PENDAHULUAN
I-1
dalam rencana tata ruang tingkat kabupaten/kota (RTRWK). Namun,
RTRWN, RTRWP, dan RTRWK belum sepenuhnya bersifat operasional,
karena belum dapat menunjukkan kepastian posisi dan dimensi dari
elemen-elemen buatan manusia yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatannya, khususnya dalam kawasan yang disebut perkotaan. Oleh
karena itu, rencana tata ruang yang lebih renci serta peraturan
perundang-undangan yang mengikat setiap orang dibutuhkan, dengan
tujuan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang seoptimal mungkin.
I-2
6. Ketentuan mengenai kriteria zona yang penanganannya
diprioritaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dengan peraturan Menteri.
Adapun tujuan dari pekerjaan ini adalah sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) bagi
zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari
I-3
pengertian penyelenggaraan penataan ruang menurut Undang‐undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan penataan ruang
adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,
dan pengawasan penataan ruang.
I-4
Gambar 1.1.
Peta Orientasi Geografis Kecamatan Pasir Sakti
Di Kabupaten Lampung Timur
I-5
Batas-batas wilayah perencanaan Kecamatan Pasir Sakti yang
beribukota di desa Mulyosari adalah:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Maringgai
dan Kecamatan Gunung Pelindung.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sragi, Kabupaten
Lampung Selatan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Waway Karya dan
Kecamatan Jabung.
I-6
Gambar 1.3.
Peta Administrasi Kecamatan Pasir Sakti
Sumber: http://petanusantara.blogspot.com/2009/08/propinsi-lampung.html
I-7
iv. penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan,
panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi,
dokumentasi, dsb) dan mobilisasi peralatan serta personil
yang dibutuhkan.
d. Pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukan
penyusunan peraturan zonasi.
I-8
(1) Rencana struktur ruang kawasan;
(2) Rencana peruntukan blok;
(3) Rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplop
ruang);
(4) Indikasi program pembangunan.
5) Pengendalian rencana detail:
a) Tujuan;
b) Komponen pengendalian:
(1) Zonasi;
(2) Aturan insentif dan disinsentif;
(3) Perijinan dalam pemanfaatan ruang.
6) Kelembagaan dan peran serta aktif masyarakat:
a) Peran kelembagaan;
b) Peran serta masyarakat.
I-9
2. Dokumen Naskah Akademik RDTR dan PZ, dengan sistematika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
3. Draft Raperda RDTR dan PZ, merupakan rumusan pasal per pasal
dari buku rencana (materi teknis RDTR), dan lampiran yang terdiri
atas peta rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana,
penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya dan peta
zona-zona khusus yang disajikan dalam format A3, serta tabel
indikasi program pemanfaatan kawasan yang diprioritaskan
penganannya.
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan latar belakang dilakukannya pekerjaan
ini, maksud dan tujuannya, sasaran yang hendak dicapai,
lingkup pekerjaan, keluaran yang diharapkan, dan sistematika
laporan.
I - 10
Bab II ini terdiri dari Dasar Hukum yang menjadi legalitas
dilakukannya pekerjaan ini, pengertian istilah yang akan
digunakan, posisi RDTR dalam sistem perencanaan nasional,
esensi RDTR dan Peraturan zonasi, bentuk partisipasi
masyarakat yang diharapkan, dan tanggapan terhadap
Kerangka Acuan Kerja.
I - 11
dokumen legalitas atau penyusunan draft dokumen
perundang-undangan RDTR dan PZ yang akan diproses
menjadi perda.
I - 12