Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN SEMINAR PENELITIAN

STUDI STANDAR KELAYAKAN PENGINAPAN DI HOMESTAY TIONGKOK


KECIL HERITAGE LASEM BERDASARKAN ASEAN HOMESTAY STANDAR

Disusun dalam Rangka Pemenuhan Syarat Pengujian Mata Kuliah


Seminar Penelitian Semester Gasal Tahun Ajaran 2017/2018

Peneliti :
Erysa Ekky Meriastuti
NIM. D 300 160 108

Dosen Pembimbing :
Ir. Alpha Fabela P, M.T
NIK.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Studi Standar Kelayakan Penginapan di Homestay Tiongkok


Kecil Heritage Lasem Berdasarkan ASEAN Homestay Standar
2. Bidang ilmu : Arsitektur
3. Peneliti utama :
a. Nama Lengkap : Erysa Ekky Meriastuti
b. NIM : D 300 160 108
c. Alamat Rumah : Jl. Pamotan RT 01 RW 01, Desa Gunem, Kec. Gunem, Kab.
Rembang
d. No. Telp/HP : 085700368512
e. Alamat e-mail : erysaekky@gmail.com
4. Anggota penelitian : Satu (1) orang
5. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT
b. NIK :-
c. No. Telp/HP :-

Surakarta, 23 Desember 2017


Menyetujui,
Dosen Pembimbing Peneliti

Ir. Alpha Fabela Priyatmono, MT Erysa Ekky Meriastuti


Mengetahui,
Ketua Program Studi Arsitektur

Dr. Ir. Widyastuti Nurjayanti, MT


ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
dalam pelaksanaan dan penulisan laporan penelitian “ Studi Standar Kelayakan Penginapan
di Homestay Tiongkok Kecil Heritage Lasem Berdasarkan ASEAN Homestay Standar “
dapat selesai tepat waktu.
Laporan penelitian ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Penlitian
dan sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar kesarjanaan S-1 pada Fakultas Teknik
Program Studi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam penyusunan laporan penlitian ini penulis banyak mendapakan bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Ir.Widyastuti Nurjayanti,MT selaku Ketua Program Studi Fakultas Teknik


Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis untuk gagasan, ide dan juga kritik dalam penelitian
serta penulisan laporan
3. Terima kasih pada pihak Tiongkok Kecil Heritage yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian
4. Teman-teman yang telah membantu survey di lapangan

Surakarta, 23 Desember 2017

Penulis

iii
ABSTRAK

Di seluruh kawasan ASEAN, program homestay meupakan wujud pariwisata alternatif


dimana wisatawan diberi kesempatan untuk mengalami suasana khas desa dengan
masyarakat setempat. Dengan banyaknya turis internasional yang mencari wisata pedesaan,
pengembangan homestay yang sistematis akan sangat penting dalam menciptakan ‘brand
baru’ pengalaman turis, yang menampilkan cara hidup pedesaan serta menawarkan bentuk
liburan yang terjangkau dengan mengandung unsur budaya dan pendidikan. Saat ini banyak
bermunculan homestay atau rumah wisata di wilayah Kecamatan Lasem salah satunya
Tiongkok Kecil Heritage. Kemunculannya mengikuti tren wisata di daerah itu. Pertumbuhan
homestay dinilai positif karena menunjang eksistensi objek wisata, baik sejarah, pantai,
maupun religi di wilayah Kecamatan Lasem. Namun masih banyak pengelola desa wisata
yang belum memahami pengelolaan homestay secara baik dan benar. Untuk itu yang menjadi
permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana kondisi kelayakan homestay Tiongkok Kecil
Heritage di Lasem ditinjau dari aspek yang tercantum dalam Asean Homestay Standard?
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kelayakan dan nilai homestay Tiongkok Kecil
Heritage berdasarkan acuan Asean Homestay Standard. Penelitian ini menggunakan metode
checklist dengan penilaian kriteria dan penghitungan bobot nilai yang didapat dari observasi
dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi dan penghitungan bobot diperoleh nilai akhir
adalah 84,6% dan dapat disimpulkan bahwa Tiongkok Kecil Heritage mendapatkan nilai
Excellent dalam kelayakan Asean Homestay Standar.

Kata kunci : Homestay, Tiongkok Kecil Heritage, ASEAN Homestay Standar

ABSTRACT
All over the ASEAN region, the homestay programme is a form of alternative tourism in
which tourists are given the opportunity to experience the way of life in a typical village with
local community. With many of the world’s International tourists looking to ASEAN countries
for rural tourism, a more systematic development of homestay will be vrucial in creating a
‘new brand’ of tourist experience, showcasing the rural way of life, offering an affordable
form of holiday that contains a high degree of cultural and education elements. Currently,
there are many homestay or tourist house in Lasem District, one of them is Tiongkok Kecil
Heritage. The growth of homestay is considered positive because it supports the existence of
tourism object, whether history, beach, or religion in Lasem District. But there are still many
tourist village managers who do not understand the management of homestay properly and
correctly. Therefore, the problem of this research is: How the feasibility condition of
Tiongkok Kecil Heritage in Lasem viewed from the aspect listed in Asean Homestay
Standard? Goals of this study is to identify the feasibility and value of Tiongkok Kecil
Heritage based on Asean Homestay Stnadard reference. This research uses checklist method
with criteria assessment and weighting of value obtained from observation and interview.
Based on the result of observation and weight calculation, the final value is 84.6% and it can
be concluded that Tiongkok Kecil Heritage get Excellent value in the feasibility of Asean
Homestay Standard.

Keyword : Homestay, Tiongkok Kecil Heritage, ASEAN Homestay Stand

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Homestay adalah suatu usaha dalam bidang akomodasi berupa bangunan rumah tinggal
yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan
memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari
pemiliknya, untuk jangka waktu tertentu dengan perhitungan pembayaran harian (Djoko
Koestanto, 2014). Homestay merupakan salah satu sarana pendukung dalam pengelolaan
desa wisata. Sebagai usaha, homestay mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan
ekonomi masyarakat desa wisata.
Namun masih banyak pengelola desa wisata yang belum memahami pengelolaan
homestay secara baik dan benar. Misalnya dalam hal promosi, manajerial maupun
pemeliharaan serta perawatan. Hal-hal ini masih banyak diabaikan oleh para pengelola-
pengelola desa wisata. Bahkan dibeberapa desa wisata belom ada fasilitas homestay. Hal ini
tentu harus diperhatikan apabila desa wisata ingin berkembang.
Saat ini banyak bermunculan homestay atau rumah wisata di wilayah Kecamatan Lasem.
Kemunculannya mengikuti tren wisata di daerah itu. Pertumbuhan homestay dinilai positif
karena menunjang eksistensi objek wisata, baik sejarah, pantai, maupun religi di wilayah
Kecamatan Lasem. Salah satu bangunan rumah lawas bernuansa Cina Hindia di Lasem
dinamai dengan Tiongkok Kecil Heritage atau Rumah Tembok Merah yang juga merupakan
tengara Pecinan Karangturi Lasem telah dimanfaatkan sebagai homestay atau guest house
sejak September 2016.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian tentang “Studi Mengenai Standar
Kelayakan Homestay Tiongkok Kecil Heritage di Lasem” dengan menggunakan acuan
Asean Homestay Standard untuk mengetahui apakah homestay Tiongkok Kecil Heritage di
Lasem sudah memenuhi kriteria standar homestay yang baik.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi kelayakan homestay Tiongkok Kecil Heritage di Lasem ditinjau dari
aspek yang tercantum dalam Asean Homestay Standard.

C. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi kelayakan dan nilai homestay Tiongkok Kecil Heritage berdasarkan
acuan Asean Homestay Standard.

D. Sistematika Penulisan
BAB I = PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan
sistematika penulisan laporan seminar penelitian.
BAB II = TINJAUAN PUSTAKA
Berisi literatur yang terkait dengan peraturan tata ruang kota, jenis dan pola parkir, serta
penelitian yang pernah dilakukan dahulu.
BAB III = METODE PENELITIAN
Berisi proses penyelenggaraan penelitian berdasarkan pada metodologi penelitian yang
gunakan (behavioral mapping) beserta lokasi penelitian , serta proses pengumpulan data
dengan cara observasi, studi pustaka, dokumentasi, dan analisanya.
BAB IV = DESKRIPSI WILAYAH
Berisi data umum mengenai lokasi objek penelitian serta data lain yang diperoleh dari hasil
observasi, literatur, dan analisis dari permasalahan serta pembahasannya.
BAB V = ANALISIS
BAB VI = KESIMPULAN dan PENUTUP
Berisi kesimpulan dari keseluruhan hal yang dimuat di laporan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Homestay
Menurut ASEAN Homestay Standar, homestay merupakan sebuah pariwisata alternatif
dimana wisatawan akan tinggal bersama keluarga tuan rumah dan mengalami cara hidup
sehari-hari keluarga dan masyarakat setempat.
Homestay juga diartikan sebagai sebuah rumah tinggal yang berada di dekat kawasan
wisata yang berfungsi untuk penginapan sementara melihat wisatawan dari dekat kehidupan
sehari-hari masyarakat, melihat pemandangan, dan bahkan menjalani kehidupan seperti
penduduk lokal (Suyono, 2007).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa homestay adalah salah
satu alternatif akomodasi berupa rumah tinggal dengan fasilitas dan pelayanan yang murah
dan sederhana bagi wisatawan untuk memberikan kesempatan bagi wisatawan, pemilik
rumah maupun komunitas sekitar untuk saling mempelajari gaya hidup (way of life), bahasa,
dan budaya masing-masing.

B. Konsep Homestay
Dalam dunia kepariwisataan, rumah-hotel atau homestay termasuk dalam kategori
akomodasi non-hotel/akomodasi tambahan (supplementary accomodation) yang bertujuan
menyempurnakan komplementaritas antara kebutuhan wisatawan dan jasa kepariwisataan.
Jenis akomodasi ini memberi kesempatan bagi wisatawan untuk menginap menurut
keinginan hatinya sebab akomodasi ini sewanya lebih murah, lebih bebas (tidak ada
ketentuan yang mengikatmengenai pengaturan jadwal, cara berpakaian ataupun bergaul
seperti di hotel), lebih dekat dengan alam, lebih banyak kontak dengan sesama wisatawan
dan penduduk setempat, dan mendekatkan tamu pada suasana kehidupan biasa seperti di
rumah sendiri (Soekadijo, 1996: 114 ; Pendit, 2002: 97).
Ciri utamanya adalah elemen tinggal bersama dengan host family sehari-harinya,
melibatkan wisatawan makan, memasak, ataupun beraktivitas bersama (Ibrahim, 2010). Jadi,
host family tinggal di tempat atau living upon the premises (Lynch, 2005), bukan sekedar
menyewakan ruang atau bangunan yang ‘bernuansa’ rumah.

3
Ciri lainnya menurut Lynch (2005) adalah batasan (boundaries) antara ruang publik dan
ruang privat. Ruang privat dalam rumah dibuka menjadi ruang publik, berbeda dari
akomodasi lain yang ruang privatnya hanya terbuka bagi staf saja. Adapun Rivers dalam
Seubsamarn (2009) menyatakan pada akomodasi homestay utilitas dan makanan biasanya
disertakan, lama menginap bisa harian, mingguan, bulanan, bahkan tidak terbatas kecuali
ditentukan oleh pemilik rumah.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep rumah-hotel atau
homestay adalah tinggal satu atap dan berinteraksi langsung dengan host family, ruang privat
dibuka menjadi ruang publik, serta dilengkapi sarapan (breakfast included) dan segala
keperluan utilitas seperti listrik (penerangan), air bersih, maupun pemanas.

C. ASEAN Homestay Standard


Standar yang dibuat oleh ASEAN untuk mengukur kinerja dan prestasi homestay di
kawasan ASEAN dalam mengikuti persyaratan kulaitas yang ditentukan. Standar ini
dikembangkan sebagai alat untuk organisasi homestay dalam menentukan kualifikasi sebagai
homestay yang standar. Kriteria dan persyaratan yang terdapat dalam daftar peiksa
didasarkan pada yang telah disetujui dan akan diadopsi oleh semua negara anggota ASEAN
sebagai rekomendasi dalam Rencana Strategis Pariwisata ASEAN untuk menciptakan
pengunjung yang berkualitas pengalaman dengan menunjukkan sumber daya lokasi mereka
dengan cara layak, aman, dan menarik.
Standar ini berfokus pada kriteria penting seperti akomodasi, aktivitas, manajeman,
lokasi, kemanan, prinsip pemasaran dan keberlanjutan.

D. Prasyarat Homestay
Agar homestay di kawasan ASEAN memenuhi syarat untuk penilaian, penyedia
homestay harus memenuhi persyaratan tertentu :
a. Satu desa minimal memiliki 5 penyedia homestay terdaftar
b. Pengelola homestay bebas dari catatatn criminal
c. Pengelola homestay harus dalam keadaan sehat
Apabila homestay tidak memenuhi persyaratan yang terkait di atas, maka sudah
didiskualifikasi dari penerapan homestay standar ASEAN.

4
E. Kriteria Penilaian
Untuk mengukur kualitas dan kinerja homestay, ASEAN Homestay Standar
menggunakan 9 kriteria utama dan 27 sub kriteria yang berisi 91 persyaratan. Kriteria dan
sub kriterianya adalah sebagai berikut :

NO KRITERIA SUB KRITERIA NILAI


1. Host Desa dan Masyarakat 3
Penyedia Homestay 1
2. Akomodasi Rumah 6
Kamar Tidur 5
Toilet 3
3. Kegiatan Berbasis Desa dan Masyarakat 2
Aktivitas Sekitar 2
Keaslian 3
4. Manajemen Kepemimpinan 1
Organisasi 3
Database 3
Pengembangan kapasitas 2
Kolaborasi 1
5. Lokasi Aksesibilitas 2
6. Kebersihan Dapur, Kamar, Toilet 5
Sekitarnya 3
Makanan 7
7. Keamanan Pelatihan Keselamatan 1
Fitus Keselatan untuk Fasilitas 4
Briefing tentang Keselamatan 4
Penyelamatan Darurat 4
8. Pemasaran Kegiatan Promosi 4
Kemitraan dengan Tur 2
Pemasaran Web 2
9. Keberlanjutan Keberlanjutan Ekonomi 8

5
Kelestarian Lingkungan 6
Sosiokultural 4
TOTAL 91

F. Studi Banding
PRAWIROTAMAN, Kampung Batik dan Penginapan yang Mendunia

Gambar 1. Jalan Prawirotaman


(sumber: http://www.putrinyanormal.com/2015/03/liburandiyogya-prawirotaman-jalan.html)
Prawirotaman, sebuah kawasan yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota
Yogyakarta bisa menjadi alternatif ketika bingung mencari tempat penginapan. Kawasan itu
tidak hanya menyediakan penginapan yang unik dan terjangkau, tetapi juga sederet artshop,
cafe, toko buku, pasar tradisional, dan sebuah batu tulis yang tentu bisa menjadi alternatif
wisata pula.
Prawirotaman sebagai sebuah kampung dikenal sejak abad ke-19, saat seorang
bangsawan kraton bernama Prawirotomo menerima hadiah sepetak tanah dari kraton. Sejak
awal, kampung ini memang mempunyai peran yang tak kecil bagi Yogyakarta. Masa pra
kemerdekaan, kampung ini menjadi konsentrasi laskar pejuang. Pasca kemerdekaan,
tepatnya tahun 60-an, kampung ini dikenal sebagai pusat industri batik cap yang dikelola
oleh keturunan Prawirotomo. Sementara sejak tahun 70-an, seiring meredupnya industri batik

6
cap, para keturunan Prawirotomo banting setir ke jasa penginapan dan Prawirotaman pun
mulai dikenal sebagai kampung turis.
Memasuki kawasan Prawirotaman, anda akan disambut dengan nuansa kampung tengah
kota, mulai dari lalu lalang kendaraan hingga sapaan warga yang umumnya dapat berbahasa
Inggris. Sederetan penginapan dengan keunikan rancang bangunnya, mulai Jawa klasik
hingga hotel masa kini terdapat di kawasan ini. Fasilitas yang disediakan penginapan pun
cukup menggoda dengan harga yang terjangkau, mulai Rp 50.000 - Rp 300.000. Meski ada
yang telah berpindah tangan, kebanyakan penginapan masih dikelola oleh keturunan
Prawirotomo, terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Werdoyoprawiro, Suroprawiro, dan
Mangunprawiro.
Kawasan Prawirotaman I atau biasa disebut Prawirotaman saja adalah daerah yang
paling terkenal. Selain penginapan, di kawasan ini juga terdapat fasilitas wisata lainnya
seperti agen tour travel, warnet dan wartel, cafe dan resto, hingga bookshop. Di cafe dan resto
yang tersedia, anda bisa menikmati banyak masakan khas Jawa, Eropa, maupun paduan
keduanya. Bookshop yang tersedia menyediakan buku-buku bagus dengan harga yang lebih
murah. Buku-buku impor yang harganya bisa ratusan ribu bisa didapat dengan hanya
mengeluarkan Rp 35.000 - Rp 60.000 saja. Kadang, ada pula turis mancanegara yang mau
bertukar koleksi bukunya.
Beberapa artshop juga berjejer menjajakan pernak-pernik seni yang unik. Ada meja yang
terbuat dari bambu, kain batik, lemari yang dibuat dari kayu glondongan hingga barang-
barang antik seperti lampu hias dan keris berusia tua. Salah satu benda antik yang sangat laris
di kalangan turis mancanegara adalah cap batik. Biasanya, cap itu digunakan untuk hiasan
daun meja, angin-angin ventilasi rumah kayu atau sekedar sebagai koleksi karena dianggap
mempunyai nilai seni berupa detail motif yang sangat menarik dan nilai sejarah yang cukup
tinggi. Seorang warga Jerman pernah memborong 1000 buah cap batik dari sebuah
perusahaan batik yang kini sudah tidak beroperasi.
Di sebelah selatan kawasan Prawirotaman I merupakan Prawirotaman II yang berbatasan
langsung dengan pasar tradisional di tempat itu. Berjalan-jalan di pasar tradisional pada pagi
hari merupakan alternatif wisata yang menarik. Selain bisa menyaksikan hiruk pikuk warga
yang tengah berbelanja, anda juga bisa mencicipi panganan khas Yogyakarta yang banyak
dijual. Bila menuju ke sebelah selatan lagi, anda akan bertemu dengan daerah Prawirotaman

7
III yang tak kalah ramainya. Di Prawirotaman III, anda akan lebih banyak menjumpai rumah
penduduk.
Meski nama sebenarnya dari dua bagian paling selatan Prawirotaman adalah
Prawirotaman II dan Prawirotaman III, namun daerah itu lebih dikenal dengan nama Jalan
Gerilya. Menurut cerita, kawasan itu merupakan markas Prajurit Hantu Maut (laskar jaman
perjuangan kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Pak Tulus. Di salah satu sudut jalan,
anda bisa menemukan sebuah batu tulis yang dibuat untuk memperingati perjuangan pasukan
tersebut. Selain Pasukan Hantu Maut, laskar prajurit yang pernah bermarkas di kawasan ini
adalah Prajurit Prawirotomo.
Tak perlu khawatir jika hendak memulai perjalanan wisata. Sejumlah tempat
menyediakan jasa penyewaan sepeda motor dan mobil, bahkan fasilitas antar jemput. Jika
belum memiliki rencana wisata, sejumlah agen memiliki cukup referensi tentang tempat
wisata menarik di Yogyakarta. Mulai dari wisata budaya seperti candi dan kraton hingga
petualangan seperti trekking.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode checklist data yang diambil dari
standar ASEAN. Metode checklist adalah salah satu alat observasi yang ditunjukkan untuk
memperoleh data, berbentuk daftar yang berisi subjek yang ingin diamati oleh peneliti,
dimana peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan tinggal memberi tanda check
pada list sesuai perilaku subjek yang muncul di lembar observasi, sehingga memungkinkan
peneliti dapat melakukan penelitian secara objektif.
Langkah-langkah penelitian :
1. Penilaian berdasarkan kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan.
Contoh penilaian :

Table 1. Contoh Penilaian

KRITERIA SUB PERSYARATAN YA TIDAK TOTAL


KRITERIA POIN
Host Desa & Persyaratan 1 - Total Ya &
Masyarakat Persyaratan 2 - Total Tidak
Persyaratan 3 -
Penyedia Persyaratan 1 -
Homestay
Total 4 Persyaratan 2 2

2. Menghitung bobot nilai


Bobot nilai akan menentukan pentingnya atau prioritas setiap kriteria.

Table 2. Contoh Penghitungan Bobot Nilai

NO KRITERIA UTAMA NILAI


1. Kegiatan 20%

9
2. Manajemen 15%
3. Kebersihan 15%
4. Akomodasi 10%
5. Keselamatan dan Keamanan 10%
6. Pemasaran dan Promosi 10%
7. Sustainable 10%
8. Host 5%
9. Lokasi 5%
Total 100%

Contoh perhitungan :

Table 3. Contoh Perhitungan

NO KRITERIA SUB NILAI MAKS % RUMUS


1. Host Desa & 4 4 5%
Masyarakat
Penyedia
Homestay
2. Akomodasi Kamar tidur 14 14 10%
Toilet
3. Kegiatan Desa & 7 7 20%
Masyarakat
Kegiatan
Sekitarnya
4. Manajemen Kepemimpinan 10 10 15%
Organisasi
Database
Kapasitas
Kolaborasi
5. Lokasi Aksesibilitas 2 2 5%

10
6. Kebersihan Rumah 15 15 15%
Sekitarnya
Makanan
7. Keamanan Pelatihan 13 13 10%
keselamatan
Fitur
keselamatan
Briefing
keselamatan
Penyelamatan
darurat
8. Pemasaran Promosi 8 8 10%
Kemitraan
dengan Tour
Pemasaran Web
9. Sustainable Keberlanjutan 18 18 10%
ekonomi
Lingkungan
Sosial budaya
Total 91 91 100 a+b+c+d+e+f
% +g+h+i

3. Menentukan nilai standar


Tabel berikut menunjukan skala skoring untuk menentukan pencapaian homestay :

Table 4. Contoh Standar Skoring

TINGKAT PENILAIAN PRESENTASE


Excellent (Kualifikasi untuk ASEAN homestay) 75-100%
Very Good 60-74%
Good 40-59%

11
Fair 20-39%
Poor 0-19%

B. Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati objek penelitian
dengan cara mengukur atau meneliti secara langsung kejadian yang ada. Sehingga diperoleh
data yang actual dan factual (Sariyanti, 2014). Objek observasi merupakan data visual yang
diamati secara langsung. Data yang diamati adalah tentang kelayakan homestay Tiongkok
Kecil Heritage apakah sudah memenuhi Asean Homestay Standar.

2. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan bahan pendukung dari beberapa hasil-hasil pengumpulan data
sebagai acuan suatu pokok bahasan dengan menunjukkan bahan-bahan yang akan dikaji
dalam penelitian baik dari segi instansi terkait melalui buku-buku untuk mendapatkan
informasi secara lengkap.
Studi pustaka diperoleh dari beberapa buku yang terdapat di perpustakaan kampus,
perpustakaan daerah, perpustakaan online juga jurnal online maupun offline. Referensi yang
dipilih berdasarkan atas keterkaitan isi buku dengan pemasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data berupa catatan, buku,
majalah, surat kabar, maupun data tertulis lainnya. Dengan tujuan memperoleh data secara
langsung dari tempat penelitian (Gumilar, 2014).

4. Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Cara inilah yang
banyak dilakukan di Indonesia belakangan ini.

12
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH

A. Data Wilayah
1. Peta Wilayah

Gambar 2. Peta Kabupaten Rembang


(sumber: https://berita3rembang.files.wordpress.com/2011/12/administrasi.jpg)

Gambar 3. Peta Kawasan Lasem


(sumber: https://lasemheritagecity.files.wordpress.com/2015/03/wpid-
img_20150318_190102_edit.png)

13
2. Data Kecamatan Lasem
 Luas Wilayah : 45,04 km2
 Jumlah Penduduk : 47.868 jiwa
 Kepadatan : 1.056 jiwa/km2
 Desa/Kelurahan : 20 desa
 Batas Wilayah :
Utara : Laut Jawa
Timur : Kecamatan Sluke
Selatan : Kecamatan Pancur
Barat : Kecamatan Rembang
Kecamatan Lasem mempunyai luas wilayah mulai dari pesisir laut Jawa hingga ke
selatan. Di sebelah timur terdapat gunung Lasem. Wilayahnya seluas 4.504 ha. 505 ha
diperuntukkan sebagai pemukiman, 281 ha sebagai lahan tambak, 624 ha sebagai hutan milik
negara. Letaknya yang dilewati oleh jalur pantura, menjadikan kota ini sebagai tempat yang
strategis dalam bidang perdagangan dan jasa.

3. Sejarah Kecamatan Lasem


Lasem merupakan salah satu kota yang terletak di Kabupaten Rembang, sekitar 110 Km
dari Semarang ke arah timur, sepanjang jalur pantura. Disebelah barat menjulang Gunung
Argopuro, dan disebelah timur terdapat persawahan yang tersebar luas. Selama abad 11
Lasem merupakan kota besar sepanjang garis pantura.
Pada awal abad ke-14, kota kecil Lasem merupakan salah satu kekuasaan Kerajaan
Majapahit yang ada di Jawa Timur. Kerajaan ini telah ada di Indonesia sejak abad ke-13
sampai abad ke-15. Dan mulai runtuh ketika Islam datang ke Indonesia. Tome Pirres, seorang
pengelana Portugis, mencatat bahwa dari wilayah Rembang ke erah timur sampai wilayah
Tuban, telah terkenal sebagai pengrajin kayu.
Pada tahun 1351, Lasem diperintah oleh Ratu Dewi Indu yang berperan sebagai Adipati
(Perdana menteri bagi wilayah yang bersangkutan) di bawah kerajaan Majapahit. Suaminya
Radjasa Wardhana merupakan seorang saudagar besar yang terkenal. Pasa saat itu ia
mempunyai relasi dagang yang meliputi wilayah di Asia Tenggara. Dewi Indu meninggal
pada tahun 1382, dan jasadnya dibakar di Gn. Argopuro disebelah timur kuil Ganapati
(Keberadaan kuil tersebut belum ditemukan). Suaminya Radjasa Wardhana meninggal

14
setahun kemudian dan dibakar si tempat yang sama. Kekuasaan di Lasem diambil alih oleh
anak mereka yang bernama Badra Wardhana.
Setelah memerintah selama 30 tahun, Badra Wardhana memberikan kekuasaannya
kepada putranya yang bernama Wijaya Badra pada tahun 1413. Pada periode ini ada seorang
saudagar dari luar Lasem yang meletakkan kapalnya di sepanjang Pantai Bonang, namanya
Bi Nang Un (sekarang menjadi Binangun). Ia adalah salah seorang anggota dari rombongan
Laksamana Cheng Ho yang bepergian dari China ke Asia Tenggara pada masa Dinasti Ming.
Kedatangan Laksamana Cheng Ho, bertujuan untuk mendatangi kerajaan Majapahit. Bi
Nang Un ingin tinggal di Lasem untuk menyebarkan Agama Islam diantara penduduk asli.
Akhirnya niat Bi Nang Un tersebut dipersilakan oleh Wijaya Badra, dan memberinya wilayah
Kemandung untuk tempat bermukim. Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
hubungan antara etnis China yang ada di Indonesia sudah berlangsung sejak jaman dahulu.
Hubungan ini berawal dari kekuatan dalam diri etnis China dalam hal perdagangan.

5. Sejarah Desa Karangturi


Asal mula Desa Karangturi terjadi menurut cerita sejarah tanah Lasem.
Diceritakan pada masa itu, tepatnya di sebelah barat sungai Babagan, terdapat
gerombolan perampok yang dipimpin oleh seorang perampok terkenal yang
bernamaPathak Warak. Karena dihuni gerombolan perampok maka tak ayal lagi di
daerahtersebut terkenal tidak aman. Para perampok yang dipimpin oleh Pathak Warak sering
mengganggu masyarakat di sekitarnya.
Sementara itu, wilayah di sebelah timur sungai dipimpin oleh Demang Suto
yangterkenal mempunyai kesaktian. Kesaktian dan kemampuannya sudah banyak didengar
oleh penduduk baik di wilayah timur atau pun di wilayah barat. Tentu saja gerombolan
perampok yang dipimpin oleh Ki Pathak Warak juga telah mendengar kesaktian Demang
Suto.
Pada suatu hari, para perampok yang dipimpin Ki Pathak Warak hendak mewujudkan
keinginannya untuk merampok di wilayah timur sekaligus ingin menjajal kesaktian Demang
Suto. Para penduduk di wilayah timur dan Ki Demang Suto kaget melihat kedatangan
gerombolan Pathak Warak yang terkenal sadis dan bengis itu. Ki Pathak Warak melancarkan
aksinya berusaha mengganggu desa di wilayah timur. Melihat kejadian itu Demang Suto

15
tidak tinggal diam. Ia berusaha sekuat tenaga melawan dan membasmi gerombolan perampok
yang sangat meresahkan masyarakat.
Masyarakat di wilayah timur segera bergerak untuk melaksanakan perintah Ki Demang
Suto untuk menanam pohon Turi. Dalam waktu yang cukup singkat, di wilayah teresbut di
setiap pekarangan rumah terdapat pohon turi.
“Jika ada keramaian zaman, desa ini akan aku namakan desa Karang Turi. Nama
Karang Turi diambil dari kata pekarangan yang ditanami pohon turi,” kata Demang
Suto menjelaskan. Karangturi berasal dari kata “pekarangan yang ditanami pohon
Turi.” Desa Karangturi adalah salah satu desa yang cukup ramai dan merupakan bagian dari
kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.

B. Data Homestay
1. Lokasi Homestay

Gambar 4 Peta lokasi homestay

Rumah Merah atau Homestay Tiongkok Kecil Heritage yang berlokasi di Jl


Karangturi Gg IV No 7 Desa Karangturi Lasem.

2. Gambaran Umum Homestay


Pemilik : Rudy Hartanto, dibeli pada tahun 2013
Pemilik Sebelumnya : Sutrisno Kertadjaja bersaudara
16
Alamat : Jalan Karangturi IV No. 7, Desa Karangturi
Arsitektur : Berlanggam Cina Hindia berpilar Indische Empire
Luas Bangunan : 265 m2
Luas Tanah : 1660 m2
Ikon : Tembok merah pintu utama dan Sumur kuning

Diperkirakan dibangun pada tahun 1860-an, kavling tanah ini tercantum dalam peta
Lasem tahun 1887 yang dikeluarkan oleh biru tipologi Hindia Belanda. Sebelum dibeli
Rudy Hartono, rumah tersebut menjadi sarang burung selama lebih dari 10 tahun.
Rumah Merah Tiongkok Kecil Heritage memiliki bentuk bangunan simetris, kanan
dan kiri berukuran sama. Terdapat pavilion. Ciri khas bangunan Cina, menyimbolkan
konsep Yin dan Yang.
Simbol ukiran di atas pintu Rumah Merah TKH : (1) Bahwa Sang Maha Pencipta
memancarkan kasih atas kuasa-Nya kepada manusia yang terdiri dari 12 zodiak atau shio;
(2) Kedua belas jenis manusia tersebut akhirnya akan kembali ke asal usul mereka, yaitu
Sang Pencipta.

Gambar 5. Rumah Merah Tiongkok Kecil Heritage


(sumber: https://merahputih.com/media/be/16/66/be1666e2a811c231a031ff77db591ac7.JPG)

17
Gambar 6. Halaman Dalam Homestay
(sumber: https://origin.pegipegi.com/jalan/images/pict2L/Y7/Y911327/Y911327008.jpg)

Gambar 7. Before-after Tiongkok Kecil Heritage

18
BAB V
ANALISIS

A. Kelayakan Penilaian
Table 5. Kelayakan Penilaian

NO PRASYARAT YA TIDAK
1. Minimal terdapat 5 penyedia homestay terdaftar di desa 
2. Penyedia homestay bebas dari catatan criminal 
3. Penyedia homestay dalam kesehatan yang baik 

B. Persyaratan Standar
Table 6. Persyaratan Standar

KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
1. Tuan Rumah Desa & Homestay harus berada dekat  1
(bobot 5%) Masyarakat dengan wisata berbasis alam
dan budaya atraksi di daerah
sekitarnya.
Terdekat: 300 m

19
Penghargaan terakhir yg  1
diperoleh berbasis desa.
Harus ada pusat komunitas  1
yang dijadikan basis operasi
dan kegiatan homestay untuk
menyambut upacara,
pertunjukan budaya, dll.
Penyedia Penyedia homestay telah  1
Homestay menyelesaikan pembangunan
homestay.
2. Akomodasi Rumah Struktur rumah harus dalam  1
(bobot: 10%) keadaan baik, stabil, dan aman
seperti atap, dinding, pintu,
lantai, dll.
Bahan desain dan bangunan  1
harus mencerminkan
arsitektur vernacular dan
identitas lokal.
Penyedia homestay harus  1
menyediakan kamar tidur

20
tamu yang terpisah dari kamar
tidur lainnya di rumah.
Jumlah kamar tidur tamu 6
kamar.
Harus ada minimal satu kamar  1
mandi/toilet untuk tamu.
Jumlah kamar mandi/toilet 4
Adanya pasokan listrik di  1
rumah.
Homestay harus memiliki  1
persediaan air bersih yang
memadai dan tersedia di
semua waktu.
Kamar tidur Adanya fasilitas dasar seperti  1
kipas angin, meja, lemari,
cermin, soket listrik, dll.
Maksimal 4 dari jumlah total  1
kamar tidur di rumah yang
tidak digunakan oleh anggota
penyedia homestay yang
dialokasikan untuk tamu.

21
Menyediakan jenis tempat  1
tidur standard an sesuai seperti
tempat tidur single dan double
dengan kasur dan bantal yang
nyaman.
Jendela kamar harus 
dilengkapi dengan bingkai
jala untuk menahan nyamuk
dan serangga lainnya.
Sprei harus diganti sesuai  1
kebutuhan dan mengikuti
keberangkatan dari masing-
masing tamu.
Toilet/Kamar Disediakan jenis toilet duduk  1
mandi atau jongkok di dalam atau di
luar rumah.
Menyediakan fasilitas toilet  1
dan kamar mandi termasuk
pintu dengan kunci dalam.
Memadai tersedianya air  1
bersih setiap saat.

22
3. Kegiatan Desa & Menampilkan sumber lokal seperti budaya lokal & warisan  1
(bobot: 20%) masyarakat budaya, atau sumber daya alam.
Adanya kegiatan yang mendorong interaksi tamu dan  1
masyarakat setempat.
Kegiatan Mengunjungi objek wisata sekitar dengan mengintegrasikan ke  1
sekitar dalam paket homestay.
Bekerja sama dengan desa-desa sekitar dalam menjalankan  1
kegiatan.
Keaslian Komunitas mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya  1
(Bahasa, gaya hidup, dll).
Melibatkan tamu di kegiatan komunal.  1
Melestarikan kerajinan lokal dan menampilkan seni drama lokal  1
dengan mendirikan kelompok budaya.
4. Manajemen Kepemimpin Pemimpin/pemilik memiliki kepemimpinan yang kuat dan  1
(bobot: 15%) an dihormati oleh masyarakat setempat.
Organisasi Organisasi homestay memiliki struktur yang sistematis dengan  1
peran dan tanggung jawab yang jelas. (7 pekerja)
Organisasi homestay memfasilitasi pemberdayaan pemuda  1
setempat.
Organisasi homestay memiliki dukungan dari manajemen desa.  1

23
Database Memiliki operator homestay berbasis data misalnya alamat  1
rumah, jumlah anggota keluarga, dll.
Memiliki catatan kedatangan tamu, asal, lama tinggal, komentar,  1
keluhan serta saran dari tamu.
Memiliki persediaan sumber daya pariwisata terbaru di desa dan  1
sekitarnya.
Kapasitas Memiliki pedoman:  1
bangunan - Penanganan tamu
dan pelatihan - Pendaftaran dan pembayaran
- Kebersihan
- Kemampuan berkomuniakasi
- Perencanaan, pengorganisasian dan penanganan
- Pemasaran & promosi
- Keterampilan interprestasi
Memiliki program pelatihan  1
Memiliki kemitraan dengan homestay lain, agensi swasta, agensi 
public, LSM, institusi pendidikan tinggi.
5. Lokasi Aksesibititas Lokasi dapat diakses transportasi dengan mudah.  1
(bobot: 5%) Adanya papan signature homestay untuk memudahkan tamu.  1
6. Kebersihan Rumah Semua kamar, dapur, dan toilet bersih dan bebas dari rambut,  1
(bobot: 15%) (dapur, kotoran, debu, dan jaring laba-laba.

24
kamar tidur, Lantai dapur harus dibersihkan secara teratur dan bebas dari noda  1
dan toilet) tumpahan.
Toilet, bak mandi, sumur dan bak cuci bersih bebas dari kotoran,  1
noda, dan bau.
Penggunaan desinfektan untuk menjaga kebersihan toilet dan  1
bebas dari kuman.
Disediakan sabun, shampoo, tisu toilet dan handuk bersih.  1
Sekitar Sekeliling homestay bebas dari sampah.  1
Homestay Tidak adanya tempat berkembang biak nyamuk.  1
Penggunaan tanaman lokal.  -
Persiapan Dapur dalam keadaan bersih dan berventilasi baik.  -
Makanan Peralatan dapur dalam kondisi baik, bersih, dan disimpan di  1
tempat yang kering.
Menyediakan piring, gelas, mug, dll yang bisa digunakan dalam  1
menyajikan makanan.
Petugas yang menyiapkan makanan dalam keadaan bersih dan  1
berpakaian baik.
Bahan segar yang digunakan dalam penyediaan makanan  1
bersumber dari pemasok lokal.
Makanan yang disajikan benar-benar tertutup.  1

25
Memiliki air minum yang bersih.  1
7. Keamanan & Pelatihan Petugas keamanan telah menjalani pelatihan dasar dalam 
Keselamatan Keselamatan pertolongan pertama dan penyelamatan darurat.
(bobot: 10%) Sedikitnya 2 petugas keamanan menemani tamu selama kegiatan  1
berlangsung.
Kegiatan berbasis air memiliki pakaian/peralatan keselamatan. 
Fasilitas fisik memiliki fitur keselamatan.  1
Lintasan dan rute trekking telah ditandai.  1
Briefing Briefing tentang aspek keselamatan sebelum mengambil bagian  1
tentang dalam aktivitas terkait.
aspek Disediakannya pedoman keselamatan.  1
keselamatan Disediakan selembaran pendaftaran tamu yang berpartisipasi  1
dalam kegiatan petualangan misalnya nama dan nomor.
Adanya prosedur manual untuk keselamatan sebagai bagian dari  1
SOP.
Penyelamata Dilengkapi dengan alat bantu darurat/pertolongan pertama.  1
n dan Dilengkapi dengan peralatan komunikasi. 
evakuasi Para tamu diberi cakupan asuransi.  1
darurat Mematuhi persyaratan masing-masing negara.  1
8. Dirancang sesuai dengan kebutuhan dan sasaran pasar.  1

26
Pemasaran Kegiatan Unique Selling Proposition (USP) desa telah diidentifikasi.  1
dan Promosi Promosi Brosur, papan interpretatf dan panel telah dikembangkan.  1
(bobot: 10%) Kerjasama dengan pemerintah daerah dan tour untuk pemasaran. 
Kemitraan Memiliki perjalanan dengan operator tur dan media. 
dengan tour Bermitra dengan operator tur terkemuka. 
Pemasaran Memiliki situs web dan memanfaatkan media social untuk  1
Web mempromosikan homestay dan pemesanan online.
Melibatkan pemuda desa dalam promosi online.  1
9. Prinsip Keberlanjuta Homestay mempekerjakan staf dari masyarakat setempat.  1
Keberlanjutan n Ekonomi Alokasi insentif untuk memotivasi staf. 
(bobot: 10%) Memberikan keuangan mikro kepada penduduk lokal. 
Homestay membeli bahan dan produk dari usaha mikro lokal.  1
Para tamu diminta untuk membeli barang-barang buatan lokal.  1
Area penjualan kerajinan disediakan dalam homestay untuk  1
memamerkan produk lokal.
Mempromosikan festival lokal dan kunjungan ke pasar  1
terdekat.

27
Menawarkan kepada tamu adanya barang dan kerajinan  1
tradisional, makanan, dan acara budaya.
Keberlanjuta Pembatasan dampak fisik tamu pada lingkungan dan budaya  1
n yang sensitive.
Lingkungan Mencegah partisipasi tamu dalam kegiatan yang bisa  1
memanfaatkan flora dan fauna.
Para tamu dilibatkan dalam program lingkungan seperti 
pembersihan sampah, pantai terdekat, hutan atau sungai.
Adanya kode etik tamu untuk berinteraksi dengan satwa liar. 
Masyarakat lokal dididik tentang pentingnya melestarikan  1
keanekaragaman hayati.
Desain dan pembangunan fasilitas serta layanan pariwisata  1
ramah lingkungan.
Keberlanjuta Tersedianya sudut informasi dan tampilan budaya di pusat  1
n sosial homestay dan area umum.
budaya Menginformasikan kepada tamu tentang perlunya menghormati  1
adat istiadat setempat dan sesuai tingkah laku.
Masyarakat setempat dididik tentang pentingnya melestarikan  1
budaya.
Larangan kegiatan seksual komersial dan penggunaan narkoba  1
illegal.

28
C. Penghitungan Bobot Nilai
NO KRITERIA SUB NILAI MAKS %
1. Host Desa & Masyarakat 4 4 5%
Penyedia Homestay
2. Akomodasi Kamar tidur 13 14 9,28%
Toilet
3. Kegiatan Desa & Masyarakat 7 7 20%
Kegiatan Sekitarnya
4. Manajemen Kepemimpinan 9 10 13,5%
Organisasi
Database
Kapasitas
Kolaborasi
5. Lokasi Aksesibilitas 2 2 5%
6. Kebersihan Rumah 13 15 13%
Sekitarnya
Makanan
7. Keamanan Pelatihan keselamatan 10 13 7,7%
Fitur keselamatan
Briefing keselamatan
Penyelamatan darurat
8. Pemasaran Promosi 5 8 6,25%
Kemitraan dengan Tour
Pemasaran Web
9. Sustainable Keberlanjutan ekonomi 14 18 7,7%
Lingkungan
Sosial budaya
Total 77 91 84,6%

29
TINGKAT PENILAIAN PRESENTASE
Excellent (Kualifikasi untuk ASEAN homestay) 75-100%
Very Good 60-74%
Good 40-59%
Fair 20-39%
Poor 0-19%

D. Data Pendukung

KRITERIA SUB TIDA


NO PERSYARATAN YA
UTAMA KRITERIA K
1. Tuan Rumah Desa & Homestay harus berada  - 1
(bobot 5%) Masyarakat dekat dengan wisata
berbasis alam dan
budaya atraksi di daerah
sekitarnya.
Terdekat: 300 m

1. Tuan Rumah

Gambar 9. Peta lokasi wisata 30


 Kampung Batik Karangturi : 300 m
 Masjid Jami’ Lasem : 400 m
 Lawang Ombo : 800 m
 Kelenteng Gie Yong Bo : 900 m
 Vihara Soditan : 900 m
 Watu Congol : 3.4 km
 Vihara Ratnavana Arama : 3.7 km

Harus ada pusat  - 1


komunitas yang
dijadikan basis operasi
dan kegiatan homestay
untuk menyambut
upacara, pertunjukan
budaya, dll.

Kelompok Sadar Wisata Karangturi Lasem berdiri pada


Februari 2016 di Kantor Desa Karangturi. Beranggotakan
warga desa Karangturi (Kota Tua Lasem) yang terdiri dari
perangkat desa, tokoh masyarakat, pemilik aset pusaka, dan
komunitas.

Ketua : Ir. Rudy Hartono


Alamat Kontak : Tiongkok Kecil Heritage, Gambar 10. Logo komunitas
POKDARWIS
Karangturi Gang 4 No. 7 (sumber:
http://kesengsemlasem.com/id/tent
E-mail : pokdarwiskarangturi@gmail.com ang-pokdarwis/)

Narahubung : Kiki 085211494552

31
2. Akomodasi

KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
2. Akomodasi Rumah Bahan desain dan  1
(bobot: 10%) bangunan harus
mencerminkan
arsitektur vernacular
dan identitas lokal.
Lasem terbentuk dari berbagai elemen kebudayaan : Jawa, Tionghoa, Kolonial dan warisan
masa Majapahit. Kota ini telah menjadi miniature keberagaman sejak abad 15. Homestay
Tiongkok Kecil Heritage merupakan rumah bergaya Cina Indis yang adalah rumah kuno dan
telah dikonservasi dan direnovasi. Terletak di Komplek Pecinan Karangturi gang 4.

Penyedia homestay  1
harus menyediakan
kamar tidur tamu yang
terpisah dari kamar tidur
lainnya di rumah.
Jumlah kamar tidur
tamu 6 kamar.

32
Harus ada minimal satu  1
kamar mandi/toilet
untuk tamu.
Jumlah kamar
mandi/toilet 4

33
Kamar Tidur Adanya fasilitas dasar  1
seperti kipas angin,
meja, lemari, cermin,
soket listrik, dll.

Kamar Disediakan jenis toilet  1


Mandi duduk atau jongkok di
dalam atau di luar
rumah.
Menyediakan fasilitas  1
toilet dan kamar mandi
termasuk pintu dengan
kunci dalam.

3. Kegiatan

34
KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
3. Kegiatan Desa & Menampilkan sumber  1
(bobot: 20%) masyarakat lokal seperti budaya
lokal & warisan budaya,
atau sumber daya alam.

4. -
5. Lokasi

KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
5. Lokasi Aksesibititas Lokasi dapat diakses  1
(bobot: 5%) transportasi dengan
mudah.
Adanya papan signature  1
homestay untuk
memudahkan tamu.

6. Kebersihan
35
KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
6. Kebersihan Persiapan Peralatan dapur dalam  1
(bobot 15%) Makanan kondisi baik, bersih, dan
disimpan di tempat yang
kering.
Menyediakan piring,  1
gelas, mug, dll yang bisa
digunakan dalam
menyajikan makanan.

7. –
8. Pemasaran & Promosi

KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
8. Pemasaran Pemasaran Memiliki situs web dan  1
dan Promosi Web memanfaatkan media (travelo
(bobot: 10%) social untuk ka &
mempromosikan pegpegi
homestay dan )
pemesanan online.

36
9. Prinsip Keberlanjutan

KRITERIA SUB
NO PERSYARATAN YA TIDAK
UTAMA KRITERIA
9. Prinsip Keberlanjuta Area penjualan kerajinan  1
Keberlanjutan n Ekonomi disediakan dalam homestay
(bobot: 10%) untuk memamerkan produk
lokal.

Keberlanjuta Tersedianya sudut informasi  1


n Sosia dan tampilan budaya di pusat
Budaya homestay dan area umum.

37
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian analisis yang dilakukan baik dengan metode observasi dan
checklist dapat diperoleh kesimpulan untuk studi kelayakan Homestay Tionkok Kecil
Heritage Lasem. Berdasarkan hasil hitungan bobot nilai dari checklist menunjukan total nilai
84,6% yang berarti Tiongkok Kecil Heritage mendapatkan nilai excellent dan sesuai dengan
standar kelayakan untuk ASEAN Homestay. Kriteria yang paling memenuhi syarat terdapat
pada Penyedia, Kegiatan, dan Lokasi dengan mendapatkan nilai penuh sesuai standar,
sedangkan kriteria yang paling kurang memenuhi syarat terdapat pada Keberlanjutan
(Sustainable) dengan mendapatkan 14 point dari 18 point.

B. SARAN

Dengan potensi Lasem yang sangat besar di bidang budaya dan seni memungkinkan banyak
pengusaha yang akan berbisnis dibidang homestay, sebab saat ini Lasem sudah berdiri
beberapa homestay dengan berbagai macam kelengkapan kualitas yang ditawarkan.
Tentunya untuk menjaga kelangsungan usaha, hendaknya Tiongkok Kecil Heritage
meningkatkan kualitas di bidang keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya
contohnya seperti menjalin kemitraan dengan tour ataupun perguruan tinggi dapat memulai
kontrak kerjasama yang saling menguntungkan agar keberlanjutan usaha terus berjalan serta
dilakukannya pengingkatan manajemen homestay untuk tetap mempertahankan
eksistensinya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Koestanto, D. (2014). Pengelolaan Pondok Wisata (Homestay) Sebagai Rumah Singgah


Ramah Lingkungan.
Yogyes. 2015. Yogyakarta Tourism Object. https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-
tourism-object/other/prawirotaman/. [diakses pada 16 November 2017]

40

Anda mungkin juga menyukai