Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana membuat listrik di rumah pakai solar panel

Semua tergantung dari kebutuhan yakni digunakan untuk apa PLTS ( pembangkit listrik tenaga
surya ) yang kita pasang. Jika untuk mengcover seluruh peralatan rumah tangga pada umumnya
saat ini, memang masih dapat dibilang kurang terjangkau dan sesuai.

Saat ini untuk menggunakan PLTS, perlu dibuatkan skala prioritas terlebih dulu. Dan berikut
beberapa pertanyaan mendasarnya.

1. Dimanakah kita tinggal ? Jika tidak ada atau akses PLNnya kurang baik (listrik PLN
sering mati), PLTS bisa menjadi salah satu solusi sebagai sumber energi.

2. Bagaimana jika akses PLNnya sudah baik? Tentunya, untuk biaya jangka pendek,
penggunaan PLN masih lebih murah sehingga jika kalkulasi biaya sebagai tujuan untuk
mendapatkan yang lebih "murah", nampaknya PLTS masih belum dapat menjadi solusi
karena PLTS masih bersifat investasi dimana membeli listrik beberapa tahun ke depan
untuk dikonsumsi saat ini.

Apa keuntungan menggunakan listrik dengan solar panel?

 Mengurangi biaya listrik jangka panjang


 Mengurangi ketergantungan pada listrik dari batubara. Menghindari dampak
pemadaman saat harus mengejar deadline, sementara komputer tidak bisa dinyalakan)
 Sedikit pamer ke teman-teman kita bahwa kita sudah bergabung dengan komunitas
pengguna solar panel sedunia!
 Turut mengurangi pemanasan global karena sistem solar-panel menghasilkan energi
yang ramah lingkungan yang tidak menyebabkan polusi.

Tapi mengapa pakai solar panel?

Mayoritas listrik yang digunakan di Indonesia berasal dari pembangkit listrik dengan bahan
baku batubara. Masalahnya, dari proses ini dikeluarkan banyak emisi karbon yang merupakan
sumber terbesar penyebab terjadinya pemanasan global (global warming).

Sementara, permintaan kita untuk listrik makin hari makin besar. Coba lihat berapa alat di
rumah kita yang tidak bisa berjalan tanpa listrik, dari lampu, telepon genggam, TV, hingga AC
dan kulkas. Belum lagi penggunaan listrik yang boros. Akibatnya, pembangkit listrik kita tidak
mampu lagi untuk memberikan listrik sebesar permintaannya. Makanya pemadaman makin
sering terjadi.

Di sisi lain, kita kan tinggal di negara yang kaya akan cahaya matahari yang dibuktikan secara
geografis letak Indonesia di Garis Khatulistiwa sekaligus sebagai Negara Tropis. Kenapa gak
kita maksimalkan saja penggunaan cahaya matahari yang diberikan gratis oleh Tuhan?

Bagaimana dengan biaya pemasangannya?

Kita mulai dengan perhitungan dulu. Berapakah kebutuhan jumlah


total beban di rumah yang akan menggunakan tenaga dari solar
panel? Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam
bentuk kWh (kilowatt per jam) setiap bulan misalnya. Nah dari situ
kita bisa identifikasikan berapa kWh yang dibutuhkan tiap hari,
misalnya 200 Watt.

Pertanyaan selanjutnya adalah : Berapa lama beban yang totalnya


200 Watt ini akan dihidupkan dengan menggunakan sistem solar
panel ? Boleh kita ambil misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total
konsumsi daya beban dalam sehari adalah 12 x 200 kWh = 2.400
Watt.

Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar


panel dinyalakan pada malam hari. Dengan begini, penggunaan
baterai relatif tidak berat dan dimungkinkan jumlah baterai dapat
pula dikurangi jumlahnya, karena listrik yang disupply tidak hanya
oleh baterai tetapi sinar matahari masih turut memberikan supply.
Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada
pukul 18.00 s/d 06.00 (12 jam).

Nah, sekarang kita hitung berapa besar dan jumlah baterai yang
dibutuhkan untuk mensupply beban sejumlah total 2.400 Watt:

Jumlah total 2.400 Watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah
listrik yang digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni
inverter sebagai pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak -
balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga
menggunakan arus AC), dan controller (sebagai pengatur arus)
yakni menutup arus ke baterai jika tegangan sudah berlebih di
baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari baterai jika
baterai sudah hampir kosong.

Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan


adalah 2.400 x (2.400 x 20%) = 2.880 Watt.

Dari 2.880 Watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang


dimiliki baterai) maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240
Ampere. Maka, jika kita menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah
12 V, maka kita membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 Watt).

Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, kita akan mendapatkan jumlah


panel yang kita butuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai
berikut. Jika menggunakan ukuran panel yang 100 Wp (Watt peak),
maka dalam sehari panel ini kurang lebih menghasilkan supply
sebesar 100Wp x 5 (jam) = 500 Watt.

Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari


bersinar di negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah
menjadi semacam perhitungan rumus baku efektivitas sinar
matahari yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100
Wp mampu memberikan listrik sejumlah 500 Watt, didapatkan total
panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 Watt / 500 Watt = 7
panel (baiknya kita lebihkan).

Nah, kita sekarang sudah berhasil mendapatkan kombinasi antara


jumlah panel surya dan baterai untuk mensupply listrik sejumlah
total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam sehari dimana
beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara
pukul 18.00 s/d 06.00 yakni : 7 PANEL SURYA YANG 100 WP
DAN 4 BUAH BATERAI 65Ah 12 V.

Perihal harga, saat ini sistem ini (sudah berikut seluruh perangkatnya) adalah berkisar US$ 9 -
10 per Wattnya. Jadi jika menggunakan 7 panel yang 100 Wp (sehingga totalnya = 7 x 100
Wp), maka estimasi biaya kurang lebih 700 Watt x US$ 10 = US$ 7,000.

Anda mungkin juga menyukai