Proposal HIV Dan AIDS
Proposal HIV Dan AIDS
N 101 12 090
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tidak bisa lagi memenuhi perannya untuk melawan infeksi dan penyakit.Infeksi yang
berhubungan dengan menurunnya sistem imun yang parah dikenal sebagai “infeksi
oportunis”, karena infeksi dapat terjadi disebabkan keuntungan dari melemahnya sistem
dipahami sebagai berikut : Human = virus ini hanya dapat menginfeksi manusia.
Immunodeficiency = HIV melemahkan sistem imun dengan merusak sel-sel penting yang
berfungsi melawan penyakit dan infeksi. Sistem imun yang lemah tidak dapat melindungi
dari infeksi.Virus = virus hanya dapat berkembang biak dengan cara mengambil alih sel
banyak digunakan pada stase lanjutan karena infeksi HIV. Ini menggambarkan dengan
angka kejadian lebih dari 20 infeksi oportunis atau hubungan HIV-kanker. Menurut
perkiraan WHO dan UNAIDS, 35 juta orang hidup dengan HIV secara global pada akhir
tahun 2013. Pada tahun yang sama, sekitar 2,1 juta orang baru terinfeksi, dan 1, juta
terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS. Beberapa Negara
seperti Myanmar, Nepal dan Thailand menunjukkan tren penurunan untuk infeksi baru
HIV, hal ini dihubungkan dengan diterapkannya program pencegahan HIV/AIDS melalui
Indonesia pada triwulan III (pada bulan Juli sampai September 2014) dilaporkan jumla
kasus HIV/AIDS yang manajumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 7.335 dankasus
AIDS dilaporkan sebanyak 176. Faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak
aman pada heteroseksual sebanyak 34.305 kasus,penggunaan jarum suntik tidak steril
pada Pengguna Narkotika suntik (Penasun) adalah sebanyak 8.462, lalu hubungan seks
pada homoseksual atau biseksual sebanyak 1.366 kasus, transmisi perinatal atau
penularan dari ibu ke bayi sebanyak 1.506, dan terakhir kasus pada trasnfusi pada
sebanyak 130. Secara kumulatif jumlah HIV & AIDS dari 1 April 1987 sampai 30
September 2014 adalah jumlah kasus HIV adalah 150.296, kasus AIDS adalah 55.799
HIV/AIDS pada provinsi Sulawesi Tengah ditemukan kasus HIV sebanyak 404 dan
kasus AIDS sebanyak 257, hal ini disangkut pautkan dengan masalah perilaku hubungan
seksual dari individu yang tidak sehat dan tidak aman dengan berganti-ganti pasangan
ataupun dengan pasangan tetap, juga dengan penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
B. Rumusan Masalah
di kota Palu.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
upaya screening.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi dokter
dengan tingkat kejadian dan pemikiran pasien dengan HIV/AIDS di kota Palu.
3. Bagi peneliti
Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan teori yang telah diperoleh dalam
bentuk nyata.
Menjadi perbandingan bagi peneliti berikutnya dengan judul atau kasus yang
sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. HIV/AIDS
a. HIV/AIDS
HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem
imun.sekali terjangkit, HIV menghasilkan suatu spektrum penyakit
yang akan berkembang dalam kebanyakan kasus, mulai dari laten
yang bersifat klinis atau status asimtomatik sampai kondisi AIDS.
(Morgan, Hamilton. 2009)
AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh.AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit
saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti, infeksi bakteri, virus,
jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan
tubuh penderita.(Murtiastutik, 2008).
Virus HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus, sedangkan AIDS merupakan singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome.Jadi HIV merupakan virus yang
menyebabkan penyakit AIDS, dan untuk memudahkannya disebut
juga sebagai penyakit HIV/AIDS.Penyakit ini merupakan penyakit
kelamin yang pada mulanya dialami oleh kelompok kaum
homoseksual. (Hawari, 2006)
b. Epidemiologi
Infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan
masyarakat, baik kelompok risiko tinggi maupun masyarakat
umum.Jika pada awalnya, sebagian besar ODHA berasal dari
kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran dimana
persentase penularan secara heteroseksual dan pengguna narkotika
semakin meningkat. (Djoerban dan Djauzi , 2007)
Jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS di dunia pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 33,4 juta orang. Sebagian besar (31,3 juta)
adalah orang dewasa dan 2,1 juta anak di bawah 15 tahun (Narain,
2004).
Dari uraian di atas ternyata virus HIV/AIDS telah mendunia
merupakan global effect yang merupakan penyakit kelamin yang
disebabkan oleh virus dan manusia di seluruh dunia belum mampu
mengatasinya.Selama ini penyakit menular yang disebabkan oleh
virus seperti virus Ebola, Cacar, Campak, Demam Berdarah, dan
lainnya sudah ditemukan pencegahannya sehingga tidak
mendunia.Namun hal ini tidak berlaku bagi penyakit kelamin pada
umumnya meskipun sudah ada pengobatannya, tidak demikian halnya
dengan virus HIV/AIDS.Dengan kecepatan 1 menit 5 orang tertular,
maka manusia memalui transportasi yang serba cepat ke seluruh dunia
menjadikan tidak ada satu sudutpun di dunia yang tidak terinfeksi
HIV/AIDS. (HAWARI, 2006)
Laporan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan
HIV/AIDS di Indonesia pada triwulan III (pada bulan Juli sampai
September 2014) dilaporkan jumla kasus HIV/AIDS yang mana
jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 7.335 dan kasus AIDS
dilaporkan sebanyak 176. Faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan
seks tidak aman pada heteroseksual sebanyak 34.305 kasus,
penggunaan jarum suntik tidak steril pada Pengguna Narkotika suntik
(Penasun) adalah sebanyak 8.462, lalu hubungan seks pada
homoseksual atau biseksual sebanyak 1.366 kasus, transmisi perinatal
atau penularan dari ibu ke bayi sebanyak 1.506, dan terakhir kasus
pada trasnfusi pada sebanyak 130. Secara kumulatif jumlah HIV &
AIDS dari 1 April 1987 sampai 30 September 2014 adalah jumlah
kasus HIV adalah 150.296, kasus AIDS adalah 55.799 dan total
kematian 9.796. (KEMENKES, 2011)
c. Etiologi
HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae (Brooks
et al, 2005).Retrovirus berdiameter 70-130 nm.(Lango dan Fauci,
2005).Masa inkubasi virus ini selama sekitar 10 tahun. (Kayser et al,
2005)
Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat.Selubung
luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda yang banyak
mengandung tonjolan protein.Duri-duri ini terdiri dari dua
glikoprotein; gp120 dan gp41.Terdapat suatu protein matriks yang
disebut gp17 yang mengelilingi segmen bagian dalam membran
virus.Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut
p24.(Lan, 2005)
Di dalam kapsid terdapat dua untai RNA identik dan molekul
preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah
terbentuk. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan
RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran. (Lan,
2005)
d. Manifestasi Klinik
Virus HIV mempunyai masa inkubasi antara 5-10 tahun. Orang
yang mengidap HIV masih nampak sehat dan selama itu dapat
menularkan orang lain tanpa disadarinya. Seseorang yang menderita
AIDS pertama kali mengalami gejala-gejala umum seperti influenza.
Kemudia penyakit AIDS ini akan menjadi bervariasi pada kurun
waktu antara 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata-rata 21 bulan pada
anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Di samping itu perlu
diperhatikan pila gejala-gejala non-spesifik dari penyakit AIDS yaitu
yang dieebut ARC (AIDS Related Complex) yang berlangsung lebih
dari 3 bulan, dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
2. Demam lebih dari 38 derajat Celcius.
3. Diare kronis tanpa sebab yang jelas berlangsung lebih dari 1
bulan.
4. Rasa lelah berkepanjangan.
5. Bercak-bercak putih pada lidah (hairy leukoplakia).
6. Penyakit kulit (herpes zoster) dan penyakit jamur
(candidiasis) pada mulut.
7. Pembesaran kelenjar getah bening (limfe), anemia (kurang
darah), leukopenia (kurang sel darah putih), limfopenia
(kurang sel-sel limfosit) dan trombositopenia (kurang sel-sel
trombosit/ sel pembekuan darah)
(Hawari, 2006)
e. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan mulut untuk mencari Candidiasis, Oral
Hairy Leukoplakia, infeksi
b) Pembesaran kelenjar getah bening.
c) Pemeriksaan kelamin dan dubur untuk mencari luka
dalam atau luar misalnya herpes atau kondilomata.
d) Pemeriksaan neurologis harus termasuk penilaian
fungsi saraf perifer.
e) Pemeriksaan kulit untuk mencari lesi kulit terkait HIV
yang bermakna, termasuk dermatitis seborea, kutil
umum, dan moluskum kontagiosum.
(Hawari, 2006)
2. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui seseorang mengidap HIV atau tidak
dilakukan pemeriksaan darah pemeriksaan darah dilakukan
minimal 2 kali, kalau pemeriksaan pertama negatif 6 bulan
kemudian diperiksa ulang sebab antibodi dalam tubuh baru
terbentuk dalam 6 bulan (window period) kalau pemeriksaan
kedua ini negatif maka orang tersebut bebas HIV/AIDS.
(Hawari, 2006)
a) Anemia
b) Leukopenia terutama menurunnya jumlah CD-4
c) Limfopenia
d) Trombositopenia
e) Adanya antigen HIV atau antibodi HIV
(Hawari, 2006)
f. Penatalaksanaan
Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan
HIV/AIDS.Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak
dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai
obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang
diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal
terjadinya AIDS. (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011)
Terdapat 5 golongan obat antiretroviral yang bekerja dengan cara
yang berbeda. Nucleoside/nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors
adalah salah satu obat ARV yang bekerja melalui menganggu protein
HIV yang dikenali reverse transcriptase, yang diperlukan untuk
replikasi virus. Selain itu Non-Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitors, yang menghambat replikasi dalam sel melalui menginhibisi
protein reverse transcriptase.Seterusnya Protease Inhibitors, yang
menginhibisi protease yang terlibat dalam proses replikasi virus HIV.
Entry Inhibitors menghambat pengikatan atau kemasukkan virus HIV
ke dalam sel-sel imun tubuh manusia. (Dyk, 2008)
Integrase Inhibitors bekerja melalui menganggu integrase enzyme
yang diperlukan sehingga virus HIV dapat insersi bahan genetik ke
dalam sel manusia (Pontali, Vareldzis, Perriens dan Lo, 2004).
Menurut rekomendasi WHO (2006), orang dewasa dan remaja
dengan HIV sebaiknya memulai terapi antiretroviral ketika:
Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa
memandang jumlah CD4.
Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan
jumlah CD4 <350/mm3.
Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO
dengan jumlah CD4 <200/mm3.
Apabila tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, maka terapi
antiretroviral sebaiknya dimulai ketika:
Infeksi HIV Stadium IV, tanpa memandang jumlah limfosit
total.
Infeksi HIV Stadium III, tanpa memandang jumlah limfosit
total.
Infeksi HIV Stadium II dengan jumlah limfosit total
<1200/mm3c.
Begitu memulai pengobatan HIV, ia harus digunakan untuk waktu
yang sangat lama. Dengan demikian ia dapat menunda kemungkinan
efek samping obat dan benar-benar memanfaatkan keampuhan efek
awal pengobatan terhadap HIV dalam tubuh manusia. (ODHA
Indonesia, 2007)
g. Faktor Resiko
HIV adalah virus RNA yan termasuk virus retrovirus. Virus ini
memasuki sel-sel limfosit T, monosit dan makrofag, yan berarti virus
ini akan bereplikasi pada CD-4 sehingga tubuh yan terkontaminasi
CD4 yan terinfeksi akan terjankit virus ini (Tjay, 2007) berikut
beberapa :
Seks yan tidak aman.
Gonta-ganti pasangan
Homoseksual/Biseksual
Jarum Suntik tidak Steril.
(KEMENKES, 2014)
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Adapun hipotesis mengenai penelitian adalah sebagai berikut :
Screening merupakan salah satu faktor untuk menekan angkakejadian
HIV/AIDS.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Saya menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, yang mana uji
ini untuk meneliti dari sekelompok orang pada suatu titik waktu untuk menentukan apakah
1. Lokasi Penelitian
Tengah.
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
a. Populasi Target
b. Populasi Terjangkau
Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi :
a) Kriteria Inklusi
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria Inklusi pada penelitian ini
adalah penderita HIV/AIDS yang melakukan skrining dan tidak melakukan skrining ,
juga orang yang bukan penderita HIV/AIDS yang melakukan skrining dan tidak
dengan baik.
b) Kriteria Ekslusi
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang
penyebabnya antara lain adalah adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau
N : Besar Populasi
N
n=
2
1+(Nxd ) n : Besar Sampel
100
n =
1 + 100 (0,05)2
= 80 orang
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang gunakan adalah data sekunder dan primer.Data sekunder
tersebut diperoleh dari rekam medis pasien di PUSKESMAS Talise Kecamatan Palu Timur,
Sulawesi Tengah.
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas
b. Variabel Terikat
HIV/AIDS.
2. Defenisi Operasional
a. Screening HIV/AIDS
Tengah. Penelitian ini telah memiliki persetujuan dan surat izin penelitian dari pihak
Lalu untuk pasien yang positif AIDS dan belum pernah melakukan screening
G. Devinisi Operatif
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel
independen
Variabel
dependen
J. Pengolahan data
1. Editing Data
Bertujuan untuk meneliti daftar pertanyaan yang sudah disi. Kegiatan ini terdiri dari
kelengkapan dalam pengisian, kesalahan dalam pengisian serta konsistensi dari setiap
jawaban.
2. Skoring
Skoring dilakukan untuk mengetahui total skor jawaban responden atas kuisioner.
3. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban yang sudah ada menurut jenisnya, dengan
cara memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka. Untuk
mempermudah pembacaan hasil dari pengkodingan dimasukkan dalam tabel.
4. Tabulasi
Suatu kegiatan untuk memasukkan data hasil penelitian kedalam sebuah tabel
berdasarkan kriteria yang sudah ada.
K. Analisa Data
Pengolahan dan analisa data di lakukan dengan menggunakan software komputer.
Analisa data yang di lakukan meliputi :
Analisa bivariat
Analisa ini melihat hubungan antara dua variabel independent dan dependen, untuk
mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji chisquare, dalam uji
ini ditentukan tingkat kepercayaan 95 % dengan nilai ( α ) = 0,05.
Rumus chi–square ( X² ) dihitung dengan rumus :
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ2 )
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ
Keterangan :
X² = chi – square