Anda di halaman 1dari 32

Obbie Purnama Ajie

1415021064

GASIFIKASI

A. Definisi Proses Gasifikasi

Gasifikasi merupakan proses yang menggunakan panas untuk


merubah biomassa padat atau padatan berkarbon lainnya menjadi
gas sintetik “seperti gas alam“ yang mudah terbakar. Melalui proses
gasifikasi, kita bisa merubah hampir semua bahan organik padat
menjadi gas bakar yang bersih, netral. Gas yang dihasilkan pada
gasifikasi disebut gas produser yang kandungannya didominasi oleh
gas CO, H2, dan CH4.

Bahan bakar yang umum digunakan pada gasifikasi adalah bahan


bakar padat, salah satunya adalah batubara. Jika ditinjau dari produk
yang dihasilkan, pengolahan batubara dengan gasifikasi lebih
menguntungkan dibandingkan pengolahan dengan pembakaran
langsung. Dengan teknik gasifikasi, produk pengolahan batubara
lebih bersifat fleksibel karena dapat diarahkan menjadi bahan
bakar gas atau bahan baku industri yang tentunya memiliki nilai jual
yang lebih tinggi. Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu
reaktor. Reaktor tersebut berfungsi sebagai tungku tempat
berlangsungnya proses gasifikasi dimana terjadi kontak antara
bahan bakar dengan medium penggasifikasi di dalam gasifier
.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Gasifikassi

Faktor yang mempengaruhi proses gasifikasi adalah sebagai berikut:


1. Suhu Bed
Tingkat gasifikasi serta kinerja keseluruhan gasifier
adalahtergantung suhu.Semua reaksi gasifikasi biasanya reversibel
dan titik ekuilibrium dari setiap reaksi dapat digeser dengan
mengubah suhu
2. Tekanan Bed
Tekanan Bed telah dilaporkan memiliki efek yang signifikan pada
proses gasifikasi. Penurunan berat badan selama devolatilization
residu tanaman di N2 kondisi di 815 oC, menurun dengan
peningkatan tekanan. Namun, pada suhu konstan, konstanta laju
orde pertama (k) untuk gasifikasi arang meningkat karena tekanan
meningkat. Menggunakan media gasifikasi 50:50 H2O / N2 pada
suhu 815 oC, nilai-nilai konstanta laju (k) untuk char kayu adalah

0.101, 1.212 dan 0,201 min-1 masing-masing pada tekanan 0,17,


0,79 dan 2,17 MPa. (Nandi dkk, 1985)
3. Tinggi Bed
Pada suhu reaktor tertentu, waktu tinggal yang lebih lama (karena
ketinggian bedyang lebih tinggi) meningkat berjumlah hasil gas.
Ketinggian bed yang lebih tinggi menghasilkan lebih efisiensi
konversi serta suhu bed lebih rendah karena efek fly-wheel bed
material. Efek fly-wheel berkurang secara signifikan ketika jumlah
bahan bed berkurang sehingga menghasilkan suhu bed yang lebih
tinggi. (Sadaka dkk, 1998)
4. Kecepatan Fluidisasi
Kecepatan fluidisasi memainkan peran penting dalam
pencampuran partikel dalam fluidized bed. Dalam sistem gasifikasi
udara, semakin tinggi kecepatan fluidisasi semakin tinggi suhu
bed dan semakin rendah menghasilkan nilai kalor gas akibat

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

peningkatan jumlah oksigen dan nitrogen dalam gas inlet ke


system.
5. Rasio Kesetaraan
Rasio kesetaraan memiliki pengaruh kuat pada kinerja gasifiers
karena itu mempengaruhi suhu bed, kualitas gas, dan efisiensi
termal. Peningkatan rasio kesetaraan mengakibatkan tekanan
rendah baik di bed padat dan daerah freeboard ketika gasifier
dioperasikan pada kecepatan fluidisasi yang berbeda dan
ketinggian bed.
6. Kadar Air
Kadar air dari bahan pakan mempengaruhi suhu reaksi karena
energi diperlukan untuk menguapkan air dalam bahan bakar. Oleh
karena itu, proses gasifikasi berlangsung pada suhu rendah
7. Ukuran Partikel
Ukuran partikel secara signifikan mempengaruhi hasil gasifikasi.
Ukuran partikel kasar akan menghasilkan lebih banyak tar
dan kurang tar yang mereka hasilkan. Tingkat difusi termal dalam
partikel menurun dengan peningkatan ukuran partikel, sehingga
mengakibatkan tingkat pemanasan yang lebih rendah. Untuk
diberikan suhu, hasil gas yang dihasilkan dan komposisi meningkat
dengan penurunan ukuran partikel.
8. Rasio Udara dan Uap
Meningkatkan rasio udara dan uapakan meningkatkan nilai kalor
gas sampai memuncak. Campuran udara-uap dalam proses
gasifikasi batubara dalam fluidized bed reaktor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh rasio uap dan udara pada arang
terutama pada rasio yang lebih rendah karena fakta bahwa uap
digunakan pada tahap devolatilisasi memberikan kontribusi
terhadap proses gasifikasi bahkan dalam kasus ketika uap tidak
ditambahkan. Ketika rasio uap air meningkat, nilai kalor meningkat,
mencapai puncaknya pada 0,25 kg / kg. (Tomeczek dkk, 1987)

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

9. Keberadaan Katalis
Katalis komersial dan non-komersial diuji dalam berbagai proses
gasifikasi. Salah satu masalah utama dalam steam katalitik tar
adalah endapan karbon pada katalis dari karakter aromatik karbon
yang tinggi. Berbagai katalis yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas produksi gas dan mengurangi tingkat produksi tar.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

C. Perhitungan Dasar Gasifikasi

Selama proses gasifikasi terjadi dua transformasi utama yaitu perpindahan


massa dan perpindahan kalor (energi panas). Perpindahan massa ditentukan
oleh kesetimbangan massa zat yang masuk dengan massa yang keluar
dari sistem tersebut. Sedangkan perpindahan kalor ditentukan oleh
kesetimbanagan energi yang masuk dengan energi yang keluar.
Kesetimbangan massa adalah jumlah semua unsur yang terkandung dalam
suatu unit massa input ( bahan bakar dan udara) sama dengan jumlah
unsur-unsur yang dihasilkan pada output berupa syngas dan abu selama
proses gasifikasi terjadi. Sedangkan kesetimbangan energi adalah kondisi
dimana besar energi kalor yang dihasilkan dalam suatu unit massa bahan
bakar dengan nilai kalor spesifik tertentu dikurangi degan kerugian kalor
yang terjadi selama proses gasifikasi.

1. Perhitungan Kesetimbangan Masa (Mass Balance)


Perhitungan kesetimbangan massa dan energi secara umum
tergantung dengan masing-masing jenis sistem reaktor gasifikasi.
Perhitungan ini juga meliputi perhitungan aliran syngas (flow rate),
laju konsumsi bahan bakar (mass fuel rate), dan laju aliran udara
gas gasifikasi.

a. Laju Konsumsi Bahan Bakar

Dimana

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Laju pemakaian bahan bakar dipengaruhi oleh ketiga faktor yaitu


kapasitas bahan bakar dalam reaktor, sisa pembakaran dan
durasi operasional. Peneliti ini membandingkan laju bahan bakar
pada double outlet gasifier dan konvensional gasifier.
(Guswendar, 2012)

b. Laju Aliran Udara


Kebutuhan jumlah udara gasifikasi selalu lebih kecil daripada
kebutuhan jumlah udara stoikiometri (pembakaran sempurna).
Jumlah udara gasifikasi sangat tergantung pada reaksi
pembakaran masing-masing unsur yang terkandung dalam
satuan massa bahan bakar dengan udara secara sempurna dan
Equivalence Ratio (ER).

Pada proses pengoperasian alat gasifikasi, komposisi aliran


udara sebagai komponen utama oksidasi harus diberikan
dengan tepat. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan proses
oksidasi yang baik dan efisien. Blower pada sistem gasifikasi
updraft berperan untuk memberikan pasokan udara tersebut ke
ruang bakar.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Gambar 1. Laju Aliran Udara


Untuk mendapatkan komposisi udara oksidasi yang pas, maka
pipa pasokan udara blower harus terpasang orifis dan
manometer yang tersambung dengan katub untuk mengatur
besar kecilnya hembusan udara. Orifis adalah salah satu alat
pengukur tekanan fluida pada suatu sistem pemipaan.Alat ini
mempunyai sekat pada sambungannya yang telah diberikan
lubang dengan diameter tertentu (biasanya setengah dari
diameter pipa). Pada bagian depan dan belakang sekat orifis
terdapat lubang manometer yang berfungsi sebagai tabung
pengukur perbedaan fluida yang masuk dan keluar dari sekat
orifis. Aliran udara sebelum masuk sekat orifis akan lebih besar
daripada udara setelah keluar dari orifis. Pebedaan tersebut
akan menghasilkan perbedaan tinggi fluida yang terjadi pada
tabung manometer.Perhitungan laju alir udara dapat dihitung
dengan persamaan :

Dimana

Massa laju alir udara dapat dihitung :

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

c. Massa Jenis Syngas


Massa jenis gas campuran , pers :

Dimana

d. Massa alir syngas dapat dihitung :

2. Effisiensi Gasifikasi
Efisiensi gasifikasi adalah persentase energi dari bahan bakar yang
diubah menjadi gas mampu bakar (masih mengandung tar). Efisiensi
gasifikasi juga dapat diartikan sebagai rasio energi yang dihasilkan
oleh pembakaran sejumlah gas producer dengan energi yang
dihasilkan oleh pembakaran biomassa secara konvensional.
Persamaan berikut ini digunakan untuk menghitung efisiensi
gasifikasi (Mathieu, Phillippe. 2002)

Dimana

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

D. Proses – Proses Pada Reaktor Gasifikasi


Gasifikasi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai proses
pembakaran bertahap. Hal ini dilakukan dengan membakar bahan
bakar padat dengan ketersediaan oksigen yang terbatas sehingga gas
yang terbentuk dari hasil pembakaran masih memiliki potensi untuk
terbakar. Bahan bakar gasifikasi dapat berupa material padatan
berkarbon biasanya biomassa (kayu atau limbah berselulosa) atau
batubara. Semua senyawa organic mengandung atom karbon (C),
hydrogen (H) dan oksigen (O), dalam wujud molekul komplek
yang bervariasi. Gasifikasi terdiri dari empat tahapan terpisah yang
terdiri dari proses Pengeringan: T > 150 °C,Pirolisis /
Devolatilisasi : 150 < T < 700 °C, Oksidasi / pembakaran:
700 < T < 1500 °C,Reduksi: 800 < T < 1000 °C.

Gambar 2. Proses – Proses Pada reaktor Pirolisi

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

1. Pengeringan

Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat


diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Reaksi
ini erletak pada bagian atas reaktor dan merupakan zona dengan
temperature paling rendah di dalam reaktor yaitu di bawah 150 ᵒC.
Proses pengeringan ini sangat penting dilakukan agar pengapian
pada burner dapat terjadi lebih cepa dan lebih stabil.

2. Pirolisis

Pirolisis adalah proses pemecahan struktur bahan bakar dengan


menggunakan sedikit atau tanpa oksigen melalui pemanasan
menjadi gas. Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air,
cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau
padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang
diserap dari proses oksidasi. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia
terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara lambat pada T
700 °C. Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi
temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis
berlangsung.

Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH


(polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari
tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan
arang.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

3. Oksidasi (Pembakaran)

Untuk melakukan reaksi oksidasi (pembakaran) terdapat tiga


elemen penting yang saling mengisi satu sama lain yaitu
panas,bahan bakar, dan udara. Reaksi pembakaran sangat
berkaitan dengan keberadaan ketiga elemen tersebut karena
apabila salah satu dati ketiga elemen tersebut tidak ada maka
hamper dapat dipastikan tidak akan terjadi proses pembakaran.

Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting


yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh
energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen
yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan substansi yang
mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang
secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang
diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang terjadi pada proses
pembakaran adalah:

C + O2 → CO2 + 393.77 kJ/mol karbon

4. Reduksi (Gasifikasi)

Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi


endotermik yang disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi
pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses ini adalah gas
bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan
empat reaksi yang umum telibat pada gasifikasi.

C + H2O → H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon


CO2 + C → 2CO – 172.58 kJ/mol
CO + H2O → CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol C + 2H2 → CH4 + 74.90
kJ/mol karbon

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Berikut merupakan tahapan-tahapan reduksi :


a. Water-gas reaction

Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon


oleh kukus yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu
sendiri (hasil pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda,
seperti uap air yang dicampur dengan udara dan uap yang
diproduksi dari penguapan air. Reaksi yang terjadi pada water-
gas reaction adalah:

C + H2O -> H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon

Pada beberapa gasifier, kukus dipasok sebagai medium


penggasifikasi dengan atau tanpa udara/oksigen.

b. Boudouard reaction

Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida


yang terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk
menghasilkan CO. Reaksi yang terjadi pada Boudouard reaction
adalah:

CO2 + C -> 2CO – 172.58 kJ/mol karbon

c. Shift conversion
Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbonmonoksida
oleh kukus untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal
sebagai water-gas shift yang menghasilkan peningkatan
perbandingan hidrogen terhadap karbonmonoksida pada gas
produser. Reaksi ini digunakan pada pembuatan gas sintetik.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO + H2O -> CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

d. Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi
yang terjadi pada methanation adalah:

C + 2H2 -> CH4 + 74.90 kJ/mol karbon

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

E. Parameter – Parameter Penting Dalam Proses Gasifikasi

Parameter – parameter penting dalam proses gasifikasi adalah:


1. Temperatur gasifikasi
Temperatur gasifikasi harus tinggi karena dalam tahap pertama
gasifikasi adalah pengeringan untuk menguapkan kandungan air
dalam batu bara dan biomassa agar menghasilkan gas yang bersih.
Temperatur yang tinggi juga dapat berpengaruh dalam
menghasilkan gas yang mudah terbakar. Sehingga untuk
mempertahankan temperatur, maka tangki reaktor diisolasi dengan
bata tahan api agar tidak ada panas yang keluar ke lingkungan
sehingga efisiensi reaktor menjadi baik.

2. Spesific Gasification Rate (SGR)


SGR mengindikasikan banyaknya biomassa rata-rata yang dapat
tergasifikasi dalam gasifier. Jika SGR semakin besar maka
proses gasifikasi tidak berjalan secara sempurna, sebaliknya jika
SGR semakin kecil maka proses gasifikasi berjalan lambat. SGR
dapat dihitung dengan cara.

3. FCR (Fuel Consumtion Rate)


Laju bahan bakar biomassa yang dibutuhkan pada proses
gasifikasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

4. GFR (Gas Fuel Ratio).


GFR (Gas Fuel Ratio) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :

5. % Char
% char adalah perbandingan banyaknya arang yang
dihasilkan dengan banyaknya biomassa yang dibutuhkan. %
char dapat dihitung menggunakan rumus:

6. Waktu konsumsi bahan bakar


Hal ini mengacu pada total waktu yang dibutuhkan untuk
benar-benar mengubah menjadi gas dari bahan bakar padat di
dalam reaktor. Ini termasuk waktu untuk menyalakan bahan
bakar dan waktu untuk menghasilkan gas, ditambah waktu
untuk benar-benar membakar semua bahan bakar dalam reaktor.
Kepadatan dari bahan bakar padat (ρ), volume reaktor (Vr), dan
konsumsi bahan bakar tingkat (FCR) adalah faktor yang digunakan
dalam menentukan total waktu untuk mengkonsumsi bahan bakar
padat dalam reaktor. Seperti ditunjukkan di bawah, ini dapat
dihitung menggunakan rumus :

Dimana

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

7. Jumlah udara dibutuhkan untuk gasifikasi


Hal ini mengacu pada laju aliran udara yang diperlukan untuk
mengubah bahan bakar padat menjadi gas . Hal ini sangat penting
dalam menentukan ukuran kipas angin atau blower yang
dibutuhkan untuk reaktor di gasifying. Seperti ditunjukkan, ini
dapat hanya ditentukan dengan menggunakan tingkat konsumsi
bahan bakar (FCR), udara stoikiometri dari bahan bakar (SA),
dan rasio ekuevalensi (ε) untuk gasifying 0,3 sampai 0,4. Seperti
ditunjukkan, ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana

8. Massa jenis bahan bakar


Massa jenis bahan bakar adalah spesifik massa suatu biomassa
pervolumenya. Massa jenis dapat dihitung dengan persamaan :

Dimana

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

F. Jenis Reaktor
Saat ini terdapat 3 (tiga) jenis utama reaktor gasifikasi yaitu reaktor
unggun bergerak (moving bed), reaktor unggun terfluidakan (fluidized
bed), dan reaktor entrained flow.

1. Moving Bed Gasifier


a. Udara masuk menyebabkan pirolisis (flaming pyrolisis)
biomassa. Proses ini mengkonsumsi uap-uap minyak dan
menghasilkan gas reduksi partial CO, CO2, H2 dan H20, serta
sedikit metan sekitar 0,1%. Gas panas bereaksi dengan arang
untuk mereduksi gas lebih lanjut dan meninggalkan sekitar 2-5%
abu arang. Berdasar gas yang perlukan untuk proses gasifikasi,
terdapat gasifikasi udara dan gasifikasi uap. Gafisikasi udara,
dimana gas yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah
udara. Gasifikasi uap, gas digunakan untuk proses adalah uap.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Gambar 4 Downdraft Gasifier

b. Updraft Gasifier
Pada tipe ini udara masuk melalui arah bawah dan mengoksidasi
arang secara parsial untuk menghasilkan CO dan H2 (jika
digunakan uap) dan ditambah N2 (jikadigunakan udara). Gas ini
kemudian bertemu dengan biomassa. Gas yang sangat panas
tersebut mempirolisa biomassa, menghasilkan karbon padatan
(arang), uap air dan 10-20% uap minyak pada temperatur 100-
400 oC, tergantung pada kadar air biomassa. Selanjutnya arang
akan dioksidasi parsial oleh udara dan menghasilkan gas.

Gambar 5 Updraft Gasifier

c. Cross-draft Gasifier
Gasifikasi tipe cross-draft lebih menguntungkan dari pada updraft
dan down-draft gasifier. Keuntungannya seperti suhu gas yang

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

keluar tinggi, reduksi CO2 yang rendah dan kecepatan gas yang
tinggi yang dikarenakan desainnya. Tidak seperti down-draft dan
up-drat gasifier, tempat penyimpanan, pembakaran, dan zona
reduksi pada cross-draft gasifier terpisah. Untuk desain bahan
bakar yang terbatas untuk pengoperasian rendah abu bahan
bakar seperti kayu, batu bara, limbah pertanian. Kemampuan
pengoperasiannya sangat bagus, menyebabkan konsentrasi
sebagian zona beroperasi diatas suhu 200oC. Waktu mulai (start
up) 5-10 menit jauh lebih cepat daripada down-draft dan up-draft
gasifier. Pada cross-draft dapat menghasilkan temperatur yang
relatif tinggi, komposisi gas yang dihasilkan kurang baik seperti
tingginya gas CO dan rendahnya gas hidrogen serta gas
metana.

Gambar 6 Cross-draft Gasifier

2. Fluidized Bad Reaktor


Gasifikasi fluidised bed ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi
masalah operasional pada gasifikasi moving bed yang
menghasilkan kadar abu yang tinggi, tetapi sangat cocok untuk
kapasitas lebih besar (lebih besar dari 10 MWth) pada umumnya.

Fitur dari gasifikasi fluidised bed dapat dibandingkan dengan


pembakaran fluidised bed. Dibandingkan dengan moving bed
gasifiers yang temperatur gasifikasinya relatif rendah sekitar 750-
900°C. Dalam moving bed gasifiers suhu di zona perapian mungkin
setinggi 1200°C, dalam gasifiers arang suhunya bahkan 1500°C.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Bahan bakar ini dimasukkan ke dalam pasir panas yang dalam


keadaan suspensi (fluidised bed gelembung) atau sirkulasi
(sirkulasi fluidised bed). Bed berperilaku kurang lebih seperti fluida
dan ditandai dengan turbulensi yang tinggi. Pencampuran partikel
bahan bakar yang sangat cepat dengan material bed, sehingga
dalam pirolisis cepat dan jumlah gas pirolisis yang relatif besar.
Karena suhu rendah konversi tar tidak terlalu tinggi.

Gambar 7 Fluidized Bed Reactor

3. Reaktor Entertained Flow


Reaktor entrained flow dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu
slagging dan non slagging. Di dalam gasifier slagging, komponen-
komponen yang terbentuk dari parikeldebu dapat meleleh di dalam
gasifier, mengalir turun di sepanjang dinding reaktor, dan
meninggalkan reaktor dalam bentuk slag cair. Secara umum, laju
alir massa slag sekurang-kurangnya 6 % dari laju alir bahan bakar
untuk memastikan proses berjalan dengan baik. Di dalam gasifier

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

non slagging, dinding reaktor tetap bersih dari slag. Jenis gasifier
ini cocok untuk umpan yang kandungan partikel debu nya tidak
terlalu tinggi.

Gambar 8 Reaktor Entertained Flow

Kelakuan partikel debu yang dihasilkan oleh biomassa diteliti


secara detail oleh Boerrigter dkk. Hasil eksperimen menunjukkan
bahwa partikel debu yang dihasilkan oleh biomassa, khususnya
biomassa kayu, sulit meleleh pada temperatur operasi gasifier
entrained flow (1300-1500 oC). Hal tersebut disebabkan kenyataan
bahwa partikel debu tersebut banyak mengandung CaO. Oleh
karena itu gasifier non slagging sepertinya menjadi pilihan utama
untuk proses gasifikasi, juga dengan pertimbangan bahwa jenis
gasifier ini lebih murah. Akan tetapi gasifier entrained flow jenis
slagging lebih disukai untuk operasi gasifikasi dengan umpan
biomassa. Alasan yang paling penting adalah (1) pelelehan
sebagian kecil komponen partikel debu tidak akan pernah dapat
dihindari dan (2) gasifier entrained flow jenis slagging lebih fleksibel
terhadap jenis biomassa yang akan digunakan.

Fleksibilitas jenis umpan ini bahkan dapat diperluas hingga ke batu


bara. Penambahan agen fluks seperti silica atau clay diperlukan.
Selain itu recycle slag juga diperlukan. Penggunaan reaktor

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

entrained flow jenis slagging untuk batu bara sudah dapat


diaplikasikan. Oleh karena itu, penambahan material fluks
menyebabkan slag yang dihasilkan melalui gasifikasi biomassa
menjadi mirip dengan slag yang dihasilkan oleh gasifikasi batu
bara. Sehingga tidak terdapat permasalahan untuk proses
gasifikasi itu sendiri apabila umpan yang digunakan bukan batu
bara, melainkan biomassa.

Akan tetapi tantangan utama yang timbul adalah dalam hal


pengumpanan biomassa. Sebagaimana telah dikaji oleh peneliti-
peneliti di seluruh dunia, proses gasifikasi dapat terjadi pada
tekanan yang berbeda, melalui proses pemanasan langsung
ataupun tidak langsung, serta menggunakan udara atau oksigen.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

PIROLISIS

A. Proses Pirolisis

Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis
berarti penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti
penguraian biomassa karena panas pada suhu lebih dari 150 oC.
(Kamaruddin et al, 1999)

Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen


sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu
keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur
dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan
tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung
pengertian bahwa apabila tempurung dan cangkang dipanaskan tanpa
berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka
akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa –senyawa kompleks
yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk
yaitu padatan, cairan dan gas. (Widjaya, 1982)

Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa, sabut, serta


cangkang sawit menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak
teroksidasi menjadi karbon dioksida dan peristiwa tersebut disebut
sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong
terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai,
sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis
adalah “destructive distillation” atau destilasi kering, dimana
merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan -bahan
organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa
berhubungan dengan udara luar.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung


dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang
cukup tinggi maka akan terjadi rangkaianreaksi penguraian dari
senyawa -senyawa kompleks yang menyusun tempurung dan
menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas
(Anonim, 1983).

Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen


yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin
dalam kayu berbeda - beda tergantung dari jenis kayu. Pada
umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa, satu bagian
hemiselulosa serta satu bagian lignin. Girard (1992) menyatakan
bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi
pirolisis komponen -komponen kayu adalah sebanding dengan jumlah
komponen-komponen tersebut dalam kayu.

Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengasapan yaitu


dengan menggunakan asap cair yang diperoleh dengan cara pirolisis
kayu atau serbuk kayu kemudian dilakukan kondensasi. Asap cair
merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari asap kayu
dalam air yang dapat diperoleh dari hasil piroli sis kayu. Asap cair
merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dengan
mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis kayu yang merupakan
proses dekomposisi dari komponen komponen penyusun kayu seperti
lignin, selulosa dan hemiselulosa akibat panas tanpa adanya oksigen.
(Tahir, 1992)

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

B. Segitiga Pembakaran

Segitiga api atau segitiga pembakaran adalah sebuah skema


sederhana dalam memahami elemen-elemen utama penyebab
terjadinya sebuah api. Apabila suatu molekul mengadakan kontak
amat dekat dengan molekul oksidator (yaitu oksigen), maka pada
umumnya akan terjadi reaksi kimia (meskipun tidak selalu). Apabila
tumbukan antar molekul hanya berenergi rendah, maka reaksi tidak
akan terjadi. Tetapi apabila eergi cukup besar maka reaksi akan
berlangsung. Karena reaksi eksotermis, maka banyak panas yang
terbentuk. Energi ini akan memanaskan bahan dan oksidan yang
selanjutnya akan bereaksi dan menimbulkan reaksi pembakaran. (ILO,
1991)

Adapun gambar segitiga api adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Segitiga Api

Keterangan dari unsur segitiga api, yaitu :


1. Bahan bakar terdiri dari :
a. Bahan bakar padat
b. Bahan bakar cair
c. Bahan bakar gas
2. Kadar oksigen yang terdapat diudara bebas sebesar 21 %
Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

3. Sumber panas atau ignisi, selain berasal dari mesin dapat pula
berasal dari (ILO 1991) :
a. api terbuka,
b. loncatan listrik dari sumber listrik maupun listrik statis,
c. permukaan panas,
d. bunga api karena gesekan,
e. penyalaan sendiri,
f. radiasi,
g. zat piroforik (logam bentuk debu halus, hidrida dari boron
(B), dan pospor (P) ),
h. kompresi campuran zat mudah terbakar.

C. Tingkatan Pirolisis

Dalam pirolisis terdapat dua tingkatan proses, yaitu pirolisis primer


dan pirolisis sekunder.

Pirolisis primer adalah pirolisis yang terjadi pada bahan baku dan
berlangsung pada suhu kurang dari 600 oC, hasil penguraian yang
utama adalah karbon (arang). Pirolisis primer dibedakan atas pirolisis
primer lambat dan cepat. Pirolisis primer lambat terjadi pada proses
pembuatan arang. Pada laju pemanasan lambat (suhu 150 oC – 300
oC) reaksiutama yang terjadi adalah dehidrasi (kehilagan kandungan
air), dan hasil reaksi keseluruhan adalah karbon padatan (C=arang),
air (H2O), karbon monoksida (CO) dan karbonmonoksida (CO2).
Pirolisis primer cepat terjadi pada suhu lebih dari 300 oC dan
menghasilkan gas, karbon padatan (arang) dan uap. Secara umum
reaksi tersebut sebagai berikut :

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Pirolisis sekunder yaitu pirolisis yang terjadi atas partikel dan gas/uap
hasil pirolisis primer dan berlangsung diatas suhu 600 oC. hasil
pirolisis pada suhu ini adalah karbonmonoksida (CO), hydrogen (H),
dan hidrokarbon. Sedangkan tar (secondary pyrolysis tar =SPT)
sekitar 1-6%. Secara umum berlangsungnya pirolisis primer biomassa
ditampilkan pada gambar dibawah ini. (Kamaruddin et al. 1999)

Gambar 2. Diagram Penguraian Bahan Bakar Padat Karena Pirolisis

pirolisis kayu merupakan reaksi pembakaran tidak sempurna yang


meliputi reaksi -reaksi dekomposisi dari polimer organik menjadi
senyawa organik dengan berat molekul rendah, reaksi oksidasi dan
kondensasi. Reaksi -reaksi yang terjadi selama proses pirolisis kayu
adalah penghilangan air dari kayu pada suhu 120 -150 oC (Girard,
1992); 100-150 oC (Zaitsev et al. 1969), pirolisis hemiselulosa pada
suhu 200-250 oC, pirolisis selulosa pada suhu 280-320 oC. C dan
pirolisis lignin mulai terjadi pada suhu 400 oC.

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

D. Reaktor Pirolisis

Reaktor Pirolisis adalah alat pengurai senyawa -senyawa organik


yang dilakukan dengan proses pemanasan tanpa berhubungan
langsung dengan udara luar dengan suhu 300-600 0C. Reaktor
pirolisis dibalut dengan selimut dari bata dan tanah untuk menghindari
panas keluar berlebih, memakai bahan bakar kompor minyak tanah
atau gas. Proses pirolisis menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu
padat, gas dan cairan. (Buckingham, 2010)

E. Asap Cair

Asap cair adalah cairan kondensat dari asap yang telah mengalami
penyimpanan dan penyaringan untuk memisahkan tar dan bahan-
bahan partikulat. Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah
dengan mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna
dari kayu. Selama pembakaran, komponen utama kayu yang berupa
selulosa, hemiselulosa, dan lignin akan mengalami pirolisis. Asap cair
diperoleh dengan teknik pirolisis, dimana senyawa -senyawa yang
menguap secara simultan akan ditarik dari zona reaktor panas dan
akan berkondensasi pada system pendingin. Ditambahkan bahwa
selama proses kondensasi akan terbentuk kondensat asap kasar yang
akan memisah menjadi tiga fasa, yaitu fase larut dalam air, fase tidak
larut dalam air dan fase tar. Fase larut dalam air bisa langsung
digunakan, sedangkan ekstrak fase tar dengan kadar tinggi yang telah
dimurnikan dapat digunakan lagi untuk produksi asap cair dan
biasanya disebut fraksi tar primer (PTF). Kualitas asap cair yang
diperoleh dari hasil pirolisis sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman,
suhu yang digunakan, ukuran partikel kayu dan kadar air kayu.
(Guillen dan Ibargoita, 1999)

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Asap cair mempunyai beberapa kelebihan yaitu : mudah diterapkan /


praktis penggunaannya, flavor produk lebih seragam, dapat digunakan
secara berulang-ulang, lebih efisien dalam penggunaan bahan
pengasap, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan,
polusi lingkungan dapat diperkecil dan yang paling penting senyawa
karsinogen yang terbentuk dapat dieliminasi. (Simon et al. 2005)

Asap cair dapat diaplikasikan dengan berbagai cara seperti


penyemprotan, pencelupan atau dicampur langsung ke dalam
makanan (Pearson dan Tauber, 1984). Metode penggunaan asap cair
pada produk pangan menjadi enam, yaitu (1) Pencampuran, dimana
asap cair ditambahkan langsung dalam produk pangan. Untuk produk
daging olahan, flavor ditambahkan dalam jumlah yang bervariasi.
Metode ini dapat digunakan untuk ikan, emulsi daging, bumbu daging
pangan, sosis tipe frankfurter, keju oles dan lain-lain, (2) Pencelupan
dan perendaman, metode ini dapat menghasilkan produk pangan
yang mempunyai mutu organoleptik tinggi seperti sosis dan keju Italia,
(3) Injeksi (penyuntikan), banyak aroma asap yang disuntikan
bervariasi antara 0.2 -1% dapat memberikan flavor yang seragampada
daging babi terutama daging bagian perut, (4) Atomisasi, aroma asap
yang diatomisasi ke dalam produk melalui sebuah saluran. Metode ini
memberikan mutu organoleptik yang baik pada daging, (5)
Penyemprotan, biasanya digunakan dalam pengolahan daging secara
kontinu, (6) Penguapan, pemanasan asap cair untuk menghasilkan
uap yang mengandung asap merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk pengasapan bahan pangan.

Cara yang paling umum digunakan untuk menghasilkan asap pa da


pengasapan makanan adalah dengan membakar serbuk gergaji kayu
keras dalam suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap
kemudian asap tersebut dialirkan ke rumah asap dalam kondisi
sirkulasi udara dan temperatur yang terkontrol. (Sink dan Hsu, 1977)

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

Produksi asap cair merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna


yang melibatkan reaksi dekomposisi karena pengaruh panas,
polimerisasi, dan kondensasi. (Girard, 1992)

F. Parameter Kinerja Reaktor Pirolisis

Ada beberapa parameter yang dapat dihitung dari alat reaktor pirolisis
setelah dilakukan pengujian, diantaranya sebagai berikut :
1. Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar (FCR) adalah jumlah dari bahan bakar yang
digunakan dalam operasi dibagi dengan waktu operasi tungku. FCR
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

2. Jumlah Energi Kalor Bahan Bakar


Jumlah energi kalor yang diterima pada saat pemanasan alat
reaktor pirolisis dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini :

3. Rendamen
Rendemen merupakan salah satu parameter yang penting untuk
mengetahui hasil dari suatu proses. Rendemen tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini:

Gasiifikasi &
Pirolisis
Obbie Purnama Ajie
1415021064

4. Kinerja Alat Reaktor


Kinerja alat reaktor pirolisis dapat dihitung dengan menentukan
jumlah asap cair yang dihasilkan terhadap jumlah energi yang
dipakai dalam proses pirolis, dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

Gasiifikasi &
Pirolisis

Anda mungkin juga menyukai