Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL

ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 1
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) Tanjung Redeb,


Kabupaten Berau
5.4.1 Analisis Posisi KKPN Dalam Konstelasi Regional dan Global
KPPN Tanjung Redeb berada antara WPS 21 Temajuk-Sebatik dan WPS 23 Balik
Papan-Samarinda-Maloy (WPS Pertumbuhan Terpadu). Maka dengan demikian
posisi KPPN Tanjung Redeb perlu dilihat konstelasinya di dalam kedua WPS
tersebut. Di samping itu, posisi KPPN Tanjung Redeb perlu dilihat konstelasinya
dalam Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur. Kedudukan/posisi KPPN
Tanjung Redeb secara regional adalah sebagai berikut:
 Secara administrasi KPPN Tanjung Redeb terletak di Kecamatan Pulau
Derawan. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025, Pulau Derawan merupakan bagian dari Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Derawan – Sangalaki dsk dengan daya
Tarik wisata pantai/bahari dan flora fauna.
 Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 dalam
rencana struktur ruang, Kawasan Perkotaan Tanjung Batu ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang mendukung fungsi PKW Tanjung Redeb
sebagai Pusat Industri, Pengolahan hasil hutan, Pusat pengolahan hasil
tambang batubara, Pengembangan perikanan tangkap, Pusat pelayanan
pariwisata, Pusat pemerintahan kabupaten.
 Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 dalam
rencana pola ruang, KPPN Tanjung Redeb diarahkan sebagai kawasan
pengembangan pariwisata, berupa wisata wisata alam, sejarah, budaya, pulau
dan pantai (Pantai Tanjung Redeb, Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, Pulau
Semama, Pulau Kakaban dan Pulau Maratua).
 Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 dalam
rencana kawasan strategis, KKPN Tanjung Redeb merupakan bagian dari
Kawasan Andalan Nasional Tanjung Redeb, dengan sektor unggulan berupa:
Industri, Kehutanan, Pertambangan, Pariwisata dan Perikanan dan Kawasan
Pesisir dan Laut Kepulauan Derawan dan sekitarnya ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.
 Berdasarkan RTRW Kabupaten Berau Tahun 2016-2036, Kawasan Perkotaan
Tanjung Batu ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi
sebagai:
- Pusat pengembangan agropolitan,
- Pelayanan Pariwisata,
- Pengembangan penelitian perkebunan dan pertanian tanaman pangan,
- Pengembangan Agroindustri dan Agribisnis,
- Pengembangan budidaya perikanan darat,
- Pengembangan energi / kelistrikan,
- Pengelolaan / industri pengelolaan perkebunan,

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 2
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

- Pelayanan industri dan jasa perdagangan terbatas Pergudangan, Industri


 Dalam sistem kawasan perdesaan, Kecamatan Pulau Derawan adalah salah
satu Kawasan Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya dan Tangkap
melalui peningkatan kemampuan tangkap, pengolahan hasil panen dan
dukungan lembaga keuangan. Dalam kontek ini di Pulau Derawan akan
dikembangkan:
a) Kawasan Perikanan Laut dan Perikanan budidaya
b) Kawasan permukiman nelayan dan infrastruktur pendukung usaha
nelayan, dan
c) Pasar lokal dan regional produk perikanan (di Tanjung Batu sebagai Ibu
Kota Kec. Pulau Derawan)
 KPPN Tanjung Redeb memiliki akses langsung ke Kota Tanjung Selor.
Menurut Masterplan Sub WPS 3 pada WPS 21 TEMAJUK – SEBATIK 2025,
Tanjung Selor dan Tarakan dikembangkan menjadi sistem perkotaan baru. Di
samping itu akan dikembangkan kegiatan industri pengolahan hasil perikanan
dan kelautan serta hasil pertanian dan perkebunan untuk mendukung
kebutuhan nasional di Kawasan Industri Tanjung Selor. Pengembangan
tersebut merupakan pasar potensial bagi agribisnis perikanan KPPN Tanjung
Redeb.

Gambar 5.1 Peta Destinasi Pariwisata Nasional


(DPN) Derawan - Kayan Mentarang dsk

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 3
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.2 Peta KPPN Tanjung Redeb Dalam Konstelasi Nasional

Kawasan Perikanan Laut dan Perikanan budidaya :


(Kawasan Pesisir ; Kec. Pl. Derawan, Maratua, Tabalar,
Biatan, Talisayan, Batu Putih dan Biduk-biduk)

KEC. GN. TABUR

KEC. MARATUA
KEC. SEGAH KEC. PL. DERAWAN
KEC. TELUK TANJUNG REDEB

KEC. TELUK BAYUR


KEC. SAMBALIUNG

KEC. TABALAR

KEC. KELAY
KEC. BIATAN

Pasar Lokal & Regional produk perikanan KEC. TALISAYAN

Pengembangan kawasan permukiman


KEC. BATU PUTIH
nelayan & infrastruktur

KEC. BIDUK-BIDUK

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 4
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.3 Peta KPPN Tanjung Redeb


Dalam Konsep Pengembangan RTRW Kab, Berau

Tanjung Batu
KPPN
TANJUNG REDEB
TANJUNG REDEB

Gambar 5.4 Peta Kedudukan KPPN Tanjung Redeb Dalam Masterplan WPS 21
TEMAJUK – SEBATIK 2025

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 5
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.5 Peta Kedudukan KPPN Tanjung Redeb Dalam Masterplan SWPS 3
KALTARA pada WPS 21 TEMAJUK – SEBATIK 2025

Gambar 5.6 Peta Kedudukan KPPN Tanjung Redeb Dalam Masterplan WPS 23
BALIKPAPAN-SAMARINDA-MALOY 2025

5.4.2 Analisis Lingkungan Fisik (Built Environment) Struktur dan


Kecenderungan Perkembangan Kawasan
Built Environment (Lingkungan binaan/lingkungan terbangun/lingkungan fisik) adalah
suatu lingkungan yang ditandai dominasi struktur buatan manusia. Dalam
perencanaan kota/desa, istilah ini memberikan kesimpulan bahwa sebagian besar
lingkungan yang dipakai manusia adalah kawasan buatan atau zona budidaya, dan
zona budidaya ini harus diatur agar dapat mempertahankan hidup manusia dengan
baik.
Perkembangan lingkungan fisik di KPPN Tanjung Redeb disajikan pada Tabel dan
gambar di bawah ini. Dari Tabel di bawah dapat disimpulkan:
a. Kawasan terbangun di KPPN Tanjung Redeb sangat rendah, 3% dari total luas
KPPN.
b. Penggunaan lahan didominasi oleh hutan, 83% dari total luas wilayah KPPN.
Lahan hutan ini semakin berkurang karena beralih fungsi menjadi perkebunan
sawit.
c. Dari angka kepadatan bersih (jumlah penduduk dibagi luas kawasan terbangun),
konsentrasi pemukiman penduduk paling tinggi di KPPN Tanjung Redeb adalah di

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 6
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Desa Pegat Betumbuk (5.286 jiwa/km2), dan Desa Kasai (4.446 jiwa/km2).
Pemukiman di kedua desa tersebut membentuk pola terpusat. DI Desa Pegat
Betumbuk pemukiman membentuk unit-unit kecil yang terpusat. Sementara di
Desa Kasai mpemukiman membentuk satu init besar yang terpusat.

Tabel V.1
Penggunaan Lahan Budidaya KPPN Tanjung Redeb
Tahun 2015 (Ha)
GRAND
PENGGUNAAN LAHAN (HA)
TOTAL
Permukiman

Alang Alang
Pasir / Bukit
dan Tempat

Grand Total
Air Tambak
NO DESA

Pasir Laut
Air Tawar

Tegalan /
Belukar /
Kegiatan

Ladang
Sungai

Semak
Hutan
1 Pulau Derawan 30,24 516,19 546,43
2 Teluk Semanting 197,00 3,13 6.624,29 165,01 2.249,16 9.238,60
3 Pegat 51,00 6.884,51 767,70 22.379,01 49,54 30.131,77
4 Kasai 137,43 378,54 154,97 14.245,01 1,30 4,12 14.921,37
5 Tanjung Batu 1.146,38 166,16 32.887,74 73,18 194,96 2.747,12 37.215,54
Grand Total 1.480,81 7.263,05 1.091,96 76.703,25 289,04 194,96 5.000,40 92.053,70
Sumber: Peta GIS Pola Ruang RTRW Kab. Berau

Tabel V.2
Penduduk dan Penggunaan Lahan Budidaya KPPN Tanjung Redeb
Tahun 2015 (Ha)
PENGGUNAAN LAHAN (2015)
PENDUDUK (2015)
TERBANGUN TIDAK TERBANGUN
JUMLAH
NO DESA/ KELURAHAN KEPADATAN
(Km2)
JUMLAH BERSIH Km2 % Km2 %
(JIWA/Km2)
1 Pulau Derawan 856 82 10,4 6% 177,46 94% 187,9
2 Teluk Semanting 232 109 2,1 2% 97,83 98% 100,0
3 Pegat Betumbuk 4896 5.286 0,9 0% 421,23 100% 422,2
4 Kasai 1694 4.446 0,4 1% 39,94 99% 40,3
5 Tanjung Batu 2615 28 91,9 3% 2.890,71 97% 2.982,6
Grand Total 4.309 41 106 3% 3.627,2 97% 3.732,9
Sumber: Luasan berdasarkan Data KDA Pulau Derawan, BPS 2016

KPPN Tanjung Redeb memiliki inti utama, yaitu pusat kegiatan lokal di PKL Tanjung
Batu diarahkan sebagai pengembangan perikanan budidaya & tangkap, pusat
pengembangan pengolahan perkebunan (CPO/Kelapa Sawit), serta kawasan
pengembangan pariwisata, berupa wisata alam, sejarah, budaya, pulau dan pantai.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 7
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.7 Peta Pola Perkembangan Struktur Ruang KPPN Tanjung Redeb

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 8
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.8 Peta Penggunaan Lahan Budidaya KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 9
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.3 Analisis Potensi Ekonomi Pengembangan Kawasan


Dari hasil LQ Kabupaten Berau menghasilkan sektor basis dan non basis dengan
membandingkan PDRB konstan Kabupaten Berau dengan PDRB Provinsi Kalimantan
Timur, dimana berdasarkan hasil analisis LQ dapat dilihat bahwa Kabupaten Berau
memiliki sektor basis diantaranya Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (dengan sub
sektor basisnya adalah tanaman pangan dan perkebunan), Pertambangan dan
Penggalian, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Real
Estate, Jasa Pendidikan, Jasa, Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa Lainnya.

Tabel V.3
Nilai LQ Sektor dan Sub Sektor Berdasarkan PDRB Harga Konstan
Kabupaten Berau Tahun 2016
PROVINSI
NO LAPANGAN USAHA KABUPATEN BERAU KALIMANTAN LQ
TIMUR
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.242.728,63 38.230.279 1,42
1.1 Pertanian, Peternakan,Perburuan dan
0,91
Jasa Pertanian 5.664.194,70 73.230.584,00
a. Tanaman Pangan 37.441,00 408.782,00 1,18
b. Tanaman Hortikultura 2.878,90 74.797,00 0,50
c. Tanaman Perkebunan 1.260.761,80 10.898.068 1,50
d. Peternakan 4.360.267,00 61.765.705,00 0,91
1.2 Perikanan 2.846,00 83.232,00 0,40
2. Pertambangan dan Penggalian 18.439.586,82 225.379.208 1,37
3. Industri Pengolahan 1.177.010,79 103.984.604 0,19
4. Pengadaan Listrik dan Gas 8.304,49 191.351 0,72
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
11.288,05 0,90
5. Limbah dan Daur Ulang 208.719
6. Kontruksi 1.339.748,19 41.445.891 0,54
Perdagangan Besar dan Eceran;
1.547.292,95 25.395.701 1,02
7. Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 1.748.186,31 17.432.908 1,67
Penyediaan Akomodasi dan Makan
322.586,34 4.227.064 1,27
9. Minum
10. Informasi dan Komunikasi 248.637,33 6.160.397 0,67
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 162.639,85 8.385.356 0,32
12. Real Estate 289.398,32 4.803.758 1,01
13. Jasa Perusahaan 31.781,09 1.085.805 0,49
Administrasi Pemerintah, Pertahanan
393.690,32 11.767.430 0,56
14. dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 701.397,65 7.595.404 1,54
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 228.137,59 2.867.928 1,33
17. Jasa Lainnya 177.450,20 2.705.001 1,09
Jumlah/Total 30.069.864,92 501.866.804,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Berdasarkan hasil perhitungan LQ sektor/ subsektor dan hasil observasi lapangan,


diperoleh informasi bahwa struktur ekonomi yang dominan di KPPN Tanjung Redeb
yang memberikan sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Berau, antara lain:

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 10
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1. Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki potensi untuk


dikembangkan di KPPN Tanjung Redeb jika dilihat dari nilai LQ dan
produktivitas komoditas.
2. Sektor Perikanan yang berkembang di KPPN Tanjung Redeb adalah budidaya
laut dan tambak. Seperti yang diketahui bahwa sebagian wilayah KPPN
Tanjung Redeb adalah perairan maka subsektor perikanan cukup memiliki
potensi. Jika dilihat dari matapenncaharian masyarakat KPPN Tanjung Redeb,
pada umumnya masyarakat KPPN Tanjung Redeb pada umumnya berusaha
di subsektor perikanan.
3. Sektor Pariwisata di KPPN Tanjung Redeb sangat berpotensi untuk
dikembangkan terutama wisata Kepualauan Derawan. Kepulauan Derawan
terdapat sejumlah objek wisatabahari, salah satunya Taman Bawah Laut yang
diminati wisatawan mancanegara terutama para penyelam kelas dunia. Selain
itu Kepulauan Derawan juga sedang dipromosikan oleh Kabupaten Berau dan
Provinsi Kalimantan Timur sebagai salah satu wisata andalan.

5.4.3.1 Perkebunan
A. Analisis Produktivitas Kawasan
Berbeda dengan sub sektor pertanian tanaman pangan yang kurang memiliki potensi,
sub sektor perkebunan di wilayah KPPN Tanjung Redeb justru memiliki potensi untuk
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan luas tanam tanaman perkebunan
pada tahun 2015. Secara umum komoditas tanaman perkebunan mengalami
peningkatan luas tanam terutama pada tanaman kelapa sawit yang meningkat tajam
yaitu dari seluas 1.021 hektar menjadi 6.725 hektar. Jika dilihat dari jumlah
produksinya, komoditas kelapa sawit mengalami peningkatan jumlah produksi dari
630 ton menjadi 15.607 ton. Peningkatan ini tidak sebesar luas tanamnya karena
masa panen kelapa sawit kurang lebih lima tahun sejak ditanam sehingga perluasan
lahan belum berdampak pada jumlah produksi di tahun 2015. Produktivitas kelapa
sawit dengan nilai produktivitas tanaman ini mencapai 2,32 ton/ha. Produktivitas
sektor pertanian tanaman pangan di KPPN Tanjung Redeb dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel V.4
Produktivitas Perkebunan
di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015
KECAMATAN PULAU DERAWAN
LUAS PANEN PRODUKSI PRODUKTIVITAS
NO KOMODITI
(HA) (TON) (TON/HA)
2014 2015 2014 2015 2015
1 Kelapa 142,30 142,3 96,80 118,10 0,83
2 Karet - 15,00 - - -
3 Lada 56,50 60,50 12,5 2,60 0,04
4 Kelapa Sawit 1.021,09 6.725,02 630 15.607,50 2,32
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

B. Analisis Komoditi Unggulan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 11
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Berdasarkan hasil analisis LQ, prodiktivitas komoditas kelapa sawit di KPPN Tanjung
Redeb memiliki nilai LQ rata-rata di atas nilai 1, dimana komoditas tersebut sudah
memenuhi kebutuhan komoditas kelapa sawit di KPPN Tanjung Redeb dan dapat
dijual keluar daerah. Komoditas kelapa sawit yang merupakan sektor basis memiliki
nilai multiplier effect sebesar 36 berarti setiap penambahan nilai produksi sebesar 417
ton dan akan meningkat produksi komoditas non basis sebesar 15.191 ton.
Komoditas unggulan sektor perkebunan yang ada di KPPN Tanjung Redeb dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel V.5
Komoditi Basis Perkebunan di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015
KPPN KABUPATEN LQ
NON MULTIPLIER
NO KOMODITI TANJUNG TANJUNG BASIS
NILAI B/NB BASIS EFFECT
REDEB REDEB
1 Kelapa 118,10 3.184,35 0,31 nB -268 386 -1
2 Karet - 412,82 - nB -50 50 -1
3 Lada 2,60 839,02 0,03 nB -99 102 -1
4 Kelapa Sawit 15.607,50 125.389,82 1,03 B 417 15.191 36
TOTAL 15.728,20 129.826,01 1,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

5.4.3.2 Perikanan
A. Analisis Komoditi Unggulan
Berdasarkan hasil analisis LQ, prodiktivitas komoditas budidaya laut dan tambak di
KPPN Tanjung Redeb memiliki nilai LQ rata-rata di atas nilai 1, dimana komoditas
tersebut sudah memenuhi kebutuhan komoditas budidaya laut dan tambak di KPPN
Tanjung Redeb dan dapat dijual keluar daerah. Komoditas budidaya laut yang
merupakan sektor basis memiliki nilai multiplier effect sebesar 1 berarti setiap
penambahan nilai produksi sebesar 127 ton dan akan meningkat produksi komoditas
non basis sebesar 94 ton dan tambak memiliki nilai multiplier effect sebesar 1 berarti
setiap penambahan nilai produksi sebesar 575ton dan akan meningkat produksi
komoditas non basis sebesar 305ton. Komoditas unggulan sektor perikanan yang ada
di KPPN Tanjung Redeb dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel V.6
Komoditi Basis Perikanan di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015
KPPN LQ
KABUPATEN NON MULTIPLIER
NO KOMODITI TANJUNG BASIS
BERAU NILAI B/NB BASIS EFFECT
REDEB
1 Perikanan Laut 3.504,20 16.075,00 0,83 nB -702 4206 -6
2 Budidaya Laut 221,40 359,40 2,35 B 127 94 1
3 Tambak 880,10 1.166,50 2,88 B 575 305 1
TOTAL 4.605,70 17.600,90 1,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 12
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Berdasarkan hasil analisis pelbagai komoditas potensial, sub-sektor perikanan di


KPPN Tanjung Redeb terutama komoditas hasil tambak dapat dijadikan unggulan.
Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa Kecamatan Pulau Derawan dimana lokasi
KPPN Tanjung Redeb berada berkontribusi sebesar 75,44% atau sebesar 880,1 ton
ikan hasil tambak pada tahun 2015.

B. Analisis Potensi Perikanan


1) Analisis Potensi Budidaya Laut KPPN Tanjung Redep
Pemanfaatan perairan untuk kegiatan budidaya laut di Daerah KKPN Tanjung
Redeb, ditinjau dari kelayakannya dapat dikategorikan sebagai areal
sesuai ataupun tidak sesuai. Hal ini bergantung kepada ada tidaknya
faktor-faktor pembatas bagi biota yang akan dibudidayakan. Faktor
pembatas yang umum diantaranya adalah faktor biologi, fisika, kimia,
dan geo-oseanografi.
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas yang bersumber dari data citra, hasil
survey maupun data sekunder didapatkan hasil sebagai berikut :
 Kecerahan Air
Kecerahan perairan di zona pemanfaatan umum berkisar antara 3.00
m hingga 11.00 m dengan rata-rata 7.00. Kecerahan perairan pada zona
pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb memperlihatkan kisaran nilai
yang masih dianjurkan, terutama bagi rumput laut dan ikan kerapu.
 Suhu Perairan
Suhu perairan di zona pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb
mempunyai kisaran antara 20 ºC sampai 30,3 ºC dengan nilai rata-rata
sebesar 28,9 ºC. Perairan KPPN Tanjung Redeb, memperlihatkan nilai
yang mendukung kegiatan budidaya laut.

Gambar 5.9 Peta Suhu Permukaan Laut KPPN Tanjung Redeb

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 13
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

 Kecepatan Arus
Hasil pengukuran terhadap kecepatan arus di zona pemanfaatan
umum KPPN Tanjung Redeb bervariasi antara 0.5 cm/dt sampai 8 m/dt
dengan

Gambar 5.10 Peta Kecepatan Arus KPPN Tanjung Redeb

 Salinitas Perairan
Salinitas perairan di zona pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb
mempunyai kisaran 28 ppt sampai 34.20 ppt dengan nilai rata-rata
sebesar 32.33 ppt. Secara umum nilai rata-rata salinitas perairan zona
pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb memperlihatkan kisaran yang
mendukung kegiatan budidaya laut.
 pH
Pengukuran in situ terhadap variabel pH perairan zona Pemanfaatan
umum KPPN Tanjung Redeb memperlihatkan kisaran nilai sebesar
7.97 sampai 8.59, dengan nilai rata-rata 8.35. Hasil analisis
memperlihatkan secara keseluruhan nilai rata-rata pH di perairan zona
pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb, berada dalam kisaran yang
mendukung untuk budidaya laut.
 Oksigen Terlarut
Hasil analisis terhadap peubah oksigen terlarut di perairan zona
pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb memperlihatkan kisaran
sebesar 2,03 ppm dan nilai tertinggi adalah 4.76 ppm dengan nilai
rata-rata sebesar 4,35 ppm. Bervariasinnya kandungan oksigen terlarut

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 14
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

diduga karena adanya pergerakan dan percampuran massa air serta


siklus harian variabel ini.

Gambar 5.11 Peta Salinitas Perairan KPPN Tanjung Redeb

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 15
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.12 Peta Derajat Keasaman (PH) Perairan KPPN Tanjung Redeb

Gambar 5.13 Peta Sebaran Oksigen Terlarut Perairan KPPN Tanjung Redeb

 Fosfat
Kandungan fosfat dalam perairan zona pemanfaatan umum KPPN
Tanjung Redeb mempunyai nilai yang bervariasi antara 0.081 mg/l
sampai 0.435 mg/l, dengan nilai rata-rata 0.181 mg/l. Kandungan fosfat di
perairan zona pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb memperlihatkan
kisaran yang masih mendukung kegiatan budidaya, walaupun tidak
berada dalam nilai yang ideal.
 Nitrat
Hasil pengukuran terhadap variabel nitrat memperlihatkan nilai
yang bervariasi antara 0.145 mg/l sampai 4.134 mg/l dengan nilai
rata-rata sebesar 1.091 mg/l. Kisaran rerata kandungan nitrat di
peraiaran zona pemanfaatan umum KPPN Tanjung Redeb, masih
mendukung kegiatan budidaya laut.
 Klorofil-a
Hasil analisis terhadap variabel klorofil-a memperlihatkan nilai yang
bervariasi antara 0.033 mg/l sampai 0.037 mg/l dengan rata-rata 0.035
mg/l. Perbedaan nilai klorofil-a yang terdapat di perairan KPPN Tanjung
Redeb diduga disebabkan oleh keberadaan fitoplankton, baik
kelimpahannya maupun komposisi jenis terhadap pigmen yang

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 16
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

dikandungnya. Kandungan klorofil-a tidak berhubungan secara langsung


dengan organisme budidaya tetapi variabel ini berperan dalam
keseimbangan perairan, terutama sebagai penyusun kesuburan
perairan. Hasil analisis memperlihatkan kandungan klorofil-a mempunyai
kisaran yang tidak mendukung kegiatan budidaya laut di KPPN Tanjung
Redeb.

Hasil analisis kesesuaian dan daya dukung lingkungan terhadap budidaya laut
terlihat ada pada Tabel berikut :

Tabel V.7
Kriteria Parameter Fisika-kimia Oseanografi Untuk Kesesuaian Perairan
Budidaya Laut
Tingkat kesesuaian Lahan
No Kriteria Pustaka
Sesuai Cukup Sesuai Tidak Sesuai
1 Kecepatan arus (m/det) 0.2-0.3 0.1-0.19 / 0.31-0.40 < 0.1 / >0.41 Aslan (1991); Sulistijo -1996
2 Salinitas (o/oo) 28-32 25-27 / 33-35 < 25 / > 35 Aslan (1991)
3 Suhu (°C) 28-30 26-27 / 30-33 < 26 / > 33 Sadhori (1995)
4 Nitrat (ppm) 0.9-3.5 0.1-0.8 / 3.6-4.4 < 0.1 / >4.5 Sulistijo (1996)
5 Fosfat (ppm) 0.51 -1 0.21-0.5 < 0.21 / > 1 Indriani dan Sumiarsih (1997);
6 pH 7-8.5 6.5 – 6.9 / 8.5 -9.5 < 6,5 / 8.5 Aslan (1991); Utojo et al. (2004)
Sumber: Hasil modifikasi dari Utojo et al., 2007

Setelah mengetahui kriteria parameter fisika-kimia oseanografi untuk kesesuaian


perairan budidaya laut maka dilakukan penilaian secara kuantitatif terhadap tingkat
kelayakan perairan dengan metode skoring dan pembobotan. Bobot yang besar
diberikan kepada parameter yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
penentuan wilayah tersebut, sebaliknya parameter yang kurang dominan atau tidak
berpengaruh besar terhadap budidaya diberi bobot yang kecil, pembobotan dapat di
lihat pada Tabel berikut.

Tabel V.8
Pembobotan dan Skoring Dari Parameter Yang Terukur
No Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai Skor
0.2-0.3 3 Sesuai 0,6
1 Kecepatan Arus (m/s) 0.1 -0.19 / 0.3-0.4 2 Cukup Sesuai 0,2 0,4
< 0.1 atau > 0.4 1 Tidak Sesuai 0,2
28-32 3 Sesuai 0,6
2 Salinitas 25 - 27 atau 33 - 35 2 Cukup Sesuai 0,2 0,4
< 25 atau > 35 1 Tidak Sesuai 0,2
28-30 3 Sesuai 0,6
3 Suhu 26 - 27 atau 30 - 33 2 Cukup Sesuai 0,2 0,4
< 26 atau > 33 1 Tidak Sesuai 0,2
0.9-3.5 3 Sesuai 0,3
4 Nitrat (mg/l) 0.1 -0.8 / 3.6-4.4 2 Cukup Sesuai 0,1 0,2
<0.1 / >4.5 1 Tidak Sesuai 0,1
0.051 -1 3 Sesuai 0,3
5 Fosfat (mg/l) 0.021 - 0.05 2 Cukup Sesuai 0,1 0,2
< 0.021 / > 1 1 Tidak Sesuai 0,1
7-8.5 3 Sesuai 0,6
6 pH 6.5 - 7 / < 8.5-9.5 2 Cukup Sesuai 0,2 0,4
< 6.5 / > 8.5 1 Tidak Sesuai 0,2

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 17
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

8.0 – 10.0 3 Sesuai 0,3


7 Kecerahan 6.0 – 7.9 2 Cukup Sesuai 0,1 0,2
< 5.9 1 Tidak Sesuai 0,1
Sumber: Hasil Survey dan Analisis, 2017

Berdasarkan nilai skor setiap parameter maka dilakukan penilaian untuk menentukan
apakah lokasi tersebut sesuai untuk lahan budidaya rumput laut dengan
menggunakan formulasi yang dikemukakan oleh Utojo etal.(2004)sebagai berikut:
Nilai Skor Evaluasi = Total Skor Setiap Lokasi x 100
3
Hasil dari nilai Skor Evaluasi kemudian di interpretasikan atau dinilai seperti pada
tabel berikut :

Tabel V.9
Parameter Budidaya Laut
No Kisaran Nilai Skor (%) Penilaian Hasil Evaluasi
1 85 – 100 Sesuai : Lokasi tidak mempunyai batas yang berarti
2 60 – 84 Cukup Sesuai : Lokasi mempunyai batas yang bisa ditolerir
3 < 60 Tidak Sesuai : Lokasi mempunyai batas yang berat
sumber : Hasil modifikasi dan Utojo et al. (2004)

Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika kimia yang berhubungan dengan


kriteria kelayakan untuk kesesuaian perairan budidaya laut memperlihatkan
karakteristik setiap perairan memiliki kelaskesesuaian perairan yang sama dengan
pembobotan yang beragam seperti yang diperlihatkan pada Tabel berikut :

Tabel V.10
Kesesuaian Dan Daya Dukung Lingkungan Terhadap Budidaya Laut
KPPN Tanjung Redeb
KELAYAKAN/
NO PARAMETER RERATA BOBOT KETERANGAN
KESESUAIAN
1 Kecepatan Arus (m/s) 2 0.2 Tidak Sesuai Utojo dkk (2000)
2 Salinitas (ppt) 32.33 0.4 Cukup Sesuai Sunyoto (1994)
Sunyoto (1994);
3 Suhu (0C) 28.9 0.6 Sesuai
Djurjani (1999)
4 Nitrat (mg/l) 1.091 0.3 Sesuai Gumilar, 2000
Sunyoto (1994);
5 Fosfat (mg/l) 0.181 0.3 Sesuai
Djurjani (1999)
Sunyoto (1994);
6 pH 8.35 0.6 Sesuai
Djurjani (1999)
7 Kecerahan (m) 7 0.2 Cukup Sesuai Utojo dkk (2000)
TOTAL BOBOT 76.7 Cukup Sesuai
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan kriteria kesesuaian tabel di atas, hampir semua parameter fisika dan
kimia perairan sesuai untuk budidaya laut dengan total bobot 76.7% (cukup sesuai) di
lokasi KPPN Tanjung Redeb, sehingga lokasi ini masih mempunyai batas yang
bisa ditolerir untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya laut dengan catatan harus
diadakan kajian lebih lanjut tentang perkembangan budidaya perikanan yang

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 18
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

berkelanjutannya karena parameter biologi oceanografinya kurang begitu


mendukung.

2) Analisis Potensi Budidaya Tambak KPPN Tanjung Redep


Kawasan budidaya tambak KPPN Tanjung redep yang paling luas terletak di
Pegat betumbuk dengan luas areal 3.148,9 ha dan produksi rata-rata pertahun
880,10 ton (hasil survey, 2017). Produktifitas budidaya tambak hanya
mencapai 0,28 ton/ha dalam setahun, kondisi ini jauh di bawah standar
minimal produktifitas tambak yang seharusnya yaitu mencapai 0,5 – 1 ton/ha
dalam setahun untuk budidaya tambak tradisional (SNI, 7310:2009).
Hasil survey tersebut menunjukan adanya permasalahan produksi yang bisa
disebabkan oleh ketidaksesuaian tata laksana produksi ataupun
ketidaksesuaian lahan dan daya dukung lingkungan.Dari data hasil uji
laboratorium dan insitu kualitas air terhadap sampel air di kabupaten Berau,
maka dapat disimpulkan bahwa air masih cukup memenuhi persyaratan
kriteria untuk budidaya tambak. Hasil analisa laboratorium uji sampel air di
lokasi yang tersebar Tambak Kabupaten Berau khususnya KPPN Tanjung
Redep dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel V.11
Analisis Kualitas Air di KPPN Tanjung Redep
Parameter Satuan Hasil Kurang
Batas Memenuhi
No (Test Memenuhi Spesifikasi Metoda
(Parameters) (Units) Syarat Syarat
Results) Syarat
1 Suhu 0C 30.5 26 - 32 0C √ SNI 06-6989.23-2005
2 Warna TCU 5 ≤ 15 √ SNI 06-6989.24-2005
3 Kekeruhan NCU 0.78 2 - 25 √ SNI 06-6989.25-2005
4 Bau mg/l Alami - √ Organoleptic
5 pH - 8.4 6.5 - 9 √ SNI 06-6989.11-2004
6 DO mg/l 3.91 ≥ 3 ppm √ SNI 06-6989.14-2004
7 Salinitas mg/l 30 15 - 30 √ Handrefractometer
8 Fe mg/l 0.039 ≤ 0.1 √ SNI 06-6989.4-2009
9 Mn mg/l 0.0142 ≤ 0.5 √ SNI 06-6989.5-2009
Sumber : Data Primer DED Tambak Berau (KKP, 2015) dan Hasil Analisis, 2017

Secara umum kondisi fisik dan kimia tanah di KPPN Tanjung Redep
memenuhi batas syarat budidaya dengan pengolahan tanah secara semi-
intensif baik secara fisik, biologis dan kimiawi.

Tabel V.12
Analisis kandungan tanah di KPPN Tanjung Redep
Parameter Satuan Hasil
No Batas Syarat Syarat Teknis Spesifikasi Metoda
(Parameters) (Units) (Test Results)
Sandy clay loam
1 Tekstur - √ (semi intensif) gravimetri
2 pH tanah - 5.89 - 5.21 4-7 intensif pH meter
3 C % 0.52 rendah √ (semi intensif) spektroFM
4 N % 0.15 rendah √ (semi intensif) spektroFM
5 P205 mg/100g 15.20 rendah √ (semi intensif) spektroFM
6 K2O mg/100g 69.8 sedang intensif FlameFM

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 19
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Parameter Satuan Hasil


No Batas Syarat Syarat Teknis Spesifikasi Metoda
(Parameters) (Units) (Test Results)
7 KTK Me/100g 7.28 rendah √ (semi intensif) spektroFM
Sumber : Data Primer DED Tambak Berau (KKP, 2015) dan Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan kriteria kesesuaian daya dukung kualitas air dan kandungan


tanah di atas, hampir semua parameter sesuai untuk budidaya tambak
dengan peningkatan penerapan teknik budidaya dari Tradisional menuju
semi intensif di KPPN Tanjung Redeb.

3) Analisis Potensi Perikanan Tangkap KPPN Tanjung Redep


Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau Tahun 2014 jumlah
Kapal Penangkap Ikan laut di Kecamatan Pulau Derawan menurut jenisnya
yaitu perahu motor tempel sebanyak 173 buah dan kapal motor 477 buah. Di
KPPN Tanjung Redep, tidak ada lagi yang menggunakan perahu tanpa motor,
dikarenakan lokasi untuk penangkapan ikan dengan hasil maksimal diperlukan
jarak yang jauh ke tengah laut, sehingga nelayan-nelayan yang ada di KPPN
Tanjung Redep beralih ke Motor Tempel ataupun Kapal Motor.
Menurut jenisnya, alat penangkapan di laut dibagi menjadi 6 jenis, yakni pukat
kantong, jaring insang, jaring angkat, pancing, pukat cincin, dan perangkap. Di
KPPN Tanjung Redep, jumlah alat penangkap ikan sebanyak 1.223 alat. Yang
terdiri dari 18 pukat kantong, 343 jaring insang, 377 jaring angkat, 172
pancing, 261 pukat cincin dan 52 perangkap.
Peningkatan jumlah unit tangkap dari tahun 2014 menyebabkan dampak yang
sangat negative terhadap ekosistem perairan di KPPN Tanjung Redep (over
fishing). Untuk itu pemerintah mengeluarkan beberapa aturan tentang Batas
Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan yang berada di P. Rabu-Rabu,
P. Panjang, P. Maratua, P. Balembangan, P. Sambit, P. Bilang- Bilang, P.
Mataha, dan P. Manimbora. Dengan asumsi bahwa keberadaan ekosistem
terumbu karang pada perairan dangkal < 50 meter dan ekosistem lamun pada
kedalaman < 10 meter, maka batas kawasan sejauh ± 100 meter dari garis
pantai dari setiap pulau ke arah laut.
Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan berada di perairan laut dalam
kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau. Rancangan KKL Kepulauan
Derawan seluas 660.211 hektar diusulkan sebagai re-design dari tumpang
tindih empat Kawasan Konservasi Laut yang telah ada sebelumnya, yaitu :
Suaka Margasatwa Pulau Sangalaki dan Taman Wisata Alam Pulau Semama
yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 604/Kpts-
II/Um/8/1982; Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Kakaban yang
ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Berau No. 70 tahun 2004; dan
Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Berau yang ditetapkan melalui
Peraturan Bupati (Perbup) No. 31 tahun 2005 seluas 1,2 juta.
Prinsip dasar pengelolaan KKL Kepulauan Derawan adalah konservasi
keanekaragaman hayati dan ekosistem yang ada di dalamnya, melalui :
pemulihan sumberdaya, pengurangan ancaman dan merubah ancaman
menjadi peluang. Hasil diskusi secara partisipatif diketahui bahwa ada
sumberdaya yang mengalami tekanan, yakni: penyu, kerapu, lobster, terumbu

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 20
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

karang, tripang, ikan napoleon, kerang kima, tengiri, kepiting kenari dan kakap
merah.
Dari Hasil analisis ketiga subsektor perikanan tersebut, budidaya tambak
mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan secara
berkelanjutan.
Tabel V.13
Potensi Sub Sektor Perikanan di KPPN Tanjung Redeb
SUB SEKTOR PERIKANAN
NO POTENSI
BUDIDAYA LAUT BUDIDAYA TAMBAK PERIKANAN TANGKAP
Kurang Sesuai (sudah
Kesesuaian Terjadi over fishing dan
1 Cukup sesuai (bersyarat) Sesuai
lingkungan kerusakan
ekosistem perairan)
terbatas (harus dilakukan
Daya dukung
2 Kajian Lingkungan sesuai sangat terbatas
lingkungan
terlebih dahulu)
Sumber daya
3 masih sedikit cukup banyak
manusia
dibatasi aturan
Kebijakan dipersiapkan pengembangannya dibatasi aturan KKL,
4 KKL(Kawasan Konservasi
Pemerintah (RTRW Kabupaten Berau) Suaka dan taman wisata
Laut)
Rencana
Pengembangan
(hasil analisis dari Tradisional menjadi -
5 -
kesesuaian dan Semi-intensif
daya dukung
lingkungan)
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

5.4.4 Analisis Pengembangan Sistem Agribisnis


Berdasarkan hasil analisis Komoditi Unggulan, sektor yang berpotensi dikembangkan
di KPPN Tanjung Redeb adalah sektor perikanan budidaya. Komoditi perikanan yang
ada di KPPN Tanjung Redeb antara lain bandeng dan udang tambak.
Berdasarkan Undang-Undang 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-
undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan
adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan.Dari pengertian tersebut, ternyata ruang lingkup bidang perikanan sangat
luas, yang tidak hanya memanfaatkan sumberdaya ikan dan lingkungannya, tetapi
juga mengelolanya. Kata “pemanfaatan” bermakna sekedar mengeksploitasi,
mengeksplorasi dan memanfaatkan sumberdaya ikan dan lingkungannya tanpa ada
upaya perencanaan, pengendalian, evaluasi, serta konservasi.
Oleh karena itu, kajian yang terkandung dalam kata “perikanan” diperluas dengan
adanya kata “pengelolaan”. Lebih lanjut Undang-Undang 45 Tahun 2009
mendefinisikan pengelolaan sebagai semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi
dalam pengumpulaninformasi, analisis, perencanaan, konsultasi,pembuatan
keputusan, alokasi sumber daya ikan, danimplementasi serta penegakan hukum dari
peraturanperundang-undangan di bidang perikanan, yangdilakukan oleh pemerintah
atau otoritas lain yangdiarahkan untuk mencapai kelangsunganproduktivitas
sumberdaya hayati perairan dan tujuanyang telah disepakati. Usaha perikanan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 21
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.4.1 Sistem Agribisnis dan Rantai Nilai Bandeng dan Udang Tambak
Sistem agribisnis padi di KPPN Tanjung Redeb digambarkan pada bagan di bawah ini
yang meliputi 1) sub sistem agribisnis hulu (Input), (2) sub sistem agribisnis budi daya
tambak (produksi dan pengumpulan), (3) sub sistem agribisnis hilir (pengolahan dan
pemasaran), dan (4) sub sistem jasa penunjang (Kondisi Jar. Irigasi, Musim,
Kemampuan dan Prilaku Petani, LSM, sarana dan prasarana transportasi, LKM,
Lembaga Ekonomi Desa). Peta sistem agribisnis padi eksisting mengambarkan lokasi
setiap susbsitem dan koleksi dan distribusi komoditi bandeng dan udang tambak.

Gambar 5.14 Peta Sistem Agribisnis Bandeng dan Udang Tambak

Analisis rantai nilai adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap rantai nilai (value
chain) di mana kita dapat meningkatkan nilai untuk konsumen akhir atau untuk
menurunkan biaya. Peningkatan nilai tambah (value added) dapat membuat lebih
kompetitif. Dalam rantai nilai bandeng dan udang tambak diketahui keterlibatan
stackholder pada setiap subsistem agribisnis dan masalah yang dihadapi komoditi
bandeng dan udang tambak. Kondisi komoditi dan Pohon industri ikan memberi
informasi tentang peluang diversifikasi produk dan kebutuhan pengembangan
agribisnis bandeng dan udang tambak.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 22
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Pengepul Restoran
Stakeholder
Suplier Petani Tambak Industri Rumah Tangga Pedagang Eceran Lokal Rumah Tangga

Pedagang Antar Daerah Konsumen Luar


Daerah
Proses Inti
INPUT PRODUKSI PENGOLAHAN PEMASARAN KONSUMSI
• Budidaya tambak masih • Teknik Budidaya • Udang: Terasi, kerupuk, ; Ikan • Peran pengepul dan
sederhana tambak Secara Hidup, Ikan Segar pedagang antar daerah
• Suplai solar terbatas, karena tradisional terlalu sentral dan kuat
solar yang digunakan adalah • Jumlah hasil panen dalam menentukan
solar dari SPBU (keperluan tidak menentu harga
mesin sedot air)

Proses Pendukung
PENDUKUNG Infrastruktur, Kelembagaan, SDM,Teknologi, SDA

Infrastruktur Belum tersedia Cold Storage, Belum tersedia Depo BBM

Kelembagaan Belum ada Lembaga Permodalan/ Keuangan, Kelompok Nelayan Belum berfungsi secara optimal

SDM Belum optimalnya Lembaga Penyuluhan

Teknologi Belum tersedia Pusat Informasi Pemasaran

SDA Masih tersedianya lahan kosong

Gambar 5.15 Rantai Nilai Bandeng dan Udang Tambak di KPPN Tanjung Redeb

Gambar 5.16 Pohon Industri Ikan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 23
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Stakeholder Industri Restoran

Gapoktan Petani Tambak BUMDes BUMDes Distributor Rumah Tangga

Pedagang Eceran Konsumen Luar


Daerah
Proses Inti
INPUT PRODUKSI PENGOLAHAN PEMASARAN KONSUMSI
• Moderenisasi • Pengembangan Teknik • Pengembangan produk. Udang: Terasi, • Pengaturan harga • Semua produk olahan
Peralatan Budidaya Budidaya Semi intensif kerupuk, Abon, Ebi. bakso ikan, nugget ditiap tingkat pedagang perikanan dapat
• Es untuk nelayan • Pengembangan stik ikan, kaki naga, fish finger, siomay, • Adanya informasi yang diperoleh dan
udang dipasok oleh kawasan Budidaya otak-otak bulat, otak-otak panjang, mudah diakses dikonsumsi oleh
Gapoktan tambak bakso ikan tahu, lumpia, ekado dan mengenai produk wisaatawan Pulau
• Menjamin • Pencatatan secara udang gulung Ikan: Ikan Hidup, Ikan • Pengembangan pasar Derawan
ketersediaan Solar rutin mengenani Segar, Ikan Beku, Belahan ikan, ke kota-kota sekitar • Pengembangan
• Adanya sistem jumlah hasil panen Pengasapan, Pemindangan,, Kerupuk • Pengembangan fungsi konsumen industri
kerjasama antar petani Ikan dan Tepung Ikan dengan Kemasan BUMDes dalam
dan Gapoktan yang baik pemasaran produk
• Produksi kerupuk udang belum kontinyu • Kontrak kerjasama
• Limbah udang diolah dan dimanfaatkan dengan industri
untuk pakan ikan dan terasi
• Pelatihan pengolahan produk
• Pemberian kredit mikro
• Pengembangan peran BUMDes
• Pengembangan Industri Rumah tangga
Proses Pendukung
PENDUKUNG Infrastruktur, Kelembagaan, SDM,Teknologi, SDA

Pembangunan Cold Storage, Pembangunan Dermaga Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan terpadu (Depo BBM, tempat jemur), Pabrik Es
Infrastruktur Batu.
Kelembagaan Pengembangan Lembaga Permodalan/ Keuangan, Pemberdayaan Kelompok Nelayan

SDM Pengembangan Lembaga Penyuluhan, Melakukan Pelatihan Produk Olahan Ikan/udang,

Teknologi Pengembangan Pusat Informasi Pemasaran, Pemanfaatan TIK

SDA Pengendalian Daerah Konservasi Perairan Daerah & Kawasan Budidaya tambak

Gambar 5.17 Perbaikan Rantai Nilai Bandeng & Udang

RENCANA
PENDUKUNG Infrastruktur, Kelembagaan, SDM, Tekmologi, SDA

INPUT PRODUKSI PENGOLAHAN PERDAGANGAN KONSUMSI

Gapoktan Petani Tambak Gapoktan BUMDes Restoran


BUMDes-Gapoktan Udang Beku, Bandeng
Bibit Udang Bandeng Bandeng Pedagang Eceran
dan Udang Udang Segar Bandeng pindang & Rumah Tangga
Bandeng presto, Terasi, Abon, Bandeng Udang
Ebi, bakso ikan, Basah Udang Beku, Bandeng
Limbah Produk nugget s tik ikan, kaki
samping naga, fish finger,
siomay, otak-otak Distributor
bulat, otak-otak Konsumen Luar
panjang, baks o ik an Daerah
Udang Beku,
tahu, lumpi a, ekado
dan udang gulung
Bandeng, Packing Udang Beku,
Olahan Udang Bandeng, Olahan
Packing Olahan Udang
Zona Tambak Bandeng - Udang
Bandeng- Industri
Udang
Bandeng Udang
Beku
Desa Pegat Betumbuk Tj. Batu.
D. Pegat Betumbuk
Desa Tj.Batu Tj. Batu.
Tj Redeb Tj Redeb

Luar Kab. Berau


Tj. Redeb
dan
Tarakan

Gambar 5.18 Rencana Sistetm Agribisnis Bandeng dan Udang Tambak

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 24
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.5 Analisis Kependudukan


5.4.5.1 Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk
Sebagai subjek sekaligus objek dari pembangunan, maka keberadaan penduduk
perlu dianalisis kecenderungan perkembangannya untuk mengetahui karakteristik
perkembangan jumlah penduduk sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam
menentukan perkiraan jumlah penduduk pada beberapa tahun mendatang (proyeksi
penduduk).
Angka pertumbuhan penduduk di KPPN Tanjung Redeb untuk 10 tahun mendatang
sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yang selain mempengaruhi jumlah penduduk
secara keseluruhan juga akan mempengaruhi pola sebaran penduduk di setiap
desa/kelurahan. Perkembangan dan jumlah penduduk pada masing-masing
desa/kelurahan diperkirakan akan mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran penduduk.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Berau, bahwa rata-rata laju
pertumbuhan penduduk di KPPN Tanjung Redeb dari tahun 2010-2015 adalah sekitar
3,5%. Dengan mengamati karakteristik perkembangan laju pertumbuhan penduduk
tersebut, maka dapat diperkirakan kecenderungan (trend) pola perkembangan
penduduk di masa mendatang. Terdapat beberapa pola perkembangan penduduk
secara umum, yaitu dapat berbentuk linier, eksponensial, geometrik ataupun bentuk
lainnya.
Jika dilihat dari perkembangan penduduk KPPN Tanjung Redeb pada Tahun 2010-
2015, untuk memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau
dengan tetap mengasumsikan bahwa pola perkembangan penduduk di masa lampau
akan berlaku di masa yang akan datang, maka digunakan metoda proyeksi penduduk
dengan menggunakan teknik analisis model regresi linear.
Menurut salah seorang ahli demografi pada tahun 1980 yaitu Oppenheim, berikut ini
adalah model regresi linear yang ditunjukkan melalui persamaan matematisnya, yaitu:
P(t + x) = a + b (x)

Dimana:
P(t + x) = jumlah penduduk tahun ( t + x )
X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a,b = tetapan yang diperoleh dari rumus sebagai berikut:

P X 2  X  X N  PX   X  P
a= ; b=
N  X 2  ( X ) 2 N  X 2  ( X ) 2

Dengan asumsi-asumsi di atas, proyeksi jumlah penduduk di KPPN Tanjung Redeb


pada akhir tahun perencanaan (2028) diperkirakan mengalami peningkatan, yaitu
mencapai jumlah 15.031 jiwa, yang secara lebih rinci disajikan pada tabel berikut

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 25
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.14
Proyeksi Jumlah Penduduk di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2016-2028
TAHUN (JIWA)
NO DESA
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 Pulau Derawan 887 917 947 978 1.008 1.038 1.068 1.099 1.129 1.159 1.189 1.220 1.250
2 Teluk Semanting 240 249 257 265 273 281 290 298 306 314 322 331 339
3 Pegat Betumbuk 5.072 5.245 5.418 5.591 5.765 5.938 6.111 6.284 6.457 6.630 6.803 6.977 7.150
4 Kasai 1.755 1.815 1.875 1.935 1.995 2.054 2.114 2.174 2.234 2.294 2.354 2.414 2.474
5 Tanjung Batu 2.709 2.801 2.894 2.986 3.079 3.171 3.264 3.356 3.449 3.541 3.634 3.726 3.819
TOTAL 10.663 11.027 11.391 11.755 12.119 12.483 12.847 13.211 13.575 13.939 14.303 14.667 15.031
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Gambar 5.19 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk KPPN Tanjung Redeb


Tahun 2016-2028

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 26
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.5.2 Analisis Proyeksi Kepadatan Penduduk


Berdasarkan hasil proyeksi penduduk pada bagian sebelumnya, maka dapat di
proyeksikan kepadatan penduduk yang akan datang di KPPN Tanjung Redeb.
Dengan menggunakan rank kepadatan lokal, maka dapat diidentifikasi bahwa pada
akhir tahun perencanaan (2028), KPPN Tanjung Redeb memiliki rank kepadatan
tahun 2028 rendah. Adapun pembagian rank kepadatan penduduk di KPPN Tanjung
Redeb adalah sebagai berikut:
1. Tinggi : Kepadatan penduduk >21 jiwa/km2.
2. Sedang : Kepadatan penduduk 11-20 jiwa/km2.
3. Rendah : Kepadatan penduduk <10 jiwa/km2.

Secara umum, kepadatan penduduk KPPN Tanjung Redeb dari tahun 2016 hingga
tahun 2028 tidak mengalami perubahan, dimana pada tahun 2016 kepadatan
penduduk KPPN Tanjung Redeb sebesar 3 jiwa/km2, sedangkan kepadatan
penduduk KPPN Tanjung Redeb pada tahun 2028 sebesar 4 jiwa/km2, yang artinya
bahwa kepadatan penduduk KPPN Tanjung Redeb dari tahun 2016 hingga tahun
2028 berada pada klasifikasi kepadatan penduduk rendah.
Namun apabila dilihat berdasarkan wilayah administrasi desa, bahwa desa dengan
dengan klasifikasi kepadatan penduduk tinggi di KPPN Tanjung Redeb adalah Desa
Kasai dengan kepadatan penduduk sebesar 60 jiwa/km2. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hingga 10 (sepulu) tahun kedepan yaitu
tahun 2028 ketersediaan lahan di KPPN Tanjung Redeb masih dapat menampung
perkembangan jumlah penduduk. Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang
meningkat setiap tahunnya maka fasilitas-fasilitas umum harus segera dilengkapi
agar masyarakat dapat menggunakan fasilitas tersebut untuk menunjang kegiatan
sehari-hari. Dengan lengkapnya fasilitas umum di suatu wilayah maka dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah
tersebut. Begitu juga sebaliknya, dengan kurangnya fasilitas umum yang telah
disediakan oleh pemerintah maka dapat menimbulkan masalah dalam laju
perkembangan wilayah tersebut dan tingkat kesejahteraan akan menurun tiap
tahunnya.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 27
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.15
Proyeksi Jumlah Penduduk di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2016-2028
LUAS PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM2)
NO DESA WILAYAH KLASIFIKASI
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
(KM2)
1 Pulau Derawan 187,86 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 7 RENDAH
2 Teluk Semanting 99,96 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 RENDAH
3 Pegat Betumbuk 547,18 9 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 13 13 SEDANG
4 Kasai 41,37 42 44 45 47 48 50 51 53 54 55 57 58 60 TINGGI
5 Tanjung Batu 2.982,59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 RENDAH
TOTAL 3.858,96 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 RENDAH
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 28
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.20 Peta Perkembangan Kepadatan Penduduk KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015-2028

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 29
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6 Analisis Infrastruktur/ Sarana Prasarana


5.4.6.1 Analisis Sistem Transportasi
A. Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi
Akses jalan merupakan salah satu indikator
penentu yang sangat penting dalam
pengembangan dan kecepatan pembangunan
suatu kawasan. Jalan dapat menunjukkan tingkat
perkembangan daerah tersebut karena semakin
banyak jalan disuatu daerah maka makin
berkembang pula daerah tersebut. Berdasarkan
panjangnya, total panjang jaringan jalan di
Wilayah KPPN Tanjung Redeb sepanjang 130
km dengan lebar 46 m yang terdiri jalan provinsi
± 68 km, jalan kabupaten ± 35 km dan jalan desa
± 27 kmUntuk menuju Kecamatan Pulau
Derawan terdapat 2 pintu masuk utama yaitu
dari Kabupaten Berau dan Kota Tarakan dengan
menggunakan mobil/ transportasi darat dimana
waktu tempuh perjalanan selama kurang lebih 3
jam menujuDesa Tanjung Batu yang merupakan
Ibu Kota Kecamatan Pulau Derawan. Desa
Tanjung Batu memiliki Pelabuhan penyebrangan
untuk transportasi penghubung antar desa.
Selaintransportasi penghubung antar desa
Pelabuhan Tanjung Batu dimanfaatkan sebagai pelabuhan tempat penyeberangan
speedboat ke arah Pulau Derawan yang meupakan objek wisata di Kecamatan
Pulau Derawan.

Tabel V.16
Panjang dan Kondisi Jalan Berdasarkan Kewenangan
di KPPN Tanjung Redeb Kabupaten Dompu Tahun 2016
KEWENANGAN (KM)
TOTAL
NO DESA Provinsi Kabupaten Desa
P (km) L (m) P (km) L (m) P (km) L (m) P (km) L (m)
1 Pulau Derawan 27 6 30 6 3 3 60 15
2 Teluk Semanting 25 6 5 6 10 6 40 18
3 Pegat Betumbuk 0 0 0 0 12 2 12 2
4 Kasai 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Tanjung Batu 16 6 0 0 2 5 18 11
TOTAL 68 18 35 12 27 16 130 46
Sumber: BPS, 2016

Berdasarkan hasil observasi lapangan kondisi sarana jalan sudah baik hampir semua
jalan sudah teraspal hanya beberapa ruas terutama jalan desa yang masih
berstruktur tanah dan berbatu, namun ada beberapa ruas jalan (provinsi) dengan
kondisi rusak ringan. Serta masih terdapat jaringan jalan yang menghubungkan antar
desa terutama Desa Tanjung Batu, Kasai & Teluk Semanting masih dengan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 30
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

perkerasan tanah dan kondisi jaringan jalan jeramba di dalam kawasan permukiman
nelayan (di atas air) masih menggunakan konstruksi kayu dengan kondisi rusak.
Selain transportasi darat, sarana
transportasi di KPPN Tanjung Redeb juga
dilayani oleh sarana transportasi laut. Di
KPPN Tanjung Redeb memiliki pelabuhan
dalam memudahkan transporatsi antar
pulau di KPPN Tanjung Redeb. Pelabuhan
Tanjung Batu, Berau terletak di kelurahan
Tanjung Batu, Kecamatan Derawan.
Pelabuahan Tanjung Batu merupakan
gerbang menuju ke tempat wisata
Kepulauan Derawan, Pulau Maratua,
Pulau Kakaban, dan Pulau Sanglaki,
setelah PON pelabuhan ini kemudian tidak
dimanfaatkan lagi, rencananya akan
dialihfungsikan sebagai sebagai pelabuhan
terbuka berupa pelabuhan penumpang
umum sehingga natinya kapal-kapal pelni
juga bisa berlabuh.
Pemerintah Kabupaten Berau melalui
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika (Dishubkominfo) Berau
melengkapi fasilitas di Dermaga Tanjung
Batu yang kini sudah menjadi pelabuhan
umum di utara Kabupaten Berau.

B. Analisis Tingkat Pelayanan Transportasi


Dilihat dari analisis tingkat pelayanannya, tingkat pelayanan tertinggi terdapat di Desa
Tanjung Batu dengan indeks 66,15 point dan untuk indeks pelayanan infrastrukturnya
juga indeks tertinggi berada di Desa Tanjung Batu. Desa Pulau Derawan sebagai
desa kepulauan mempunyai indeks infrastruktur yang cukup baik, hai ini dikarenakan
dukungan prasarana infrastruktur yang ada cukup memadai, sedangkan indeks
pelayanannya transportasinya rendah dikarenakan faktor lokasinya yang merupakan
wilayah kepulauan.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 31
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.17
Analisis Tingkat Pelayanan Transportasi KPPN Tanjung Redeb

Ketersediaan Angkutan Umum

Operasional Angkutan Umum

Waktu Tempuh ke Ktr Camat

Waktu Tempuh ke Ktr Bupati


Biaya ke Ktr Camat

Biaya ke Ktr Bupati


Aksesibilitas Jalan
Kualitas Jalan
Transportasi
Infrastruktur
IPD
No Desa

1 Pegat Betumbuk 38.67 16.37 43.00 1 1 0 0 5 5 5 4


2 Teluk Semanting 51.64 25.90 63.23 3 5 1 1 5 5 5 5
3 Tanjung Batu 73.60 66.15 91.31 5 5 5 5 0 5 5 5
4 Pulau Derawan 60.21 60.74 42.84 1 1 0 0 5 4 5 5
5 Kasai 52.10 32.48 64.95 4 5 1 1 5 5 5 5
Sumber : Hasil Analisis IPD

C. Analisis Pengembangan Transportasi


Pengembangan transportasi lokal dan regional di KPPN Tanjung Redeb harus
memperhatikan kondisi dan posisi KPPN Tanjung Redeb dalam konteks internal dan
konteks konteks regional. Secara internal KPPN Tanjung Redeb ini merupakan pusat
pelayanan dari Kampung Kasai sebagai pusat pengolahan hasil laut, Pegat Batumbuk
sebagai sentra pengolahan udang dan bandeng dan wilayah kepulauan adalah di
Kampung Pulau Derawan sebagai pusat pengembangan pariwisata dan IKK Maratua
sebagai sub pusat nya. Pengembangan jaringan transportasi darat ke pusat PKW
Tanjung Redeb dan PKW Tanjung Selo merupakan urat nadi perekonomian jalur
darat dari KPPN Tanjung Redeb, oleh karena itu program pengembangan
transportasi dari dan menuju kawasan PKW ini merupakan prioritas utama. Selain
lewat jalur darat, pengembangan jalur transportasi ini akan menggunakan jalur laut
melalui Pelabuhan Tanjung Batu yang dikelola oleh PT. Pelindo IV, melalui
Pelabuhan Tanjung Batu komoditas dari KPPN Tanjung Redeb ini akan
didistribusikan melalui Pelabuhan Makassar sebagai outlet indonesia timur dan
Pelabuhan Benoa di Denpasar yang dikelola oleh PT. Pelindo III. Adanya
pengembangan dermaga baru di Pelabuhan Tanjung Batu akan memperlancar arus
pergerakan barang dan penunpang dari dan menuju Tanjung Redeb.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 32
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 5.21 Peta Pola Pergerakan KPPN Tanjung Redeb

Tabel V.18
Analisis Program Program Pengembangan Transportasi di KPPN Derawan
KONDISI
No PROGRAM LOKASI SATUAN VOLUME
EXISTING DIHARAPKAN
Peningkatan & Pembangunan
Tanjung Batu,
jalan poros antar desa yang
Teluk
1 menghubungkan Desa Tanjung Km 55 Jalan Tanah Jalas Beraspal
Semanting,
Batu - Teluk Semanting - Kasai
Kasai
(Jalan Lokal)
RT. 6 & 13
2 Pengaspalan Jalan Lebak Tiung Desa Tanjung Km 2 Jalan Tanah Jalan Beraspal
Batu
RT. 1 s/d 13,
Pembangunan Lanjutan Rehab Jembatan Jembatan
3 Desa Tanjung Unit 1
Jembatan Kayu Beton
Batu
RT. 4, Desa
4 Pengaspalan Jalan Lingkungan Meter 28 Jalan Tanah Jalan Beraspal
Tanjung Batu
Pembangunan Dermaga Delta Pegat Dermaga Dermaga
5 Meter
Daun Kuning Kampung Pegat Betumbuk Kayu Beton
Pembangunan Dermaga Delta
Pegat Dermaga Dermaga
6 Batumbuk Labu Kampung Meter
Betumbuk Kayu Beton
Batumbuk
Peningkatan Kualitas Jalan Tanjung Batu - Belum Ada
7 Pendukung Wisata Pantai ruas Teluk Km 14 Jalan Jalan Beraspal
Tanjung Batu - Teluk Semanting Semanting Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
8 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 4.84 Jalan Jalan Beraspal
1 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
9 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.57 Jalan Jalan Beraspal
2 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
10 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.67 Jalan Jalan Beraspal
3 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
11 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.62 Jalan Jalan Beraspal
4 Pendukung
12 Pembangunan Jalan Pendukung Tanjung Batu Km 0.68 Belum Ada Jalan Beraspal

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 33
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

KONDISI
No PROGRAM LOKASI SATUAN VOLUME
EXISTING DIHARAPKAN
Wisata Mangrove Tanjung Batu - Jalan
5 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
13 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.38 Jalan Jalan Beraspal
6 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
14 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.25 Jalan Jalan Beraspal
7 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
15 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.29 Jalan Jalan Beraspal
8 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
16 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.27 Jalan Jalan Beraspal
9 Pendukung
Pembangunan Jalan Pendukung Belum Ada
17 Wisata Mangrove Tanjung Batu - Tanjung Batu Km 0.27 Jalan Jalan Beraspal
10 Pendukung
Sumber : Hasil Analisis 2017

5.4.6.2 Analisis Sarana dan Prasarana Sumberdaya Air


A. Kebutuhan Air
Kebutuhan air bersih untuk pendududk di KPPN Tanjung Redeb sampai tahun 2028
adalah sekitar 877.811 m3 dengan debit 27,28 lt/detik. Kebutuhan air bersih tersebut
akan dipenuhi oleh pengadaan instalasi pengolahan air bersih atau dengan
pemompaan dengan kapasitas mesin 5 lt/detik akan dibutuhkan pompa sebanyak 5
unit.

Tabel V.19
Kebutuhan Air di KPPN Tanjung Redeb
Jenis kebutuhan Volume Air Bersih Tingkat
Air Bersih Tanjung Tahun Pelayanan GAP Proyeksi Volume Bersih
Redeb 2016 2017 (%) 2019 2023 2028
Kebutuhan air
311,360 321,988 73 117,698 429,058 482,202 548,632
bersih domestik (M³)
Kebutuhan air
bersih non domestik 155,680 160,994 60 101,755 257,435 289,321 329,179
(M³)
Total (M³) 467,040 482,982 68 219,453 686,493 771,523 877,811
Sumber : Hasil Analisis 2017

B. Kebutuhan Saluran Air Untuk Tambak


Ketersediaan sumber air baku di KPPN Tanjung Redeb untuk kebutuhan perikanan
disuplai dari dua sungai besar utara, yaitu sungai Kelay dan Sungai Segah, kedua
sungai menyatu dan bermuara di laut Sulawesi.

Tabel V.20
Sumberdaya Air Sungai di KPPN Tanjung Redeb
Nama Sungai
No Keterangan
Kelay Segah

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 34
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1 Rata-Rata Besarnya Aliran (m3/det) 721,3 638,0


2 Rata-Rata Aliran (lt/det/km) 152,1 84,0
3 Tinggi Aliran (mm) 4.482,3 3.603,0
4 Volume Air (juta m3) 11.250,7 2.014,0
Sumber : BPS, 2015

Kebutuhan air untuk mengaliri areal tambak seluas 3.363 Ha dengan program
intensifikasi sampai tahun 2028 dengan kedalaman 1,5 meter memerlukan air
sebanyak 50,44 juta m3/tahun, kebutuhan air untuk pertambakan ini sudah terpenuhi
oleh suplai air dari Sungai Kelay maupun Sungai Segah.

Tabel V.21
Ketersediaan dan Ketersediaan Air Pertambakan di KPPN Tanjung Redeb
Volume Air (juta m3) Debit (lt/det)
No Sungai GAP
Tersedia Kebutuhan Tersedia Kebutuhan
1 Kelay 11.250,7 152,1
50,44 1,62 --
2 Segah 2.014,0 84,0
Sumber : BPS, 2017

Kebutuhan air untuk tambak akan dipenuhi melalui penyediaan saluran dari Sungai
Segah dan Sungai Kelay, adapun saluran yang diperlukan adalah Saluran Pembawa
(SP), dan Saluran Drainase (SD) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Saluran Pembawa (SP)
 Air laut dialirkan secara gravitasi melalui saluran, masuk ke tandon untuk
seterusnya ke Saluran Pembawa Primer (SPP) dan didistribusikan ke Saluran
Pembawa Sekunder (SPS), untuk selanjutnya masuk ke Saluran Pembawa
Tersier (SPT).
 Seluruh dasar saluran pembawa (SP) berada 20 cm di bawah LLWL (lowest
low water level) atausaatsurut terendah)
 Dimensi SPS dan SPT disesuaikan dengan total kebutuhan air maksimum
petak-petak tambak yang dilayaninya.
 Kecepatan air yang berada di SP adalah rata-rata 0,7 m/detik.
2. Saluran Drainase (SD)
 Air buangan dari setiap petak tambak masuk ke Saluran Drainase Tertier
(SDT) atau Saluran Drainase Sekunder (SDS). Seluruh air dari SDS masuk
petak pengolahan limbah, selanjutnya dialirkan ke rawa hutan bakau dan dari
situ air disadap masuk ke Saluran Drainase Primer (SDP), terus dialirkan ke
laut pada titik terjauh dari jeti.
 Seluruh dasar SD berada MSL (Mean Sea Level).
 Air buangan dari petak pada saat panen maksimum adalah 2.750 m3/5 jam;
panen maksimum 4 petak/hari/SD.
 Dimensi SD dibuat sesuai dengan panen maksimum 4 petak/hari/SD yaitu
(2.750 m3/menit x 4)/5jam = 36,67 m3 /menit = 0,61 m3/detik.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 35
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

 Batasan kecepatan aliran di SD adalah < 0,8 m/detik, dengan kemiringan


saluran > 0,01%.

Tabel V.22
Kebutuhan SDA di KPPN Tanjung Redeb
KONDISI
No PROGRAM LOKASI SATUAN VOLUME
EXISTING DIHARAPKAN
Pembangunan Saluran Irigasi Pegat
1 Km 3 Saluran Tanah Saluran Teknis
di Delta Selo Telu 1 Batumbuk
Normalisasi Sungai di Delta Pegat Pendangkalan Peningkatan
2 Km 6.5
Selo Tellu 1 (L = 30 m) Batumbuk Sungai Aliran Air
Normalisasi Sungai di Delta Pegat Pendangkalan Peningkatan
3 Km 10
Selo Tellu 2 (L = 100 m) Batumbuk Sungai Aliran Air
Normalisasi Sungai di Delta Pegat Pendangkalan Peningkatan
4 Km 3.8
Batumbuk & Labu (L = 27 m) Batumbuk Sungai Aliran Air
Pembangunan Saluran Irigasi Pegat
5 Km 1.8 Saluran Tanah Saluran Teknis
di Delta Lungsuran Naga 1 Batumbuk
Normalisasi Sungai di
Pegat Pendangkalan Peningkatan
6 Lungsuran Naga 1 (L = 76.5 Km 4.42
Batumbuk Sungai Aliran Air
m)
Normalisasi Sungai di
Pegat Pendangkalan Peningkatan
7 Lungsuran Naga 2 (L = 64.7 Km 7.48
Batumbuk Sungai Aliran Air
m)
Normalisasi Sungai di
Pegat Pendangkalan Peningkatan
8 Lungsuran Naga 3 (L = 40.3 Km 8.13
Batumbuk Sungai Aliran Air
m)
Pembangunan Saluran Irigasi Pegat
9 Km 2.5 Saluran Tanah Saluran Teknis
di Delta Lungsuran Naga 2 Batumbuk
Normalisasi Sungai di Delta
Pegat Pendangkalan Peningkatan
10 Tanjung Lawa-lawa 1 (L = 20 Km 3.5
Batumbuk Sungai Aliran Air
m)
Normalisasi Sungai di Delta
Pegat Pendangkalan Peningkatan
11 Tanjung Lawa-lawa 2 (L = 46 Km 2.8
Batumbuk Sungai Aliran Air
m)
Normalisasi Sungai di Delta
Pegat Pendangkalan Peningkatan
12 Tanjung Lawa-lawa 3 (L = 50 Km 3
Batumbuk Sungai Aliran Air
m)
Pembangunan Saluran Irigasi Pegat
13 Km 7.14 Saluran Tanah Saluran Teknis
di Delta Buntungan I Batumbuk
Sumber : Hasil Analisis 2017

5.4.6.3 Infrastruktur Permukiman dan Kesehatan


5.4.6.3.1 Analisis Kebutuhan Perumahan dan Permukiman
Pola penyebaran permukiman di KPPN Tanjung Redeb Kabupaten Berau pada
umumnya mengelompok dan mengikuti jaringan jalan. Pemukiman di KPPN Tanjung
Redeb bertipe pemukiman pinggir pantai dan sebagian mengarah ke daratan.
Permukiman kumuh di KPPN Tanjung Redeb terdapat di Desa Pulau Derawan
dengan jumlah permukiman kumuh yang terdata sebanyak 200 unit dan Desa Teluk
Semanting yang berlokasi di Kampung Nelayan dengan luas kawasan kumuh
mencapai 2 Ha.
Jika dilihat dari aspek kepadatan rumah mukim, rerata kepadatan rumah mukim
sangat rendah, dimana KPPN Tanjung Redeb memiliki kepadatan rumah mukim
rerata kurang dari 22 rumah setiap hektarnya, dimana rata-rata kepadatan rumah di
KPPN Tanjung Redeb yaitu 6 rumah setiap hektarnya. Desa Soriutu di Kecamatan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 36
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Manggalewa yang memiliki kepadatan rumah pada lahan permukiman tertinggi yaitu
137 unit rumah per hektar.

Tabel V.23
Kepadatan Permukiman Menurut Desa di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015
JUMLAH LUAS PERMUKIMAN KEPADATAN
NO DESA
RUMAH (HA) (RUMAH/HA)
1 Pulau Derawan 401 Tidak Ada Data -
2 Teluk Semanting 70 197 0
3 Pegat Betumbuk 272 Tidak Ada Data -
4 Kasai 604 137 4
5 Tanjung Batu 1.228 1.146 1
TOTAL 2.575 1.481 6
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Proyeksi kebutuhan permukiman di KPPN Tanjung Redeb pada tahun akhir tahun
perencanaan (2028) diperkirakan berjumlah 3.758 unit. Sedangkan berdasarkan
analisis GAP, kebutuhan permukiman di KPPN Tanjung Redeb sampai akhir tahun
perencanaan (tahun 2028) sebesar 2.010 unit.

Tabel V.24
Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman di KPPN Tanjung Redeb
KEBUTUHAN
PERMUKIMAN PROYEKSI KEBUTUHANPERMUKIMAN (UNIT)
GAP
No Desa/kelurahan (UNIT)
Eksisting
GAP 2017- GAP GAP
2015 2017 2019 2023 2028
2019 2019-2023 2023-2028
1 Pulau Derawan 401 412 11 443 31 525 82 563 38
2 Teluk Semanting 70 97 27 116 20 124 8 135 10
3 Pegat Betumbuk 272 355 83 1.398 1.043 1.571 173 1.787 216
4 Kasai 604 719 115 734 15 794 60 818 25
5 Tanjung Batu 1.228 1.298 70 1.497 198 1.524 27 1.555 31
TOTAL 2.575 2.848 273 4.187 1.340 4.538 350 4.858 320
Sumber: Hasil analisis Tahun 2017 berdasarkan SNI 03-1733-2004

5.4.6.3.2 Analisis Kebutuhan Air Bersih


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam melangsungkan
kegiatannya sehari-hari, sehingga pemenuhan kebutuhan terhadap air bersih tersebut
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional Tanjung Redeb, Kabupaten Berau merupakan
kawasan yang memiliki permasalahan infrastruktur yaitu belum terpenuhinya air
bersih terutama air minum secara merata. Kondisi air bersih yang selama ini
digunakan di sebagian wilayah Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional Tanjung
Redeb, Kabupaten Berau merupakan air payau sehingga tidak dapat dimanfaatkan
untuk air minum.
Karena letaknya berada di pesisir, sebagian besar masyarakat menggunakan sumur
air dangkal pada kedalaman 2-3 meter yang memiliki kualitasair asin/payau dan
menampung dari air hujan untuk kegiatan MCK, sedangkan untuk keperluan masak

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 37
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

dan minum masyarakat membeli air isi ulang berupa galon ataupun membeli dari
orang yang menjajakan secara keliling air bersih, serta membeli kepada rumah
tangga yang telah terlayani oleh PDAM.
Dengan besarnya kebutuhan air bersih di masa yang akan datang serta belum
terlayaninya beberapa wilayah KPPN Tanjung Redeb, tentunya hal ini menjadi
tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Berau dalam menyediakan kebutuhan air
bersih untuk masyarakat di KPPN Tanjung Redeb.

Tabel V.25
Indeks Infrastruktur Air Bersih KPPN Tanjung Redeb Tahun 2014
INDEKS INDIKATOR INFRASTRUKTUR AIR BERSIH
NO DESA SUMBER AIR UNTUK MINUM SUMBER AIR UNTUK MANDI/ CUCI
NILAI INTERPRETASI NILAI INTERPRETASI
1 Pulau 0 Desa yang sumber air untuk 0 Desa yang sumber air untuk mandi/cuci
Derawan minum sebagian besar keluarga sebagian besar keluarga berasal dari air
berasal dari air hujan atau lainnya. hujan atau lainnya
2 Teluk 2 Desa yang sumber air untuk 2 Desa yang sumber air untuk mandi/cuci
Semanting minum sebagian besar keluarga sebagian besar keluarga berasal dari
berasal dari mata air mata air.
3 Pegat 4 Desa yang sumber air untuk 4 Desa yang sumber air untuk mandi/cuci
Betumbuk minum sebagian besar keluarga sebagian besar keluarga berasal dari
berasal dari ledeng tanpa meteran, ledeng tanpa meteran, sumur bor, atau
sumur bor, atau pompa pompa
4 Kasai 5 Desa yang sumber air untuk 5 Desa yang sumber air untuk mandi/cuci
minum sebagian besar keluarga sebagian besar keluarga berasal dari
berasal dari air kemasan, atau ledeng dengan meteran
ledeng dengan meteran
5 Tanjung 2 Desa yang sumber air untuk 2 Desa yang sumber air untuk mandi/cuci
Batu minum sebagian besar keluarga sebagian besar keluarga berasal dari
berasal dari mata air mata air.
Sumber: Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

Tabel V.26
Analisis Tingkat Pelayanan dan Proyeksi Kebutuhan Air Bersih dan GAP
di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2019-2028
JENIS VOLUME VOLUME TINGKAT PROYEKSI VOLUME
KEBUTUHAN AIR AIR BERSIH AIR BERSIH PELAYANAN GAP LIMBAH
BERSIH 2016 2017 (%) 2019 2023 2028
Kebutuhan air
bersih domestik 311.360 321.988 73 117.698 429.058 482.202 548.632
(m³)
Kebutuhan air
bersih non 155.680 160.994 60 101.755 257.435 289.321 329.179
domestik (m³)
Total (m³) 467.040 482.982 68 219.453 686.493 771.523 877.811
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Perkiraan Kebutuhan air di KPPN Tanjung Redeb pada tahun 2019 untuk kebutuhan
Domestik 429.058 m³/tahun, untuk kebutuhan non domestik 257.435 m³/tahun, Total
kebutuhan total kebutuhan air bersih di tahun 2019 adalah 686.492 m³/tahun.
Sedangkan kebutuhan diakhir tahun perencanaan 2028 adalah sebesar
548.632m³/tahun untuk kebutuhan domestik dan 329.179 m³/tahun untuk kebutuhan
non domestik, Total kebutuhan air bersih di tahun 2028 adalah 877.810 m³/tahun.
Sedangkan GAP antara kebutuhan air bersih domestik dan non domestik 63.773 m³.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 38
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Dengan besarnya kebutuhan air bersih di masa yang akan datang serta belum
terlayaninya beberapa wilayah KPPN Tanjung Redeb, tentunya hal ini menjadi
tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Berau dalam menyediakan kebutuhan air
bersih domestik dan non domestik untuk masyarakat di KPPN Tanjung Redeb.

5.4.6.3.3 Analisis Kebutuhan Air Limbah Domestik


Limbah adalah masalah serius yang harus dihadapi, dimanakeberadaan limbah dapat
menjadi suatu gangguan bagi kehidupan manusia. Adanya limbah sendiri memang
tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Berdasarkan asalnya, limbah
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu limbah pertanian, limbah industri (non domestik)
dan limbah domestik. Limbah domestik sendiri menjadi masalah yang paling serius
karena umumnya tidak dikelola dengan tepat. Limbah domestik menjadi limbah
dengan persentase terbesar dalam menyumbang kerusakan lingkungan hidup.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) sistem dalam penanganan air limbah, yaitu: Sistem
pengolahan air limbah setempat (on site sanitation), yaitu tangki septik dan cubluk;
Sistem pengolahan air limbah terpusat (off site sanitation), yaitu conventional
sewerage dengan unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Gabungan antara
systemoffsite dengan sistem on site (combained system), yaitu gabungan antara
tangki septik dengan sistem perpipaan.
Secara umum pengelolaan limbah di KPPN Tanjung Redeb masih mengandalkan
pengelolaan limbah menggunakan sistem MCK plus dan MCK atau langsung dibuang
ke laut dan tanah. Masyarakat KPPN Tanjung Redeb belum mengetahui dampaknya
jika terus menerus membuang limbah rumah tangga secara langsung ke tanah dan
laut. Akibatnya air yang di konsumsi tersebut berasal dari tanah itu sendiri akan
tercemar. Sumber air tanah masyarakat sangat terpengaruh pada air yang meresap
ke dalam tanah dan mengganggu ekosistem pesisir dan laut.
Berdasarkan Buku SSK Kabupaten Berau Tahun 2016-2021, bahwa dari total jumlah
KK di KPPN Tanjung Redeb yang sebesar 2.490 KK pada tahun 2015, hanya sekitar
1.664 KK yang terlayani oleh sistem pengelolaan air limbah berupa Tangki Septik
(Individual) dan MCK Komunal/Bersama, sementara sekitar 826 KK tidak terlayani
sistem pengelolaan air limbah di KPPN Tanjung Redeb. Berdasarkan kondisi tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai SPM pengelolaan air limbah di KPPN
Tanjung Redeb adalah sekitar 66,83%, yang artinya sudah memenuhi target
pencapaian nilai SPM pengelolaan air limbah berdasatkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Namun tetap
perlu ada pengembangan sistem pengelolaan air limbah di KPPN Tanjung Redeb
untuk menutupi GAP penduduk yang belum terlayani pengelolaan air limbah di KPPN
Tanjung Redeb yang sebesar 826 KK.

Tabel V.27
Tingkat Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik
di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2015
TINGKAT
NO URAIAN KK PELAYANAN
(%)
1 Jumlah KK 2.490
66,83
2 Jumlah Penduduk Terlayani 1.664

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 39
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

a Tangki Septik (Individual) 603


b MCK Komunal/Bersama 1.061
Jumlah Penduduk Tidak Terlayani
5 826
(GAP)
Sumber: SSK Kabupaten Berau Tahun 2016-2021.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 01


Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, bahwa kriteria ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air
limbah adalah bahwa pada kepadatan penduduk >300 jiwa/ha diharapkan memiliki
sebuah sistem jaringan dan pengolahan air limbah terpusat dengan kualitas efluen
instalasi pengolahan air limbah tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang
telah ditetapkan.
Mengingat bahwa kepadatan KPPN Tanjung Redebmemiliki tingkat kepadatan
penduduk 4 jiwa/km2, maka penggunaan sistem pengelolaan limbah setempat yang
digunakan penduduk di KPPN Tanjung Redebsaat ini masih memungkinkan untuk
diterapkan hingga akhir tahun perencanaan. Berdasarkan kondisi tersebut maka
arahan pengembangan sistem pengelolaan air limbah di KPPN Tanjung Redebpada
saat ini lebih kepada penyediaan sarana pengelolaan air limbah berupa
penyediaan/pengadaan mobil tinja.
Selain itu, dengan adanya rencana kawasan sentra industri pengolahan yang
direncanakan di Desa Tanjung Batu, maka pembangunan industri pengolahan
perikanan juga dilengkapi dengan infrastruktur pengolahan limbah yang
pembangunannya dilakukan bersamaan dengan pembangunan kawasan sentra
industri pengolahan.
Perkiraan timbulan limbah domestik dan non domestikdi KPPN Tanjung Redeb pada
awal tahun perencanaan 2019 adalah 205.947 m³/tahun, sedangkan pada akhir tahun
perencanaan 2028 untuk domestik dan non domestik adalah sebesar 263.343
M³/Tahun. Sedangkan GAP antara tahun 2016 dengan tahun 2019 sebesar 19.131
M³, sepertidisajikan pada tabel berikut.

Tabel V.28
Analisis Proyeksi Timbulan Air Limbah KPPN Tanjung Redeb
Tahun 2019-2028
PROYEKSI VOLUME
JENIS TIMBULAN LIMBAH LIMBAH
2019 2023 2028
Limbah Domestik(M³) 128.717 144.660 164.589
Limbah Non Domestik(M³) 77.230 86.796 98.754
Total (M³) 205.947 231.456 263.343
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

5.4.6.3.4 Analisis Kebutuhan Persampahan


Sampah adalah suatu produk atau hasil dari kegiatan manusia dan alam yang tanpa
pengolahan tertentu menjadi tidak berguna dan dapat menurunkan tingkat kesehatan
lingkungan. Kegiatan pengelolaan persampahan ditujukan untuk mengendalikan
pengumpulan dan pembuangan/penumpukan sampah untuk menghasilkan
lingkungan yang bersih, sehat dan aman. Kegiatan pengelolaan penanganan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 40
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

persampahan dilakukan di daerah permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan,


sarana umum dan lain-lain.
Pada umumnya masyarakat di KPPN Tanjung Redeb membuang sampahnya masih
dengan sistem buang di halaman kemudian di bakar (sistem individual), belum ada
petugas dari dinas terkait yang mengambil sampah-sampah rumah tangga langsung
ke tiap rumah. Angkutan pengelolaan persampahan hanya pada kawasan
perdagangan dan jasa di pusat kecamatan yaitu di Desa Tanjung Batu.
Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah timbulan sampah domestik dan non domestik
diawal tahun perencanaan 2019 adalah 429.058 M³/Tahun, sedangkan diakhir tahun
perencanaan 2028 adalah 548.632 M³/Tahun, Kebutuhan TPS di Tahun 2019 adalah
4 TPS sedangkan pada tahun 2028 adaah sebanyak 7 TPS. Sedangkan terjadi GAP
sekitar 39.858 M³/Tahun antara tahun 2016 dengan tahun 2019. Untuk Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel V.29
Analisis Tingkat Timbulan Sampah dan GAP
KPPN Tanjung Redeb Tahun 2019-2028
JUMLAH TINGKAT PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH
TIMBULAN
TIMBULAN PELAYANAN GAP
SAMPAH 2019 2023 2028
2015 (%)
Sampah domestik
241.491 91 23.915 257.435 289.321 329.179
(M³/tahun)
Sampah non
160.994 91 15.943 171.623 192.881 219.453
domestik (M³/tahun)
Jumlah timbulan
402.485 91 39.858 429.058 482.202 548.632
Sampah (M³/tahun)
TPS 4 0 4 1 2
TPA 0 0 0 1 0
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Demi pembangunan KPPN Tanjung Redeb yang berkelanjutan, pembangunan sistem


pengelolaan sampah terpadu menjadi hal yang sangat diperlukan. Penanganan
persampahan merupakan satu kesatuan sistem mulai dari sumber sampah sampai ke
tempat pemrosesan akhir (TPA) akan mengalami banyak kesulitan penanganannya.
Pada dasarnya pengelolaan persampahan merupakan kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah.
Rencana sistem persampahan KPPN Tanjung Redeb bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumberdaya. Adapun rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah KPPN
Tanjung Redebadalah:
1. Mencukupi sarana pengangkutan sampah mulai dari unit lingkungan
permukiman terkecil hingga skala pelayanan kawasan sesuai dengan
kebutuhan.
2. Menerapkan pola 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam pengelolaan
persampahan untuk mencapai zero waste melalui reduksi sampah dari rumah
tangga (pemilahan sampah mulai dari sumbernya maupun dengan Reduce

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 41
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

(perolahan kembali), Reuse (penggunaan kembali) dan Recycle (daur ulang)


atau 3R, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang ditimbulkan.
3. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah.

5.4.6.3.5 Analisis Kebutuhan Kesehatan


Untuk menciptakan sumberdaya manusia yang sehat, diperlukan peningkatan
pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, yang indikator pentingnya
yaitu tersedianya sarana kesehatan.
Sarana kesehatan befungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan pada jumlah penduduk yang dilayani
oleh sarana tersebut.
Dalam mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana kesehatan, standar acuan yang
digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan
Perumahan. Standar pelayanan minimal sarana kesehatan sesuai dengan acuan ini
adalah sebagai berikut:
1. Posyandu, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
1.250 jiwa/unit dengan luas lahan adalah 36 m2/unit.
2. Polindes, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 3.000
jiwa/unit dengan luas lahan adalah 150 m2/unit.
3. Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan, standard jumlah
penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 30.000 jiwa/unit dengan luas
lahan adalah 150 m2/unit.
4. Puskesmas, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
120.000jiwa/unit dengan luas lahan adalah 420 m2/unit.

Ketersediaan sarana kesehatan yang ada di KPPN Tanjung Redeb tahun 2015
berupa puskesmas pembantu, poskesdes/polindes yang sudah memadai jika dilihat
dari jumlah penduduk dimana tingkat pelayanannya 100%. Sedangkan sarana
kesehatan berupa posyandu pada tahun 2015 sebanyak 2 unit dimana jumlah
tersebut belum memadai dengan melihat jumlah penduduk yang ada saat ini serta
standar perencanaan. Pada akhir tahun perencanaan (tahun 2028) dibutuhkan
sebanyak 13 unit posyandu dalam melayani masyarakat KPPN Tanjung Redeb.

Tabel V.30
Analisis Tingkat Pelayanan dan Proyeksi Sarana Kesehatan
di KPPN Tanjung Redeb
JUMLAH KEBUTUHAN TINGKAT PROYEKSI
SARANA KEBUTUHAN (UNIT)
NO 2015 2015 PELAYANAN GAP
KESEHATAN
(UNIT) (UNIT) (%) 2019 2023 2028
1 Puskesmas 3 0 100 3 0 0 0
Puskesmas
2 12 0 100 12 0 0 0
Pembantu
3 Poskesdes/Pol 12 4 100 8 0 0 0

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 42
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

indes
4 Posyandu 2 9 23 -7 7 2 1
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 43
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.31
Indeks Pelayanan Kesehatan di KPPN Tanjung Redeb
INDEKS INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN
KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KE KETERSEDIAAN & AKSES KE
NO DESA
RS KE RS BERSALIN PUSKESMAS POLIKLINIK/ BALAI PENGOBATAN
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
1 Pulau Derawan 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak 5 Desa yang terdapat 4 Desa yang terdapat
terdapat rumah sakit. terdapat rumah sakit puskesmas/pustu dengan rasio poliklinik/balai pengobatan
Jarak menuju rumah bersalin maupun ketersediaan puskesmas/pustu dengan rasio ketersediaan
sakit terdekat sejauh rumah sakit. Jarak terhadap penduduk desa lebih poliklinik/balai pengobatan
lebih dari atau sama menuju rumah sakit dari atau sama dengan terhadap penduduk desa kurang
dengan 23 km dan bersalin terdekat 0,00062957239928 (6 fasilitas dari 0,00028457719787 (3
untuk mencapai lebih dari atau sama per 10.000 penduduk). fasilitas per 10.000 penduduk).
fasilitas tersebut dengan 44 km, dan Termasuk jika di desa tersebut Termasuk jika di desa tersebut
dirasakan sulit atau untuk mencapai terdapat rumah sakit tanpa terdapat puskesmas/pustu, tetapi
sangat sulit fasilitas tersebut memperhatikan ketersediaan tidak ada rumah sakit bersalin
dirasakan sulit atau rumah sakit bersalin maupun rumah sakit.
sangat sulit
2 Teluk Semanting 1 Kondisi desa yang 1 Desa yang tidak 5 Desa yang terdapat 4 Desa yang terdapat
tidak terdapat rumah terdapat rumah sakit puskesmas/pustu dengan rasio poliklinik/balai pengobatan
sakit. Jarak menuju bersalin maupun ketersediaan puskesmas/pustu dengan rasio ketersediaan
rumah sakit terdekat rumah sakit. Jarak terhadap penduduk desa lebih poliklinik/balai pengobatan
sejauh lebih dari atau menuju rumah sakit dari atau sama dengan terhadap penduduk desa kurang
sama dengan 23 km bersalin terdekat 0,00062957239928 (6 fasilitas dari 0,00028457719787 (3
dan untuk mencapai lebih dari atau sama per 10.000 penduduk). fasilitas per 10.000 penduduk).
fasilitas tersebut dengan 44 km, dan Termasuk jika di desa tersebut Termasuk jika di desa tersebut
dianggap mudah atau untuk mencapai terdapat rumah sakit tanpa terdapat puskesmas/pustu, tetapi
sangat mudah fasilitas tersebut memperhatikan ketersediaan tidak ada rumah sakit bersalin
dirasakan mudah rumah sakit bersalin maupun rumah sakit.
atau sangat mudah
3 Pegat Betumbuk 1 Kondisi desa yang 1 Desa yang tidak 4 Desa yang terdapat 4 Desa yang terdapat
tidak terdapat rumah terdapat rumah sakit puskesmas/pustu dengan rasio poliklinik/balai pengobatan
sakit. Jarak menuju bersalin maupun ketersediaan puskesmas/pustu dengan rasio ketersediaan
rumah sakit terdekat rumah sakit. Jarak terhadap penduduk desa poliklinik/balai pengobatan
sejauh lebih dari atau menuju rumah sakit kurang dari terhadap penduduk desa kurang
sama dengan 23 km bersalin terdekat 0,00062957239928 (6 fasilitas dari 0,00028457719787 (3
dan untuk mencapai lebih dari atau sama per 10.000 penduduk). fasilitas per 10.000 penduduk).

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 44
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

INDEKS INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN


KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KE KETERSEDIAAN & AKSES KE
NO DESA
RS KE RS BERSALIN PUSKESMAS POLIKLINIK/ BALAI PENGOBATAN
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
fasilitas tersebut dengan 44 km, dan Termasuk jika di desa tersebut Termasuk jika di desa tersebut
dianggap mudah atau untuk mencapai terdapat rumah sakit bersalin, terdapat puskesmas/pustu, tetapi
sangat mudah fasilitas tersebut tetapi tidak ada rumah sakit. tidak ada rumah sakit bersalin
dirasakan mudah maupun rumah sakit.
atau sangat mudah
4 Kasai 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak 5 Desa yang terdapat 4 Desa yang terdapat
terdapat rumah sakit. terdapat rumah sakit puskesmas/pustu dengan rasio poliklinik/balai pengobatan
Jarak menuju rumah bersalin maupun ketersediaan puskesmas/pustu dengan rasio ketersediaan
sakit terdekat sejauh rumah sakit. Jarak terhadap penduduk desa lebih poliklinik/balai pengobatan
lebih dari atau sama menuju rumah sakit dari atau sama dengan terhadap penduduk desa kurang
dengan 23 km dan bersalin terdekat 0,00062957239928 (6 fasilitas dari 0,00028457719787 (3
untuk mencapai lebih dari atau sama per 10.000 penduduk). fasilitas per 10.000 penduduk).
fasilitas tersebut dengan 44 km, dan Termasuk jika di desa tersebut Termasuk jika di desa tersebut
dirasakan sulit atau untuk mencapai terdapat rumah sakit tanpa terdapat puskesmas/pustu, tetapi
sangat sulit fasilitas tersebut memperhatikan ketersediaan tidak ada rumah sakit bersalin
dirasakan sulit atau rumah sakit bersalin maupun rumah sakit.
sangat sulit
5 Tanjung Batu 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak 4 Desa yang terdapat 4 Desa yang terdapat
terdapat rumah sakit. terdapat rumah sakit puskesmas/pustu dengan rasio poliklinik/balai pengobatan
Jarak menuju rumah bersalin maupun ketersediaan puskesmas/pustu dengan rasio ketersediaan
sakit terdekat sejauh rumah sakit. Jarak terhadap penduduk desa poliklinik/balai pengobatan
lebih dari atau sama menuju rumah sakit kurang dari terhadap penduduk desa kurang
dengan 23 km dan bersalin terdekat 0,00062957239928 (6 fasilitas dari 0,00028457719787 (3
untuk mencapai lebih dari atau sama per 10.000 penduduk). fasilitas per 10.000 penduduk).
fasilitas tersebut dengan 44 km, dan Termasuk jika di desa tersebut Termasuk jika di desa tersebut
dirasakan sulit atau untuk mencapai terdapat rumah sakit bersalin, terdapat puskesmas/pustu, tetapi
sangat sulit fasilitas tersebut tetapi tidak ada rumah sakit. tidak ada rumah sakit bersalin
dirasakan sulit atau maupun rumah sakit.
sangat sulit

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 45
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

INDEKS INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN


KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KE
NO DESA APOTEK
TEMPAT PRAKTEK DOKTER KE PRAKTEK BIDAN POSKESDES/ POLINDES
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
1 Pulau Derawan 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 0 Desa yang tidak terdapat
tempat praktek dokter tempat praktek bidan poskesdes atau polindes apotek. Jarak menuju
dengan rasio dengan rasio dengan rasio ketersediaan apotek terdekat lebih dari
ketersediaan tempat ketersediaan tempat poskesdes atau polindes atau sama dengan 17 km,
praktek dokter terhadap praktek bidan terhadap penduduk desa dan untuk mencapai
penduduk desa lebih terhadap penduduk lebih dari atau sama fasilitas tersebut
dari atau sama dengan desa lebih dari atau dengan 0,00070719038224 dirasakan sulit atau
0,0003571413567 (4 sama dengan (7 fasilitas per 10.000 sangat sulit
fasilitas per 10.000 0,00050732962398 penduduk). Termasuk jika
penduduk). Termasuk (5 fasilitas per di desa tersebut terdapat
jika di desa tersebut 10.000 penduduk). tempat praktek dokter,
terdapat puskesmas, Termasuk jika di poliklinik/balai pengobatan,
pustu, rumah sakit desa tersebut puskesmas, pustu, rumah
bersalin, atau rumah terdapat sakit bersalin, atau rumah
sakit, tanpa poliklinik/balai sakit, tanpa
mempertimbangkan pengobatan mempertimbangkan
ketersediaan ketersediaan tempat
poliklinik/balai praktek bidan
pengobatan
2 Teluk Semanting 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 1 Desa yang tidak terdapat
tempat praktek dokter tempat praktek bidan poskesdes atau polindes apotek. Jarak menuju
dengan rasio dengan rasio dengan rasio ketersediaan apotek terdekat lebih dari
ketersediaan tempat ketersediaan tempat poskesdes atau polindes atau sama dengan 17 km,
praktek dokter terhadap praktek bidan terhadap penduduk desa dan untuk mencapai
penduduk desa lebih terhadap penduduk lebih dari atau sama fasilitas tersebut
dari atau sama dengan desa lebih dari atau dengan 0,00070719038224 dirasakan mudah atau
0,0003571413567 (4 sama dengan (7 fasilitas per 10.000 sangat mudah
fasilitas per 10.000 0,00050732962398 penduduk). Termasuk jika
penduduk). Termasuk (5 fasilitas per di desa tersebut terdapat
jika di desa tersebut 10.000 penduduk). tempat praktek dokter,
terdapat puskesmas, Termasuk jika di poliklinik/balai pengobatan,
pustu, rumah sakit desa tersebut puskesmas, pustu, rumah
bersalin, atau rumah terdapat sakit bersalin, atau rumah
sakit, tanpa poliklinik/balai sakit, tanpa
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 46
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

INDEKS INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN


KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KE
NO DESA APOTEK
TEMPAT PRAKTEK DOKTER KE PRAKTEK BIDAN POSKESDES/ POLINDES
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
mempertimbangkan pengobatan mempertimbangkan
ketersediaan ketersediaan tempat
poliklinik/balai praktek bidan
pengobatan
3 Pegat Betumbuk 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 1 Desa yang tidak terdapat
tempat praktek dokter tempat praktek bidan poskesdes atau polindes apotek. Jarak menuju
dengan rasio dengan rasio dengan rasio ketersediaan apotek terdekat lebih dari
ketersediaan tempat ketersediaan tempat poskesdes atau polindes atau sama dengan 17 km,
praktek dokter terhadap praktek bidan terhadap penduduk desa dan untuk mencapai
penduduk desa lebih terhadap penduduk lebih dari atau sama fasilitas tersebut
dari atau sama dengan desa lebih dari atau dengan 0,00070719038224 dirasakan mudah atau
0,0003571413567 (4 sama dengan (7 fasilitas per 10.000 sangat mudah
fasilitas per 10.000 0,00050732962398 penduduk). Termasuk jika
penduduk). Termasuk (5 fasilitas per di desa tersebut terdapat
jika di desa tersebut 10.000 penduduk). tempat praktek dokter,
terdapat puskesmas, Termasuk jika di poliklinik/balai pengobatan,
pustu, rumah sakit desa tersebut puskesmas, pustu, rumah
bersalin, atau rumah terdapat sakit bersalin, atau rumah
sakit, tanpa poliklinik/balai sakit, tanpa
mempertimbangkan pengobatan mempertimbangkan
ketersediaan ketersediaan tempat
poliklinik/balai praktek bidan
pengobatan
4 Kasai 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 0 Desa yang tidak terdapat
tempat praktek dokter tempat praktek bidan poskesdes atau polindes apotek. Jarak menuju
dengan rasio dengan rasio dengan rasio ketersediaan apotek terdekat lebih dari
ketersediaan tempat ketersediaan tempat poskesdes atau polindes atau sama dengan 17 km,
praktek dokter terhadap praktek bidan terhadap penduduk desa dan untuk mencapai
penduduk desa lebih terhadap penduduk lebih dari atau sama fasilitas tersebut
dari atau sama dengan desa lebih dari atau dengan 0,00070719038224 dirasakan sulit atau
0,0003571413567 (4 sama dengan (7 fasilitas per 10.000 sangat sulit
fasilitas per 10.000 0,00050732962398 penduduk). Termasuk jika
penduduk). Termasuk (5 fasilitas per di desa tersebut terdapat

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 47
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

INDEKS INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN


KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KETERSEDIAAN & AKSES KE
NO DESA APOTEK
TEMPAT PRAKTEK DOKTER KE PRAKTEK BIDAN POSKESDES/ POLINDES
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
jika di desa tersebut 10.000 penduduk). tempat praktek dokter,
terdapat puskesmas, Termasuk jika di poliklinik/balai pengobatan,
pustu, rumah sakit desa tersebut puskesmas, pustu, rumah
bersalin, atau rumah terdapat sakit bersalin, atau rumah
sakit, tanpa poliklinik/balai sakit, tanpa
mempertimbangkan pengobatan mempertimbangkan
ketersediaan ketersediaan tempat
poliklinik/balai praktek bidan
pengobatan
5 Tanjung Batu 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 5 Desa yang terdapat 0 Desa yang tidak terdapat
tempat praktek dokter tempat praktek bidan poskesdes atau polindes apotek. Jarak menuju
dengan rasio dengan rasio dengan rasio ketersediaan apotek terdekat lebih dari
ketersediaan tempat ketersediaan tempat poskesdes atau polindes atau sama dengan 17 km,
praktek dokter terhadap praktek bidan terhadap penduduk desa dan untuk mencapai
penduduk desa lebih terhadap penduduk lebih dari atau sama fasilitas tersebut
dari atau sama dengan desa lebih dari atau dengan 0,00070719038224 dirasakan sulit atau
0,0003571413567 (4 sama dengan (7 fasilitas per 10.000 sangat sulit
fasilitas per 10.000 0,00050732962398 penduduk). Termasuk jika
penduduk). Termasuk (5 fasilitas per di desa tersebut terdapat
jika di desa tersebut 10.000 penduduk). tempat praktek dokter,
terdapat puskesmas, Termasuk jika di poliklinik/balai pengobatan,
pustu, rumah sakit desa tersebut puskesmas, pustu, rumah
bersalin, atau rumah terdapat sakit bersalin, atau rumah
sakit, tanpa poliklinik/balai sakit, tanpa
mempertimbangkan pengobatan mempertimbangkan
ketersediaan ketersediaan tempat
poliklinik/balai praktek bidan
pengobatan
Sumber: Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 48
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6.4 Analisis Sentra Produksi, Sentra Industri Pengolahan Hasil Perikanan


5.4.6.4.1 Sentra Produksi Perikanan
Berdasarkan hasil analisis potensi, sub sektor yang berpotensi dikembangkan di
KPPN Tanjung Redeb adalah sub sektor Budidaya Tambak. Dari hasil analisis
kesesuaian dan daya dukung lingkungan, budidaya tambak KPPN Tanjung redep
memiliki potensi untuk dikembangkan secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.
Salah satu upaya peningkatan produksi secara intensifikasi yaitu dengan peningkatan
penerapan teknik budidaya dimana teknik tradisional (eksisting) akan diubah menjadi
teknik semi-intensif di KPPN Tanjung Redep.

A. Analisis Sentra Produksi Budidaya Tambak KPPN Tanjung Redep


1. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Lingkungan
Kawasan budidaya tambak KPPN Tanjung redep yang paling luas terletak di
Pegat betumbuk dengan luas areal 3.148,9 ha dan produksi rata-rata pertahun
880,10 ton (hasil survey, 2017). Produktifitas budidaya tambak hanya mencapai
0,28 ton/ha dalam setahun, kondisi ini jauh di bawah standar minimal
produktifitas tambak yang seharusnya yaitu mencapai 0,5 - 1 ton/ha dalam
setahun untuk budidaya tambak tradisional (SNI, 7310:2009).
Hasil survey tersebut menunjukan adanya permasalahan produksi yang bisa
disebabkan oleh ketidaksesuaian tata laksana produksi ataupun ketidaksesuaian
lahan dan daya dukung lingkungan.
Dari data hasil uji laboratorium dan insitu kualitas air terhadap sampel air di
kabupaten Berau, maka dapat disimpulkan bahwa air masih cukup memenuhi
persyaratan kriteria untuk budidaya tambak. Hasil analisa laboratorium uji sampel
air di lokasi yang tersebar Tambak Kabupaten Berau khususnya KPPN Tanjung
Redep dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel V.32
Analisis Kualitas Air di KPPN Tanjung Redep
Parameter Satuan Hasil Kurang
Memenuhi
No (Test Batas Syarat Memenuhi Spesifikasi Metoda
(Parameters) (Units) Syarat
Results) Syarat
1 Suhu 0
C 30.5 26 - 32 0C √ SNI 06-6989.23-2005
2 Warna TCU 5 ≤ 15 √ SNI 06-6989.24-2005
3 Kekeruhan NCU 0.78 2 - 25 √ SNI 06-6989.25-2005
4 Bau mg/l Alami - √ Organoleptic
5 pH - 8.4 6.5 - 9 √ SNI 06-6989.11-2004
6 DO mg/l 3.91 ≥ 3 ppm √ SNI 06-6989.14-2004
7 Salinitas mg/l 30 15 - 30 √ Handrefractometer
8 Fe mg/l 0.039 ≤ 0.1 √ SNI 06-6989.4-2009
9 Mn mg/l 0.0142 ≤ 0.5 √ SNI 06-6989.5-2009
Sumber : Data Primer DED Tambak Berau (KKP, 2015) dan Hasil Analisis, 2017

Secara umum kondisi fisik dan kimia tanah di KPPN Tanjung Redep memenuhi
batas syarat budidaya dengan pengolahan tanah secara semi- intensif baik
secara fisik, biologis dan kimiawi.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 49
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.33
Analisis kandungan tanah di KPPN Tanjung Redep
Parameter Satuan Hasil
No Batas Syarat Syarat Teknis Spesifikasi Metoda
(Parameters) (Units) (Test Results)
1 Tekstur - Sandy clay loam √ (semi intensif) gravimetri
2 pH tanah - 5.89 - 5.21 4-7 intensif pH meter
3 C % 0.52 rendah √ (semi intensif) spektroFM
4 N % 0.15 rendah √ (semi intensif) spektroFM
5 P205 mg/100g 15.20 rendah √ (semi intensif) spektroFM
6 K2O mg/100g 69.8 sedang intensif FlameFM
7 KTK Me/100g 7.28 rendah √ (semi intensif) spektroFM
Sumber : Data Primer DED Tambak Berau (KKP, 2015) dan Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan kriteria kesesuaian daya dukung kualitas air dan kandungan tanah
di atas, hampir semua parameter sesuai untuk budidaya tambak dengan
peningkatan penerapan teknik budidaya dari Tradisional menuju semi intensif
di KPPN Tanjung Redeb.

2. Analisis Skenario Peningkatan Penerapan Teknik Budidaya Tambak KPPN


Tanjung Redep
Rencana pengembangan budidaya Tambak KPPN Tanjung Redep adalah
dengan peningkatan penerapan teknologi dari tradisional menjadi semi-intensif.
Hasil survey 1 mendapatkan data tentang program ekstensifikasi lahan tambak
dari program konversi mangrove untuk 107 petani tambak dan diasumsikan
seluas 214 ha. Berikut tabel skenario penerapan teknologi budidaya tambak
KPPN Tanjung Redep dari Tradisional ke Semi-intensif.

Tabel V.34
Skenario Penerapan Teknologi Budidaya Tambak KPPN Tanjung Redep
BUDIDAYA TAMBAK PROGRAM BUDIDAYA TAMBAK
PROYEKSI
EKSISTING EKSTENSIFIKASI TEKNOLOGI SEMI INTENSIF
URAIAN BUDIDAYA
RATA-
TOTAL RATA-RATA TOTAL TAMBAK 2018 STANDAR TOTAL
RATA

LUAS
3,148.9 214 3,363 3,363
LAHAN (ha)

Padat Tebar
(1000 x 20.90 65,802 20.90 4,473 70,274 240 807,096
ekor/ha/th)
Estimasi
Produksi 0.28 880 0.28 60 940 3.43 11,535
(ton/ha/th)
Estimasi
Pakan 0.50 1,579 0.50 107 1,686 6.86 23,069
(ton/ha/th)
Sumber : Hasil Survey dan Analisis, 2017

Dari tabel terlihat akan ada peningkatan kebutuhan benih dan pakan sebesar
91,6% apabila skenario penerapan dilakukan selama masa rencana. Begitupun
hasil panen yang meningkat secara signifikan, ini membutuhkan beberapa
persiapan yang cukup matang baik dari pengelolaan Sumber Daya Alam, sumber
daya manusia, teknologi dan beberapa kebijakan yang mendukung arah
peningkatan budidaya tambak di KPPN Tanjung Redep.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 50
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

3. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Budidaya Tambak KPPN Tanjung


Redep
Dalam usaha penerapan teknik semi-intensif budidaya tambak di KPPN Tanjung
Redeb perlu adanya perpaduan antara sarana prasarana, sumberdaya dan
keterampilan internal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
merealisasikan sarana prasarana produksi di sentra budidaya tambak KPPN
Tanjung redep, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Dari Tabel V.35terlihat kebutuhan sarana dan prasarana produksi yang cukup
besar untuk peningkatan penerapan teknik budidaya dari tradisional menjadi
semi-intensif di KPPN Tanjung Redep. Kebutuhan benih kurun waktu rencana
harus tersedia sekitar 736.822.000 ekor per tahun, pakan 21.383 ton pertahun,
begitu juga dengan kebutuhan alat produksi kincir 33.629 unit dengan out put
hasil panen sekitar 12.000 ton pertahun. Dibutuhkan strategi dan Rencana
Program yang tepat untuk mendukung suksesnya penerapan teknik semi-intensif
kawasan tambak KPPN Tanjung Redep.

4. Analisis Strategi Penerapan Teknik Semi-Intensif Budidaya Tambak di


KPPN Tanjung Redep
Unsur-unsur penciri yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
di kawasan tambak KPPN Tanjung redep adalah sebagai berikut:
Kekuatan, unsur-unsur yang menjadi kekuatan dalam pengembangan perikanan
berbasis budidaya tambak KPPN Tanjung Redep antara lain sebagian
masyarakat setempat melakukan usaha budidaya.
Kelemahan, unsur-unsur yang menjadi kelemahan dalam pengembangan
perikanan berbasis budidaya tambak KPPN Tanjung Redep terutama pada
aspek infrastruktur yang masih belum memadai terutama dalam hal sarana dan
prasarana input produksi dan kualitas air untuk budidaya (penurunan kualitas dan
debit air yang masuk ke lokasi budidaya tambak pada umumnya disebabkan
sedimentasi sungai yang cukup tinggi), dan resiko terhempasnya wadah
budidaya oleh sampah produksi dari arah hulu sungai. Pada aspek
kelembagaan, terutama unsur-unsur yang menjadi kelemahan pengembangan
perikanan berbasis budidaya tambak Pegat betumbuk antara lain akses tehadap
permodalan dan kelembagaan penyuluhan yang kurang secara kuantitatif dalam
pengembangan iptek bagi masyarakat pembudidaya.
Peluang, unsur-unsur yang menjadi peluang dalam pengembangan perikanan
berbasis budidaya tambak KPPN Tanjung Redep antara lain komitmen
pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan, sudah ada tata ruang
kab/kota, dan tingkat konsumsi ikan/udang makin tinggi.
Ancaman, unsur-unsur yang menjadi ancaman dalam pengembangan perikanan
berbasis budidaya tambak KPPN Tanjung Redep antara lain terbatasnya sarana
infrastruktur yang menunjang kegiatan budidaya seperti sarana transportasi,
jaringan komunikasi dan listrik, bahan bakar, ketergantungan penyediaan benih
terhadap daerah lain dan teknologi budidaya.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 51
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Hasil identifikasi menggambarkan kekuatan dan peluang untuk penerapan teknik


Semi-intensif budidaya tambak KPPN Tanjung Redep masih perlu dipersiapkan
dan dikaji lebih lanjut, baik dari aspek potensi sumber daya perikanan, sumber
daya manusia, infrastruktur, kelembagaan terutama kelembagaan kelompok
yang sudah berfungsi.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 52
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.35
Tabel Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Budidaya Tambak KPPN Tanjung Redep
PROYEKSI BUDIDAYA TAMBAK 2018 BUDIDAYA TAMBAK TEKNOLOGI SEMI INTENSIF GAP
URAIAN KEGIATAN
RATA-RATA TOTAL STANDAR TOTAL STANDAR TOTAL
SARANA BUDIDAYA
BIBIT/ BENUR
20.90 70,274 240 807,096 219.10 736,822 PENGADAAN/PEMBANGUNAN HATCHERY
(1000 x ind/ha/th)
PAKAN
0.50 1,687 6.86 23,069 6.36 21,383 PENGADAAN/ PEMBANGUNAN PABRIK PAKAN
(ton/ha/th)
PUPUK UREA 0.02 67.26 0.40 1,345.16 0.38 1,277.90 PENGADAAN
PUPUK TSP 0.02 67.26 0.40 1,345.16 0.38 1,277.90 PENGADAAN
SAPONIN 0.01 33.63 0.20 672.58 0.19 638.95 PENGADAAN
KAPUR 0.5 1,681.45 2.00 6,725.80 1.50 5,044.35 PENGADAAN
GUDANG ( 1 unit / 50 ha) 67 67 PEMBANGUNAN (100 M2)
POS KEAMANAN (1/10 HA) 336 336 PEMBANGUNAN (16 M2)
AERATOR/ KINCIR (10 UNIT / HA) 33,629 33,629 PENGADAAN
MOBIL ANGKUT 63 63 PENGADAAN
PERAHU MOTOR 63 63 PENGADAAN
KEBUTUHAN LISTRIK (UNIT) 63 63 PENGADAAN
PRASARANA BUDIDAYA
FASILITAS FUNGSI KEBUTUHAN KEGIATAN
Menyediakan bibit dalam jumlah yang mencukupi
HATCHERY 2 Hatchery Lengkap (HL) untuk skenario Semi intensif (1000 m2) PEMBANGUNAN
dengan kualitas yang memadai
TANGGUL, PINTU AIR, POMPA
Meningkatkan produktivitas budidaya Sesuai masing-masing skenario REHABILITASI, PENINGKATAN DAN PEMBANGUNAN
DAN AERASI
Menyediakan dan menyalurkan sarana produksi
perikanan seperti ikan, pupuk, obat-obatan dan
KIOS MINASAPRODI sarana perikanan budidaya lainnya untuk mendukung 1 Kios Minasaprodi PEMBANGUNAN
peningkatan produksi dalam upaya penyediaan
pangan dan pengembangan minabisnis
UNIT PELAYANAN JASA ALAT Menyediakan sarana mekanisasi pra-panen yang mampu 1 Depo peralatan Pra panen
PEMBANGUNAN
DAN MESIN PERIKANAN (UPJA) melayani seluruh kawasan 1 pusat perbengkelan dan gudang suku cadang Alsintan (traktor, kincir dll)
Menjaga ketersediaan dan kualitas air Normalisasi, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran irigasi NORMALISASI, REHABILITASI
SALURAN IRIGASI DAN TANDON
untuk keberlangsungan budidaya perikanan Pembuatan tandon sebagai inlet air laut dan air tawar PENINGKATAN DAN PEMBANGUNAN
SENTRA PENGOLAHAN HASIL Menyediakan sarana penyimpanan, pengolahan dan
1 cold storage, 3 sentra pemasaran hasil perikanan PEMBANGUNAN
PERIKANAN pemasaran hasil perikanan
Memberikan pendidikan dan pelatihan budidaya
BALAI LATIHAN DAN (pra, proses dan pasca budidaya : hama & penyakit;
1 Balai Latihan Keterampilan PEMBANGUNAN
KETERAMPILAN (BLK) penyediaan pakan alami; pembuatan pakan; dan
pengolahan hasil perikanan
Memberikan pendampingan dan sebagai
DEMONTRATION FARM (DEMFARM ) tempat percontohan untuk para petani tambak ke 1 unit (Luas 20 ha) PEMBANGUNAN
arah teknologi semi intensif
Sebagai Fasilitas lalu lintas panen, pakan, alat-alat
DERMAGA produksi dan penunjang kegiatan lintas sektor dengan 2 unit PEMBANGUNAN
wilayah lain

Sumber : Hasil Survey dan Analisis, 2017

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 53
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.36
Identifikasi SWOT pada Penerapan Teknik Semi-intensif
Berbasis Budidaya Tambak KPPN Tanjung Redep
Faktor Internal/ Internal Factor
Kekuatan / Strength Kelemahan /Weakness
Sebagian besar masyarakat setempat melakukan usaha Kurang berfungsinya sarana&prasarana pendukung
budidaya budidaya (pakan, benih, transportasi, irigasi)
Kualitas air untuk budidaya
Kurang berfungsinya kelembagaan pendukung usaha
budidaya
Kurang berperannya kelembagaan penyuluhan akibat
kurangnya kuantitas (jumlah) tenaga penyuluh
Lemahnya daya saing
Rendahnya akses terhadap permodalan usaha
Belum ada Sertifikasi benih atau penghasil benih unggulan di
daerah yang memenuhi permintaan produksi
Harga Pakan Tinggi
Faktor Eksternal/ External Factor
Peluang (Oppotunity) Ancaman (Threat)
Ketersediaan lahan yang masih luas di Tanjung Redep Ketergantungan penyediaan benih terhadap daerah lain
Kesesuaian dan daya dukung lingkungan yang sesuai untuk Tidak ada pasokan listrik untuk budidaya
pengembangan budidaya tambak Terbatasnya jaringan komunikasi

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan yang di sarankan untuk


pengembangan kawasan budidaya tambak di KPPN Tanjung Redep adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan kawasan budidaya tambak di KPPN Tanjung Redep budidaya
bertujuan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas hasil perikanan budidaya
yang dilakukan oleh masyarakat pembudidaya terus-menerus dapat meningkat
dan mempunyai nilai jual ekonomi yang tinggi di pasar lokal dan internasional.
2. Memperkuat komitmen pemerintah daerah dalam hal dukungan anggaran
untuk pengadaan dan perbaikan sarana prasarana budidaya.
3. Arah kebijakan diarahkan untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan
ekonomi khususnya di bidang budidaya perikanan.
4. Bekerjasama dengan instansi dan sektor lain untuk mewujudkan sarana
dan prasarana jalan yang memadai untuk mendukung kelancaran pemasaran
hasil perikanan.
5. Meningkatkan jumlah, peran dan fungsi penyuluh perikanan.
6. Melakukan penataan kawasan khusus budidaya perikanan.
7. Meningkatkan pemanfaatan potensi lahan budidaya dengan komoditas
unggulan yang bernilai ekonomis tinggi.
8. Perbaikan fasilitas infrastruktur dan fungsi sarana dan prasarana produksi
budidaya perikanan melalui perbaikan infrastruktur, normalisasi sungai,
perbaikan saluran irigasi dan Hatchery.
9. Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi keberhasilan
budidaya perikanan.
10. Pengolahan dan peningkatan mutu produk perikanan.
11. Meningkatkan kualitas produksi perikanan dengan menerapkan standarisasi
produksi dan teknologi pengemasan.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 54
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

12. Menjalin kerjasama dengan KADIN, HIPMI dan asosiasi pengusaha lainnya
untuk memasarkan hasil produksi perikanan.
13. Meningkatkan pemasaran hasil produksi perikanan melalui berbagai program,
misalnya mengirimkan utusan dalam berbagai kegiatan pameran dagang
(expo) tingkat regional dan nasional dan berbagai event lainnya.
14. Mengintroduksikan paket teknologi melalui diseminasi inovasi dan adopsi
teknologi kepada masyarakat.

Dari segi kepentingan daerah pengembangan kawasan budidaya tambak di KPPN


Tanjung redep dapat diarahkan untuk mencapai hal-hal berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas
ekonomi serta sosial masyarakat pedesaan.
2. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat serta kawasan yang memiliki
tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanan.
3. Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan.
4. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan
pendapatan negara serta pendapatan masyarakat.
5. Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah demi mencapai
kemajuan serta kemandirian daerah.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 55
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.37
Strategi, Implikasi dan Rencana Program Penerapan Teknik semi-intensif Kawasan Tambak KPPN Tanjung Redep
NO STRATEGI & IMPLIKASI PROGRAM
a. Kajian Analisis Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan Sungai (PP no. 38 tahun 2011)
Pengaturan, Pengendalian dan Pengembangan kawasan
1 b. Penataan dan Revitalisasi tambak
budidaya tambak di Pegat Betumbuk.
c. Pelaporan Monitoring
a. Pembuatan proposal kegiatan
b. Permintaan bantuan dari Pemerintah Pusat berupa :
Memperkuat komitmen pemerintah daerah dalam hal - Pembuatan dan perbaikan irigasi tambak
2 dukungan anggaran untuk perbaikan sarana dan - Mesin pembuat pakan
prasarana budidaya. - Hatchery
- Penyediaan bahan bakar untuk mesin sedot air
- dll
Meningkatkan pemanfaatan potensi lahan budidaya a. Kajian Pengolahan Hasil Produksi Ikan/udang
3 dengan komoditas unggulan yang bernilai ekonomis b. Kajian Pemanfaatan lahan
tinggi. c. Penggunaan teknologi tepat guna (kincir air, mulsa dll)
Perbaikan dan pengadaan fasilitas infrastruktur dan fungsi a. Review asset fasilitasi infrastruktur di KPPN tanjung redep
sarana dan prasarana produksi budidaya perikanan b. Pembangunan sarana prasarana yang dibutuhkan kawasan budidaya
4
melalui perbaikan saluran air sungai dan BB (Balai c. Normalisasi Sungai
Benih).
a. Penerimaan Tenaga Ahli Penyuluhan
b. Safari dan pendampingan Penyuluhan
Meningkatkan jumlah, peran dan fungsi penyuluh dan c. Pelatihan dan Studi banding para penyuluh
5
petani tambak KPPN Tanjung redep. d. Peningkatan sarana dan prasarana operasional penyuluh
e. Pelatihan Budidaya untuk petani tambak
f. Pelatihan manajemen organisasi untuk kelompok tani
a. Pelatihan teknologi tepat guna untuk para pelaku usaha perikanan di KPPN Tanjung redep
Mengintroduksikan paket teknologi melalui diseminasi b. Peningkatan jalur alih teknologi lewat acara penyuluhan dan sarana Media Elektronik bagi para
6
inovasi dan adopsi teknologi kepada masyarakat pelaku usaha perikanan
c. Pembuatan Demfarm (Demonstrasi farm)

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 56
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Rencana program sentra produksi perikanan KPPN Tanjung Redep berdasarkan


analisis-analisis sebelumnya secara garis besar terlihat pada gambar berikut ini.

KPPN TANJUNG REDEP

SENTRA PRODUKSI PERIKANAN

BUDIDAYA TAMBAK

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

Sesuai Sesuai

INTENSIFIKASI EKSTENSIFIKASI

2018 : Konversi
Penerapan Teknik
mangrove menjadi
Budidaya Semi-intensif
lahan tambak

ANALISIS KEBUTUHAN
Kajian Daya Tampung
lingkungan
Kebutuhan sarana dan
prasarana yang cukup besar

ANALISIS STRATEGI

PROGRAM BUDIDAYA TAMBAK

Pengaturan Kawasan
1. Pembangunan Demfarm Budidaya Tambak
(lahan tambak percontohan) KPPN Tanjung Redep
2. Pembangunan hatchery
3. Pembangunan Pabrik
Pellet/Pakan
4. Pembangunan Riset center/
Balai Pelatihan
5. Pembangunan dan
peningkatan infrastruktur &
SDM
6. Bantuan Produksi & Modal

Gambar 5.22 Rencana program sentra produksi perikanan KPPN tanjung Redep

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 57
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6.4.2 Sentra Industri Pengolahan Hasil Perikanan


Berdasarkan proyeksi hasil produksi tambak dengan penerapan teknologi semi
intensif, peningkatan luas areal tambak dan diversifikasi jenis ikan (udang dan
bandeng) yang dibudidayakan di KPPN Tanjung Redep, nampaknya diperlukan
penerapan teknologi pengolahan hasil perikanan. Seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel V.38
Proyeksi Hasil Produksi Tambak KPPN Tanjung Redep
PROYEKSI HASIL SEMI INTENSIF PROYEKSI HASIL SEMI INTENSIF
URAIAN
STANDAR TOTAL PER BULAN PER MINGGU
SARANA BUDIDAYA
BIBIT/ BENUR
240 807,096 67,258 16,815
(1000 x ind/ha/th)
PAKAN
6.86 23,069 1,922 481
(ton/ha/th)
SR 50% 403,548
FCR 1.80 12,816
ESTIMASI PRODUKSI
UDANG
70% 8,971.47 748 187
(ton/ha/th)
BANDENG
30% 3,844.92 320 80
(ton/ha/th)
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017

Dari tabel di atas terlihat estimasi produksi yang cukup besar terutama dari produksi
udang yang mencapai 187 ton/minggu. Sedangkan proyeksi daya serap pasar untuk
produksi tambak KPPN Tanjung Redep terlihat di tabel berikut.

Tabel V.39
Proyeksi Hasil Produksi Tambak KPPN Tanjung Redep
PROYEKSI
PROYEKSI DAYA SERAP PASAR
HASIL GAP
(KONSUMSI IKAN)
SEMI INTENSIF
URAIAN
PER
UDANG & PERTAHUN PERTAHUN
JIWA TAHUN TOTAL (TON)
BANDENG (kg) (TAHUN) (TAHUN)
(kg)
LOKAL

PROYEKSI JML PENDUDUK 10,015,


54.50 5.45 54,585.20 12,816 -41,769
(PROVINSI) 634

PROYEKSI JML PENDUDUK 15,031.


54.50 5.45 81.92 12,816 12,734
(KPPN) 00

Sumber : Target Konsumsi KKP dan Hasil Analisis, 2017

Ini menunjukkan bahwa setelah hasil produksi tambak dikonsumsi secara internal
masih tetap berpotensi untuk bisa dijual keluar wilayah KPPN Tanjung Redep sebesar
12.734 ton (99%) per tahun. Proyeksi ini memungkinkan adanya pengembangan
usaha perikanan melalui teknologi hasil pengolahan perikanan yang bertujuan untuk :
1. Meningkatkan nilai ekonomis komoditi hasil perikanan.
2. Sebagai solusi untuk menghindari tidak terjualnya hasil produksi perikanan.
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 58
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

3. Mempraktiskan konsumsi ikan/udang dari jenis makanan yang membutuhkan


pengolahan khusus menjadi lebih instan.

Turunan pertama dari konsep pengolahan perikanan yang akan direncanakan di


KPPN Tanjung Redep adalah ikan/udang beku. Kebutuhan akan pabrik es (untuk
pengiriman penjualan) dan cold storage (ikan/udang beku) yang berkapasitas 20 ton
sangat diperlukan di KPPN Tanjung Redep.
Sedangkan beberapa turunan pengolahan dari hasil pengolahan perikanan tambak,
diantaranya : bakso ikan, nugget stik ikan, kaki naga, fish finger, siomay, otak-otak
bulat, otak-otak panjang, bakso ikan tahu, lumpia, ekado, keong mas, dan udang
gulung diharapkan menjadi turunan lanjutan yang mampu dilakukan masyarakat atau
BumDes KPPN Tanjung Redep. Produk tersebut disajikan dalam kemasan plastik
dengan variasi ukuran. Bahan baku produk tersebut diharapkan dapat diperoleh dari
hasil tambak KPPN Tanjung redep. Untuk itu diperlukan beberapa program pelatihan
teknologi pengolahan hasil perikanan yang dilakukan oleh : penyuluh, BLK atau
Sumber daya manusia yang terlibat di resource centre yang akan direncanakan di
kawasan sentra pengolahan.

5.4.6.5 Analisis Sarana Bisnis/Pusat Bisnis di Kawasan Ekonomi Perdesaan


Berdasarkan hasil proyeksi sarana bisnis pada akhir tahun perencanaan (2028),
KPPN Tanjung Redeb membutuhkan infrastruktur perekonomian dalam menunjang
kegiatan ekonomi di KPPN Tanjung Redeb, yaitu terdiri dari pertokoan skala
permukiman sebanyak 3 unit dan 1 unit pasar skala desa. Tidak ada gap untuk
pertokoan dan pasar karena sudah terpenuhi. Namun mengingat di KPPN Tanjung
Redeb, akan dikembangkan Sentra Pemasaran, maka pasar skala kawasan dapat
disebut sebagai sub terminal agribisnis dibutuhkan pada tahun 2020.

Tabel V.40
Analisis Tingkat Pelayanan dan Proyeksi Sarana Bisnis/ Pusat Bisnis di Kawasan
Ekonomi Perdesaan KPPN Tanjung Redeb
SARANA STANDAR STANDAR EKSISTING GAP KEBUTUHAN (UNIT)
NO
PERDAGANGAN (UNIT/JIWA) 2015 2019 GAP 2023 GAP 2028
1 Pertokoan Skala Permukiman 6.000 2 9 -7 2 -7 2 -7 3
2 Pasar Skala Desa 30.000 0 1 -1 0 -1 0 -1 1
3 Pasar Skala Kawasan 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Penduduk 10.293 11.755 13.211 15.031
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Hasil analisis indeks pelayanan infrastruktur ekonomi berdasarkan standar yang


dikeluarkan oleh Kementerian Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun
2014. Untuk lebih jelasnya mengenai indeks pelayanan infrastruktur ekonomi di
KPPN Tanjung Redeb dapat dilihat pada tabel berikut.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 59
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.41
Indeks Pelayanan Infrastruktur Ekonomi di KPPN Tanjung Redeb
INDEKS INDIKATOR PELAYANAN INFRASTRUKTUR EKONOMI
KETERSEDIAAN
KETERSEDIAAN MINIMARKET/ KETERSEDIAAN RESTORAN/
NO DESA KETERSEDIAAN PASAR AKOMODASI KETERSEDIAAN BANK
WARUNG KELONTONG RM
HOTEL/PENGINAPAN
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
1 Pulau Derawan 0 Desa yang tidak terdapat 0 Desa yang tidak terdapat 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak
kelompok pertokoan, pasar dengan bangunan terdapat terdapat hotel terdapat bank
minimarket, maupun permanen, pasar dengan restoran/rumah makan maupun
toko/warung kelontong bangunan semi maupun warung/kedai penginapan
permanen, maupun pasar makanan minuman
tanpa bangunan
2 Teluk Semanting 0 Desa yang tidak terdapat 0 Desa yang tidak terdapat 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak
kelompok pertokoan, pasar dengan bangunan terdapat terdapat hotel terdapat bank
minimarket, maupun permanen, pasar dengan restoran/rumah makan maupun
toko/warung kelontong bangunan semi maupun warung/kedai penginapan
permanen, maupun pasar makanan minuman
tanpa bangunan
3 Pegat Betumbuk 3 Desa yang tidak terdapat 2 Desa yang tidak terdapat 1 Desa yang tidak 2 Desa yang tidak 2 Desa yang terdapat
kelompok pertokoan tetapi pasar dengan bangunan terdapat terdapat hotel bank dengan rasio
tersedia minimarket dengan permanen, tetapi masih restoran/rumah makan, tetapi ada ketersediaan bank
rasio ketersediaan ada pasar dengan tetapi ada penginapan terhadap penduduk
minimarket terhadap bangunan semi warung/kedai makanan dengan rasio desa lebih dari atau
penduduk desa kurang dari permanen dengan rasio minuman dengan rasio ketersediaan sama dengan
0,00043681590218 (4 ketersediaan pasar ketersediaan penginapan 0.00022567912721 (2
fasilitas per 10.000 dengan bangunan semi warung/kedai makanan terhadap fasilitas per 10.000
penduduk), tanpa permanen terhadap minuman terhadap penduduk desa penduduk) dan kurang
mempertimbangkan penduduk desa kurang penduduk desa kurang lebih dari atau dari 0,00045135825442
ketersediaan toko/warung dari 0,00053925247833 dari sama dengan (5 fasilitas per 10.000
kelontong (5 fasilitas per 10.000 0,00408160850626 (40 0,0009650324801 penduduk)
penduduk), tanpa fasilitas per 10.000 3 (10 fasilitas per
mempertimbangkan penduduk) 10.000 penduduk)
ketersediaan pasar tanpa dan kurang dari
bangunan. 0,0019300649602
7 (19 fasilitas per
10.000 penduduk)
4 Kasai 1 Desa yang tidak terdapat 0 Desa yang tidak terdapat 3 Desa yang tidak 3 Desa yang tidak 4 Desa yang terdapat
kelompok pertokoan pasar dengan bangunan terdapat terdapat hotel bank dengan rasio

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 60
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

INDEKS INDIKATOR PELAYANAN INFRASTRUKTUR EKONOMI


KETERSEDIAAN
KETERSEDIAAN MINIMARKET/ KETERSEDIAAN RESTORAN/
NO DESA KETERSEDIAAN PASAR AKOMODASI KETERSEDIAAN BANK
WARUNG KELONTONG RM
HOTEL/PENGINAPAN
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
maupun minimarket, tetapi permanen, pasar dengan restoran/rumah makan, tetapi ada ketersediaan bank
tersedia toko/warung bangunan semi tetapi ada penginapan terhadap penduduk
kelontong dengan rasio permanen, maupun pasar warung/kedai makanan dengan rasio desa lebih dari atau
ketersediaan toko/warung tanpa bangunan minuman dengan rasio ketersediaan sama dengan
kelontong terhadap ketersediaan penginapan 0,00067703738163 (7
penduduk desa kurang dari warung/kedai makanan terhadap fasilitas per 10.000
0,01004450094485 (100 minuman terhadap penduduk desa penduduk) dan kurang
fasilitas per 10.000 penduduk desa lebih lebih dari atau dari 0,00090271650884
penduduk) dari atau sama dengan sama dengan (9 fasilitas per 10.000
0,00816321701253 (82 0,0019300649602 penduduk)
fasilitas per 10.000 7 (19 fasilitas per
penduduk) 10.000 penduduk)
5 Tanjung Batu 1 Desa yang tidak terdapat 0 Desa yang tidak terdapat 1 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak 0 Desa yang tidak
kelompok pertokoan pasar dengan bangunan terdapat terdapat hotel terdapat bank
maupun minimarket, tetapi permanen, pasar dengan restoran/rumah makan, maupun
tersedia toko/warung bangunan semi tetapi ada penginapan
kelontong dengan rasio permanen, maupun pasar warung/kedai makanan
ketersediaan toko/warung tanpa bangunan minuman dengan rasio
kelontong terhadap ketersediaan
penduduk desa kurang dari warung/kedai makanan
0,01004450094485 (100 minuman terhadap
fasilitas per 10.000 penduduk desa kurang
penduduk) dari
0,00408160850626 (40
fasilitas per 10.000
penduduk)
Sumber: Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 61
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6.6 Analisis Penerapan Teknologi dan Inovasi Untuk Meningkatkan Nilai


Tambah dan Daya Saing
A. Jaringan Seluler
Jaringan seluler yang ada di KPPN Tanjung Redeb yaitu hanya ada provider
telkomsel dan Xl saja, dan Indosat yang tersebar di seluruh Desa yang ada di KPPN
Tanjung Redeb dengan teknologi jaringan masih 3G.

B. Jaringan Internet
Untuk jaringan internet ada 3 jenis jaringan internet yang ada di KPPN Tanjung
Redeb yaitu jaringan internet rumah, wifi dan PLIK (Pusat Pelayanan Internet
Kecamatan). Dimana untuk jaringan internet rumah hampir seluruh desa sudah
terlayani kecuali Desa Teluk Semanting. Sedangkan Wifi hanya melayani Desa Kasai
dan jaringan internet PLIK terdapat di SMK 6 Berau di Desa Tanjung Batu. Mengingat
pentingnya fungsi jaringan internet dalam pengembangan ekonomi dan sosial
masyarakt KPPN Tanjung Redeb, dibutuhkan pengembangan layanan jaringan ini.
Kebutuhan pengembangan jaringan internet di KPPN Tanjung Redeb antara lain:
1. Pengembangan Jaringan Wifi di setiap sekolah dan kantor pemerintahan
(Kecamatan dan Desa)
2. Pengembangan dan peningkatan layanan PLIK (Pusat Layanan Internet
Kecamatan) di setiap desa.
3. Pengembangan jasa dan layanan PLIK yang mendukung pengembangan
keterampilan dan peningkatan pendidikan. PLIK sebagai pelengkap dan
pendukung pendidikan sekolah formal. Dengan cara menyediakan pelatihan
keterampilan multimedia, konten informasi pendidikan, memadukan layanan
PLIK dengan layanan perpustakaan/kursus akademik, dan sebagainya.

4. Pengayaan Konten informasi berkaitan dengan informasi pendidikan (misal
Buku Sekolah Elektronik, Edugames Mata Pelajaran, Bank Soal, dan
sebagainya), informasi perikanan dan pariwisata, informasi perekonomian
(harga jual beli komoditi, informasi wisata), informasi pemerintahan, dan
sebagainya. 


C. Pemanfaatan TIK
Manfaat teknologi informasi dalam bidang perikanan dan wisata, diantaranya :
1. Informasi bagi para nelayan
Teknologi informasi membantu memberikan informasi yang relevan dan tepat
waktu sehingga memudahkan nelayan untuk mengambil keputusan dalam
sebuah peluang dan menghasilkan produk yang maksimal.
2. Meningkatkan komoditas perikanan
Informasi hasil penelitian dan inovasi dalam bidang perikanan membantu upaya
peningkatan produksi komoditas perikanan, Selain itu Informasi dan pengetahuan
tentang perikanan akan menjadi pemicu dalam menciptakan peluang untuk

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 62
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

pembangunan perikanan dan ekonomi sehingga terjadi pengurangan angka


kemiskinan.
3. Memudahkan untuk berkomunikasi
Dengan adanya komunikasi yang terjalin antar petani mempermudah petani
dalam mengambil keputusan yang terbaik dalam pengelolaan lahan pertaniannya
dan masalah lain.
4. Mempermudah dalam hal pemasaran hasil pertanian
Pola bisnis konvensional sudah tidak terlalu sering dilakukan, Pemasaran produk
pertanian melalui internet lebih ekonomis daripada secara konvensional karena
para petani dapat dengan mudah mengetahui kebutuhan pasar,
mengkoordinasikan penanaman, dan dapat menjual hasil pertaniannya secara
cepat.

Pola pemanfaaatan TIK di KPPN Tanjung Redeb yang diperoleh dari kuesioner
adalah:
1. Untuk kebutuhan pribadi dan bisnis
2. Untuk kepentingan pemerintah dan pelayanan publik
3. Untuk kepentingan pendidikan, usaha bagi para petani, nelayan, peternak serta
peluang usaha pengembangan bisis dan lainnya
4. Sebagian besar belum memanfaatkan sebagai informasi karena belum
memahami cara penggunaannya dengan benar

Dengan membandingkan manfaat dan pola pemanfaatan TIK tersebut di atas, maka
kebutuhan pengembangan pemanfaatan TIK di KPPN Tanjung Redeb adalah:
1. Pengembangan suatu paket piranti lunak yang ramah petani yang khusus
dirancang untuk para petani yang bertujuan mensuplai informasi-informasi
mutakhir tentang pertanian.
2. Pelatihan pemanfaatan TIK bagi para petani

5.4.6.7 Analisis Suplai Energi Untuk Pemenuhan Domestik dan Industri


Listrik merupakan salah satu prasarana wilayah yang dibutuhkan dalam kehidupan
penduduk. Tersedianya prasarana listrik yang memadai akan memacu pertumbuhan
dan perkembangan suatu wilayah. Sebaliknya, kekurangan energi listrik akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Hal ini disebabkan berbagai
aktivitas sosial dan ekonomi membutuhkan energi listrik. Listrik memiliki pengaruh
yang besar terhadap kehidupan penduduk, maka dari itu fungsi listrik memiliki arti
yang sangat penting dalam menunjang kegiatan yang berjalan di suatu wilayah.
Mengingat bahwa listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting di KPPN
Tanjung Redeb baik untuk kepentingan kebutuhan listrik domestik maupun non
domestik, artinya agar kegiatan penduduk dapat berjalan secara normal dan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 63
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

mendukung pengembangan ekonomi KPPN Tanjung Redeb maka harus diiringi


dengan penyediaan prasarana listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk di KPPN Tanjung Redeb akan listrik saat ini
bersumber dari PLTD yang dikelola swasta, BUMDes, dan TNI AL. Berdasarkan data
Indeks Pembangunan Desa (IPD) Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Bappenas,
bahwa rasio elektrifikasi setiap desa di KPPN Tanjung memiliki nilai 5 (lima), yang
artinya bahwa persentase keluarga pengguna listrik di KPPN Tanjung Redeb lebih
dari 83%.
Perkiraan akan besarnya listrik yang dibutuhkan dapat diketahui dengan melakukan
proyeksi akan kebutuhan listrik. Dari hasil proyeksi yang diperoleh dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pembangunan dalam prasarana listrik untuk
mengakomodasi kebutuhan penduduk akan listrik dimasa mendatang.
Hasil analisis menunjukan bahwa kebutuhan energi listrik di KPPN Tanjung Redeb
sampai akhir tahun perencanaan 2028 agar dapat melayani kebutuhan listrik baik
untuk kebutuhan domestik, non domestik dan industri adalah sebesar 6.883.860watt.

Tabel V.42
Indeks Eletrifikasi KPPN Tanjung Redeb Tahun 2014
INDEKS INDIKATOR ELEKTRIFIKASI
NO DESA
NILAI INTERPRETASI
1 Pulau Derawan 5 Desa yang persentase keluarga pengguna listrik lebih dari 83
persen
2 Teluk Semanting 5 Desa yang persentase keluarga pengguna listrik lebih dari 83
persen
3 Pegat Betumbuk 5 Desa yang persentase keluarga pengguna listrik lebih dari 83
persen
4 Kasai 5 Desa yang persentase keluarga pengguna listrik lebih dari 83
persen
5 Tanjung Batu 5 Desa yang persentase keluarga pengguna listrik lebih dari 83
persen
Sumber: Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 64
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.43
Analisis Tingkat Pelayanan dan Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik
di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2018-2028
DAYA PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK
KEBUTUHAN TERPASANG
NO URAIAN GAP
TAHUN 2015 TAHUN 2015 2019 GAP 2023 GAP 2028 GAP
(WATT)
1 KEBUTUHAN DOMESTIK 2.317.500 3.768.300 4.084.200 4.372.200
a JUMLAH RUMAH 2.575 4.187 4.538 4.858
KEBUTUHAN LISTRIK (900
b 2.317.500 3.768.300 4.084.200 4.372.200
WATT)
KEBUTUHAN NON
2 695.250 1.130.490 1.225.260 1.311.660
DOMESTIK
FASILITAS SOSIAL
a 463.500 1.650.000 -1.362.750 753.660 -4.611.540 816.840 -1.610.670 874.440 -374.400
EKONOMI (20%
b PENERANGAN JALAN (10%) 231750 376830 408420 437220
KEBUTUHAN LISTRIK
3 KAWASAN PUSAT - - 1.200.000 1.200.000
PENGOLAHAN (8 HA)
TOTAL KEBUTUHAN
4 3.012.750 4.898.790 6.509.460 6.883.860
LISTRIK
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017.
Keterangan: *), Total Daya Terpasang Pada ULD Tanjung Batu dan Pulau Derawan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 65
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6.8 Analisis Sarana Pendidikan Kejuruan Untuk Meningkatkan Inovasi dan


Kreatifitas Lokal
Ketersediaan sarana pendidikan berupa gedung sekolah, ruangan kelas, serta
tenaga pengajar merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pengembangan
kawasan, khususnya apabila dikaitkan dengan penyediaan sumberdaya manusia
yang berkualitas. Sebagai faktor penting, sarana pendidikan diupayakan sedemikian
rupa sehingga dapat terjangkau oleh setiap penduduk sehingga perlu
dipertimbangkan kedekatan jarak antara lokasi fasilitas dengan konsentrasi
penduduk.
Untuk melakukan analisis tingkat pelayanan dan proyeksi kebutuhan sarana
pendidikan, acuan yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Kawasan Perumahan. Standar pelayanan minimal sarana pendidikan
sesuai dengan acuan ini adalah sebagai berikut:
1. Taman Kanak-kanak, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan
adalah 1.250 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 216 m2/unit dan luas lahan
adalah 216 m2/unit.
2. Sekolah Dasar/MI, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan
adalah 1.600 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 633 m2/unit dan luas lahan
adalah 2.000 m2/unit.
3. SLTP/MTs, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
4.800 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 2.282 m2/unit dan luas lahan adalah
9.000 m2/unit.
4. SLTA/SMK/MA, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
4.800 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 3.835 m2/unit dan luas lahan adalah
12.500 m2/unit.

Berdasarkan asumsi di atas, ketersediaan sarana pendidikan yang ada di KPPN


Tanjung Redeb tahun 2015 berupa TK, SD/MI, SMP/MTS dan SMU/SMK/MA sudah
memadai jika dilihat dari jumlah penduduk dimana tingkat pelayanan masing-masing
sarana pendidikan tersebut 100%. Sedangkan berdasarkan hasil proyeksi yang
dilakukan, bahwa hingga akhir tahun perencaan di KPPN Tanjung Redeb tidak
diperlukan penambahan sarana pendidikan.

Tabel V.44
Analisis Tingkat Pelayanan dan Proyeksi Sarana Pendidikan
di KPPN Tanjung Redeb
PROYEKSI
JUMLAH KEBUTUHAN TINGKAT KEBUTUHAN
SARANA
NO 2015 2015 PELAYANAN GAP (UNIT)
PENDIDIKAN
(UNIT) (UNIT) (%)
2019 2023 2028
1 TK 15 9 >100 6 0 0 0
2 SD/MI 52 7 >100 45 0 0 0
3 SMP/MTS 17 2 >100 15 0 0 0
4 SMU/SMK/MA 8 2 >100 6 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 66
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.45
Indeks Pelayanan Pendidikan di KPPN Tanjung Redeb
INDEKS INDIKATOR PELAYANAN PENDIDIKAN
KETERSEDIAAN & AKSES KE KETERSEDIAAN & AKSES KE SD KETERSEDIAAN & AKSES KE KETERSEDIAAN & AKSES KE SMA
NO DESA
TK/RA/BA SEDERAJAT SMP SEDERAJAT SEDERAJAT
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
1 Pulau 0 Kondisi dimana desa 5 Kondisi dimana di desa 0 Kondisi dimana desa 0 Kondisi dimana desa
Derawan tersebut tidak terdapat tersebut terdapat SD tersebut tidak terdapat tersebut tidak terdapat
TK/RA/BA. Jarak menuju sederajat dengan rasio SMP sederajat. Jarak SMA sederajat. Jarak
TK/RA/BA terdekat sejauh ketersediaan SD sederajat menuju SMP sederajat menuju SMA sederajat
lebih dari atau sama terhadap penduduk desa terdekat sejauh lebih terdekat sejauh lebih dari
dengan 20 km lebih dari atau sama dari atau sama dengan atau sama dengan 14 km
dengan 9 km.
0,00139681742219 (14
fasilitas per 10.000
penduduk)
2 Teluk 2 Kondisi dimana desa 5 Kondisi dimana di desa 2 Kondisi dimana desa 0 Kondisi dimana desa
Semanting tersebut tidak terdapat tersebut terdapat SD tersebut tidak terdapat tersebut tidak terdapat
TK/RA/BA. Jarak menuju sederajat dengan rasio SMP sederajat. Jarak SMA sederajat. Jarak
TK/RA/BA kurang dari 10 ketersediaan SD sederajat menuju SMP sederajat menuju SMA sederajat
km terhadap penduduk desa terdekat lebih dari atau terdekat sejauh lebih dari
lebih dari atau sama sama dengan 3 km dan atau sama dengan 14 km
dengan kurang dari 6 km
0,00139681742219 (14
fasilitas per 10.000
penduduk)
3 Pegat 3 Kondisi dimana di desa 3 Kondisi dimana di desa 4 Kondisi dimana di desa 4 Kondisi dimana di desa
Betumbuk tersebut terdapat tersebut terdapat SD tersebut terdapat SMP tersebut terdapat SMA
TK/RA/BA dengan rasio sederajat dengan rasio sederajat dengan rasio sederajat dengan rasio
ketersediaan TK/RA/BA ketersediaan SD sederajat ketersediaan SMP ketersediaan SMA
terhadap penduduk desa terhadap penduduk desa sederajat terhadap sederajat terhadap
kurang dari kurang dari penduduk desa kurang penduduk desa lebih dari
0.00047665382434 (5 0.00069840871109 (7 dari 0,00053531809209 atau sama dengan
fasilitas per 10.000 fasilitas per 10.000 (5 fasilitas per 10.000 0,00044061849597 (4
penduduk) penduduk) penduduk) fasilitas per 10.000
penduduk)
4 Kasai 4 Kondisi dimana di desa 4 Kondisi dimana di desa 5 Kondisi dimana di desa 0 Kondisi dimana desa
tersebut terdapat tersebut terdapat SD tersebut terdapat SMP tersebut tidak terdapat
TK/RA/BA dengan rasio sederajat dengan rasio sederajat dengan rasio SMA sederajat. Jarak

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 67
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

INDEKS INDIKATOR PELAYANAN PENDIDIKAN


KETERSEDIAAN & AKSES KE KETERSEDIAAN & AKSES KE SD KETERSEDIAAN & AKSES KE KETERSEDIAAN & AKSES KE SMA
NO DESA
TK/RA/BA SEDERAJAT SMP SEDERAJAT SEDERAJAT
NILAI KET NILAI KET NILAI KET NILAI KET
ketersediaan TK/RA/BA ketersediaan SD sederajat ketersediaan SMP menuju SMA sederajat
terhadap penduduk desa terhadap penduduk desa sederajat terhadap terdekat sejauh lebih dari
lebih dari atau sama lebih dari atau sama penduduk desa lebih atau sama dengan 14 km
dengan dengan dari atau sama dengan
0.00047665382434 (5 0,00069840871109 (7 0,00053531809209 (5
fasilitas per 10.000 fasilitas per 10.000 fasilitas per 10.000
penduduk) dan kurang penduduk) dan kurang penduduk)
dari 0.00095330764868 dari 0,00139681742219
(10 fasilitas per 10.000 (14 fasilitas per 10.000
penduduk) penduduk)
5 Tanjung 3 Kondisi dimana di desa 3 Kondisi dimana di desa 4 Kondisi dimana di desa 0 Kondisi dimana desa
Batu tersebut terdapat tersebut terdapat SD tersebut terdapat SMP tersebut tidak terdapat
TK/RA/BA dengan rasio sederajat dengan rasio sederajat dengan rasio SMA sederajat. Jarak
ketersediaan TK/RA/BA ketersediaan SD sederajat ketersediaan SMP menuju SMA sederajat
terhadap penduduk desa terhadap penduduk desa sederajat terhadap terdekat sejauh lebih dari
kurang dari kurang dari penduduk desa kurang atau sama dengan 14 km
0.00047665382434 (5 0.00069840871109 (7 dari 0,00053531809209
fasilitas per 10.000 fasilitas per 10.000 (5 fasilitas per 10.000
penduduk) penduduk) penduduk)
Sumber: Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 68
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6.9 Analisis Kerjasama Antardesa, Daerah, KPS, BUM Antar Desa


5.4.6.9.1 Kondisi dan Pengembangan BUMDes
Terkait kondisi kerjasama antar Desa, Daerah, KPS, BUM Antar desa di KPPN
Tanjung Redeb semua desa terlibat dalam Badan Kerjasama Antar Desa atau BKAD.
Menurut perundangan lingkup kerjasama antar desa meliputi:
a. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing;
b. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat antar desa; dan/atau
c. bidang keamanan dan ketertiban

Sebagian besar bidang lingkup kerjasama antar desa yang sudah dijalankan di KPPN
Tanjung Redeb yaitu pengembangan usaha bersama melalui BUMDes, kegiatan
kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan serta keamanan dan
ketertiban. Sedangkan lingkup kerjaan yang belum dijalankan yaitu pembangunan
kawasan perdesaan.
Sebagian besar belum ada peraturan yang menaungi pembentukan BKAD itu sendiri,
sebagian masyarakat menganggap BKAD belum berjalan dengan efektif dan efisien
dikarenakan belum adanya peraturan yang mengikat.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan BUMDes yaitu :
 kurangnya pemahaman masyarakat
 kurangnya tingkat partisipasi masyarakat
 tidak ada kantor dan fasilitas penunjang lainnya
 pembangunan kantor dan penambahan modal
 belum adanya sumbangan dari pihak swasta, serta belum adanya PKS antara
pihak desa dan pihak ketiga,
 belum adanya potensi desa yang dapat dikembangkan oleh pihak ketiga

Kelompok tani di desa pun sangat berperan penting dalam kerjasana antar desa,
akan tetapi kondisi kelompok tani di KPPN Tanjung Redeb dalam keadaan yang
kurang baik. Kelompok tani yang sudah tidak aktif lagi dikarenakan kurangnya
pelatihan terhadap kelompok tani itu sendiri.
BKAD bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan potensi atau penyelesaian masalah
antar desa. misalnya desa A dan desa B memiliki potensi ekonomi berupa pasar
desa, dimana pasar tersebut terletak di desa A sementara pedagangnya kebanyakan
dari desa B. untuk mengoptimalkan potensi tersebut perlu ada perbaikan bangunan
dan tata kelola pasar.
Maka untuk menguatkan pengelolaan pasar tersebut akan lebih kuat apabila dibentuk
Badan Kerjasama Antar Desa sebagai komisaris (ditetapkan melalui peraturan
bersama kepala desa tentang Kerjasama pengelolaan pasar desa dan peraturan
bersama kepala desa tentang Badan Kerjasama Antar Desa) sebagai payung

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 69
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

hukumnya, dan untuk pelaksana teknisnya di bentuk unit usaha (berbadan hukum
sesuai peraturan yang ada, koperasi, PT atau PBH)
Adapun beberapa dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kerjasama antar
desa yaitu
a. memberikan permodalan dan fisik.
b. Pemerintah Provinsi/Kabupaten mendorong perkembangan BUM Desa dengan:
1) memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
2) melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
3) memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

5.4.6.9.2 Model Pengembangan BUMDes Bersama


Selain usaha-usaha diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi, dalam proses
pengembangan sistem agribisnis dibutuhkan usaha pengembangan model usaha
yang akan dilaksanakan. Model usaha dibuat dan dilaksanakan berdasarkan pada
prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan diantara seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder).
Kemitraan adalah salah satu bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan di KPPN
Tanjung Redeb, Kabupaten Berau. Sebagai contoh model usaha dalam bentuk
kemitraan, dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 5.23 Skema Model Kolaborasi Kelembagan Perikanan


di KPPN Tanjung Redeb

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 70
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

5.4.6.10 Analisis Lembaga Keuangan Mikro di Daerah


Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut
dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Asian Development Bank (ADB)
mendefinisikan LKM sebagai lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan
(deposits), kredit (loan), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta
money transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Dengan
demikian LKM memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan berbagai jasa
keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro. Berdasarkan
fungsinya, jasa keuangan mikro yang dilaksanakan oleh LKM memiliki ragam yang
luas yaitu dalam bentuk kredit maupun pembiayaan lainnya.
Terdapat tiga elemen penting LKM. Pertama, menyediakan beragam jenis pelayanan
keuangan. Kedua, melayani rakyat miskin. Ketiga, menggunakan prosedur dan
mekanisme yang kontekstual dan fleksibel. Hal ini merupakan konsekuensi dari
kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan mekanisme yang
dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel.
Dua kategori LKM menurut BI yaitu LKM yang berwujud bank dan nonbank.
Perbedaan kategori ini dapat terjadi karena adanya perbedaan kriteria yang dipakai,
baik menyangkut aspek legalitas maupun prosedur dalam operasionalisasi masing-
masing LKM. LKM yang berwujud bank adalah BRI Unit Desa, BPR dan BKD (Badan
Kredit Desa). Sedangkan yang bersifat non bank adalah koperasi simpan pinjam
(KSP), unit simpan pinjam (USP), lembaga dana kredit pedesaan (LDKP), baitul mal
wattanwil (BMT), lembaga swadaya masyarakat (LSM), arisan, pola pembiayaan
Grameen, pola pembiayaan ASA, kelompok swadaya masyarakat (KSM), dan credit
union. Meskipun BRI Unit Desa dan BPR dikategorikan sebagai LKM, namun akibat
persyaratan peminjaman menggunakan metode bank konvensional, pengusaha mikro
kebanyakan masih kesulitan mengaksesnya (Rudjito, 2003).
Permodalan masih menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi pelaku
usaha pertanian di KPPN Tanjung Redeb. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
perlu solusi dengan dana bantuan sebagai modal usahatani bagi petani, sekaligus
untuk memperbaiki dan memperkuat kelembagaan ekonomi di KPPN Tanjung Redeb
yang akhirnya bermuara pada berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKM-A)
Berdasarkan data kuesioner, sumber permodalan usaha di KPPN Tanjung Redeb
berasal dari modal sendiri. Sangat sedikit yang memperoleh modal dari sumber
Lembaga Keuangan Mikro seperti dari koperasi dan perbankan.. Tidak ada
pemanfaatan rentenir dan tengkulak. Sebagai sumber modal petani memanfaatkan
perbankan atau pegadaian yang di Tanjung Batu.
Dalam konteks pembangunan ekonomi KPPN Tanjung Redeb yang memiliki komoditi
unggulan bandeng dan udang tambak, BUMDes atau BUMDes Bersama dapat
membentuk unit usaha yang berfungsi sebagai LKM-A. Untuk ini diperlukan kajian
lebih spesifik tentang kemungkinan BUMDes melakukan kegiatan usaha LKM-A.
Sebagai alternatif skema pengembangan BUMDes bersama dapat dijadikan model
LKM-A.
Potensi yang dapat diperankan LKM-A dalam memacu pertumbuhan ekonomi sangat
besar karena:

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 71
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1. Pertama, LKM-A umumnya berada atau dekat dengan kawasan pedesaan


sehingga dapat dengan mudah diakses oleh petani/pelaku ekonomi di desa.
2. Petani/masyarakat desa lebih menyukai proses yang singkat dan tanpa banyak
prosedur.
3. Karakteristik usahatani umumnya membutuhkan platfond kredit yang tidak
terlalu besar sehingga sesuai dengan kemampuan finansial LKM-A.
4. Dekatnya lokasi LKM-A dan petani memungkinkan pengelola LKM memahami
betul karakteristik usahatani sehingga dapat mengucurkan kredit secara tepat
waktu dan jumlah; dan Kelima, Adanya keterkaitan socio cultural serta
hubungan yang bersifat personal-emosional diharapkan dapat mengurangi sifat
moral hazard dalam pengembalian kredit.

5.4.6.11 Analisis Palayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)


Dalam rangka menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif di daerah, maka
dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Tujuannya adalah dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik melalui pelayanan yang cepat, murah,
mudah, transparan, pasti dan terjangkau. Selain itu, kebijakan tersebut juga
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat serta meningkatkan hak
masyarakat atas pelayanan publik.
PTSP Kabupaten Berau sendiri merupakan kewenangan yang dimiliki Dinas
Penanaman Modal dan PTSP (DPM-PTSP) Berau. Layanan pengurusan izin di
Kabupaten Berau masih dilakukan secara manual, belum dilakukan secara online.
PTSP penting bagi pengembangan KPPN Tanjung Redeb, terutama terkait dengan
pengembangan BUMDes yang membangun unit usaha. Segala perizinan usaha
BUMDes maupun BUMDes bersama niscaya dilakkukan melalui PTSP ini. Dengan
sistem manual, pengurusan segala izin usaha tidak semudah sistem online. Untuk
itu, Pemerintah Kabupaten Berau, khususnya Dinas Penanaman Modal Daerah perlu
melakukan sosialisasi kepada penggiat usaha, termasuk BUMDes di KPPN Tanjung
Redeb.

5.4.6.12 Analisis TIK Untuk Memfasilitasi Perdagangan dan Pertukaran


Informasi
Jaringan seluler yang ada di KPPN Tanjung Redeb yaitu hanya ada provider
telkomsel dan Xl saja, dan Indosat yang tersebar di seluruh Desa yang ada di KPPN
Tanjung Redeb dengan teknologi jaringan masih 3G.
Untuk jaringan internet ada 3 jenis jaringan internet yang ada di KPPN Tanjung
Redeb yaitu jaringan internet rumah, wifi dan PLIK (Pusat Pelayanan Internet
Kecamatan). Dimana untuk jaringan internet rumah hampir seluruh desa sudah
terlayani kecuali Desa Teluk Semanting. Sedangkan Wifi hanya melayani Desa Kasai
dan jaringan internet PLIK terdapat di SMK 6 Berau di Desa Tanjung Batu.
Pengembangan telekomunikasi di KPPN Tanjung Redeb bertujuan untuk mendorong
munculnya kegiatan perdagangan dan mendukung kegiatan pariwisata. Perkiraan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 72
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

jumlah satuan sambungan telepon di KPPN Tanjung Redeb sampai akhir tahun 2028
sebanyak 842 SST, dengan rincian untuk kebutuhan domestik sebanyak 601,24 SST
dan non domestik 240 SST.
Tabel V.46
Indeks Infrastruktur Komunikasi dan Informatika KPPN Tanjung Redeb Tahun 2014
INDEKS INDIKATOR KOMUNIKASI DAN INFORMASI
KETERSEDIAAN DAN KUALITAS FASILITAS KETERSEDIAAN FASILITAS INTERNET DAN
NO DESA
KOMUNIKASI SELULER PENGIRIMAN POS ATAU BARANG
NILAI INTERPRETASI NILAI INTERPRETASI
1 Pulau Derawan 2 Desa yang tidak ada Base Transceiver 0 Desa yang tidak ada kelima jenis fasilitas
Station (BTS), tetapi ada sinyal yaitu: internet di kantor kepala desa, warnet,
telepon seluler/handphone yang lemah kantor pos/pos pembantu/rumah pos, pos
keliling, serta jasa ekspedisi
2 Teluk Semanting 2 Desa yang tidak ada Base Transceiver 0 Desa yang tidak ada kelima jenis fasilitas
Station (BTS), tetapi ada sinyal yaitu: internet di kantor kepala desa, warnet,
telepon seluler/handphone yang lemah kantor pos/pos pembantu/rumah pos, pos
keliling, serta jasa ekspedisi
3 Pegat Betumbuk 5 Desa yang ada Base Transceiver 3 Desa yang ada tiga jenis diantara kelima
Station (BTS), tetapi ada sinyal fasilitas yaitu: internet di kantor kepala desa,
telepon seluler/handphone yang kuat warnet, kantor pos/pos pembantu/rumah pos,
pos keliling, serta jasa ekspedisi.
4 Kasai 5 Desa yang ada Base Transceiver 1 Desa yang ada satu jenis dari kelima fasilitas
Station (BTS), tetapi ada sinyal yaitu: internet di kantor kepala desa, warnet,
telepon seluler/handphone yang kuat kantor pos/pos pembantu/rumah pos, pos
keliling, serta jasa ekspedisi.
5 Tanjung Batu 5 Desa yang ada Base Transceiver 0 Desa yang tidak ada kelima jenis fasilitas
Station (BTS), tetapi ada sinyal yaitu: internet di kantor kepala desa, warnet,
telepon seluler/handphone yang kuat kantor pos/pos pembantu/rumah pos, pos
keliling, serta jasa ekspedisi
Sumber: Bappenas tentang Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

Tabel V.47
Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi
di KPPN Tanjung Redeb Tahun 2019-2028
Kebutuhan Telepon (SST)
No Uraian
2019 2023 2028
I Kebutuhan BTS (Unit) 1 1 1
II Kebutuhan Domestik
Rumah Tangga (20%) 470,20 557,56 601,24
Jumlah Kebutuhan Domestik 470,20 557,56 601,24
III Kebutuhan Non Domestik
Kegiatan Sosial Ekonomi (30%) 141,06 167,27 180,37
Telepon Umum (10%) 47,02 55,76 60,12
Jumlah Kebutuhan Non Domestik 188 223 240
Total II + III 658 781 842
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

5.4.7 Analisis Keterpaduan Program dan Sinkronisasi Pembangunan


Keterpaduan Program adalah upaya menyerasikan (fungsi, lokasi, waktu, dan
anggaran) program pembangunan infrastruktur sesuai tahapan/skala prioritas
pengembangan wilayah, melalui berbagai forum.
1) Output: Program pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5
tahun) dan 5 tahunan (untuk rentang waktu 5 tahun ke dua) yang sinkron, baik

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 73
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

dari aspek fungsi, lokasi, maupun waktu dan kewenangan pelaksanaan.


Program/kegiatan tersebut dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume,
perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana kerjasama.
2) Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan
infrastruktur jangka menengah dengan skenario tahunan dan jangka panjang
(10 tahun), berbasis kewilayahan di KPPN Tanjung Redeb.
3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
a. Sinkronisasi program pembangunan infrastruktur disusun melalui upaya
penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur ditinjau dari
aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3) waktu pelaksanaan, sesuai
tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah.
b. Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu antarkegiatan/
program infrastruktur prioritas.
c. Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan Daerah,
antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui
workshop. Pembahasan/forum/rapat kordinasi antarsektor di Pusat, dan
antarsektor di Daerah, untuk menyepakati rencana program pembangunan
infrastruktur.
d. Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus Building)
tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi Kelompok Terarah).
Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-kegiatan integrasi,
sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan sektor baik di Pusat
maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam pelaksanaan FGD yaitu:
stakeholders yang akan dilibatkan, lokasi FGD, dan Pelaksanaan FGD.
4) Batasan: Sinkronisasi program pembangunan infrastruktur ini memiliki
beberapa batasan, antara lain: terkait kemampuan keuangan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, serta adanya aspirasi eksternal yang tidak terantisipasi.
5) Prasyarat: Sinkronisasi program pembangunan infrastruktur ini memiliki
prasyarat harus mengacu pada beberapa aspek sinkronisasi yaitu: fungsi,
lokasi, dan waktu, serta keseragaman tingkat kedetailan program infrastruktur.

Untuk lebih jelasnya mengenai analisis keterpaduan program dan singkronisasi


pembangunan infrastruktur KPPN Tanjung Redeb, dapat dilihat pada Lampiran A.4.

5.4.8 Analisis Penentuan Sub Kawasan Prioritas


Sub kawasan prioritas merupakan bagian kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
pembangunan wilayah di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
Kawasan tersebut berfungsi sebagai:
a. Kawasan yang mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan dalam mendukung penataan ruang kawasan; 


PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 74
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial


dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam kawasan
yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap kawasan
bersangkutan; 

c. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama
RTRW/RDTR; dan 

d. Sebagai dasar penyusunan rencana ruang yang lebih detail. 


Kriteria kawasan prioritas akan memperimbangan kesiapan kawasan tersebut untuk


segera dibangun (Readiness Criteria). Readiness Criteria tersebut meliputi
pertimbangan kesiapan sebagai berikut :
1) Kesiapan Administrasi Pembangunan
Pertimbangan kesiapan administrasi pembangunan merupakan penilaian
kesiapan sub kawasan prioritas tersebut untuk segera dibangun. Kesiapan
administrasi merupakan prasyarat utama yang telah dilakukan pihak Pemerintah
Daerah terhadap rencana pembangunan kawasan prioritas yang akan dibantu
pelaksanaan atau pendanaannya oleh pemerintah pusat yang meliputi
kesiapan:
 Telah dilakukannya Studi Kelayakan/Feasility Study (FS).

Kawasan yang akan dibangun tersebut telah dilakukan studi kelayakannya
dan dinilai feasible untuk dilaksanakan.
 Telah dilakukan studi AMDAL/Dokumen Lingkungan .
Kawasan yang akan dibangun sudah memenuhi prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingungan (Sustainability and
Green development), dan telah diverifikasi oleh Dinas Lingkungan Hidup di
daerah.
 Telah dilakukan studi DED (Detail Engineering Design).
Kawasan yang dibangun telah dilakukan studi teknis DED dan prakiraan
biaya investasi, sebagai dasar pelaksanaan pembangunan. Hasil DED ini
kemudian akan dituangkan menjadi gambar kerja yang lebih teknis bagi
kontraktor sebagai dasar pelaksanaan dilapangan.
 Telah dilakukan Pembebasan Lahan.
Masalah kesiapan lahan yang meliputi ketersediaan lahan dan kejelasan
status lahan merupakan kendala yang proses pembangunan. Oleh karena itu
peranan pemerintah daerah dalam meredam konfik kepentingan yang
berkaitan dengan masalah pertanahan harus clean and clear sebelum
kegiatan fisik dimulai.

2) Pertimbangan Kepentingan
Pertimbangan kepentingan disini adalah penilaian kegiatan tersebut
berdasarkan tingkatan dampak yang akan ditimbulkan berdasarkan time frame,
apakah kegiatan tersebut bersifat sangat penting, mendesak atau bisa

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 75
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

dilakukan pada periode pengaggaran berikutnya. Pertimbangan kepentingan ini


meliputi :
 Kegiatan tersebut bersifat Mendesak (urgent).
Kegiatan tersebut dinilai
mendesak/urgent, apabila tidak dilaksanakan segera 
akan menimbuklan
dampak negatif yang besar bagi suatu kawasan/daerah. 

 Kegiatan tersebut bersifat Penting (Important). Kegiatan tersebut dinilai
penting/krusial bagi pengembangan pembangunan daerah. Kegiatan yang
penting dan krusial yang harus dilakukan dan akan dibantu pendanaan dan
atau pelaksanaannya oleh pemerintah pusat merupakan kegiatan/proyek
vital yang berkaitan dengan masyarakat banyak atau berpengaruh besar
terhadap pembangunan daerah. 
Pertimbangan kepentingan ini dinilai
berdasarkan kesepakatan dari kepentingan pemerintah daerah dan
kepentingan pemerintah pusat berdarkan hasil FGD 
(Focus Group
Discussion) yang dilaksanakan di daerah dengan mempertimbangkan
ketersediaan dana/anggaran pemerintah pusat (Kementerian PUPR) yang
akan dialokasikan pada kegiatan yang dinilai krusial.

3) Pertimbangan Teknis
Pertimbangan teknis adalah penilaian kegiatan tersebut berdasarkan hasil
analisis teknis terhadap peran dan kedudukan projek/kegiatan tersebut
berdasarkan konstelasi pembangunan daerah. Pertimbangan teknis ini meliputi:
 Memperhatikan kawasan prioritas dan strategis nasional, provinsi dan
kabupaten/kota yang ada di wilayah perencanaan yang menjadi prioritas
dalam pembangunannya;
 Memperhatikan keserasian dan keselarasan dengan dokumen rencana
pembangunan yang sudah ada sebelumnya seperti RTRW Propinsi,
Kabupaten/Kota dan lain sebagainya.
 Merupakan kawasan yang memiliki kepentingan ekonomi yang tinggi, yang
merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:
- potensi ekonomi cepat tumbuh; 

- merupakan sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi; 

- berpotensi potensi ekspor; 

- memerlukan dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi; 

 Merupakan kawasan yang memiliki nilai potensial kepentingan sosial budaya
seperti:
- mempunyai aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 

- merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya; 

- merupakan tempat yang memberikan perlindungan terhadap
keanekaragaman budaya; 


PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 76
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

- sebagai kawasan yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik


sosial; 

 Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber
daya alam dan sumberdaya teknologi strategis, antara lain:
- memiliki sumber daya alam strategis;
- memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
 Merupakan kawasan yang memiliki nilai urgensi dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:
- tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
- kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
- kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air
yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
- kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
- kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
 Merupakan kawasan khusus yang memiliki kepentingan mendesak dan nilai
krusial dan lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan.

Penetapan kawasan prioritas yang akan dilakukan dengan memperhatikan ketiga


kriteria tersebut diatas yang pertama meliputi Kesiapan administrasi Pembangunan,
kedua pertimbangan aspekl kepentingan dan ketiga adalah aspek pertimbangan
teknis. Kawasan prioritas hasil analisis ini kemudian akan didiskusikan kembali
bersama dengan pihak pemerintah daerah bersama pemerintah pusat melalui sarana
FGD (Focus Group Discussion) guna membahas penetapan kawasan prioritas
berdasarkan hasil kesepakatan dan ketiga pertimbangan di atas untuk segera
dilaksanakan. Sub kawasan prioritas di KPPN Tanjung Redeb yang diusulkan antara
lain:
a. Kawasan Desa Tanjung Batu sebagai Pusat KPPN Tanjung Redeb, dengan
arahan pengembangan kawasan wisata pariwisata mangrove.
b. Kawasan Wisata Pulau Derawan di Desa Pulau Derawan, dengan arahan
pengembangan Pariwisata dan Konservasi.
c. Kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) & Pasar Rakyat di Desa Tanjung Batu.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 77
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 78
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.48
Matrik Penilaian Sub Kawasan Prioritas KPPN Sidrap KPPN Tanjung Redeb
KESIAPAN ADMINISTRASI
TINGKAT KEPENTINGAN ASPEK TEKNIS
TINGKAT MENDESAKAN PEMBANGUNAN
ALTERNATIF KAWASAN TERHADAP KAWASAN
NO TERHADAP KAWASAN KESESUAIAN FEASILITY AMDAL/ DED (DETAIL
PRIORITAS (IMPORTANCY FUNGSI
(URGENCY CRITERIA) DENGAN STUDY DOKUMEN ENGINEERING LAHAN
CRITERIA) STRATEGIS
TATA RUANG (FS) LINGKUNGAN DESIGN)
Kawasan Pusat Pengolahan dan Belum
1 Sangat Mendesak Sangat Penting Sesuai Sangat Strategis Belum Ada Belum Ada Belum Ada
Pemasaran di Desa Tanjung Batu Ada
Kawasan Tempat Pelelangan Ikan
2 Mendesak Cukup Penting Sesuai Cukup Strategis Belum Ada Belum Ada Belum Ada Ada
(TPI)
Kawasan Pusat Produksi di Desa Belum
3 Sangat Mendesak Sangat Penting Sesuai Sangat Strategis Belum Ada Belum Ada Belum Ada
Pegat Batumbuk Ada

Tabel V.49
Matrik Pembobotan Sub Kawasan Prioritas KPPN Tanjung Redeb
KESIAPAN ADMINISTRASI
TINGKAT KEPENTINGAN ASPEK TEKNIS
TINGKAT MENDESAKAN PEMBANGUNAN
TERHADAP KAWASAN
ALTERNATIF KAWASAN TERHADAP KAWASAN KESESUAIAN AMDAL/ DED (DETAIL
NO (IMPORTANCY FUNGSI FEASILITY LAHAN
PRIORITAS (URGENCY CRITERIA) DENGAN DOKUMEN ENGINEERING
CRITERIA) STRATEGIS STUDY (FS) BOBOT :
BOBOT : 20% TATA RUANG LINGKUNGAN DESIGN)
BOBOT : 15% BOBOT : 5% BOBOT : 10% 20
BOBOT : 5% BOBOT : 10% BOBOT : 15
Kawasan Pusat Pengolahan dan
1 5 5 5 5 1 1 1 1
Pemasaran di Desa Tanjung Batu
Kawasan Tempat Pelelangan Ikan
2 1 3 5 3 1 1 1 5
(TPI)
Kawasan Pusat Produksi di Desa
3 5 5 5 5 1 1 1 1
Pegat Batumbuk

Keterangan
Kemendesakan Kepentingan Kesesuaian Nilai Strategis KESIAPAN
ADMINISTRASI
Mendesak : 1 Penting : 1 Tidak Sesuai : 1 Tidak Strategis : 1 X (Belum Ada) : 1
Cukup Mendesak : 3 Cukup Penting : 3 Sesuai : 5 Cukup Strategis : 3 V (Sudah Ada) : 5
Sangat Mendesak : 5 Sangat Penting : 5 Sangat Strategis : 5

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 79
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
ANTARA DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel V.50
Matrik Penilaian-Pembobotan (Hasil Pembobotan) Sub Kawasan Prioritas KPPN Tanjung Redeb
TINGKAT TINGKAT KESIAPAN ADMINISTRASI
ASPEK TEKNIS
MENDESAKAN KEPENTINGAN PEMBANGUNAN
ALTERNATIF TERHADAP TERHADAP KESESUAIAN
AMDAL/ DED (DETAIL TOTAL
NO KAWASAN KAWASAN KAWASAN DENGAN FUNGSI FEASILITY
DOKUMEN ENGINEERING LAHAN NILAI
PRIORITAS (URGENCY (IMPORTANCY TATA STRATEGIS STUDY (FS)
LINGKUNGAN DESIGN) BOBOT : 20
CRITERIA) CRITERIA) RUANG BOBOT : 5% BOBOT : 10%
BOBOT : 10% BOBOT : 15
BOBOT : 20% BOBOT : 15% BOBOT : 5%
Kawasan Pusat
Pengolahan dan
1 1,00 0,75 0,25 0,25 0,10 0,10 0,15 0,20 2,80
Pemasaran di Desa
Tanjung Batu
Kawasan Tempat
2 0,20 0,45 0,25 0,15 0,10 0,10 0,15 1,00 2,40
Pelelangan Ikan (TPI)
Kawasan Pusat
3 Produksi di Desa Pegat 1,00 0,75 0,25 0,25 0,10 0,10 0,15 0,20 2,80
Batumbuk
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH V- 80
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Anda mungkin juga menyukai