalam

pengalamannya mengikuti pembelajaran apresiasi Carpon

melalui penggunaan model pembelajaran Humanistik.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Penelitian bagi Guru

a. Meningkatkan kemampuan profesionalisme, dan menambah

pengalaman bersastra serta mendorong lahirnya perilaku inovatif

untuk berkarya;

b. Menambah pengalaman untuk meningkatkan kemampuan dalam

menghubungkan bahan ajar dengan situasi dunia nyata siswa;

c. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang teori sastra

sehingga terinspirasi untuk mengelaborasi dengan teori pendidikan;

d. Mengetahui kelemahan-kelemahan diri atau strategi pengajaran

sebagai dasar melakukan langkah perbaikan selanjutnya.

2. Manfaat Penelitian bagi Siswa

a. Menambah pengalaman bersastra dalam suasana yang

menyenagkan;

b. Menumbuhkembangkan kerjasama, saling menghargai antarteman,

dan merasakan manfaat bagi dirinya, sehingga mendorong terjadinya

perubahan perilaku, karena pendekatan humanistik memiliki

kemampuan menciptakan suasana belajar yang lebih manusiawi.

c. Mendorong siswa untuk berfikir kritis, analitis, aktif, kreatif,

interaktif, dan partisifatif terhadap kenyataan yang dihadapinya

untuk menciptakan sesuatu yang baru;

Penelitian Tindakan Kelas 7


E. Hipotesis Tindakan

Subjek penelitian ini terpusat pada bagaimana efektivitas model

pembelajaran humanistik dapat meningkatkan kadar pengalaman

bersastra dan kualitas hasil apresiasi sastra siswa. Berdasarkan hal itu,

penulis sampaikan hipotesis tindakan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan model humanistik dalam pembelajaran apresiasi sastra

Carpon mampu menciptakan pengalaman belajar apresiasi sastra

dalam suasana aktif, kreatif, integratif dan partisipatif siswa kelas IX

D SMPN sukaraja Kabupaten Tasikmalaya;

2. Pelaksanaan model humanistik dalam pembelajaran apresiasi Carpon

mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX D SMPN sukaraja

Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian Tindakan Kelas 8


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Landasan konsep yang dijadikan dasar berpijak bagi peneliti secara

ilmiah untuk memecahkan masalah peningkatan mutu pembelajaran di

Sekolah Menengah Pertama ini penulis sampaikan sejumlah teori yang

dipandang relevan dengan kepentingan penelitian ini.

1. Teori Belajar

Istilah belajar (Learning) dan pembelajaran (Intruction)

mengandung tiga hal. Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya

perubahan perilaku individu; kedua, perubahan tersebut harus

merupakan buah dari pengalaman; ketiga, perubahan itu terjadi pada

perilaku individu yang memungkinkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Fontana (1981: 147) bahwa belajar mengandung pengertian proses

perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari

pengalaman.

Istilah pembelajaran (Instruction), disampaikan oleh Romiszowski

(1981:4) bahwa proses pengajaran berpusat pada tujuan atau goal

directed teaching process, yang dalam banyak hal dapat direncanakan

sebelumnya. Karena sifat dan proses tersebut, maka proses belajar yang

terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman

yang memang sebagian besar sudah direncanakan sebelumnya. Karena

itu, istilah pembelajaran (Intruction) sering diartikan sebagai proses

pembelajaran, yaitu proses membuat orang melakukan proses belajar

sesuai dengan rencana. Unsur kesengajaan dari pihak di luar diri

Penelitian Tindakan Kelas 9


individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari

konsep instruction. Namun demikian, para ahli psikologi mengemukakan

bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja.

Sekurangnya ada dua pendekatan psikologi yang kita kenal dalam

proses belajar. Yaitu : Pertama, pendekatan connectionist or behaviorist.

Pendekatan ini melihat bahwa proses belajar sebagai proses terjadinya

hubungan antara stimulus atau rangsangan dengan respon atau

jawaban, atau antara respon dengan penguatan (reinforcement). Kedua

pendekatan cognitive or cognitive field, pendekatan ini memandang

bahwa proses belajar tidak semata-mata hasil hubungan mental individu

dalam melakukan fungsi-fungsi psikologi, seperti konsep dan ingatan.

Atau dengan kata lain pendekatan pertama menekankan unsur di luar

individu (lingkungan berperan memberi rangsangan), sedangkan

pendekatan kedua menitikberatkan pada potensi diri individu (Fontana,

1981: 148).

Brunner dengan pandangan kognitifnya, belajar bukan hanya

merupakan untit perilaku yang pasif yang terlahir dari akibat stimulus,

tetapi merupakan proses aktif individu dalam menggunakan prinsip dan

hukum yang menerapkannya. Dengan kata lain, proses belajar bukan

hanya terjadi pada diri individu, tetapi merupakan suatu proses dari

individu yang sengaja membuat hal itu terjadi melalui proses menerima

dan menggunakan informasi.

2. Pendekatan Humanistik

Di atas telah disampaikan bahwa konsep belajar merujuk pada

interaksi individu dengan dunia luar, seperti alam, sosial, budaya, dan

Penelitian Tindakan Kelas 10


spiritual sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang semakin

dewasa. Sedang konsep pembelajaran lebih merujuk pada penataan

lingkungan belajar yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang

dapat belajar dengan baik dan bermakna.

Pembahasan pendekatan dan model pembelajaran akan selalu

berkaitan dengan kedua hal di atas. Pendekatan pembelajaran berkenaan

dengan cara guru sebagai pembelajar menyikapi dan menata secara

sistemik proses penciptaan terjadinya peristiwa belajar. Untuk

melakukan pendekatan, diperlukan kerangka konseptual dan operasional

yang memandu dan memberi rambu-rambu bagi guru dalam mengelola

peristiwa belajar.

Pendekatan atau approach berarti penghampiran, jalan, tindakan

mendekati. Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction,

yang berarti pengajar atau pembeljar. Secara teknis pendekatan

pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang digunakan oleh guru

atau pembelajar untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa

belajar. Belajar dalam konsteks ini harus diartikan mengalami peristiwa

perubahan perilaku dan menghasilkan perilaku baru sebagai hasil dari

peristiwa tersebut. Sebagai konsep, pendekatan pembelajaran mencakup

asumsi dasar tentang siswa, proses belajar, dan tentang suasana yang

mampu menciptakan terjadinya peristiwa belajar.

Pendekatn humanistik memandang proses belajar sebagai “proses

membangun pengetahuan melalui pengalaman” (Kolb, dalam

Winataputra, 1997:133). Teori belajar ini dikenal sebagai experiential

learning. Teori belajar experiential sebenarnya memanfaatkan konsep

Penelitian Tindakan Kelas 11


belajar dan teori kognitif Piaget dan Brunner. Hakikat belajar merupakan

integritas dan dinamika proses prehention (perolehan makna) dan

dinamika proses transformation (pengelolahan hasil). Integritas dari

kedua proses ini berjalan secara dinamis dan saling mengisi.

Berdasarkan konsep tersebut, maka dalam diri seseorang

terdapat potensi gaya belajar, yakni belajar dari pengalaman konkret,

belajar melalui konseptualisasi, abstrak, belajar melalui pengamatan

yang mendalam (reflektif), dan belajar melalui eksperimentasi aktif.

Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari konsep belajar

eksperiential yang bersifat humanistik itu, ditandai oleh hal-hal berikut :

a. Partisipasi, ditandai dengan adanya kesepakatan, kebersamaan,

tanggung jawab bersama, dan tidak otoriter;

b. Integrasi, ditandai dengan adanya interaksi, interprenetasi, integrasi

berfikir, perasaan, dan tindakan;

c. Relevansi, ditandai dengan adanya keterkaitan bahan pembelajaran

dengan kebutuhan dasar, kehidupan, dan memiliki arti bagi orang,

baik secara emosional maupun intelektual;

d. Pribadi, sebagai objek utama belajar;

e. Tujuan, terpusat pada usaha mengembangkan manusia secara utuh

dalam masyarakat yang benar-benar manusiawi.

3. Keterkaitan antara Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknis

Penggunaan ketiga istilah ini di lapangan kadang-kadang bertukar

tempat. Strategi (strategy), artinya akal atau siasat, metode (method)

berarti cara, sedang teknik (technique) berarti cara khusus. Secara

teknis, strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau

Penelitian Tindakan Kelas 12


prosedur yang digunakan guru untuk menuansai siswa dalam mencapai

tujuan belajarnya. Metode artinya cara yang digunakan guru atau siswa

dalam mengolah informasi (fakta, data, konsep) pada peristiwa belajar

mengajar yang mungkin terjadi langkah atau beberapa langkah tertentu

dalam suatu strategi. Sedangkan teknik, diartikan sebagai cara khusus

atau spesifik yang digunakan guru atau siswa dalam melakukan suatu

kegiatan.

Pendekatan lebih bersifat konseptual, artinya dapat terjadi dalam pikiran

guru yang menjadi kerangka untuk melakukan tindakan pembelajaran.

Strategi, metode, dan teknik lebih bersifat operasional. Dalam

perwujudannya, suatu pendekatan itu sangat memerlukan strategi,

metode, dan teknik. Misalnya, pendekatan system, memperlakukan

proses belajar mengajar sebagai seperangkat kegiatan yang memilih

komponen tujuan, isi, proses, dan evaluasi yang saling berkaitan.

Seluruh kegiatan pembelajaran harus bertitik tolak dari dan menuju ke

pencapaian tujuan. Dengan kata lain, pendekatan member kerangka

berfikir, sedangkan strategi, metode, dan teknik berfungsi mengisi dan

mewujudkan kerangka itu dalam realitas peristiwa pembelajaran.

4. Model Pembelajaran

Pengertian Model Pembelajaran banyak dikemukakan oleh para

ahli pendidikan diantaranya :

Zymper (dalam Winataputra, 1997:140), guru yang professional

harus mscheme of teaching. Maksudnya adalah kerangka berfikir guru

tentang bagaimana menciptakan terjadinya proses belajar mengajar pada

Penelitian Tindakan Kelas 13


diri siswa dan mengapa ia harus melakukan hal itu. Kerangka berfikir

tersebut, merupakan kristalisasi atau perwujudan dari pemahaman,

penghayatan, penelitian, dan pengalaman dalam mengajar.

Toyce dan Weil (dalam Winataputra, 1997:140), model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk

kepada pengajar di kleas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.

Rampengan (1981:2) berpendapat bahwa model dapat diartikan sebagai

pola menerangkan proses menyebutkan dan menghasilkan situasi

lingkungan tertentu yang menyebabkan para siswa berinteraksi dengan

cara terjadinya perubahan khusus pada tingkah laku para siswa.

Joyce dan Weill (dalam Winataputra, 1997:143) menyatakan bahwa

model pembelajaran adalah kerangka fikir pengembangan yang terpusat

pada hasil belajar tertentu. Karena itu model-model yang dihimpun oleh

kedua tokoh ini dirancang untuk mengajarkan tujuan belajar tertentu

(domain-specifik-models). Salah satu model rancangannya adalah model

sinektiks(synectick) yang difokuskan untuk membangkitkan kretivitas.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah pola penataan lingkungan suasana

belajar yang dirancang oleh seorang guru yang memungkinkan siswa

dapat belajar (mengalami perubahan tingkah laku) dengan baik dan

bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5. Tujuan Pengajaran Apresiasi Sastra di SMP

Tujuan pengajaran sastra yang paling penting adalah apresiasinya

itu sendiri. Menganalisis karya sastra dipandang sebagai cara yang

Penelitian Tindakan Kelas 14


paling tepat untuk meningkatkan kemampuan apresiasi siswa terhadap

karya sastra. Upaya untuk mewujudkan peningkatan kemampuan

apresiasi siswa, penggunaan pengkajian structural terhadap novel

dipandang sangat sesuai. Hal itu didasarkan pada alas an-alasan berikut

Pertama, pengkajian struktur prosa dilakukan bertujuan untuk

memaparkan fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsure prmbangun

prosa yang secara bersama-sama menghasilkan sebuah totalitas yang

utuh. Hal tersebut sejalan dengan bentuk prosa sebagai sebuah karya

sastra yang hadir ke hadapan pembaca sebagai sebuah totalitas yang

utuh. Carpon dibangun dari sejumlah unsure.Setiap unsure

pembangun Carpon akan saling berhubungan dan saling menentukan,

sehingga mengakibatkan Carpon menjadi sebuah karya yang bermakna.

Setiap unsure pembangun Carpon akan menjadi bermakna, jika berada

dalam keseluruhannya. Dengan kata lain, dalam keadaan terisolasi,

terpisah dari totalitasnya, unsure-unsur tersebut tidak ada artinya.

Kedua, Model pembelajaran Carpon yang dimaksud adalah

sebuah pola atau rancangan pembelajaran untuk mendesain suasana

suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa beroleh

pengalaman bersastra secara aktif, kreatif, dan komunikatif guna

merebut makna sastra melalui langkah-langkah yang efektif. Dalam

model pembelajaran Carpon ini, penulis mencoba menggunakan teori

pembelajarn humanistic untuk mengapresiasi sastra Carpon .

Pengajaran apresiasi sastra menurut GBPP bahasa Indonesia

adalah agar para siswa mampu menikmati, memahami, dan

memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,

Penelitian Tindakan Kelas 15


memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa. Dengan demikian, rancangan pembelajaran

harus diarahkan kepada terciptanya suasana yang memungkinkan siswa

beroleh pengalaman bersastra dan pengetahuan tentang sastra sehingga

mampu menambah wawasan hidupnya. Tujuan pembelajaran sastra

sebagaimana dituliskan di atas, akan terakomodasi melalui penggunaan

pendekatan humanistik.

Penelitian Tindakan Kelas 16


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX D SMPN sukaraja

Kabupaten Tasikmalaya pada Semester I tahun pelajaran 2014-2015

Subjek Penelitian

B. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX D SMPN sukaraja Kabupaten

Tasikmalaya sebanyak 33 orang siswa terdiri dari 16 orang siswa

perempuan dan 17 siswa laki-laki.

Tingkat kemampuan siswa di kelas ini dipandang homogen. Dengan latar

belakang sosial ekonomi yang heterogen. Mereka kebanyakan dari

kampung dan desa yang cukup jauh dengan latar belakang ekonomi, dan

sosial budaya yang sangat kurang.

C. Prosedur Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Berdasarkan hasil analisis kondisi objektif melalui orientasi di

lapangan dan analisis pelaksanaan program ideal melalui kajian

pustaka, permasalahan yang dikemukakan bada BAB I peneliti

mencoba untuk mengatasinya dengan pendekatan humanistik. Dalam

penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan kepala sekolah dan guru-

guru mata pelajaran bahasa Indonesia lain serta guru mata pelajaran

lainnya untuk menyatukan persepsi guna mengatasi masalah, yaitu

meyusun rencana tindakan atau program hipotetik dan

mengimplementasikannya.

Penelitian Tindakan Kelas 17


Rencana tindakan atau program hipotetik yang sudah divalidasikan

dengan tim kolaborasi selanjutnya diimplementasikan. Selama

implementasi itu, peneliti bersama observer mencatat berbagai data

dengan teknik observasi untuk dianalisis sebagai bahan refleksi dean

revisi. Begitu seterusnya, sampai implementasi siklus ketiga selesai.

Pelaksanaan penelitian ini terinspirasi oleh prosedur rancangan

penelitian model Kemmis & Mc Taggar’s sebagaimana tertuang di

bawah ini :

2. Alur Penelitian

Rencana
Rencana

Refleksi

Observasi

Tindakan
Rencana
Rencana
Rencana yang direvisi

Refleksi Rencana
Refleksi
yang direvisi
Observasi
Observasi
Tindakan
Tindakan
Rencana yang direvisi
Rencana
Refleksi
yang direvisi

Tahapan PTK Kemmis dan McTaggart


Observasi

Tindakan

Tahapan PTK Kemmis dan McTaggart

Penelitian Tindakan Kelas 18


3. Langkah-langkah Pokok Pembelajaran Apresiasi Carpon dengan
menggunakan Model Pembelajaran Humanistik
No Bahan Pembelajaran Proses Alokas Metode
. Pembelajaran i
Waktu
A. SIKLUS PERTAMA
1. Pertama : Memahami 2x45 Ceramah,
Pembelajaran 1 pengkajian menit Tanya
1. Memahami structural jawab
pengkajian Membaca (analogi)
structural Carpon untuk
2. Memahami mencatat unsure
dan mencatat peristiwa dan
peristiwa dalam hubungannya
Carpon dengan peristiwa
lain

Menentukan plot
cerita
3. Menentukan (berdasarkan
plot/alur cerita hubungan
antarperistiwa
Penugasan
kelompok
Mendeskripsikan di rumah
4. Mendeskripsikan plot 1x45
2. plot Carpon menit
Mendiskusikan Diskusi
Pembelajaran 2 hasil kerja kelompok
1. Mendiskusikan kelompok
deskripsi plot (deskripsi
Carpon tentang plot).
Presentasi
kelompok 1,2,
dan 3. Kelompok
lain
berpartisipasi :
menyanggah,
menmguatkan, Penugasan
mengomentari, diskusi
dan bertanya kelas

2. Menentukan tokoh Menentukan


dan penokohan tokoh dan
penokohan
berdasarkan
perannya dalam
3. Mendeskripsikan cerita
peranan tokoh cerita Mendiskusikan

Penelitian Tindakan Kelas 19


hasil deskripsi
tentang reran
tokoh dalam
cerita. Presentasi
kelompok 4 dan
5. Kelompok lain
berpartisipasi :
Mencatat, Penugasan
menyanggah, kelompok
bertanya. Guru PR
memberika
4. Menentukan setting pengutan
tempat, waktu,
social, suasana

B. SIKLUS KEDUA
3. Pembelajaran 3
Menentukan setting Mendiskusikan
tempat, waktu, social, setting tempat, 1x45 Diskusi
dan suasana Carpon waktu, social, menit kelompok
dan suasana.
Presenter kel.
6dan 7,kelompok
lain
berpartisipasi :
mencatat,
bertanya,
Mendeskripsikan menyanggah. 1x45 Penugasan
setting menit Tanya
Mendeskripsikan jawab
setting tempat,
waktu, social,
dan suasana
4. Pembelajaran 4
Menentukan sudut o Menentukan 2x45 Diskusi
pandang, tema, dan sudut pandang menit kelas,
pokok persoalan dengan tanya
alasannya. jawab,
o Menentukan penugasan
tema dan
pokok
persoalan
dengan
alasannya. Diskusi
o Mendiskusikan kelompok,
unsure sudut Tanya

Penelitian Tindakan Kelas 20


pandang, jawab,
tema, dan penugasan
poko persoalan
Carpon .
Kelompok 8
dan 9.
Kelompok lain
berpartisipasi :
bertanya,
menyanggah,
mencatat,
mengomentari
C. SIKLUS KETIGA
5. Pembelajaran 5 Mendiskusikan 2x45 Diskusi,
Mendeskripsikan hubungan pengkajian
hubungan antarunsur antarunsur ,
pembangun Carpon Carpon penugasan
o Plot dengan
tokoh
o Plot dengan
setting
o Tokoh dengan
sudut
pandang
o Tokoh dengan
pokok
persoalan
o Tema dengan
sosial dan
suasana
Guru member
penguatan.
Siswa
menyimpulkan
dan
mengumpulka
n hasil kajian
cerita pendek

4. Deskripsi Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan model humanistik ini

berlangsung dalam tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri atas tiga kali

Penelitian Tindakan Kelas 21


pertemuan. Bahan pembelajaran yang disajikan pada setiap pertemuan

disusun dan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

Siklus Ke-1

1) Pertemuan pertama

a) Kegiatan pendahuluan :

Guru memberi motivasi kepada para siswa bahwa mereka memiliki

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman belajar yang telah

dilakukannya. Pengetahuan yang telah mereka miliki itu, dapat

dipergunakan untuk membangun pengetahuan yang baru melalui

pengalaman belajar berikutnya. Dengan pengetahuan itu, mereka

akan mampu memahami dan mendapatkan pengetahuan baru

yang dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang berguna

dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan bahan ajar ini,

berguna sekali bagi proses berpikir seseorang, karena dapat

mempertajam cara berpikir analisis, yang dapat dipergunakan

untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah berikutnya yaitu penyampaian kompetensi yang ingin

dicapai dalam pembelajaran apresiasi sastra Carpon dengan

menggunakan pendekatan humanistik.

b). Kegiatan inti :

 Siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya

dengan pengetahuan baru dan menggunakannya;

 Siswa mengapresiasi terhadap unsure peristiwa yang terdapat

dalam Carpon yang telah ditentukan;

Penelitian Tindakan Kelas 22


 Siswa dapat menentukan plot Carpon dengan menghubungkan

peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam Carpon ;

 Siswa mendeskripsikan plot Carpon yang telah ditentukan

 Guru mengamati aktivitas pengalaman belajar siswa.

c). Kegiatan penutup

o Siswa menyampaikan analisisnya tentang peristiwa dan

menghubungkannya dengan peristiwa lain;

o Guru mereinforcement hasil kerja siswa;

o Guru menugaskan pendeskripsian plot Carpon secara

berkelompok di rumah.

2) Pertemuan kedua

a). Kegiatan Pendahuluan:

Guru memberi motivasi kepada para siswa bahwa mereka

memiliki pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman belajar

yang telah dilakukannya. Pengetahuan yang telah mereka miliki

itu, dapat dipergunakan untuk membangun pengetahuan yang

baru melalui pengalaman belajar berikutnya. Dengan

pengetahuan itu, mereka akan mampu memahami dan

mendapatkan pengetahuan baru yang dapat dipergunakan

untuk melakukan sesuatu yang berguna dalam menjalani

kehidupan sehari-hari. Bahkan bahan ajar ini, berguna sekali

bagi proses

berpikir seseorang, karena dapat mempertajam cara berpikir

analisis, yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan

dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian Tindakan Kelas 23


Apersepsi, mengaitkan karakteristik bahan ajar (penokohan)

dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki

siswa. Setelah apersepsi dilakukan baru kompetensi yang ingin

dicapai disampaiakan kepada para siswa.

b). Kegiatan inti

o Siswa bekerjasama dalam kelompok, mendeskripsikan plot

alur Carpon melalui hubungan antarperistiwa.

o Siswa menggunakan pengetahuan dan nilai-nilai yang

dimilikinya untuk memaparkan, menyanggah, menyetujui,

menanyakan, mengomentari dan menghargai pendapat orang

lain tentang hubungan peristiwa dan deskripsi plot Carpon

Carpon melalui pengalaman belajar yang diikutinya dalam

diskusi kelompok.

o Siswa menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk

mencatat bagian-bagian penting dari topic pembahasan

dalam pengalamnnya berdiskusi.

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya

untuk melaporkan kesimpulan hasil pengalamannya

mengikuti diskusi kelompok.

o Siswa menggunakan pengetahuannya untuk menganalisis

konvensi tokoh dan penokohan dalam Carpon dengan

menggunakan pengkajian structural.

o Siswa menggunakan pengetahuan dan nilai-nilai yang

dimilikinya untuk mendeskripsikan peranan tokoh dalam

Carpon .

Penelitian Tindakan Kelas 24


o Guru mengamati aktivitas pengalaman belajar siswa dalam

diskusi.

c). Kegiatan Penutup

o Siswa menyampaikan hasil analisis tentang penokohan dan

peranan tokoh dalam cerita Carpon ;

o Guru mereinforcement proses dan hasil pengelaman belajar

siswa;

o Guru member tugas kepada siswa agar menggunakan

pengetahuan dan pengalaman hidupnya untuk

mendeskripsikan setting tempat, waktu, social, dan suasana

yang terdapat dalam Carpon .

Siklus Ke-2

3) Pertemuan ketiga

a). Kegiatan Pendahuluan:

Guru memberi motivasi kepada para siswa bahwa mereka

memiliki pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman belajar yang

telah dilakukannya. Pengetahuan yang telah mereka miliki itu,

dapat dipergunakan untuk membangun pengetahuan yang baru

melalui pengalaman belajar berikutnya. Dengan pengetahuan itu,

mereka akan mampu memahami dan mendapatkan pengetahuan

baru yang dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang

berguna dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan bahan

ajar ini, berguna sekali bagi proses berpikir seseorang, karena

dapat mempertajam cara berpikir analisis, yang dapat

Penelitian Tindakan Kelas 25


dipergunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-

hari.

Apersepsi, mengaitkan setting sebagai pembelajaranyang akan

dikaji dengan unsure plot dan penokohan yang merupakan unsure

lain yang sudah dianalisis. Dengan pengetahuan, keterampilan,

dan nilai-nilai dasar yang sudah mereka miliki, maka pemahaman

terhadap unsure setting akan dapat dikuasai lebih mudah. Setelah

apersepsi dilanjutkan penyampaian kompetensi yang ingin dicapai

kepada para siswa.

b). Kegiatan Inti

o Siswa menghubungkan pengetahuan dan nilai-nilai yang

dimilikinya untuk menentukan unsure setting tempat, waktu,

social, dan suasana yang terdapat dalam Carpon melalui

pengalamannya dalam berdiskusi

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya untuk mendeskripsikan macam-macam setting yang

terdapat pada Carpon

o Guru mngamati dan membantu mengarahkan diskusi kelas

untuk memotivasi pengalaman belajar siswa.

c). Kegiatan Penutup

o Siswa menyampaiakan hasil analisis dan hasil deskripsinya

tentang setting tempat, waktu, social, dan suasana;

o Guru mengadakan penguatan hasil pengalaman belajar siswa;

o Guru member tugas kepada siswa unntuk mendeskripsikan

konvensi sudut pandang Carpon secara berkelompok di rumah.

Penelitian Tindakan Kelas 26


4) Pertemuan keempat

a) Kegiatan Pendahuluan

Guru memberikan motivasi bahwa mereka memiliki banyak

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman belajar yang telah

dilakukannya. Pengetahuan yang mereka miliki itu, memiliki

kaitan erat dengan bahan pembelajaran yang akan dibahas

bersama yaitu konvensi sudut pandang pengarang dalam karya

sastra. Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar itu,

dapat dipergunakan untuk membangun pengetahuan yang baru

melalui pengalaman belajar tentang unsure sudut pandang.

Pemahaman yang menyeluruh terhadap unsure-unsur

pembangun karya sastra akan memperkaya rasa estetika pada

diri siswa, sehingga tanpa disadarinya akan menambah

kepekaan mereka terhadap lingkungan. Hal itu akan sangat

berguna sebagai bekal berkomunikasi dalam kehidupan sehari-

hari.Langkah berikutnya adalah penyampaian kompetensi yang

ingin dicapai oleh siswa.

b) Kegiatan Inti

o Siswa menghubungkan pengetahuan dan pengalaman

hidupnya dengan sudut pandang yang terdapat dalam Carpon

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya untuk mendeskripsikan sudut pandang

pengarang dalam Carpon ;

Penelitian Tindakan Kelas 27


o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya

untuk berbagi pengalaman mendeskripsikan sudut pandang,

tema, dan pokok persoalan yang ditemui dalam Carpon

Senja di Pelupuk Mata karya Ni Komang Ariani melalui

pengalamannya dalam berdiskusi;

o Guru mengamati interaksi antarsiswa dalam pengalaman

berdiskusi.

c) Kegiatan Penutup

o Siswa menyampaikan laporan hasil analisis terhadap sudut

pandang, tema, pokok persoalan dalam Carpon di depan

kelas.

o Guru mengadakan penguatan hasil pengalaman belajar siswa;

o Guru member tugas kepada siswa untuk mendeskripsikan

hubungan antarunsur yang membangun cerpewn secara

berkelompok di rumah.

Siklus Ketiga

5) Pertemuan kelima

a) Kegiatan pendahulauan

Langkah motivasi :Guru menyadarkan siswa, bahwa kian hari

kian bertambah pengetahuan yang mereka miliki. Semakin

bertambahnya pengetahuan mereka itu sebagai akibat dari

pengalaman belajar yang telah dilakukannya. Pengetahuan

tentang unsure-unsur karya sastra yang mereka peroleh melalui

keterampilan mengkaji secara humanistik adalah bukti bahwa

mereka telah menguasai pengetahuan dan keterampilan baru.

Penelitian Tindakan Kelas 28


Kemampuan menganalisis karya sastra akan mendorong

kualitas kemampuan berpikir analisis seseorang. Karena itu

kemampuan seperti itu dapat diperguanakan untuk

menyelesaikan masalah yang ditemui sehari-hari. Para siswa

diajak melihat bahwa kejadian-kejadian yang terdapat dalam

karya sastra sesungguhnya gambaran tentang kejadian manusia

dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, guru perlu

mengingatkan siswa, bahwa dengan pengetahuan, keterampilan,

dan n ilai-nilai dasar yang dimiliki itu bias dijadikal bekal yang

sangat berharga bagi pencapaian kompetensi menghubungkan

unsure-unsur instrinsik karya sastra sebab unsure-unsur

tersebut merupakan salah satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.Langkah berikutnya yaitu penyampaian kompetensi

yang ingin dicapai.

b) Kegiatan Inti

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya untuk menghubungkan plot dengan tokoh yang

terdapat dalam Carpon Senja di Pelupuk Mata karya Ni

Komang Ariani melalui didkusi;

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk

menghubungkan konvensi plot dengan setting yang terdapat

dama Carpon melaui diskusi;

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk

menghubungkan tokoh dengan setting yang terdapat dalam

Carpon melalui pengalamannya berdiskusi;

Penelitian Tindakan Kelas 29


o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk

menghubungkan tokoh dengan sudut pandang yang terdapat

dalam Carpon melalui pengalamannya berdiskusi;

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk

menghubungkan tokoh dengan persoalan yang terdapat

dalam Carpon melalui pengalamannya berdiskusi;

o Siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk

menghubungkan tema dengan peristiwa yang terdapat dalam

Carpon melalui pengalamannya berdiskusi;

o Guru mengamati aktivitas pengalaman belajar siswa dalam

bentuk diskusi dan memberikan arahan-arahan untuk

membantu pembahasan masalah;

o Guru mengadakan penguatan dan menugaskan siswa untuk

melaporkan hasil kerja kelompok dan perorangan.

c) Kegiatan Penutup

o Siswa menyampaikan dan mengumpulkan hasil pengalaman

belajarnya tentang unsure instrinsik sebuah karya sastra

dongeng, baik tugas perorangan maupun tugas kelompok;

o Guru mengevaluasi hasil kerja siswa, baik perorangan

maupun kelompok;

o Guru bersama dengan observer mengawasi pelaksanaan

evaluasi harian yang dilakukan di kelas IX D SMPN sukaraja

Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian Tindakan Kelas 30


5. Observasi dan Evaluasi

Data yang diperlukan dalkam penelitian ini adalah data kualitatif

dan data kuantitatif. Kedua jenis data ini, diperoleh melalui proses

pembelajaran apresiasi sastra dengan menggunakan model

pembelajaran humanistik. Data kualitatif diperoleh dari hasil

pemantauan observer melalui teknik observasi. Alat pengumpul data

kualitatif dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar

observasi sebagai alat pengumpul data ini disusun sesuai dengan

scenario pembelajaran yang merujuk pada prinsip pendekatan

humanistik, dan karakteristik metode yang diperguanakan secara

bervarioasi. Sedangkan instrument pengumpul data kualitatif,

dipergunakan lembar tes mengenai struktur Carpon

Observasi dilakukan oleh tiga orang observer. Peneliti sendiri

merangkap sekaligus sebagai observer. Observasi difokuskan pada

semua aktivitas,integritas, dan kreativitas siswa selama proses belajar

dengan model humanistik berlangsung. Setiap observer memegang

lembar instrument pengumpul data yang sama. Hasil observasi, berupa

data itu dikumpulkan, dianalisis, dan diolah berdasarkan kompetensi

yang ingin dicapai, baik secara individu maupun secara kelompok.

Evaluasi dibagi menjadi dua bagian. Pertama, evaluasi dipusatkan pada

program pembelajaran. Tujuannya untuk melihat apakah proses

pembelajaran telah sesuai dengan scenario atau desain pembeljaran.

Untuk hal tersebut penialaian dilakukan terhadap kompetensi yang

ingin dicapai pada setiap pertemuan. Kedua, evaluasi dil;akukan

terhadap hasil belajar keseluruhan. Pada bagian ini akan terlihat

Penelitian Tindakan Kelas 31


sejauhmana efektivitas model humanistik berpengaruh terhadap

kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra Carpon . Untuk ini,

evaluasi diadakan setelah seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan.

Bentuk soal untuk mengukur keberhasilan kemampuan siswa dalam

mengapresiasi karya sastra Carpon ini. Nilai-nilai hasil belajar siswa,

merupakan data penelitian untuk mengukur pengaruh model

pembelajaran humanistik terhadap kemampuan apresiasi siswa.

6. Analisis dan Refleksi

a. Analisis Data

Nalisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam konteks refleksi.

Menurut Burn (1999:38), akhir dari analisis data sering mendorong

peneliti untuk membuat refleksi. Adapun refleksi menurut Kasbulloh

(19999:74) pada dasarnya merupakan kegiatan analisis-sintesis,

interpretasi, dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh

dari implementasi tindakan. Analisis data dan refleksi dalam

penelitian ini dilakukan pada saat orientasi, penyusunan rencana

tindakan, dan sesudahnya.Analisis data ini dilakukan empat langkah,

yaitu :

1) Merakit data

Merakit seluruh data yang terkumpul selama penelitian dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai titik

pangkal pemeriksaan data secara keseluruhan. Langkah ini

dimaksudkan untuk mencatat pikiran-pikiran, gagasan-gagasan,

atau kesan-kesan yang muncul pada awal pemeriksaan data. Pada

Penelitian Tindakan Kelas 32


tahap ini, pola-pola besar diharapkan mulai tampak sehingga

memudahkan untuk memeriksa data mana yang pantas

disejajarkan dan data mana yang perlu dibedakan. Dengan

penggambaran data seperti itu, proses analisis data secara detail

dapat dimulai.

2) Membandingkan data

Tahap nalaisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi hubungan

antarsumber data yang berbeda dengan cara membuat peta

frekuensi kejadian, kemampuan, dan berbnagai respon.

Perbandingan cdata dilakukan untuk melihat kemngkinan

adanmya pola yang diulang atau dikembangkan lintas

pengumpulan data yang berbeda. Masalah penting pada tahap ini,

adalah penggambaran dari pemajangan data.

b. Refleksi hasil Analisis Data

Kegiatan refleksi dilakukan dalam forum kolaborasi dengan kepala

sekolah, guru mata pelajaran yang sama, dan guru mata pelajaran

lain yang memiliki perhatian terhadap kegiatan penelitian. Kegiatan

refleksi ini dilakukan setelah analisis data dilakukan.

Refleksi dari hasil analisis data pada dasarnya merupakan kegiatan

analisis-sintesis, interpretasi, dan penjelasan terhadap semua

informasi yang diperoleh melalui tahap action dan observasi. Dua hal

penting yang diperoleh dari kegiatan refleksi, yaitu : pertama adanya

masalah yang perlu ditangani secara kolaboratif, kedua, perlunya

rencana tindakan atau program hipotetik sebagai instrument untuk

Penelitian Tindakan Kelas 33


mengatasi masalah. Kedua hal penting yang dibahas dalam forum

kolaborasi itu, dapat dijelaskan di bawah ini.

Rencana tindakan atau program hipotetik ini bertolak dari berbagai

permasalahan yang ditemukan pada saat menganalisis data.

Tujuannya berusaha memaksimalkan kualitas proses pembelajaran

apresiasi sastra. Untuk mewujudkan apresiasi di atas,

direkomendasikan dua hal pokok yaitu :

Pertama, dibentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang

setiap kelompok.

Kedua, mengubah atau memvariasikan metode pembelajaran, yakni

lebih menekankan pada diskusi kelompok. Berdasarkan dua hal

pokok tersebut, maka dilakuakn revisi terhadap scenario

pembelajaran dengan desain diskusi kelompok. Data-data yang

terkumpul menyusul penyelesaian implementasi rencana tindakan

pada siklus kedua, diperoleh gambaran bahwa secara umum

pelaksanaan proses dan hasilpembelajaran telah berlangsung sesuai

dengan scenario dan kompetensi yang ingin dicapai.

Selanjutnya, rencana tindakan atau program hipotetik pada

siklus ketiga disusun bersama forum kolaborasi. Hal-hal yang direvisi,

meliputi penggunaan metode yang perlu divariasikan. Diskusi

kelompok yang diselingi dengan diskusi kelas direkomendasikan

untuk dilaksanakan pada siklus ketiga. Hasil analisis data yang

dilakukan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran ke-5, terdapat

peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra

Carpon .

Penelitian Tindakan Kelas 34


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan dua jenis data. Pertama data tentang

proses pembelajaran apresiasi sastra yang terskenario dalam model

pembelajaran humanistik yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

Data ini, sangat diperlukan untuk mengetahui sampai dimana kualitas

proses pembelajaran apresiasi Carpon itu berlangsung. Kedua,data

tentang kemampuan apresiasi siswa terhadap karya sastra. Data ini

merupakan hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran apresiasi

Carpon . Data dalam bentuk nilai ini diperlukan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam mengapresiasi Carpon selama dan setelah

mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan model humanistik.

Hasil pengumpulan kedua jenis data tersebut, dapat dihat pada tabel

sebagai berikut :

A. HASIL PENELITIAN

1. Data Proses Pembelajaran Carpon

Tabel I . Data Kadar Aktivitas Siswa


Kategori dan Kadar Aktivitas Siswa dalam
Perte-
Bertanya Menjawab Berkomentar Menyanggah
muan ke
A B C D A B C D A B C D A B C D
1/Skl 1 4 9 8 12 6 4 8 15 6 7 12 8 3 6 1 23
2/skl 1 6 7 9 11 8 6 9 10 8 8 10 7 6 7 8 12
3/skl 2 7 8 8 10 10 11 7 5 9 9 11 4 8 10 6 9
4/skl 2 9 9 10 5 12 10 7 4 11 10 8 4 11 10 7 5
5/skl 3 11 11 7 4 14 8 8 3 13 11 7 2 14 12 5 2
Jml 37 44 42 42 48 39 39 37 47 45 48 25 42 45 27 51
Keterangan : A = Sangat baik C = Cukup baik

B = Baik D = Kurang baik

Penelitian Tindakan Kelas 35


Tabel 1 di atas menggambarkan kadar aktivitas siswa dalam 5

kali pertemuan proses pembelajaran apresiasi sastra dengan model

pembelajaran humanistik. Aktivitas siswa yang diamati diadaptasi dari

karakteristik pendekatan humanistik anttara lain, aktivitas bertanya,

menjawab, mengomentari pendapat, dan menyanggah dan

memperbaiki pendapat teman. Data tersebut di atas menunjukan

bahwa kadar aktivitas siswa secara umum dari hari ke hari ada

peningkatan. Kadar kativitas bertanya, pada pertemuan ke-1 yang

termasuk kategori sangat baik sampai dengan cukup baik sejumlah 21

siswa dari jumlah siswa 33 orang. Hal itu menunjukkan bahwa kadar

aktivitas siswa dalam bertanya mencapai 64% berkatagori baik.

Sisanya sebanyak 12 siswa atau 36 % tergolong kurang aktif dalam

menyampaikan pertanyaa.

Pada pertemuan ke-2 ada perubahan aktivitas siswa walaupun

tidak signifikan yaitu 22 siswa atau 67 % dari jumlah siswa 33 orang

menanpilkan aktivitas bertanya antara sangat baik sampai dengan

cukup baik. Sisanya sebanyak 11 siswa atau 33 % tidak mengajukan

pertanyaan.

Pada pertemuan ke-3 siklus kedua, suasana kelas sangat berbeda

dengan proses pembelajaran pada siklus ke-1. Para siswa

dikelompokkan. Perubahan belajar klasikal ke belajar kelompok,

didasarkan pada rekomendasi dari hasil refleksi dengan forum

kolaborasi setelah menganalisis data hasil siklus ke-1.

Implementasi dari rencana tindakan yang disusun dan

disepakati pada kegiatan refleksi itu, ternyata membawa warna lain

Penelitian Tindakan Kelas 36


pada proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat pada aktivitas siswa

dalam menyampaikan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru atau

siswa, mengomentari, dan keberanian menyanggah mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Namun demikian, diakhir siklus,

data-data terus dianalisis dan direfleksikan dalam forum kolaborasi.

Pada siklus ke-3 pertemuan ke-4 dan ke-5 aktivitas bertanya

dilakukan oleh 28 dan 29 siswa tidak banyak mengalami kenaikan

aktivitas siswa. Walaupun aktivitas lain mengalami kenaikan, terutama

pada aktivitas menyanggah.

Berdasarkan uraian di atas, di bawah ini dideskripsikan rata-

rata kadar aktivitas siswa, terdiri atas bertanya, menjawab,

mengomentari, dan menyanggah hasil pemantauan tim kolabortasi

(observer) selama tiga siklus dalam proses pembelajaran apresiasi

sastra, sebagai berikut :

a. Siklus ke-1, kadar aktivitas siswa mencapai 63,5 % . Presentase ini

diperoleh melalui perhitungan rata-rata aktivitas bertanya 65,5 %;

menjawab 62 %; berkomentar 80 %; dan menyanggah 46,5 %.

b. Siklus ke-2, kadar aktivitas siswa mencapai 82 %. Presentase ini

diperoleh melalui perhitungan rata-rata aktivitas bertanya 77,5 %;

menjawab 85,5 %; berkomentar 87 %; dan menyanggah 79 %.

c. Siklus ke-3, kadar aktivitas siswa mencapai 90,7 %. Presentase ini

diperoleh melalui perhitungan rata-rata aktivitas bertanya 87 %;

menjawab 90 %; berkomentar 93 %; dan menyanggah 93 %.

GRAFIK 1 DATA KADAR AKTIVITAS SISWA

Penelitian Tindakan Kelas 37


SIKLUS KE-1, 2, DAN 3

Keterangan

100 Siklus 1= 63,5 %


90 Siklus 2 = 82 %
80 Siklus 3 = 90,7 %
70
60 Rata-rata= 78,73 %
50
40
30
20
10
0
Siklus
1 2 3

Dengan demikian, maka rata-rata kadar aktivitas siswa dalam

pembelajaran apresiasi sastra selama tiga siklus adalah (63,5 % + 82 %

+ 90,7 %) ; 3 = 78,73 %.

Presentase itu menyimpulkan bahwa kadar aktivitas siswa daloam

proses pembelajaran apresiasi sastra dengan menggunakan model

humanistik berkatagori baik. Hal itu didasrkan pada criteria tingkat

keaktifan siswa rata-rata dalam pembelajaran sebagai berikut :

( …. – 80 % ) : sangat baik ( 20 – 39 % ) : kurang

(60 – 79 % ) : baik (… - 19 % ) : sangat kurang

( 40 – 59 % ) : cukup (Sa’adah Ridwan, 2002:20)

Penelitian Tindakan Kelas 38


Tabel 2 . Data Kadar Integritas dalam Diskusi Siswa

Pert Kategori dan Kadar Aktivitas Siswa dalam


e- Bekerja Memberi Membantu
Menghargai
mua sama Informasi Teman
n ke A B C D A B C D A B C D A B C D
1/Skl 6 9 10 8 1 10 12 10 6 14 7 6 6 12 10 5
1
2/skl 9 12 10 2 4 14 9 6 14 11 7 1 11 12 8 2
1
3/skl 11 11 10 1 9 15 5 4 15 10 7 1 12 13 7 1
2
4/skl 14 14 4 1 11 15 2 5 13 13 6 1 16 15 1 1
2
5/skl 24 5 3 1 16 15 1 1 20 8 3 2 20 9 3 1
3
Jml 64 51 37 13 41 69 29 26 68 56 30 11 65 61 29 10

Keterangan : A = Sangat baik C = Cukup baik

B = Baik D = Kurang baik

Tabel di atas menggambarkan kadar integritas siswa dalam 5

pertemuan proses pembelajaran apresiasi sastra dengan model

pembelajaran humanistik. Kadar integritas siswa yang diamati sesuai

dengan karakteristik pendekatan humanistik antara lain yaitu bekerja

sama, member informasi, menghargai pendapat pekerjaan orang lain,

dan membantu teman dalam menyelesaikan maslah. Data pada tabel 2 di

atas menunjukan bahwa kadar integritas siswa antarsiklus secara umum

grafiknya naik. Kadar dari kategori keempat prilaku siswa tersebut, dari

criteria cukup baik, baik, sampai dengan sangat baik, terkumpul data-

data sebagai berikut :

Penelitian Tindakan Kelas 39


a. Siklus ke-1, kadar integritas siswa mencapai 84,7 % . Prosentase itu

diperoleh melalui perhitungan rata-rata-rata dari perilaku bekerja

sama 84,8 %; member informasi 75,7 %; menghargai pendapat orang

lain 89,3 %; dan membantu teman 89,3 %.

b. Siklus ke-2, kadar integritas siswa mencapai 93,1 %. Prosentase ini

diperoleh melalui perhitungan rata-rata perilkau siswa dalam bejkerja

sama 96,9 %; member informasi 86,3 %; menghargai pendapat orang

lain 92,3, dan kesediaan membantu teman dalam memecahkan

masalah 93,1 %.

c. Siklus ke-3, kadar integritas siswa mencapai 96,2 %. Prosentase ini

diperoleh melalui perhitungan rata-rata perilkau siswa dalam bejkerja

sama 96,9 %; member informasi 96,9 %; menghargai pendapat orang

lain 93,9 %, dan kesediaan membantu teman dalam memecahkan

masalah 96,9 %.

GRAFIK 2 DATA KADAR INTEGRITAS SISWA


SIKLUS KE-1, 2, DAN 3
Keterangan
100 Siklus 1= 84,7 %
90 Siklus 2 = 93,1 %
80 Siklus 3 = 96,2 %
70
60 Rata-rata= 91,3 %
50
40
30
20
10
0
Siklus
1 2 3

Penelitian Tindakan Kelas 40


Dari hasil pengolahan data di atas, diperoleh rata-rata kadar

integritas siswa dalam pengalamannya mengapresiasi sastra selama tiga

siklus adalah :

(84,7 % + 93,1% + 96,2%) ; 3 = 91,3 %

Presentase itu menunjukan bahwa kadar integrasi siswa dalam

proses pembelajaran apresiasisastra dengan menggunakan metode

humanistik berkatagori sangat baik

Tingkat keaktifan siswa rata-rata dalam proses pembelajaran sebagai

berikut :

( …. – 80 % ) : sangat baik ( 20 – 39 % ) : kurang

(60 – 79 % ) : baik (… - 19 % ) : sangat kurang

( 40 – 59 % ) : cukup (Sa’adah Ridwan, 2002:20)

Tabel 3 Data Kadar Partisipasi Belajar Siswa

Kategori dan Kadar Aktivitas Siswa dalam


Pert
Mengerjakan Mengerjakan Tanggung
e- Kebersamaa
Tugas Tugas jawab dlm
mua n Kelompok
Individu Kelompok Kelompok
n ke
A B C D A B C D A B C D A B C D
1/Skl 16 15 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
2/skl 19 14 1 0 29 3 1 0 30 2 1 0 32 1 0 0
1
3/skl 29 3 1 0 29 3 1 0 30 2 1 0 32 1 0 0
2
4/skl 20 13 0 0 30 2 1 0 31 1 1 0 32 1 0 0
2
5/skl 27 6 0 0 32 1 0 0 32 1 0 0 32 1 0 0
3
Jml 111 51 4 0 120 9 3 0 123 6 3 0 128 4 0 0

Tabel 3 di atas menggambarkan kadar partisipasi siswa yang

sangat menggembirakan. Dari 5 kali pertemuan proses pembelajaran

Penelitian Tindakan Kelas 41


apresiasi sastra dengan model pembelajaran humanistik. Kadar

partisipasi siswa diamati oleh para observer, meliputi cara mengerjakan

tugas individu, kebersamaan dalam kelompok, dan tanggung jawab

dalam kelompok. Pengamatan terhadap perilaku partisipatif ini

didasarkan pada konsep diskusi kelompok. Pada metode pengajaran

yang dipilih untuk mengantar pengalaman siswa dalam bersastra.

Implementasi dari rencana tindalkan yang disusun pada setiap

awal siklus bersama forum kolaborasi pada kegiatan refleksi itu,

ternyata membawa warna lain pada proses dan produk pembelajaran.

Hal itu, dapat dilihat pada pencapaian kadar partisipasi siswa melalui

hasil analisis sebagai berikut :

a. Siklus ke-1, kadar partisipasi siswa mencapai 96,4 %. Prersentase itu

diperoleh melalui perhitungan rata-rata dari partisipasi siswa dalam

mengerjakan tugas individu, 93 %; mengerjakan tugas dalam

kelompok 96,3 %; kebersamaan dalam kelompok 96,3 %; dan

tanggung jawab individu dalam kelompok 100 % .

b. Siklus ke-2, kadar partisipasi siswa mencapai 97,6 %. Prersentase

itu diperoleh melalui perhitungan rata-rata dari partisipasi siswa

dalam mengerjakan tugas individu, 95 %; mengerjakan tugas dalam

kelompok 97,6 %; kebersamaan dalam kelompok 97,7 %; dan

tanggung jawab individu dalam kelompok 100 % .

c. Siklus ke-3, kadar partisipasi siswa mencapai 99,2 %. Prersentase itu

diperoleh melalui perhitungan rata-rata dari partisipasi siswa dalam

mengerjakan tugas individu, 98 %; mengerjakan tugas dalam

Penelitian Tindakan Kelas 42


kelompok 97,3 %; kebersamaan dalam kelompok 97,3 %; dan

tanggung jawab individu dalam kelompok 100 % .

GRAFIK 3 DATA KADAR PARTISIPASI SISWA


SIKLUS KE-1, 2, DAN 3

Keterangan
100 Siklus 1= 96,4 %
90 Siklus 2 = 97,6 %
80 Siklus 3 = 99,2 %
70
60 Rata-rata= 97,7 %
50
40
30
20
10
0
Siklus
1 2 3

Dari hasil pengolahan data di atas, dapat dilhat rata-rat kadar

peartisipasi siswa dalam pengalamannya mengapresiasi sastra selama

tiga siklus, dilihat dari aspek partisipasinya adalah : (96,4 % + 97,6 % +

99,2 %.) : 3 = 97,7 %.

Prosentase itu menunjukan bahwa kadar partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran apresiasi sastra dengan menggunakan model

pembelajaran humanistik berkatagori sangat baik. Hal itu didasarkan

pada criteria tingkat keaktifan siswa rata-rata dalam proses

pembelajaran sebagai berikut :

( …. – 80 % ) : sangat baik ( 20 – 39 % ) : kurang

(60 – 79 % ) : baik (… - 19 % ) : sangat kurang

( 40 – 59 % ) : cukup (Sa’adah Ridwan, 2002:20)

Penelitian Tindakan Kelas 43


Deskripsi Kemampuan Apresiasi Siswa terhadap Karya Sastra

Di bawah ini penulis sampaikan kemampuan siswa dalam menemukan

dan menentukan unsure-unsur pembangun Carpon dan keterampilan

siswa mendeskripsikan unsure-unsur tersebut. Aspek-aspek yang

menjadi dasar penilaian kompetensi yang ingin dicapai dalam

pembelajaran apresiasi sastra dengan model pembelajaran humanistik

Penilaian terhadap kemampuan dan keterampilan siswa tersebut

dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung atau

sesudahnya pola penilaian menggunakan Penilaian Berbasis Kelas,

dengan formula sebagai berikut :

1. Tes tertulis, pada penelitian ini, tes tertulis diberikan dalam bentuk

postes. Tes disusun dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 40 butir

soal.

2. Tes penampilan (performance), diberikan pada saat pembelajaran

berlanmgsung. Tes ini dilakukan bersamaan dengan proses

pembelajaran. Hal-hal yang dinilai antara lain penampilan siswa

pada saat mempresentasekan hgasil diskusi kelompok, pada saat

siswa membacakan hasil deskripsinya tentang unsure-unsur

pembangun.

3. Penilaian portofolio, dilakukan terhadap keterampilan siswa dalam

mengoleksi hasil-hasil belajar. Pengkoleksian tersebut berupa hasil

anailis siswa terhadap unsure plot, penokohan, setting, sudut

pandang, tema, dan pokok persoalan. Hal-hal lain yang dijadikan

bahan sebagai penilaian portofolio ini, yaitu kemampuan siswa

Penelitian Tindakan Kelas 44


mendeskripsikan setiap aspek Carpon , dan menghubungkan antar

unsure pembangun instrinsik tersebut.

4. Penilaian produk, objek utama penilaian produk ini berupa hasil karya

siswa dalam menganalisis karya sastra. Hal-hal yang mendapat penilaian,

yaitu hasil analisis konvensi struktur Carpon , deskripsi unsure Carpon ,

dan hubungan antarunsur Carpon yang dianalisisnya.

ANALISI HASIL BELAJAR BERDASARKAN KETUNTASAN HASIL


BELAJAR
Tabel 4 Data Nilai Hasil Belajar Siswa

Nilai Kemampuan Menganalisis Unsur-


Nama/Su Unsur Carpon Poste Ketunta
No NA
jek Toko Sudu Poko Rerat s san
Tema Latar Plot
h t k a
1. Abd. Muis 7,5 6,0 5,0 6,0 5,0 7,0 6,08 7,5 6,80 Tunta
s
2. Ade P. 7,0 6,0 5,0 6,0 5,5 7,0 6,08 7,5 6,50 Tunta
s
3. Ade Rita 7,0 6,0 6,5 6,5 5,5 7,0 6,41 7,0 6,70 Tunta
, s
4. Asep A.R 7,5 7,0 6,5 7,5 6,0 7,5 7,00 7,5 7,30 Tunta
s
5. Asep Y.S. 8,0 7,0 7,5 7,5 6,5 7,5 7,16 8,0 7,60 Tunta
s
6. Atmaja 8,0 7,0 6,0 7,0 6,5 8,0 7,08 8,0 7,54 Tunta
s
7. Beben M. 7,5 7,0 5,5 6,5 6,0 8,0 6,75 8,0 7,40 Tunta
s
8. Burhanu 7,5 6,5 5,0 6,0 6,0 8,0 6,50 8,0 7,30 Tunta
din s
9. Dena M. 7,5 6,0 5,0 6,5 5,5 8,0 6,41 8,0 7,20 Tunta
s
10. Devi S. 9,0 8,0 8,5 9,0 7,5 9,0 8,50 8,5 8,50 Tunta
s
11. Eka.H 8,0 6,5 6,0 7,0 6,0 8,0 690 8,7 7,80 Tunta
s
12. Elis 7,5 6,5 6,0 7,0 6,0 8,0 6,83 7,5 7,20 Tunta
s
13. Hendi H. 7,5 6,0 5,5 7,0 6,0 8,0 6,66 8,0 7,30 Tunta
s
14. Hesti L. 7,0 6,0 5,0 6,0 5,5 7,5 6,16 7,5 6,80 Tunta
s

Penelitian Tindakan Kelas 45


15. Hodijah 8,0 7,5 7,5 7,5 6,5 8,0 7,50 8,0 7,80 Tunta
s
16. Iwan K. 8,0 7,0 7,0 7,5 6,5 9,0 7,50 8,0 7,80 Tunta
s
17. Lelih N. 8,0 7,0 7,5 7,5 7,0 9,0 7,33 9,0 8,20 Tunta
s
18. M. 7,0 6,0 5,5 6,5 5,5 8,0 6,41 7,7 7,10 Tunta
Anggraeni s
19. M. 7,0 6,0 6,5 7,0 5,5 7,5 6,58 7,7 7,20 Tunta
Hevi.H. s
20. M. Raji 7,5 7,0 6,5 7,0 5,5 8,0 6,91 8,0 7,50 Tunta
s
21. Neneg N. 8,0 8,0 7,0 7,5 7,0 8,0 7,58 8,0 7,80 Tunta
s
22. Nova R. 8,0 8,0 7,0 8,0 7,0 8,0 7,66 8,7 8,20 Tunta
s
23. Nurul A. 8,0 7,5 6,0 7,0 6,5 8,0 7,16 8,0 7,60 Tunta
s
24. Ratih P. 7,5 7,0 7,0 7,0 6,0 8,0 7,08 8,0 7,50 Tunta
s
25. Reza M. 7,5 7,0 7,0 7,0 6,0 8,0 7,16 8,0 7,60 Tunta
s
26. Rindu A. 7,5 7,0 5,5 7,0 6,5 7,0 6,75 7,5 7,13 Tunta
s
27. Risna H. 8,0 7,5 5,0 7,0 6,5 8,0 7,00 8,5 7,75 Tunta
s
28. Rita K. 8,0 7,5 6,0 7,0 7,0 8,0 7,20 8,5 7,90 Tunta
s
29. Ruhimat 8,0 7,5 6,0 7,5 7,0 8,0 7,33 8,7 8,04 Tunta
s
30. Santi S. 8,0 7,5 6,5 7,5 7,0 8,0 7,41 8,8 8,08 Tunta
s
31. Siti WY. 8,0 7,0 7,5 7,5 7,0 9,0 7,66 9,0 8,30 Tunta
s
32. Umar J.S. 8,5 8,0 8,0 8,5 7,5 9,0 8,25 9,0 8,60 Tunta
s
33. Yadi S 9,0 8,0 9,0 9,0 7,5 9,0 8,60 8,5 8,60 Tunta
s
Jumlah Nilai 256 229 210, 236, 208 264 233, 266, 263,
,5 5 5 ,5 6 5 1
Rata-Rata 7,8 7,0 6,3 7,2 6,3 8,0 7,08 8,1 7,97

Berdasarkan tabel 4 di atas penulis mengadakan analisis terhadap

nilia-nilai siswa dalam pencapaian kompetensi dasar yang ingin dicapai.

Penelitian Tindakan Kelas 46


Karena itu, kemampuan minimal siswa dalam mengapresiasi sastra adalah

6,0 sebagaimana ketentuan dalam konsep belajar tuntas.

a. Kemampuan siswa dalam menentukan unsur tema

Nilai siswa diatas 6,0 : 33 orang

Nilai siswa di bawah 5,99 : 0 orang

Jumlah nilai seluruh : 256

Rata-rata nilai : 7,8

Jumlah siswa : 33 orang

Berdasarkan data di atas secara individu maupun secara klasikal

penguasaan materi pembelajaran unsure tema dinyatakan tuntas, sebab

dari 33 orang siswa memiliki nilai 6,0 ke atas (penguasaan minimal 6,0)

b. Kemampuan siswa dalam menentukan latar cerita :

Nilai siswa diatas 6,0 : 33 orang

Nilai siswa di bawah 5,99 : 0 orang

Jumlah nilai seluruh : 229,5

Rata-rata nilai : 7,0

Jumlah siswa : 33 orang

Menurut data di atas siswa yang memiliki nilai di atas 6,0 hanya 33

orang = 1007% secara individu dan klasikal kemampuan siswa dalam

menentukan latar cerita sudah tuntas

c. Kemampuan siswa dalam menentukan plot cerita :

Nilai siswa diatas 6,0 : 23 orang

Nilai siswa di bawah 5,99 : 10 orang

Jumlah nilai seluruh : 210,5

Penelitian Tindakan Kelas 47


Rata-rata nilai : 6,3

Jumlah siswa : 33 orang

Dari data diatas, secdara individual dan secara klasikal kemampuan

siswa belum tuntas.

d. Kemampuan siswa dalam menentukan Tokoh cerita

Nilai siswa diatas 6,0 : 33 orang

Nilai siswa di bawah 5,99 : 0 orang

Jumlah nilai seluruh : 236,5

Rata-rata nilai : 7,2

Jumlah siswa : 33 orang

Berdasarkan data di atas secara individu maupun secara klasikal

penguasaan materi pembelajaran unsure tema dinyatakan tuntas, sebab

dari 33 orang siswa memiliki nilai 6,0 (penguasaan minimal)

e. Kemampuan siswa dalam menentukan Sudut pandang cerita

Nilai siswa diatas 6,0 : 25 orang

Nilai siswa di bawah 5,99 : 8 orang

Jumlah nilai seluruh : 280,5

Rata-rata nilai : 6,3

Jumlah siswa : 33 orang

Dari data di atas siswa secara individu telah tuntas dalam mengapresiasi

unsure sudut pandang, tetapi secara klasikal belum tuntas sebab belum

mencapai 85 % siswa yang memiliki nilai 6,0 ke atas.

d. Kemampuan siswa dalam menentukan pokok persoalan cerita

Nilai siswa diatas 6,0 : 33 orang

Nilai siswa di bawah 5,99 : 0 orang

Penelitian Tindakan Kelas 48


Jumlah nilai seluruh : 264

Rata-rata nilai : 8,0

Jumlah siswa : 33 orang

Berdasarkan data di atas secara individu maupun secara klasikal

penguasaan materi pembelajaran unsure pokok persoalan cerita

dinyatakan tuntas, sebab dari 33 orang siswa memiliki nilai 6,0 ke atas

(penguasaan minimal 6,0)

B. PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis membagi dua jenis data. Pertama , data

kualitatif, berupa presentase yang menggambarkan tingkat atau kadar

aktivitas, integritas, dan partisipasi siswa dalam proses pengalaman

bersastra dengan model humanistik. Kedua, data kuantitatif berupa

nilai hasil belajar yang menggambarkan dengan sesungguhnya tentang

kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra.

Selanjutnya di bawah ini, disajikan kedua jenis penelitian tersebut :

1. Hasil Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif dipusatkan pada implementasi rencana tindakan atau

program hipotetik. Pada pelaksanaan program hipotetik ini, para

observer memusatkan perhatian pada aktivitas, integritas, dan

partisipasi siswa dalam belajar. Data yang diperoleh dari pelaksanaan

program hipotetik selama tiga siklus yang sudah dilakukan

didapatkan data-data sebagai berikut :

Implementasi program hipotetik berdasarkan aktivitasnya

Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa kadar

aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab, berkomentar, dan

Penelitian Tindakan Kelas 49


menyanggah mencapai angka rata-rata = (63,5 % + 82 % + 90,7 %) ; 3

= 78,73 %.( termasuk kategori baik).

2. Pembahasan hasil analisis data kuantitatif

Dalam pembahasan hasil analisis data kuantitatif ini, penulis

mempokuskan pada sejumlah nilai yang merupakan refleksi dari

kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Agar lebih jelasnya,

berikut disampaikan hasil belajar siswa dalam bentuk tabel :

Tabel 5 Kumulasi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Ketuntasan

Belajar

Unsur yang Perolehan Nilai Ketuntasan


No. Ket.
Dianlaisis Jumlah Rerata Individu Kelompok

1. Tema 256 7,8 33 100 %

2. Latar 299,5 7,0 33 100 %

3. Plot 210,5 6,3 23 69,6 % Perbaikan

4. Tokoh 236,5 7,2 33 100 %

5. Sudut 208,5 6,3 25 75,7 % Perbaikan

6. Pokok 264 8,0 33 100 %

7. Hasil Postes 266,5 8,1 33 100 %

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa atau

kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra dengan menggunakan

model pembelajaran humanistik terjadi peningkatan. Dengan demikian,

model pembelajaran humanistik dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengapresiasi karya sastra Carpon .

Penelitian Tindakan Kelas 50


Selanjutnya, adakah hubungan antara proses pembelajaran

dengan hasil belajar ? Pertanyaan ini sangat penting dilakukan

mengingat baik proses maupun hasil belajar sangat dipengaruhi oleh

scenario dalam model pembelajaran yang dipergunakan. Dengan

demikian, berdasarkan kedua jenis data tersebut di atas, yang secara

kualitatif menunjukan kategori sangat baik, sedang data kuantitatif

menunjukan angka rata-rata yang cukup baik, maka dapat disimpulkan

adanya hubungan positif antara proses pembelajaran yang terskenario

dalam model pembelajaran humanistik denganterjadinya peningkatan

kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra dongeng.

Penelitian Tindakan Kelas 51


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Skenario pembelajaran Carpon dengan menggunakan model

humanistik mampu meningkatkan motivasi siswa dalam proses

pembelajaran. Hal ini ditunjuikan dengan tingginya kadar aktivitas

siswa yang mencapai 78,7 % (baik); kadar integritas mencapai 91,3 %

(sangat baik); dan kadar partisipasi siswa mencapai 97,7 % (sangat

baik). Beredasarkan data ini, kadar sikap dan perilaku siswa selama

proses pembelajaran apresiasi karya sastra Carpon dengan

menggunakan model humanistik mencapai kadar aktivitas rata-rata

89,24 (sangat baik).

2. Model pembelajaran humanistik mampu meningkatkan kemampuan

apresiasi sastra terhadap karya sastra Carpon . Hal itu ditunjukan

melalui rata-rata nilai yang diperoleh siswa dalam menganalisis

unsure tema= 7,8; latar = 7,0; plot = 6,3; tokoh = 7,2; sudut 6,3;

pokok persoalan = 8,0. Rata-rata nilai hasil kajian siswa terhadap

keenam unsure Carpon tersebut mencapai = 7,1.

3. Kesimpulan di atas menunjukan bahwa model humanistik sangat

efektif dilakukan dalam pembelajaran apresiasi Carpon . Hal ini

ditunjukan oleh tingginya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran,

dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi

karya sastra Carpon .

Penelitian Tindakan Kelas 52


B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, di bawah ini disampaikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Pendekatan humanistik dalam pembelajaran sastra, jika dilaksanakan

dengan benar akan mampu memotivasi aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran apresiasi sastra. Karena itu, disarankan kepada para

guru sastra khusunya, untuk mencoba mengimplementasikan

pendekatan ini di dalam pembelajaran sastra yang lain.

2. Melakukan penelitian tindakan kelas merupakan pekerjaan yang

menyenagkan. Banyak informasi yang dapat diperoleh dari proses dan

hasil penelitian ini. Melaui langkah-langkah analisis dan refleksi

dalam forum kolaborasi semakin jelaslah permasalahan itu. Dari

pengalaman itu, penulis sarankan kepada semua guru untuk

melakukan model penelitian tindakan kelas di lapangan dengan baik

dan benar.

Penelitian Tindakan Kelas 53


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumu


Angkasa.

Burns, Anne. 1999. Collaborative Action Research for English


Language Teachers. United Kingdom : Cambrige University
Press.

Dahlan, M.D. 1990. Model-model Mengajar: Beberapa Alternatif


Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : CV Dipenogoro.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia SMP/MTs. Jakarta : Depdiknas

Harjasujana, Akhmad Slamet dan Yeti Mulyati. 2005. Membaca 2


dalam Modul Pelatihan Tenintegrasi Berbasis Kompetensi bagi
Guru Bahasa Indonesia SMP/MTs. Jakarta : Depdiknas

I.G.A.K Wardani, Kuswaya Winardi, Noehi Nasution. 2006. Penelitian


Tindakan Kelas dalam Buku Materi Pokok Modul 1-6. Jakarta :
Universitas terbuka.

Pradopo, R.D. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan


Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rusyana, Y. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung : Gunung


Larang.

Sarjono, P. 1992. Pengantar Pengajian Sastra. Bandung : Yayasan


Pustaka Wina.

Semi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.


Suharto, B. 1996. Pendekatan dsan Teknik dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung : PT Tarsito.

Penelitian Tindakan Kelas 54


ENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 8

RPP)

Nama : AAM SURYA. Spd

Sekolah : SMPN asukaraja

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Sunda

Kelas / Semester : IX / 2

materi : Puisi

lokasi Waktu : 2x 40 menit (1x pertemuan)

I. Standar Kompetensi
 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam bentuk
mengemukakan kritik, berpidato, berdiskusi, bermain peran, cerita pendek, dan
musikalisasi puisi
II. Kompetensi Dasar
9.2.6 musikalisasi/ Dramatisasi puisi

II. Indikator
 Dapat mengekpresikan pendalaman pembacaan atau penghayatanpuisi.
 Secara kolompok dapat mengiringi pembacaan puisi dengan musik secara sederhana
ciptaan sendiri.
 Dapat memilih puisi yang akan di dramatisasi atau di musikalisasi..
 Dapat memperbaiki atau menyempurnakan penciptaan musikalisasi..

V. Tujuan Pembelajaran

etelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran siswa:


 Memilih puisi yang akan di dramatisasi atau dimusikalisasi.
 Mengexpresikan pendalaman pembacaan.
 Mengiringi pembacaan puisi dengan musik sederhana ciptaan sendiri.
 Menyempernakan penciptaan musikalisasi puisi..

Penelitian Tindakan Kelas 55


. Materi Pembelajaran
 puisi

I. Metode Pembelajaran
 tugas
 tanya jawab
 Demontrasi

II. Kegiatan Pembelajaran / langkah


1. Kegiatan awal
 Guru garapihkeun murid sangkan museurkeun panitera
 Murid dijadikeun sababaraha kelompok
 Guru ngayogikeun teks puisi
2. Kegiatan inti
 Murid dina kelompok milih puisi nu rek dramatisi atawa dimukalisasi.
 Murid dina kelompok latihan ngaexpresikeun cara neuleunman sarta neleban puisi.
 Murid secara kelompok latihan ngamusikalisasi puisi beunang sorangan.
 Murid babarengan latihan nyampurnakeun sarta ngomean cara nyiptakeun
musikalisasi puisi.
3. Kegiatan akhir
 Unggal kelompok mere komentar naon kakarangan jeung kaleuwihan babaturan.
 Guru ngumumkeun kelompok mana nu pangalusna.
 Siswa dibimbing nyieun catatan.

III. Sumber Pembelajaran


 Buku pegangan siswa Gapura Basa kelas IX hal.
 TV, Radio, Kaset, Koran, Majalah.

X. Penilain Hasil Belajar


- Intrumen
1. Lisan

Penelitian Tindakan Kelas 56


urid ngaragakeun dramatisasi/musikalisasi puisi dihareupeun kelas kelas tiap-tiap
kelompok.

Sasaran Aspek Kriteria Skala


Basa a. Ucapan (Artikulasi) - Jentre 5 -10
b. Lentong (tekanan, wirahna) - Merenah 5-10
c. Adegan basa -Bener/baku 5-10
d. Pilihan kecap Keuna 5-10
Eusi a. Ngajiwaan watak - Alus/lancar 5 -10
b. Rengkak/peta - Saluyu 5-10
c. Dangdakan -Alus/Sopan 5-10
a. Ngajiwaan -Ngajiwaan 5-15
b. Napsirkeun eusi -Paham 5-15
Peunteun Alus : 80-100, mejehna : 60-79, kurang : 35-59 45 - 100

Mengetahui Sukaraja , 4April 2015

Kepala Sekolah SMPN sukaraja Guru Bahasa Sunda

Drs. WAWA SURAHWADI, M.Pd AAM SURYA,S.Pd


NIP: 195904131981031008 NIP: 196110031984032007

Penelitian Tindakan Kelas 57


Penelitian Tindakan Kelas 58

Anda mungkin juga menyukai