Anda di halaman 1dari 22

pektrofotometri Serapan Atom

DECEMBER 28, 2010 | LURYYONNA


Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi
atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri
Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses
absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan
hukum kuantum dari absorpsi dan emisi
suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan
panjang gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan
mengambil dan melepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran
SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan
Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan
sebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak
tahun 1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan
hasil penelitiannya tentang penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber
radiasi yang dapat menghasilkan radiasi panjang gelombang karakteristik yang
sangat sesuai dengan AAS. Pada tahun yang sama Alkemade dan Milatz (1955)
melaporkan bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai sarana untuk
atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat
dianggap sebagai “Bapak AAS “.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan oleh
Walsh Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui unsur
logam renik di dalam sampel yang dianalisis.
Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh
atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat ini
umumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk non logam jarang
sekali, mengingat unsure non logam dapat terionisasi dengan adanya kalor,
sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat unsur yang terionisasi.
Pada metode ini larutan sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian
pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk
atom-atomnya berupa garis didalam nyala.
Spektrofotometer serapan atom (SSA) sebetulnya adalah metode umum untuk
menentukan kadar unsur logam konsentrasi renik. Keadaan bentuk contoh
aslinya tidak penting asalkan contoh larut dalam air atau dalam larutan bukan
air.
Metode SSA spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat ditentukan
meskipun dalam campuran.Pemisahan, yang penting untuk hampir-hampir
semua analisis basah, boleh dikatakan tidak diperlukan, menjadikan SSA
sederhana dan menarik. Kenyataan ini, ditambah dengan kemudahan menangani
SSA modern, menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat dan ekonomis
oleh tenaga laboratorium yang belum terampil.

3.1.1. Hukum Dasar


Hukum dasar pada SSA ialah “Hukum Lambert-Beer”.
• Hukum Lambert
“ Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi.”
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium
tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan,
berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa
intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan
bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap
cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.
• Hukum Beer
“ Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut “
Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya
monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam
analisis kuantitatif orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji
efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi
maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi
dan konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan
lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
“Hukum Lambert-Beer”

Dimana : A = Absorbansi
I0= intensitas sinar mula-mula
It= Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absortivitas
b = Panjang jalan sinar
c = Konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar yang
monokromatis. (Day & Underwood, 1989)

3.1.2. Prinsip Dasar


Prinsip kerja SSA adalah Penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom
yang di bebaskan oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Secara lebih
rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
Sampel analisis berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan
bantuan gas bakar yang digabungkan bersama oksidan ( bertujuan untuk
menaikkan temperatur ) sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan
dasar yang berbentuk dalam kabut dilewatkan pada sinar dan panjang
gelombang yang khas. Sinar sebagian diserap, yang disebut absorbansi dan sinar
yang diteruskan emisi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan
banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.
Pada kurva absorpsi, terukur besarnya sinar yang diserap, sdangkan kurva
emisi, terukur intensitas sinar yang dipancarkan.
Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwa
berikut secara berurutan dengan cepat :
1. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.
2. Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang
mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.
3. Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi
lebih tinggi.
3.1.3. Bagian – Bagian SSA
Bagian-bagian penting dari alat SSA adalah sumber radiasi resonansi, sumber
atomisasi , monokromator dan detector.
3.1.3.1 Sumber Sinar (Sumber Radiasi Resonansi )

Dalam SSA, sebagai sumber radiasi resonansi digunakan lampu katoda


berongga (hollow cathode lamp = HCL) yang mengeluarkan radiasi resonansi
dari
unsur yang dianalisis. Hollow Cathode Lamp akan memancarkan energi radiasi
yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hollow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat
dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari
tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar
dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom
akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang
tertentu (khopkar,1990). Dan secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Lampu katoda Cekung
Saat katode dan anode diberi tegangan, maka arus listrik yang terjadi
menyebabkan katoda melepaskan elektron-elektron berenergi dan berkecapatan
tinggi. Elektron akan ditarik oleh anoda, elektron-elektron tersebut akan
bertumbukan dengan gas inert (misal He terionisasi menjadi He+). He+ akan
ditarik oleh katoda berongga dan akan mengalami tumbukan. Atom-atom analit
akan mengalami eksitasi, lalu akan melepas energi yang diserap yang berupa
emisi radiasi. Radiasi dilewatkan melalui populasi atom yang berada di dalam
nyala. Isi gas inert tidak banyak agar terjadi tumbukan ionisasi dan energi yang
ke katoda berkurang yang memungkinkan terjadinya eksitasi elektron analit
oleh ion positif gas inert.
Berkas sinar yang dipancarkan oleh sumber radiasi resonansi harus dimodulasi
oleh modulator untuk menghilangkan gangguan yang datangnya dari nyala yang
mengandung atom-atom unsur sampel.
Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah “ Electrodless Discharge Lamp”
Lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama seperti Hollow Cathode Lamp
( Lampu Katoda Cekung), tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan
biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL
untuk unsur-unsur ini mempunyai sinyal lemah dan tidak stabil yang bentuknya
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Electrodless Discharge Lamp

3.1.3.2. Sumber Atomisasi


Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala.
Kebanyakan instrument sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel di
introduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan
ke nyala oleh ruang penyemprot( chamber spray). Jenis nyala yang digunakan
secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-
asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk
kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode
emisi, absorbasi dan juga flourosensi.

Dalam SSA ada beberapa metode atomisasi yang digunakan :


1. 1. Atomisasi dengan nyala (Flame SSA)
Teknik ini menggunakan nyala sebagai sel tempat cuplikan. Cuplikan dalam
bentuk larutan disemprotkan ke dalam nyala pembakar bercampur dengan gas
bahan bakar dan gas pengoksidasi. Dalam nyala cuplikan mengalami beberapa
proses yaitu penguapan pelarut meninggalkan butiran-butiran padatan yang
kemudian langsung terurai menjadi atom-atomnya atau berubah terlebih dahulu
menjadi uap dan kemudian terurai, dan atom-atom energi cahaya dari sumber
cahaya dan tereksitasi ke tingkat energi lebih tinggi.
Pada SSA nyala keberhasilan proses pengatoman bergantung pada suhu nyala
yang digunakan :

1. Nyala udara-asetilen (air-asetylena flame). Menghasilkan suhu


maksimum 23000C
2. Nyala N2O-asetilen (N2O-asetylena flame). Menghasilkan suhu
maksimum 30000C ,digunakan untuk senyawa refraktori yaitu senyawa
yang sukar diuraikan.
3. Nyala udara-propana menghasilkan suhu maksimum 18000C.
Selain menggunakan campuran-campuran gas tersebut, ada juga jenis nyala
yang disebut nyala udara terbawa (entrained air flames). Jenis nyala ini hanya
digunakan untuk keperluan khusus seperti pada teknik generasi. Penguapan
(vapor generation). Gas bahan bakar yang digunakan adalah gas hydrogen yang
diencerkan oleh gas inert seperti nitrogen atau argon.
1. 2. Generasi Hidrida (Hydride Generation Methode)
Beberapa logam dapat membentuk hidrida yang mudah menguap. Dengan cara
pembentukan hidrida proses penguapan dapat dilakukan pada suhu rendah atau
suhu kamar. Teknik SSA generasi hidrida dapat diterapkan untuk beberapa
macam logam yaitu : As, Sb, Se, Sn, Te, Bi. Hidrida dibentuk dengan cara
mereaksikan cuplikan dengan natrium borohidrida (NaBH4) atau dilakukan
dengan memberikan reduktor dari KI dan SnCl2, ditambah Zn dan asam kuat.
Kemudian hidrida logam yang terbentuk dialirkan ke sel gas panas
menggunakan aliran argon/nitrogen dan dialirkan ke dalam sel gas di atas nyala
Ar-H2 atau udara-asitilena.Selanjutnya akan teratomisasi menjadi atom-atom
bebas.
Untuk unsur Arsen (As), biasanya terdapat dalam tingkat oksidasi +3 dan +5.
Kepekaan As3+ lebih tinggi daripada As5+ jika menggunakan metode hidrida.
Oleh karena itu sebelum analisis, As5+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi
As3+ menggunakan reduktor seperti KI, SnCl2 atau NaBH4. Berikut ini reaksi
penentuan Arsen dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom :

As5+ + BH4– As3+


As3+ + BH4– AsH3 As

1. 3. SSA Tungku Grafit (Graphite Furnace)


SSA nyala memberikan kemudahan dalam pengoprasian alat dengan ketelitian
dan kepekaan yang cukup tinggi tetapi mempunyai kelemahan dalam
penggunaan nyala yaitu efesiensi pengatoman rendah, penggunaan gas
mempertinggi biaya oprasional, kemungkinan bahaya ledakan dan memerlukan
cuplikan dalam jumlah cukup banyak. Untuk mengatasi hal-hal tersebut,
dikembangkan teknik tanpa nyala menggunakan tungku grafit sebagai pengganti
nyala yang mempunyai efesiensi atomisasi 90% dibanding nyala efesiensi
atomisasi 10%.

Tungku grafit yang digunakan berupa tabung silinder tersebut dari grafit
terkompresi dengan atau tanpa pelapisan grafit pirolitik. Tungku dipanaskan
dengan listrik yang dapat diatur suhunya sesuai kebutuhan. Tungku ini
dihubungkan dengan platform L’vovuntuk memasukkan gas inert ke dalam
tabung yang berguna untuk mencegah oksidasi tabung grafit selama proses
pemanasan.
Tahapan proses yang terjadi dalam tungku adalah penguapan pelarut (1000C-
2000C), pengabuan bahan organic (6000C-10000C), setelah langkah ini gas inert
dialirkan dan kemudian logam diuapkan (15000C-30000C) dan absorbansinya
diukur. Suatu modifier dapat ditambahkan untuk mencegah hilangnya analit.
4. Atomisasi dengan Metode Penguapan (Vapour Generation methode)
Metode atomisasi ini memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dari pada
metode atomisasi di atas, metode meliputi :

 o Metode Penguapan Merkuri ( Mercuri Generation Methode )


Khusus untuk atomisasi merkuri (Hg), atom – atom Hg yang ada di dalam
sampel sebagai ion positif, direduksi menjadi netral dan akan menguap sebagai
atom-atom bebas pada suhu normal. Sebagai reduktor dapat digunakan
SnCl2 20% atau NaHB4dalam HCl 10%. Reaksi penentuan Hg dengan metode
ini adalah:
Hg+ + BH4– HgH Hg0
Kemudian uap (gas) atom – atom Hg bersama – sama gas inert (N2 atau Ar)
dialirkan melalui sel gas.
 Ada 4 metode dalam menguapkan Hg yaitu :
1. Reduksi – Aerasi : Hg dalam larutan air direduksi dan kemudian
dikeluarkan dari larutan dengan cara mengalirkan gelembung gas.
a. Pemanasan : Cuplikan dipirolisis atau dibakar.
b. Amalgamasi Elektrolitik : Hg dilapiskan pada katode Cu selama
elektrolisis. Katoda kemudian dipanaskan untuk membebaskan Hg.
c. Amalgasi Langsung : Hg dikumpulkan pada kawat Ag atau
Cu yang kemudian dibebaskan dengan pemanasan. Metode ini dapat
digabung dengan 1 dan 2 sebagai metode konsentrasi.

3.1.3.3. sistem Pengabut


Sistem Pengabut terdiri dari 3 komponen yaitu : pengabut (nebulizer), ruang
semprot (spray chamber), dan pembakar (burner).
1. Pengabut (nebulizer)
Sistem berfungsi mengubah larutan menjadi butir-butir kabur. Pengabut yang
digunakan adalah tipe pneumatic dimana gas dialirkan melalui lubang mulut
(orifice) dan menyebabkan udara menjadi vakum dan menarik larutan melalui
kapiler.
2. Ruang Semprot (spray chamber)
Ruang semprot berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel besar dan kecil.
Partikel kecil ini kemudian dikirim ke pembakar. Jika partikel besar yang masuk
ke pembakar maka temperatur nyala akan berkurang, karena partikel besar tidak
dapat diuapkan dengan cepat. Untuk mendapat kepekaan optimal, ukuran
partikel yang masuk kepembakar harus < 10µm.

3. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pematik api, dimana pada
lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.

Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator


dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini
merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai
pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan
sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang
yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri,
merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji
merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam
larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.

Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api
yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang
diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas.
Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling
panas.

4. Sistem Monokromator dan Detektor


Sistem monokromator berfungsi untuk memilih-milih atau memisahkan fraksi
radiasi yang diteruskan dari radiasi lainnya setelah radiasi resonansi dari lampu
katoda berongga. Intensitas radiasi yang diteruskan kemudian diubah menjadi
energi listrik oleh “photo multiplier” atau PMT dan selanjutnya diukur oleh
detektor dan dicatat oleh alat pencatat berupa rekorder, printer.

Gambar 4. Skema Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Bagian-bagian alat yang terpisah dengan main unit SSA diantarnya:

1. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan
kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk
pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di
dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur
tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung
gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu
dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat
apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas
tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan
minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas
didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian
dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain
gas juga memiliki tekanan.

1. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS,
diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak
berbahaya.

Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara


horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada
serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila
ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat
menyebabkan ducting tersumbat.

Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring,
karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting
berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan
mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting

1. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS,
pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan,
dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada
bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau
berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang
akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan
sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.

Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air
yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai
sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan
bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah
dan uap air akan terserap ke lap.

1. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena
bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat
pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat
AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang
berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut
juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila
buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan
sedikit, agar tidak kering.
3.1.4 Teknik-teknik analisis
Dalam analisis secara spektrofotometri teknik yang biasa dipergunakan antara
lain

1.Metode Standar Tunggal


Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar
(Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari
hukum Beer diperoleh:

Astd=ɛ. B. Cstd Asmp=ɛ. B.Csmp


ɛ.B = Astd/Cstd ɛ.B = Asmp/Csmp
sehingga :

Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd


Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan
sampeldapat dihitung.
1. Metode kurva kalibrasi
Dalam metoda kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut di ukur dengan masih SSA.
Selanjutnyamembuat grafik antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A) yang
akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope= ɛ. B atau slope
=a.b, konsentrasi larutan sampel diukur dan di intropolasi ke dalam kurva
kalibrasi atau dimasukan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi
seperti yang ditunjukan pada gambar
2. Metode adisi standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel
dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume
tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah
terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan seperti
pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:

Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana:

Cx = konsentrasi zat sampel

Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel

Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)

AT = absorbansi zat sampel + zat standar

Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}


Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan
AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat
pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari
ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:

Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk
metode pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara
umum pertikulat yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase multi
kompleks padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap rendah dengan
ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.
3.1.5. Gangguan – gangguan (Interference)
Gangguan-gangguan diklasifikasi sebagai suatu proses yang menyebabkan
kesalahan pengukuran. Terdapat dua macam gangguan yaitu :

1. a. Gangguan Spektrum (Spectral Interference)


Gangguan sinar emisi. Di dalam bagian atomizer selain terbentuk atom yang
stabil terjadi juga atom yang tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar emisi
dengan panjang gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga tidak
dapat dipisahkan oleh monokromator. Hal ini dapat menambah sinar yang
ditransmisikan dan akan memperkecil kadar. Gangguan ini dapat diatasi dengan
modulator. Ada 2 sistem modulasi yaitu : Chopper (mechanicaly
modulation) dan Voltage (electric modulation).
Meskipun gangguan ini sangat sederhana, tetapi gangguan ini dapat
mengakibatkan tumpangsuh panjang gelombang (Line Overlap), misalnya
seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Gangguan Spektrum terhadap Panjang Gelombang.

Unsur Panjang Unsur Panjang


Gelombang Pengganggu Gelombang
Al 308,33 V 308,21
Cu 324,75 Eu 324,76
Fe 271,90 Pt 271,9
Ga 403,30 Mn 403,31
Hg 253,65 Co 253,65
Mn 403,31 Ga 403,30
Sr 250,69 V 250,69
Bentuk lain dari gangguan spektrum :

1. Berkas sinar yang dipancarkan oleh lampu katode berongga tidak diserap
atau absorban menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.
2. Berkas sinar katode menyimpang.
3. Terjadinya penyerapan bukan atom, misalnya penyerapan molekul.
1. b. Gangguan Kimiawi (Chemical Interference) terdiri dari :
a. 1. Pengaruh matrik (Matriks Effect)
Gangguan-gangguan kimiawi dapat mempengaruhi jumlah atom bebas yang
mencapai sinar (optical path) untuk diserap. Fakto-faktor seperti adanya
cuplikan yang mengendap akan mempengaruhi proses masuknya cuplikan
kedalam nebulizer, dan juga sifat fisik larutan seperti kekentalan, tegangan
permukaan, pH, tekanan uap pelarut dan berat jenis.
1. 2. Pembentukan senyawa yang stabil
Pembentukan senyawa yang stabil mengakibatkan banyak gangguan dalam
SSA. Hal tersebut terjadi karena unsur membentuk senyawa yang stabil dengan
unsur-unsur yang terdapat di dalam matriksnya, misalnya : posfat, aluminat,
silikat, atau dengan unsur lain yang terdaoat dalam nyala seperti : Alumunium,
Vanadium, Boron yng membentuk oksida-oksida refaraktori yang tidak pecah
pada nyala udara N2O-asetilen. Oksida-oksida refraktori ini akan pecah jika
menggunakan nyala N2O-asetilen, dengan menambahkan Lanthanum atau
Stronsium yang dapat mencegah terbentuknya senyawa refraktori, dimana
Lanthanum tersebut bertindak sebagai Releasing Agent.

1. 3. Terjadinya ionisasi
Nyala udara-asetilen atau N2O-asetilen dapat menyebabkan analit terionisasi,
untuk mencegah hal ini dapat ditambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi
seperti K, Na, dan Ce sekitar 4000 ppm yang akan menghasilkan elektron
berlebih pada nyala, sehingga mencegah terjadinya ionisasi analit.
1. 4. Pengaruh adanya anion
2. 5. Terjadinya penyerapan bukan atom (non- atomic absorption).

3.1.5. Pengaturan alat


1. a. Pemilihan Panjang Gelombang
Sebagian unsur dapat dianalisi pada lebih dari satu panjang gelombang. Oleh
karena itu, pada saat analisis harus dipilih panjang gelombang dengan absorban
yang maksimum.

Pemilihan panjang gelombang didasarkan pada unsur yang akan di analisis


dalam sampel, misalnya pada penentuan kadar Kalium yang panjang
gelombangnya ada tiga jenis, maka pemilihan panjang gelombang tersebut
didasarkan pada perkiraan kadar Kalium yang terdapat dalam sampel. Table di
bawah menunjukan panjang gelombang yang dapat digunakan dalam penetuan
Kalium.

Tabel Daerah Optimal Kerja Unsur Kalium


Panjang Gelombang (nm) Daerah Optimal Kerja (µg/mL)
766.5 0.4 – 1.5
769.5 1.1 – 4.4
404.4 145 – 580
b. Pengaturan Arus Lampu
Pada umumnya, spesifikasi tiap lampu dicantumkan dalam sertifikat.

c. Pengaturan Slite
Pengaturan slite berdasarkan analisis yang dicantumkan dalam sertifikat. Pada
sebagian alat yang menggunakan program computer, biasanya pengaturan alat
telah ditentukan.

d. Pengaturan Pengabut (Nebulizer) dan Pembakar (Burner)


Tujuan dari pengaturan kembali pembakar yaitu untuk menempatkan posisi
optimal nyala dalam sumber sinar.

3.1.6 Keunggulan dan Kekurangan SSA :


A. Keunggulan :
1. Selektivitas dan kepekaan tinggi, karena dapat menentukan unsur dengan
kadar ppm hingga ppb.
2. Cepat dan pengerjaannya relatif sederhana.
3. Tidak diperlukan pemisahan unsur logam.

B. Kekurangan :
1. Analisis tidak simultan.
2. Larutan cuplikan harus berbentuk larutan siap ukur dan cukup encer.
3. Keterbatasan jenis lampu katoda karena harganya yang sangat mahal.
https://zahirrazuka.wordpress.com/2010/12/28/spektrofotometri-serapan-atom/

Spektrofotometri Serapan Atom


DES 19
Posted by chemistryholic
Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA) adalah
sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen yang
terdiri dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor.
Analisa sample di lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi
konsentrasi standard dan menggunakan hukum Beer untuk menentukan
konsentrasi sample yang tidak diketahui. Walaupun komponen-komponenya
sama, akan tetapi sumber cahaya dan tempat sampel yang digunakan pada SSA
memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari yang digunakan dalam
spektrometri molekul (misal: UV/Vis).

Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak mungkin
untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri
molekuler dengan dua alasan utama sebagai berikut:

 Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari
pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya
kontinyu digunakan, maka pita radiasi yang diberikan oleh monokromator
jauh lebih lebar daripada pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak
mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas
atau kepekaan SSA menjadi jelek.
 Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh
atom, maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk
menghasilkan energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang yang
sangat sempit atau perlu menggunakan detektor yang jauh lebih sensitif
dibandingkan detektor fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam
prakteknya hal ini tidak efektif sehingga tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita emisi lebih
sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang gelombang yang
dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh sampel tersebut.
Gambar17.2 menunjukkan perbandingan pita absorpsi atom dan pita spektrum
sumber cahaya kontinyu yang dihasilkan oleh monokromator. Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar radiasi tidak dapat diabsorpsi
karena panjang gelombangnya tidak berada pada daerah pita absorpsi atom yang
sangat sempit dan dapat dikatakan bahwa sangat banyak cahaya yang tidak
digunakan atau menyimpang.

Gambar17.2. Perbandingan pita absorpsi atom dan pita spektrum sumber cahaya
kontinyu yang dihasilkan oleh monokromator
Masalah ini dapat diatasi oleh Alan Walsh pada tahun 1953, dengan
menggunakan sumber cahaya tunggal (line source) sebagai pengganti sumber
cahaya kontinyu. Sebagian besar sumber cahaya tunggal yang digunakan
berasal dari lampu katode berongga (hollow chatode lamp) yang memancarkan
spektrum emisi atom dari elemen tertentu, misalnya lampu katodeberongga Zn
digunakan untuk menganalis Zn. Gambar 3a dan 3b menunjukkan cahaya
tunggal mengatasi masalah yang telah diuraikan di atas.

Gambar17.3. Pengaruh sumber cahaya tunggul terhadap pita absorpsi


Spektrum Zn diamati pada panjang gelombang 213,4 nm sebelum dan sesudah
transmisi melalui monokromator konvensional. Walaupun lebar pita dari
monokromator tidak lebih kecil dari sebelum transmisi, akan tetapi sampel yang
diukur berada dalam daerah panjang gelombang yang diinginkan. Dengan
memilih lampu yang mengandung analit yang diukur, maka kita dapat
mengetahui bahwa panjang gelombang yang digunakan sama dengan dengan
pita absorpsi analit yang diukur. Ini berarti bahwa semua radiasi yang
dipancarkan oleh sumber cahaya dapat diabsorpsi sampel dan hukum Beer dapat
digunakan.
Dengan menggunakan sumber cahaya tunggal, monokromator konvensional
dapat dipakai untuk mengisolasi satu pita spektra saja yang biasanya disebut
dengan pita resonansi. Pita resonansi ini menunjukkan transisi atom dari
keadaan dasar ke keadaan transisi pertama, yang biasanya sangat sensitif untuk
mendeteksi logam yang diukur.

Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)


Bentuk lampu katode dapat dilihat pada gambar 17.4.Ciri utama lampu ini
adalah mempunyai katode silindris berongga yang dibuat dari logam tertentu.
Katode and anode tungsten diletakkan dalam pelindung gelas tertutup yang
mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan 1-5 torr. Lampu ini
mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2 – 20 mA.

Gambar17.4. Lampu katode berongga

Adapungas pengisi terionisasi pada anode, dan ion-ion yang hasilkan dipercepat
menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atom-atom
logam menjadi terlepas ke permukaan dan terbentuk awan/populasi atom.
Proses ini disebut dengan percikan atom (sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan
ini menyebabkan beberapa atom tereksitasi dan kemudian kembali pada
keadaan dasar dengan memancarkan spektrum atom yang spesifik. Spektrum
gas pengisi (dan komponen lain yang terdapat dalam katode) juga dipancarkan.
Jendela atau tempat dimana radiasi keluar dari lampu biasanya dibuat dari silika
sehingga dapat menggunakan panjang gelombang di bawah 350 nm.

Nyala
Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat mengabsorpsi
radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung.
Pada umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju
nyala adalah nebulizer pneumatic
yang di hubungkan dengan pembakar (burner). Diagram nebulizer dapat di lihat
padaGambar17.5. Sebelum menuju nyala, sample mengalir melalui pipa kapiler
dan dinebulisasi oleh aliran gas pengoksidasi sehingga menghasilkan aerosol.
Kemudian, aerosol yang terbentuk bercampur dengan bahan bakar menuju ke
burner. Sample yang menuju burner hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya
(90-95%) menuju tempat pembuangan (drain). Pipa pembuangan selalu
berbentuk”U” untuk menghindari gas keluar yang dapat menyebabkan ledakan
serius. Sample yang berada pada nyala kemudian diatomisasi, dan cahaya
darilampu katode tabung dilewatkan melalui nyala. Sample yang berada pada
nyala akan menyerap cahaya tersebut.

Gambar17.5. Nebuliser pada spektrometer serapan atom (SSA)

Jenis-jenis nyala
Ada 3 jenis nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:
 Udara– Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800oC) dibandingkan jenis nyala
lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen
yang akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.
 Udara– Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala ini
menghasilkan temperatur sekitar 2300oC yang dapat mengatomisasi
hampir semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga
dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio
jumlah bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.
 Nitrous oksida – Asetilen
Jenis nyala ini paling panas (3000oC), dan sangat baik digunakan untuk
menganalisa sampel yang banyak mengandung logam-logam oksida
seperti Al, Si. Ti, W.
Faktor-faktor Instrumental
Apapun jenis nyala yang digunakan harus dapat mengatomisasi analit
semaksimalmungkin tanpa menyebabkan ionisasi sehingga menghasilkan atom-
atom analit bebas dalam jumlah yang besar pada keadaan dasar. Atom-atom ini
kemudian menyerap radiasi dari sumber cahaya pada panjang gelombang
tertentu.

Meskipun sebagian besar atom-atom dalam nyala berada dalam keadaan dasar,
sebagian lagi mengalami eksitasi yang kemudian kembali pada keadaan dasar
dengan memancarkan spektrum atomik yang spesifik. Hal ini berarti bahwa
nyala berperan ganda baik sebagai penyerap maupun pemancar, dan seorang
analis harus mampu membedakan antara kedua proses ini sehingga tingkat
absorpsi dapat diukur. Hal ini dapat dilakukan dengan pengaturan sumber
cahaya, misalnya melalui perlakuan yang dapat mengakibatkan cahaya yang
mencapai nyala dibelokkan. Dengan pengaturan sumber cahaya ini, sinyal
absorpsi dibelokkan sementara sinyal emisi diteruskan. Dengan mengatur
detektor ke posisi pembelokan sinyal, maka pengaruh nyala emisi dapat
diabaikan.

Sinyal lampu dapat diatur dengan 2 cara, yaitu:


1. tombol pengatur diletakkan dalam berkas cahaya sebelum cahaya
mencapai nyala(flame) sehingga dapat ditutup dan diteruskan secara
bergantian.
2. sumber tenaga dari lampu katodeberongga dibelokkan sehingga berkas
yang dihasilkan juga dibelokkan.

Pada kedua cara tersebut di atas, detektor diatur dengan menghubungkan alat
pengatur ke detektor.

Intrumentasi berkas ganda


Sebagaimana dalam spektrometri molekuler, intrumentasi-intrumentasi berkas
ganda dapat didesain menggunakan 50% cermin pentransmisi atau cermin yang
dapat berputar untuk membagi berkas dari sumber cahaya. Akan tetapi,
penggunaan berkas ganda hanya memberikan sedikit keuntungan terhadap
spektrometri serapan atom karena berkas referesi tidak dapat lolos melalui
sebagian besar daerah ”noise-prone” dari instrumen, yaitu nyala. Sistem berkas
ganda dapat mengurangi pergeseran sumber cahaya, pemanasan, dan sumber
noise yang dapat meningkatkan ketelitian pengukuran. Akan tetapi, sumber
utama noise adalah nyala sehingga keuntungan ini menjadi sedikit dan mungkin
menyebabkan penurunan intensitas cahaya yang signifikan. Hal ini
menyebabkan rasio sinyal terhadap noise (signal-to-noise ratio) menjadi lebih
kecil.

Koreksi ”background”
Penggunaan berkas kedua dari radiasi kontinyu diperkirakan akan lebih
menguntungkan untuk mengkoreksi absorpsi non-atomik.Ketika menggunakan
sumber cahaya yaitu lampu katodeberongga, kita mengamati serapan atom
dalam nyala, absorpsi dari spesies molekuler dan h amburan dari partikulat.
Hamburan partikulat ini dikenal sebagai absorpsi non-spesifik dan merupakan
masalah khusus yang terjadi pada panjang gelombang lebih pendek dan dapat
menyebabkan kesalahan positif. Jika menggunakan sumber cahaya kontinyu
(misal: deuterium atau lampu katodeberongga hidrogen), jumlah serapan atom
yang diamati dapat diabaikan, tetapi jumlah yang sama dari absorpsi non-
spesifik dapat diketahui. Kemudian, jika sinyal yang diamati dengan sumber
cahaya kontinyu dikurangi dengan sinyal yang diamati dengan sumber cahaya
tunggal, maka kesalahan dapat dihindari. Koreksi ”background” juga dapat
meningkatkan ketelitian karena faktor-faktor yang dapat meningkatkan absorpsi
non-spesifik menjadi tidak reprodusibel.

Faktor-Faktor Percobaan
1. Pengaruh arus lampu katode berongga
Arus rendah lebih direkomendasikan untuk digunakan. Sebenarnya,
semakin tinggi arus listrik akan meningkatkan intensitas berkas cahaya,
akan tetapi karena SSA merupakan suatu teknik perbandingan, maka
peningkatan intensitas tidak dapat meningkatkan sensitivitas. Penggunaan
arus yang tinggi pada lampu katode berongga justru akan mengurangi
masa pakai lampu tersebut. Pengaruh yang paling penting jika arus lampu
ditinggikan adalah ketika menganalisa logam-logam yang lebih volatil
misalnya seng (Zn), dimana ”self absorpsion” dapat diamati. Peningkatan
arus dapat menyebabkan 2 hal yaitu:
1. Garis emisi akan melebar yang disebabkan oleh efek Doppler pada
temperatur tinggi
2. Sejumlah besar atom-atom tidak dihamburkan keluar dari lampu katode
tetapi proporsi atom dalam keadaan dasar meningkat.

Sebagai hasilnya, atom-atom dalam keadaan dasar yang terdapat di dalam


lampu katode menyerap banyak radiasi pita resonansi; karena atom-atom dalam
keadaan dasar lebih dingin, atom-atom tersebut akan menyerap radiasi pada
daerah yang lebih sempit sehingga pusat dari puncak emisi akan terabsorpsi
sebagaimana terlihat pada Gambar 11.6. Meskipun intensitas lampu meningkat
akan tetapi intensitas dalam daerah panjang gelombang yang dapat di serap oleh
atom-atom pada keadaan dasar di dalam nyala akan menurun. Garis emisi yang
melebar akan berperan sebagai cahaya nyasar (stray light) yang mengakibatkan
penurunan sensitivitas dan ketidaklinearan kurva kalibrasi.

 Pengaruh lebar celah


Biasanya pemilihan lebar celah bukanlah suatu hal yang kritis karena lebar
pita spektra tidak jauh lebih kecil daripada kapabilitas monokromator. Hal
ini karena garis emisi atom bisanya terpisah sangat baik satu sama lainnya
sehingga lebar celah masih dapat mengisolasi garis resonansi dengan
mudah.

Gambar17.6. Pemotongan puncak spektra

Akan tetapi, beberapa logam memiliki garis emisi yang sangat berdekatan
terhadap garis resonansi analitik yang dapat menyebabkan radiasi tidak diserap
atau terserap sebagian kecil saja oleh atom-atom pada keadaan dasar di dalam
nyala, di mana atom-atom tersebut mungkin berada pada garis emisi yang lebih
tinggi, atau garis emisi gas pengisi. Pada kondisi seperti ini, kemampuan celah
keluar (exit slit) untuk mengisolasi garis resonansi merupakan hal yang sangat
penting.
Gambar17.7 menunjukkan spektra emisi di sekitar garis resonansi Cu dan Fe.
Lebar celah tidak akan berpengaruh ketika menganalisa Cu, akan tetapi celah
yang lebih sempit diperlukan jika mengalisa Fe. Jika celah memperbolehkan
garis-garis non resonansi menuju detektor, maka garis-garis yang lain tidak
akan diserap dan berperan sebagai garis yang nyasar yang menyebabkan
ketidaklinearan kurva kalibrasi dan sensivitas yang rendah.

Gambar 17.7. Spektra emisi di sekitar garis resonansi Cu (kiri) dan Fe (kanan)
Sumber : http://www.chem-is-
try.org/kategori/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrofotometri-serapan-
atom/

Anda mungkin juga menyukai