Anda di halaman 1dari 17

Tugas Proposal Desember 2014

HUBUNGAN SKRINING PADA PUSKESMAS TALISE DALAM UPAYA

PENCEGAHAN PENYEBARAN HIV/AIDS DI KOTA PALU

CYNTHIA FIDELIA MONTANG

N 101 12 090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV atau Human Immunodeficiency Virusmenginfeksi sel-sel sistem imun,

merusak atau melemahkan fungsinya.Infeksi virus menghasilkan kemerosotan dari sistem

imun, yang mengarah ke “menurunnya imun”.Sistem imun dianggap menurun ketika

tidak bisa lagi memenuhi perannya untuk melawan infeksi dan penyakit.Infeksi yang

berhubungan dengan menurunnya sistem imun yang parah dikenal sebagai “infeksi

oportunis”, karena infeksi dapat terjadi disebabkan keuntungan dari melemahnya sistem

imun tubuh. (WHO, 2014)

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat

dipahami sebagai berikut : Human = virus ini hanya dapat menginfeksi manusia.

Immunodeficiency = HIV melemahkan sistem imun dengan merusak sel-sel penting yang

berfungsi melawan penyakit dan infeksi. Sistem imun yang lemah tidak dapat melindungi

dari infeksi.Virus = virus hanya dapat berkembang biak dengan cara mengambil alih sel

dalam tubuh hostnya. (Departement of Health &Human Services, 2014)

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS adalah istilah yang paling

banyak digunakan pada stase lanjutan karena infeksi HIV. Ini menggambarkan dengan

angka kejadian lebih dari 20 infeksi oportunis atau hubungan HIV-kanker. Menurut

perkiraan WHO dan UNAIDS, 35 juta orang hidup dengan HIV secara global pada akhir

tahun 2013. Pada tahun yang sama, sekitar 2,1 juta orang baru terinfeksi, dan 1, juta

orang meninggal karena AIDS.(WHO, 2014)


Menurut World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2011

terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS. Beberapa Negara

seperti Myanmar, Nepal dan Thailand menunjukkan tren penurunan untuk infeksi baru

HIV, hal ini dihubungkan dengan diterapkannya program pencegahan HIV/AIDS melalui

program condom use 100 persen (CUP). (WHO, 2011)

Laporan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan HIV/AIDS di

Indonesia pada triwulan III (pada bulan Juli sampai September 2014) dilaporkan jumla

kasus HIV/AIDS yang manajumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 7.335 dankasus

AIDS dilaporkan sebanyak 176. Faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak

aman pada heteroseksual sebanyak 34.305 kasus,penggunaan jarum suntik tidak steril

pada Pengguna Narkotika suntik (Penasun) adalah sebanyak 8.462, lalu hubungan seks

pada homoseksual atau biseksual sebanyak 1.366 kasus, transmisi perinatal atau

penularan dari ibu ke bayi sebanyak 1.506, dan terakhir kasus pada trasnfusi pada

sebanyak 130. Secara kumulatif jumlah HIV & AIDS dari 1 April 1987 sampai 30

September 2014 adalah jumlah kasus HIV adalah 150.296, kasus AIDS adalah 55.799

dan total kematian 9.796.(KEMENKES, 2011)

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan

HIV/AIDS pada provinsi Sulawesi Tengah ditemukan kasus HIV sebanyak 404 dan

kasus AIDS sebanyak 257, hal ini disangkut pautkan dengan masalah perilaku hubungan

seksual dari individu yang tidak sehat dan tidak aman dengan berganti-ganti pasangan

ataupun dengan pasangan tetap, juga dengan penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh screening terhadap upaya pecegahan penyebaran HIV/AIDS

di kota Palu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek dari screening dalam upaya pencegahan

HIV/AIDS.

2. Tujuan Khusus

Untuk menekan angka kejadianHIV/AIDS di kota Palu dengan

upaya screening.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi dokter

Sebagai bahan masukan dan penambahan pengetahuan tentang HIV/AIDS

dalam menurunkan angka kejadian HIV/AIDS di kota Palu dan meningkatkan

pelayanan kesehatan dalam menangani pasien dengan kasus HIV/AIDS.

2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai referensi bahan bacaan di perpustakaan yang berkaitan

dengan tingkat kejadian dan pemikiran pasien dengan HIV/AIDS di kota Palu.

3. Bagi peneliti
Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan teori yang telah diperoleh dalam

bentuk nyata.

4. Bagi peneliti lainnya

Menjadi perbandingan bagi peneliti berikutnya dengan judul atau kasus yang

sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. HIV/AIDS
a. HIV/AIDS
HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem
imun.sekali terjangkit, HIV menghasilkan suatu spektrum penyakit
yang akan berkembang dalam kebanyakan kasus, mulai dari laten
yang bersifat klinis atau status asimtomatik sampai kondisi AIDS.
(Morgan, Hamilton. 2009)
AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh.AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit
saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti, infeksi bakteri, virus,
jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan
tubuh penderita.(Murtiastutik, 2008).
Virus HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus, sedangkan AIDS merupakan singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome.Jadi HIV merupakan virus yang
menyebabkan penyakit AIDS, dan untuk memudahkannya disebut
juga sebagai penyakit HIV/AIDS.Penyakit ini merupakan penyakit
kelamin yang pada mulanya dialami oleh kelompok kaum
homoseksual. (Hawari, 2006)
b. Epidemiologi
Infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan
masyarakat, baik kelompok risiko tinggi maupun masyarakat
umum.Jika pada awalnya, sebagian besar ODHA berasal dari
kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran dimana
persentase penularan secara heteroseksual dan pengguna narkotika
semakin meningkat. (Djoerban dan Djauzi , 2007)
Jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS di dunia pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 33,4 juta orang. Sebagian besar (31,3 juta)
adalah orang dewasa dan 2,1 juta anak di bawah 15 tahun (Narain,
2004).
Dari uraian di atas ternyata virus HIV/AIDS telah mendunia
merupakan global effect yang merupakan penyakit kelamin yang
disebabkan oleh virus dan manusia di seluruh dunia belum mampu
mengatasinya.Selama ini penyakit menular yang disebabkan oleh
virus seperti virus Ebola, Cacar, Campak, Demam Berdarah, dan
lainnya sudah ditemukan pencegahannya sehingga tidak
mendunia.Namun hal ini tidak berlaku bagi penyakit kelamin pada
umumnya meskipun sudah ada pengobatannya, tidak demikian halnya
dengan virus HIV/AIDS.Dengan kecepatan 1 menit 5 orang tertular,
maka manusia memalui transportasi yang serba cepat ke seluruh dunia
menjadikan tidak ada satu sudutpun di dunia yang tidak terinfeksi
HIV/AIDS. (HAWARI, 2006)
Laporan Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan
HIV/AIDS di Indonesia pada triwulan III (pada bulan Juli sampai
September 2014) dilaporkan jumla kasus HIV/AIDS yang mana
jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 7.335 dan kasus AIDS
dilaporkan sebanyak 176. Faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan
seks tidak aman pada heteroseksual sebanyak 34.305 kasus,
penggunaan jarum suntik tidak steril pada Pengguna Narkotika suntik
(Penasun) adalah sebanyak 8.462, lalu hubungan seks pada
homoseksual atau biseksual sebanyak 1.366 kasus, transmisi perinatal
atau penularan dari ibu ke bayi sebanyak 1.506, dan terakhir kasus
pada trasnfusi pada sebanyak 130. Secara kumulatif jumlah HIV &
AIDS dari 1 April 1987 sampai 30 September 2014 adalah jumlah
kasus HIV adalah 150.296, kasus AIDS adalah 55.799 dan total
kematian 9.796. (KEMENKES, 2011)
c. Etiologi
HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae (Brooks
et al, 2005).Retrovirus berdiameter 70-130 nm.(Lango dan Fauci,
2005).Masa inkubasi virus ini selama sekitar 10 tahun. (Kayser et al,
2005)
Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat.Selubung
luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda yang banyak
mengandung tonjolan protein.Duri-duri ini terdiri dari dua
glikoprotein; gp120 dan gp41.Terdapat suatu protein matriks yang
disebut gp17 yang mengelilingi segmen bagian dalam membran
virus.Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut
p24.(Lan, 2005)
Di dalam kapsid terdapat dua untai RNA identik dan molekul
preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah
terbentuk. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan
RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran. (Lan,
2005)
d. Manifestasi Klinik
Virus HIV mempunyai masa inkubasi antara 5-10 tahun. Orang
yang mengidap HIV masih nampak sehat dan selama itu dapat
menularkan orang lain tanpa disadarinya. Seseorang yang menderita
AIDS pertama kali mengalami gejala-gejala umum seperti influenza.
Kemudia penyakit AIDS ini akan menjadi bervariasi pada kurun
waktu antara 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata-rata 21 bulan pada
anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Di samping itu perlu
diperhatikan pila gejala-gejala non-spesifik dari penyakit AIDS yaitu
yang dieebut ARC (AIDS Related Complex) yang berlangsung lebih
dari 3 bulan, dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
2. Demam lebih dari 38 derajat Celcius.
3. Diare kronis tanpa sebab yang jelas berlangsung lebih dari 1
bulan.
4. Rasa lelah berkepanjangan.
5. Bercak-bercak putih pada lidah (hairy leukoplakia).
6. Penyakit kulit (herpes zoster) dan penyakit jamur
(candidiasis) pada mulut.
7. Pembesaran kelenjar getah bening (limfe), anemia (kurang
darah), leukopenia (kurang sel darah putih), limfopenia
(kurang sel-sel limfosit) dan trombositopenia (kurang sel-sel
trombosit/ sel pembekuan darah)
(Hawari, 2006)
e. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan mulut untuk mencari Candidiasis, Oral
Hairy Leukoplakia, infeksi
b) Pembesaran kelenjar getah bening.
c) Pemeriksaan kelamin dan dubur untuk mencari luka
dalam atau luar misalnya herpes atau kondilomata.
d) Pemeriksaan neurologis harus termasuk penilaian
fungsi saraf perifer.
e) Pemeriksaan kulit untuk mencari lesi kulit terkait HIV
yang bermakna, termasuk dermatitis seborea, kutil
umum, dan moluskum kontagiosum.
(Hawari, 2006)
2. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui seseorang mengidap HIV atau tidak
dilakukan pemeriksaan darah pemeriksaan darah dilakukan
minimal 2 kali, kalau pemeriksaan pertama negatif 6 bulan
kemudian diperiksa ulang sebab antibodi dalam tubuh baru
terbentuk dalam 6 bulan (window period) kalau pemeriksaan
kedua ini negatif maka orang tersebut bebas HIV/AIDS.
(Hawari, 2006)
a) Anemia
b) Leukopenia terutama menurunnya jumlah CD-4
c) Limfopenia
d) Trombositopenia
e) Adanya antigen HIV atau antibodi HIV
(Hawari, 2006)
f. Penatalaksanaan
Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan
HIV/AIDS.Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak
dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai
obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang
diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal
terjadinya AIDS. (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011)
Terdapat 5 golongan obat antiretroviral yang bekerja dengan cara
yang berbeda. Nucleoside/nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors
adalah salah satu obat ARV yang bekerja melalui menganggu protein
HIV yang dikenali reverse transcriptase, yang diperlukan untuk
replikasi virus. Selain itu Non-Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitors, yang menghambat replikasi dalam sel melalui menginhibisi
protein reverse transcriptase.Seterusnya Protease Inhibitors, yang
menginhibisi protease yang terlibat dalam proses replikasi virus HIV.
Entry Inhibitors menghambat pengikatan atau kemasukkan virus HIV
ke dalam sel-sel imun tubuh manusia. (Dyk, 2008)
Integrase Inhibitors bekerja melalui menganggu integrase enzyme
yang diperlukan sehingga virus HIV dapat insersi bahan genetik ke
dalam sel manusia (Pontali, Vareldzis, Perriens dan Lo, 2004).
Menurut rekomendasi WHO (2006), orang dewasa dan remaja
dengan HIV sebaiknya memulai terapi antiretroviral ketika:
 Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa
memandang jumlah CD4.
 Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan
jumlah CD4 <350/mm3.
 Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO
dengan jumlah CD4 <200/mm3.
Apabila tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, maka terapi
antiretroviral sebaiknya dimulai ketika:
 Infeksi HIV Stadium IV, tanpa memandang jumlah limfosit
total.
 Infeksi HIV Stadium III, tanpa memandang jumlah limfosit
total.
 Infeksi HIV Stadium II dengan jumlah limfosit total
<1200/mm3c.
Begitu memulai pengobatan HIV, ia harus digunakan untuk waktu
yang sangat lama. Dengan demikian ia dapat menunda kemungkinan
efek samping obat dan benar-benar memanfaatkan keampuhan efek
awal pengobatan terhadap HIV dalam tubuh manusia. (ODHA
Indonesia, 2007)
g. Faktor Resiko
HIV adalah virus RNA yan termasuk virus retrovirus. Virus ini
memasuki sel-sel limfosit T, monosit dan makrofag, yan berarti virus
ini akan bereplikasi pada CD-4 sehingga tubuh yan terkontaminasi
CD4 yan terinfeksi akan terjankit virus ini (Tjay, 2007) berikut
beberapa :
 Seks yan tidak aman.
 Gonta-ganti pasangan
 Homoseksual/Biseksual
 Jarum Suntik tidak Steril.
(KEMENKES, 2014)
B. Kerangka Teori

Perilaku Seks Tidak Aman

Pengetahuan/Wawasan HIV/AIDS Screening HIV/AIDS

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Screening Angka Kejadian


HIV/AIDS HIV/AIDS

D. Hipotesis
Adapun hipotesis mengenai penelitian adalah sebagai berikut :
Screening merupakan salah satu faktor untuk menekan angkakejadian
HIV/AIDS.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Saya menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, yang mana uji

ini untuk meneliti dari sekelompok orang pada suatu titik waktu untuk menentukan apakah

paparan berkaitan dengan terjadinya penyakit.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di PUSKESMAS Talise Kecamatan Palu Timur, Sulawesi

Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal ..Desember 2014 di PUSKESMAS Talise

Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

a. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini yakni pasien HIV/AIDS di

PUSKESMAS Talise Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah tahun 2012-2014

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini yakni pasien HIV/AIDS yang

melakukan screening dan tidak melakukan screening.


2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah pasien HIV/AIDS PUSKESMAS Talise

Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi :

a) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria Inklusi pada penelitian ini

adalah penderita HIV/AIDS yang melakukan skrining dan tidak melakukan skrining ,

juga orang yang bukan penderita HIV/AIDS yang melakukan skrining dan tidak

melakukan skrining dan bersedia menjadi responden serta mampu berkomunikasi

dengan baik.

b) Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang

penyebabnya antara lain adalah adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau

berada pada suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan

penelitian.Adapun rumusan yang digunakan untuk menentukan besar sampel dalam

penelitian inimenurut rumus slovin adalah:

N : Besar Populasi
N
n=
2
1+(Nxd ) n : Besar Sampel

d : Tingkat Kesalahan (0,05 atau 5%)


Misalnya :

Terdapat 100 sampel penelitian, maka :

100

n =

1 + 100 (0,05)2

= 80 orang

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang gunakan adalah data sekunder dan primer.Data sekunder

tersebut diperoleh dari rekam medis pasien di PUSKESMAS Talise Kecamatan Palu Timur,

Sulawesi Tengah.

E. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah screening HIV/AIDS

b. Variabel Terikat

Variebel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah angka kejadian

HIV/AIDS.

2. Defenisi Operasional

a. Screening HIV/AIDS

Pasien HIV/AIDS yang melakukan screening maupun tidak melakukan

screening akan digunakan sebagai pembanding bagaimana pengaruh screening dalam

penentuan perjalanan HIV menjadi kumpulan gejala yaitu AIDS.


F. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan di PUSKESMAS Talise Kecamatan Palu Timur, Sulawesi

Tengah. Penelitian ini telah memiliki persetujuan dan surat izin penelitian dari pihak

Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako dan RSUD Undata Palu.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara pengambilan catatan berupa

rekam medis pasien yang telah melakukan pemeriksaan screening HIV/AIDS.

Lalu untuk pasien yang positif AIDS dan belum pernah melakukan screening

sebelumnya akan diwawancarai dengan metode in dept interview.

G. Devinisi Operatif
Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala


operasional ukur

Variabel
independen

Skrining Suatu upaya Ceklist Kuesioner Skor ordinal


HIV/AIDS perlakuan skrining
yang dilakukan
untuk mencegah
penyebaran
HIV/AIDS

Variabel
dependen

AIDS Tingkat kejadian Pengamatan Survey Positif Ordinal


penyakit. HIV/AIDS atau
negatif
H. Pengumpulan Data
1. Alat Ukur
Pengumpulan data untuk mengukur hubungan antara penderita HIV/AIDS yang
diberikan perlakuan skrining dan yang tidak melakukan skrining dengan kuisioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan skrining.
Kuisioner dibagikan pada responden yang sebelumnya datanya sudah diambil dari data
sekunder rekam medis dan bersedia menjadi responden. Responden diminta untuk
menandatangani/lembar persetujuan (informed consent) terlebih dahulu sebelum mengisi
kuisioner sebagai bukti responden bersedia.

I. Prosedur Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan didapat langsung
dari responden pada saat penelitian berlangsung. Data ini di peroleh berdasarkan
pernyataan dalam bentuk kuisioner yang diisi oleh responden yaitu yang masuk kriteria
inklusi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain selain responden. Data
sekunder digunakan sebagai data penunjang dan data pelengkap dari data primer yang
ada relevensinya dengan keperluan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini diambil
dari PUSKESMAS Talise kota palu.

J. Pengolahan data
1. Editing Data
Bertujuan untuk meneliti daftar pertanyaan yang sudah disi. Kegiatan ini terdiri dari
kelengkapan dalam pengisian, kesalahan dalam pengisian serta konsistensi dari setiap
jawaban.
2. Skoring
Skoring dilakukan untuk mengetahui total skor jawaban responden atas kuisioner.
3. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban yang sudah ada menurut jenisnya, dengan
cara memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka. Untuk
mempermudah pembacaan hasil dari pengkodingan dimasukkan dalam tabel.
4. Tabulasi
Suatu kegiatan untuk memasukkan data hasil penelitian kedalam sebuah tabel
berdasarkan kriteria yang sudah ada.
K. Analisa Data
Pengolahan dan analisa data di lakukan dengan menggunakan software komputer.
Analisa data yang di lakukan meliputi :
Analisa bivariat
Analisa ini melihat hubungan antara dua variabel independent dan dependen, untuk
mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji chisquare, dalam uji
ini ditentukan tingkat kepercayaan 95 % dengan nilai ( α ) = 0,05.
Rumus chi–square ( X² ) dihitung dengan rumus :

(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ2 )
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ

Keterangan :

X² = chi – square

fo = frekuensi uji di observasi

fh = frekuensi yang di harapkan

jika p < 0,05 maka secara statistik di sebut bermakna .

jika p > 0,05 maka secara statistik disebut tidak bermakna

Anda mungkin juga menyukai