Anda di halaman 1dari 23

BAB I

(PENDAHULUAN)

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang


banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia.
Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade
Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan
fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 125 juta orang setiap
tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa
muda.

Ada beberapa cara yang digunakan dalam penanganan pertama


pada kasus fraktur diantaranya adalah dengan traksi. Traksi merupakan
suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan
mengimobilisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas, dan untuk
menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi
merupakan metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi
ekstermitas yang mengalami fraktur.

Terdapat dua jenis pemasangan traksi yaitu traksi kulit dan traksi
skelet. Pada traksi kulit terdapat beberapa jenis, yaitu traksi buck, traksi
russel, dan traksi Dunlop. Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang
lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan.dengan
cara ini bagian garis yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan
lainya. Garis-garis tarikan tersebut dikenal dengan sebagai vector gaya.
Resultanta gaya tarikan yang sebenarnya terletak ditempat diantara kedua
tarikan tersebut. Efek traksi yang harus di evaluasi dengan sinar-X
mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sedah

Sistem Muskuloskeletal | 1
relaks, berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan
yang diinginkan. Dalam makalah ini akan membahas mengenai traksi dan
bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan traksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah traksi itu dan apa saja jenis-jenis traksi?


2. Bagaimanakan proses keperawatan pada pasien dengan traksi?
1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui definisi traksi dan jenis-jenis traksi.


2. Mengetahui proses keperawatan pada pasien dengan traksi.
1.3.2 Tujuan Kusus

1. Mengetahui definisi traksi.


2. Mengetahui jenis – jenis traksi.
3. Mengetahui prinsip traksi efektif.
4. Mengetahui tujuan pemasangan traksi.
5. Mengetahui pemasangan traksi.
6. Mengetahui proses keperawatan pasien dengan traksi.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Mahasiswa


Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang definisi traksi, serta mahasiswa dapat
mengetahui dan membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
traksi, selanjutnya mahasiswa diharapkan dapat
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
1.4.2 Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan.

Sistem Muskuloskeletal | 2
BAB II

(TINJAUAN TEORI)

2.1 DEFINISI TRAKSI

Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi


digunakan untuk meminimalkan spame otot untuk mereduksi,
mensejajarkan dan mengimobilisasi fraktur untuk mengurangi deformitas
dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang.
Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk
mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan
ditarik traksi harus dihilangkan.

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan menggunakan


pemberat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada
tulang dan otot. Ada dua tipe utama dari traksi, yaitu traksi skeletal dan
traksi kulit. Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek, lebih
sering untuk penanganan sementara pada fraktur femur dan dislokasi, serta
untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan. Traksi
skeletal merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan
kawat metal atau pemjepit melalui tulang atau jaringan metal.

Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu
untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan.dengan cara ini bagian
garis yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainya. Garis-garis
tarikan tersebut dikenal dengan sebagai vector gaya. Resultanta gaya
tarikan yang sebenarnya terletak ditempat diantara kedua tarikan tersebut.
Efek traksi yang harus di evaluasi dengan sinar-X mungkin diperlukan
penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sedah relaks, berat yang
digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.

Sistem Muskuloskeletal | 3
2.2 JENIS – JENIS TRAKSI

1. Traksi lurus atau langsung memberikan gaya tarikan dalam satu garis
lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi Ekstensi
Buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.
2. Traksi suspensi seimbang memberi dukungan terhadap ekstremitas
yang sakit diatas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi
pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.

Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet
tubuh (traksi skelet). Cara pemasangan ditemukan oleh tujuan traksi.
Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual). Ini merupakan traksi
yang sangat sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan gips,
memberikan perawatan kulit dibawah boot busa ekstensi Buck atau saat
menyesuaikan dan mengatur alat traksi.

2.3 PRINSIP TRAKSI EFEKTIF

Pada setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya kontraksi.


Kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan (Hukum
Newton yang ke tiga mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi
maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun arahnya
berlawanan ). Umumnya berat badan pasien dan pengaturan posisi tempat
tidur mampu memberikan kontraksi, yaitu :

1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Traksi harus


berkesinambungan agar reduksi dan immobilisasi fraktur efektif.
Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi
spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.
2. Traksi skelet tidak boleh terputus.
3. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan
intermiten.Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau
mengubah garis resultan tarikan harus dihilangkan.
4. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur
ketika traksi dipasang.
5. Tali tidak boleh macet.

Sistem Muskuloskeletal | 4
6. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada
tempat tidur atau lantai.
7. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau
kaki tempat tidur.

2.4 TUJUAN PEMASANGAN TRAKSI


1. Untuk meminimalkan spasme otot.
2. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh.
3. Untuk mengimobilisasi fraktur.
4. Untuk mengurangi deformitas.
5. Untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan
tulang.

2.5 PEMASANGAN TRAKSI

2.5.1 Traksi Kulit

A. Pengertian Traksi Kulit

Traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali, spon karet,


atau bahan kanvas yang dilengketkan ke kulit. Traksi pada kulit
meneruskan traksi ke struktur muskulo skeletal. Beratnya beban
yang dapat dipasang sangat terbatas : tidak boleh melebihi toleransi
kulit. Tidak lebih dari 2 – 3 kg beban tarikan yang boleh dipasang
pada kulit. Traksi pelvis umumnya 4,5 - 9 kg, tergantung berat
badan pasien. Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme
otot dan memberiakan immobilisasi. Bila dibutuhkan traksi yang
berat dan dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan traksi yang
skelet dari pada traksi kulit.

Traksi kulit apendikuler (hanya ekstremitas) digunakan


pada orang dewasa termasuk traksi ekstensi buck, traksi Russell,
dan traksi dunlop. Traksi kulit aksial (melibatkan kepala dan
batang tubuh), serviks dan pelvis, digunakan untuk menangani
nyeri punggung.

B. Jenis Traksi Kulit


1. Traksi Buck.

Sistem Muskuloskeletal | 5
Ekstensi Buck (Unilateral dan Bilateral) adalah bentuk
traksi kulit dimana tarikan digunakan pada satu bidang bila
hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan.
Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera
pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah.
Sebelum dipasang traksi, kulit di inspeksi adanya abrasi dan
gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus
dalam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi.kulit harus
bersih dan kering sebelum boot spon atau pita traksi
dipasang.
Untuk memasang traksi buck dengan pita, dipasang dulu
spon karet –bantalan dengan permukaan spon menghadap
kekulit pada kedua sisi tungkai yang sakit. Satu lengkungan
pita sepanjang 10-15 cm disisikan dibawah telapak kaki.
Spreader baru dipasang diujung distal pita untuk mencegah
terjadinya tekanan sepanjang sisi kaki. Kedua maleolus dan
fibula progsimal dilindungi dengan bantalan gips untuk
mencegah terbentuknya ulkus akibat tekanan dan nekrosis
tulang. Sementara salah satu orang meninggikan dan
menyangga ekstremitas dibawah tumit dan lutut pasien, orang
yang lain melilitkan balutan alastik dengan arah spiral diatas
pita traksi,dimulai dari pergelangan kaki dan berakhir di
tuberositas tibiae. Balutan elastic dapat membantu pita
melekat ke kulit dan mencegahnya meleset. Bantalan kulit
domba dapat diletakan dibawah untuk mengurangi gesekan
tumit terhadap tempat tidur. bila yang dipasang traksi buck
dengan boot spon, tumit pasien harus diletakakan tepat di
tumit boot. Straps velecro dipasang melingkar ditungkai dan
tekanan yang berlebihan diatas maleolus dan fibula proksimal
dapat dihindari.pemberat dihubungan ke tali dengan speader
atau lapisan telapak kaki dan melanjutkan diri melalui sebuah
katrol yang dipasang diujung tempat tidur.pemberat
digantungkan pada tali itu.

Sistem Muskuloskeletal | 6
2. Traksi Russel
Traksi russel yang digunakan untuk fraktur pada plato tibia
menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan
balutan elastic ke tungkai bawah.bila perlu dapat disangga
dengan bantalan lutut benar-benar fleksi dan menghindri
tekanan pada tumit.
3. Traksi Dunlop.
Traksi Dunlop adalah traksi pada ekstremitas atas.traksi
horizontal digunakan pada humerus dalam posisi abduksi dan
traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalam posisi
fleksi.
4. Traksi Bryant.
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
mengalami patah tulang paha. Traksi Bryant sebaiknya tidak
dilakukan pada anak-anak yang berat badannya lebih dari 30
Kg. Jika batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami
kerusakan berat.

C. Menjamin Traksi Efektif


Untuk menjamin traksi efektif, harus dihindari adanya
lipatan dan lepasnya balutan traksi dan kontraksi harus tetap
terjaga. Posisi yang benar harus dipertahankan agar tungkai
atau lengan tetap dalam posisi netral. Untuk mencegah
pergerakan frakmen tulang satu sama lain pasien dilarang
memiringkan badan namun hanya boleh sedikit bergeser.

D. Komplikasi Potensial
1. Kerusakan Kulit.
Traksi kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit.kulit yang
sensitive dan rapuh pada lansia harus diidentifikais oleh
pengakajian awal. Reaksi kulit yang berhubungan langsung
dengan plester dan spon harus dipantau ketat. Traksi kulit
harus dipasang dengan kuat agar kontak dengan plester dan
spontetap erat. Gaya geseran pada kulit yang haru dicegah.
Plester traksi harus dipalpasi setiap hari untuk mengetetahui

Sistem Muskuloskeletal | 7
adanya nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah, tumit, tendon
Achilles harus diinspeksi beberapa kali sehari.
a. Boot spon harus diambil untuk melakukan inspeksi 3X
sehari.Perlu bantuan perwat untuk menyangga
ekstremitas selama inspeksi.
b. Perawatan khusus pada punggung dibeikan pada pasien
paling tidak tiap 2jam untuk mencegah ulkus
dekubitus.karena pasien harus dalam tetap posisi
terlentang,dapat meningkatkan kejadian ulkus
dekubitus.
c. Kasus khusus (misalnya yang diisi udara,busa densitas
padat) dapat dipasang untuk meminimalkan terjadinya
ulkus.
2. Tekanan Saraf.
Traksi kulit dapat menyebabkan tekanan pada
perifer. Bila memasang traksi ekstremitas bawah harus
dilakukan perawatn untuk mencegah tekanan pada saraf
perinous pada titik ketika ia melintasi sekitar leher fibula
tepat dibawah lutut tekanan pada titik ini menyebabkan
footdrop. Pasien ditanyai mengenai perabaanya dan
dimintai untuk menggerakkan kaki dan jarinya.dorsoflesi
kaki menunjukkan fungsi saraf peroneus. Kelemahan
dorsofleksi atau gerakkan kaki dan inverse kaki mungkin
menunjukkan tekanan pada saraf peroneus komunis.
Fleksi plantar menunjukkan fungsi saraf tibialis.
Bila traski kulit dipasang dilengan daerah sekitar
siku dimana saraf ulnaris berada tidak boleh dibalut terlalu
kuat. Fungsi saraf ulnaris dapat dikaji dengan abduksi
aktif jari kelingkin dan rabaan pada sisi ulnar jari
kelingking.
a. Rabaan dan gerakan harus dikaji dengan teratur.
b. Setiap keluhan rasa terbakar dibawah balutan traksi
atau boot harus diselidiki segera.
c. Gangguan rasa dan fungsi motor harus segera
dilaporkan ke dokter.
3. Kerusakan Sirkulasi

Sistem Muskuloskeletal | 8
Satelah traksi kulit dipasang, kaki dan tangan
diinspeksi mengenai adanya peredaran darah dalam
beberapa menit samapi 1-2 jam.
a. Denyut perifer dan warna,pengisian kapiler,dan suhu
jari tangan atau jari kaki harus dikaji.
b. Pasien dikaji mengenai adanya nyeri tekan pada betis
dan adanya tanda human positif yang merupakan tanda
adanya thrombosis vena dalam.
c. Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan tangan dan
kaki tiap jam.

2.5.2 Traksi Skelet

A. Pengertian Traksi Skelet

Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi


ini digunakan paling sering digunakan untuk mengurangi fraktur
femur, tibia, humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung
ketulang menggunakan pin mental atau kawat (misalnya
steinmann’s pin, Kichner wire) yang dimasukan ke dalam tulang
disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah.
Otot, tendon dan sendi. Tong yang dipasang dikepala (misalnya
Gardner-Wells tong) difiksasi dikepala untuk memberikan traksi
yang mengimobilisasi fraktur leher.

Persiapan pasien sangat penting dan berperan dalam


kenyamanan dan kerja sama pasien. Dapat digunakan anastesi local
maupun general. Traksi skelet dipasang secara asepsis seperti pada
pembedahan. Tempat penusukan dipersiapan dengan penggosok
bedah seperti povidon-iodine. Anastesi local diberikan ditempat
penusukan periosteum. Dibuat insisi kecil dikulit dan pin atau
kawat steril dibor kedalam tulang.pasien akan merasakan tekanan
selama prosedur ini mungkin rasa tak nyaman ketika periosteum
ditusuk.

Sistem Muskuloskeletal | 9
Setelah pemasangan pin atau kawat dihubungkan dengan
lengkungan traksi atau kapiler. Ujung kawat dibungkus dengan
gabus atau plester untuk mencegah cedera pada pasien atau
personel. Pemberat dihubungkan ke lengkungan pin atau kawat
dengan system katrol tali yang dapat meneruskan arah dan tarikan
yang sesuai agar traksi efektif.traksi skelet biasanya menggunakan
7-12 kg untuk mencapai efek terapi. Pemberat yang dipasang
biasanya harus dapat melawan daya pemendekan akibat spasme
otot cedera.ketika otot relaks pemberat traksi dapat dikurangi untuk
mencegah terjadinya dislokasi garis fraktur dan untuk mencapai
penyampaian penyembuhan fraktur.

B. Jenis Traksi Skelet

1. Traksi Rangka Seimbang

Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk


merawat patah tulang pada korpus femoralis orng dewasa.
Sekilas pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi
sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan
tramversal melalui femur distal atau tibia proksimal.
Dipasang pancang traksi dan tali traksi utama dipasang
pada pancang tersebut. Ektermitas pasien ditempatkan
dengan posisi panggul dan lutut membentuk sekitar 35° ,
kerekan primer disesuaikan sedemikian sehingga garis
ketegangan koaksial dengan sumbu longitudinal femur
yang mengalami fraktur. Beban yang cukup berat dipasang
sedemikian rupa mencapai panjang normalnya. Paha
penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada
bidai tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri
dijulurkan dengan tali, kerekan dan beban yang sesuai
sehingga kaki tergantung bebas diudara. Dengan demikian
pemeliharaan penderita ditempat tidur sangat mudah.

Sistem Muskuloskeletal | 10
Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk
merawat berbagai jenis fraktur femur. Seluruh bidai dapat
diadduksi atau diabduksi untuk memperbaiki deformitas
angular pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut
lebih besar atau lebih kecil memungkinkan perbaikan
lateral posisi dan angulasi alat banyak memiliki
keuntungan antara lain traksi elefasi keaksial. Longitudinal
pada tulang panjang yang patah, ektermitas yang cidera
mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang status neuro
vascular, dan untuk merawat luka lokal serta
mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti bentuk
traksi yang mempergunakan pin rangka, pasien sebaiknya
diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan
atau infeksi sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor
dan pin telah tertarik dari tulang (Wilson, 1995 ).

2. Traksi 90-90-90

Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat


anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol
terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang femur
hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90
penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas
tempat tidur (Wilson, 1995 ).

C. Bebat Thomas dengan pengait Pearson.

Sering digunakan bersama traksi skelet pada fraktur femur . Dapat


pula digunakan dengan traksi kulit dan apartus suspense seimbang
lainya.karena diperlukan traksi ke atas tempat tidur.

D. Mempertahankan Traksi Efektif.

Sistem Muskuloskeletal | 11
Bila traksi digunakan,apartus harus dicek untuk mengetahui bahwa
tali tetap terletak dalam alur roda pada katrol,tai tidak
rusak,pemberat tali bergantung dengan bebas,dan simpul pada tali
terikat erat.Posisi pasien harus sealu dievaluasi.pasien yang melorot
kebawah dapat menyebabkan traksi tidak efektif.

1. Pemberat tidak tidak boleh diambil dari traksi skeletal kecuali


terjadi keadaan yang membahayakan jiwa. Bila pemberat
diambil, tujuan penggunaannya akan hilang dan dapat terjadi
cidera.
a. Pemberian posisi.
Kesejajaran tubuh pasien harus dijaga sesuai aturan agar
garis tarikannya efektf. Kaki diposisikan sedemikianrupa
sehingga dapt dicegah terjadinya footdrop (plantar fleksi),
rotasi kedalam (infers). Kaki pasien harus disangga dalam
posisi netral dengan alat orthopedic (misalnya : penyangga
kaki).
b. Perawatan kulit.
Bila digunakan bingkai traksi, perlu dipasang
perenggangan di atas tempat tidur agar pasien mudah untuk
berpegangan. Alat ini sangat berguna untuk membantu
pasien bergerak, dan defekasi di tempat tidur.
Siku pasien kadang mengalami luka, dan dapat terjadi
cidera syaraf dan dapat dilakukan reposisi dengan
mendorong pada siku. Pasien sering menggunakan tumit
kaki yang sehat sebagai penyangga saat mereka saat berdiri.
Hal ini dapat mengikis kulit kekasur dan dapat
menyebabkan cidera pada jaringan tersebut, maka tumit
harus dilindungi dan diinspeksi terhadap adanya daerah
penekanan.
Titik tekanan kusuh harus diperiksa adanya kemerahan
dan luka kulit. Daerah yang biasanya rentang terhadap
tekanan yang disebabkan oleh alat traksi yang dipsang pada
ekstremitas bawah meliputi tuberisiadikum, rongga
poplithea, tendi Achilles, tumit.

Sistem Muskuloskeletal | 12
Bila pasien tak diperbolehkan memiringkan badan,
perawat harus melakukan usaha khusus untuk memberikan
perawatan punggung dan menjaga tempat tidur kering dan
bebas dari remah dan lipatan. Pasien dapat membantu
dengan berpegangan pada peganan diatas tempat tidur dan
menaikkan pinggul dari tempat tidur. Bila pasien tak
mampu tak dapat menaikkan dirinya sendiri dari tempat
tidur, perawat dapat menekankan kasur ke bawah dengan
satu tangan umtuk membebaskan tekanan di punggung dan
penonjolan tulang dan memindahkan perpindahan berat
badan.
c. Status neurovascular.
Pengkajian neurovaskuler ektremitas yang
dimobilisasikan dilakukan paling tidak tiap jam pada awal
dan kmudian beberapa sekali.pasien diperintahkan
melaporkan dengan segera setiap perubahan rasa atau
gerakan sehingga dapat dievaluasi. Penemuan segera
adanya masalah neurovascular sangat penting sehingga
upaya perbaikan dapat diberikan segera.
d. Tempat penusukan pin.
Luka pada tempat penusukan perlu diperhatikan
khusus pada permulaan ditutup dengan kassa steril.
Perawatan selanjutnya, tempat penusukan pin dilakukan
sesuai keadaan. Daerah tersebut harus dijaga tetap bersih.
Adanya rembesan serosa yang sedikit mungkin terjadi.
Terjadinya kerak harus dicegah, cairan yang keluar dan
tempat penusukkan pin harus dikaji adanya tanda infeksi
seperti cairan purulen, inflamasi dan nyeri. Sasarannya
adalah mencegah terjadinya infeksi dan terjadinya
osteomylitis pasien mungkin mengalami rasa tidak nyaman
pada tempat penusukkan pin karna traksi pada kulit akibat
otot yang tak terlindungi.
Tempat penusukkan pin harus diinspeksi paling sedikit tiap 8
jam mengenai adanya tanda inflamasi dan bukti adanya infeksi.

Sistem Muskuloskeletal | 13
a. Latihan.
Latihan sangat berguna untuk menjaga kekuatan dan
tonus otot pasien dan memperbaiki peredaran darah.
Latihan direncanakan sesuai keterbatasan terapeutik traksi.
latihan aktif meliputi menarik perenggangan di atas tempat
tidur, fleksi dan ekstensi kaki dan latihan perentang gerak
dan menahan beban bagi sendi yang sangat sehat. Pada
ekstremitas yang dimobilisasi harus dilakukan latihan
isometric. Latihan kuadrisep dan pengesetan gluteal sangat
penting untuk menjaga kekuatan otot besar yang penting
untuk berjalan. Tanpa latihan ditempat tidur pasien dapat
kehilangan masa dan kekuatan otot, dan waktu rehabilitasi
menjadi sangat panjang.
Terjadinya thrombosis vena dalam merupakan resiko
yang berarti pada pasien yang imobilisasi. Pasien didorong
untuk melakukan latihan fleksi dan ekstensi pergelangan
kaki dan kontraksi isometik otot – otot betis (latihan
pemompatis) sepuluh kali dalam sejam saat terjaga dalam
mengurangi stasis vena. Selain itu dapat diberikan stocking
elastic alat kompresi, dan terapi koagulan untuk mencegah
terjadinya pemmbentukan thrombus.
b. Penangkatan pin.
Bila pemeriksaan sinar – x telah menunjukkan adanya
kalus, traksi skeletal perlu dihentikan. Esktremitas disokong
dengan lembut sementara pemberat diangkat.pin dipotong
sedekat mungkin dengan kulit diangkat oleh dokter.
Kemudian dipasang gibs atau bidai untuk melindungi
tulang yang sedang menyembuh.
2.5.3 Traksi Manual
Adalah traksi yang dapat dipasang dengan tangan. Ini
merupakan traksi yang sementara yang dapat digunakan pada saat
pemasangan gips,memberi perawatan kulit dibawah boot busa
ekstensi Buck, atau saat menyesuaikan dan mengatur alat traksi.

2.6 INDIKASI PEMASANGAN TRAKSI

Sistem Muskuloskeletal | 14
1. Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia

2. Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah
untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut
diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut

3. Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal


diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical
diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi.

4. Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
mengalami patah tulang paha

5. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah


tulang pada korpus pemoralis orang dewasa

6. Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn
sampai dewasa muda (Barbara, 1998).

2.7 KONTRAINDIKASI PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang memerlukan beban lebih dari 5 Kg berakibat diantaranya


adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, odem distal serta peroneal nerve
palsy traksi pada tungkai.

2.8 PROSES KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TRAKSI


2.8.1 Pengkajian
Pengkajian fungsi sistem tubuh perlu dilakukan terus-menerus
karena imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada kulit,
respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah
tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan , kongesti paru, konstipasi,
kehilangan nafsu makan, statis kemih, dan infeksi saluran kemih.
Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien takut melihat
peralatanya dan cara pemasangannya. Pasien sering menunjukan

Sistem Muskuloskeletal | 15
kebinggungan, disorientasi, dan depresi karena pasien terimobilisasi
dalam waktu yang cukup lama.
Pengkajian dilakukan pada bagian tubuh yang distraksi meliputi
status neurovaskular (mis, warna , suhu, pengisian kapiler, edema,
denyut nadi, perabaan, kemampuan bergerak) yang dievaluasi dan
bandingkan dengan ekstermitas yang sehat. Selain itu, kaji adanya
nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, pembengkakan, atau tanda
homan positif (ketidaknyamanan pada betis ketika didorsofleksi
dengan kuat) karena merupakan tanda trombosis vena profunda.

2.8.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pengkajian keperawatan, Diangnosa Keperawatan utama
pasien karena traksi dapat meliputi yang berikut :
1. Nyeri yang berhubungan traksi dan imobilisasi.
2. Gangguan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan proses
penyakit dan traksi.
3. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat
traksi.
4. Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
5. Kurang perawatan diri : makan, higiene, atau toileting yang
berhubungan dengan traksi.
6. Resiko tinggi perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan
pemasangan traksi.
7. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan pemasangan pin
pada tulang melalui permukaan kulit.
8. Resiko tinggi gangguan pola eleminasi defekasi, yaitu konstipasi.

2.8.3 Masalah Kolaborasi / Komplikasi Potensial


Berdasarkan pengkajian data,komplikasi potensial yang mungkin
timbul meliputi :
1. Dekubitus.
2. Kongesti paru dan pneumonia.
3. Konstipasi.
4. Anoreksia.
5. Stasis dan infeksi kemih.
6. Trombosis vena dalam.

2.8.4 Perencanaan dan Implementasi


1. Sasaran.

Sistem Muskuloskeletal | 16
Sasaran utama pasien dengan traksi dapat meliputi pemahaman
terhadap program terapi, berkurangnya ansietas, kenyamanan
maksimal, perawatan diri maksimal, pencapaian mobilitas
maksimal dalam batas terapeutik traksi dan tidak adanya
komplikasi.
2. Memahami program terapi.
Pasien harus memahami masalah patologik yang sedang ditangani
dan rasional terapi traksi.informasi perlu diulang dan ditekankan
sesering mungkin. Dengan peningkatan pemahaman terhadap
terapi, pasien akan menjadi partisipan yang aktif dalam perawatan
kesehatannya sendiri.
3. Mengurangi Ansietas.
Sebelum setiap traksi dipasang pasien harus diberikan informasi
mengenai prosdur, tujuan dan implikasinya. Berbincang dengan
pasien mengenai apa yang sedang dikerjakan dan mengapa, dapat
mengurangi ketakutan. Setelah traksi dipasang untuk sementara
waktu pasien akan bereaksi terhadap keadaan terkungkung dalam
ruangan yang terbatas. Kunjungan perawat yang sering akan
mengurangi perasaan isolasi dan keadaan keterkungkungan.
Keluarga dan kerabat dianjurkan untuk sering berkunjung untuk
alasan yang sama. Aktivitas pengalih yang dapat dilakukan dalam
batas traksi selalu dianjurkan.
4. Mencapai Tingkat Kenyamanan Maksimal.
Karena pasien akan diimobilisasi ditempat tidur, kasur harus padat
dan disangga dengan papan tempat tidur. Bantalan kasur khusus
yang dirancang untuk meminimalkan terjadinya ulkus akibat
tekanan sebaiknya dipasang ditempat tidur sebelum pemasangan
traksi.
a. Tekanan pada bagian tubuh yang tergantung pada yang
dihilangkan dengan kemiringan dengan merubah posisi pasien
agar nyaman dalam batas – batas traksi.
b. Linen tempat tidur harus dijaga bebas dari lipatan dan kering.
c. Setiap keluhan pasien dalam traksi harus segera diselidiki.
5. Mencapai Perawatan Diri Maksimal.
Mula-mula pasien memerlukan bantuan dalam aktivitas perawatan
diri. Perawat harus membantu pasien untuk memenuhi

Sistem Muskuloskeletal | 17
kebutuhanya seperti makan, mandi, berpakaian dan toileting
selama diimobilisasi dalam alat traksi. Alat bantu seperti
penjangkau dan gantungan diatas tempat tidur dapat memudahkan
perawatan diri. Dengan mampu menjelaskan aktivitas perawatan
diri pasien akan merasa lebih mandiri dan mengurangi frustasi dan
akan mengalami peningkatan citra diri. Namun,bantuan tertentu
masih diperlukan selama waktu imobilisasi, perawat dan pasien
dapat mengembangkan secara kreatif rutinitas yang akan
memaksimalkan kemandirian pasien.
6. Mencapai Mobilitas Maksimal dalam Batas-Batas Traksi.
Selama terapi traksi, pasien harus melatih otot dan sendi yang tak
diimobilisasi untuk meminimalkan kerusakan akibat imobilisasi.
Gerakan aktif dengan semua sendi yang sehat selalu diajurkan.
Dapat dilakukan konsultasi dengan ahli fisioterapi untuk
merancang latihan ditempat tidur yang dapat meminimalkan
kehilangan kekuatan otot. Perawat perlu mendorong pasien untuk
berlatih. Selama pelatihan, perawat harus meyakinkan diri bahwa
gaya tarikan tetap dapat dipertahankan dan posisi pasien tetap dalm
posisi yang benar untuk menghindari komplikasi akibat ketidak
sejajaran.

2.8.5 Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi Potensial


1. Dekubitus.
Kulit pasien diperiksa sesering mungkin mengenai tanda
tekanan atau lecet. Perhatian khusus diberikan pada tonjolan
tulang. Perlu diberikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan.
Perubahan posisi pasien perlu sering dilakukan dan memakai alat
pelindung kulit (misalnya pelindung siku) sangat membantu. Bila
resiko kerusakan kulit sangat tinggi, seperti pada pasien trauma
ganda atau pada pasien lansia yang lemah, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan tempat tidur
khusus untuk membantu mencegah kerusakan kulit. Bila telah
terbentuk ulkus akibat tekanan, perawat harus berkonsultasi dengan

Sistem Muskuloskeletal | 18
dokter (atau ahli terapi enterostomal bila ada) mengenai
penanganannya.
2. Kongesti Paru/Pneumonia.
Paru pasien di auskultasi untuk mengetahui status
pernafasannya. Pasien diajari untuk latihan menarik nafas dalam
dan batuk – batuk untuk membantu pengembangan penuh paru-
paru dan mengeluarkan sekresi paru. Bila riwayat pasien dan data
dasar pengkajian menunjukan bahwa pasien mempunyai resiko
tinggi mengalami komplikasi respirasi, perawat harus berkonsultasi
dahulu dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus
(misalnya spirometer insentif). Bila telah terjadi masalah respirasi
perlu diberikan terapi sesuai resep.
3. Konstipasi dan anoreksia.
Penurunan mortilitas gastrointestinal mengakibatkan anoreksia dan
konstipasi. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu
merangsang mortilitas gaster.bila telah terjadi konstipasi, perawat
dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai cara penanganannya
yang meliputi pelunak tinja, laksatif, suposituria, enema untuk
memperbaiki nafsu makan pasien dan dimasukan dalam program
diet sesuai kebutuhan.
4. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih.
Pengosongan kandung kemih yang tunta karena posisi pasien di
tempat tidur dapat mengakibatkan stasis dan infeksi saluan kemih.
Selain itu pasien mungkin merasa bahwa menggunakan pispot di
tempat tidur kurang nyaman dan membatasi cairan masuk untuk
mengurangi frekuensi berkemih. Perawat harus memantau
masukan cairan dan sifat kemih. Perawat harus mengajar pasien
untuk meminum cairan dalam jumlah yang cukup dan berkemih
tiap 2- 3 jam sekali. Bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala
infeksi saluan kemih, perawat harus berkonsultasi dengan dokter
mengenai penanganan masalah ini.
5. Trombosis Vena Profunda.
Stasis vena terjadi akibat imobilitas. Perawat harus
mengajarkan pasien untuk melakukan latihan tumit dan kaki dalam
batas terapi traksi secara teratur sepanjang hari untuk mencegah

Sistem Muskuloskeletal | 19
terjadinya thrombosis vena profunda (DVT). Pasien didorong
untuk meminum air untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang menyertainya yang akan menyebabkan
stasis. Perawat memantau pasien terhadap terjadinya tanda DVT
dan melaporkan hasil temuannya segera memungkinkan segera ke
dokter untuk evaluasi definitive dan terapi.

2.8.6 Evaluasi
Hasil yang di harapkan :
1) Menunjukkan pemahaman program traksi.
a. Menjelaskan tujuan traksi.
b. Berpartisipasi dalam rencana perawatan.
2) Memperlihatkan berkurangnya ansietas.
a. Tampak relaks.
b. Menggunakan mekanisme koping efektif.
c. Mengekspresikan keprihatinan dan perasaannya
3) Menyebutkan peningkatan tingkat kenyamanan.
a. Kadang – kadang meminta analgesic oral.
b. Mengubah posisi sendiri sesering mungkin.
4) Melakukan aktivitas perawatan diri.
a. Memerlukan sedikit bantuan pada saat makan, mandi,
berpakaian, defekasi dan urinasi.
5) Menunjukkan mobilitas yang meningkat.
a. Melakukan latihan yang dianjurkan.
b. Menggunakan alat bantu dengan aman.
6) Tidak memperlihatkan adanya komplikasi.
a. Kulit putih.
b. Paru – paru bersih.
c. Tidak mengeluh nafas pendek.
d. Batuk tidak produktif.
e. Pola defekasi teratur.
f. Napsu makan normal
g. Urin jernih, kuning, cair, dengan jumlah yang memadai.
h. Tak menunjukkan tanda dan gejala thrombosis vena profunda.

Sistem Muskuloskeletal | 20
BAB III
(PENUTUP)

3.1 KESIMPULAN
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan menggunakan
pemberat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada
tulang dan otot. Ada dua tipe utama dari traksi, yaitu traksi skeletal dan
traksi kulit. Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek, lebih
sering untuk penanganan sementara pada fraktur femur dan dislokasi, serta
untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan. Traksi
skeletal merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan
kawat metal atau pemjepit melalui tulang atau jaringan metal.
Jenis-jenis traksi yaitu traksi lurus atau langsung memberikan gaya
tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat
tidur. Traksi Ekstensi Buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi
lurus. Traksi suspensi seimbang memberi dukungan terhadap ekstremitas
yang sakit diatas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi pasien
sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.
Tujuan pemasangan traksi yaitu untuk meminimalkan plasme otot,
untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh, untuk
mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas, untuk menambah
ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang.

Traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali, spon karet, atau
bahan kanvas yang dilengketkan ke kulit. Traksi pada kulit meneruskan
traksi ke struktur muskulo skeletal. Beratnya beban yang dapat dipasang
sangat terbatas : tidak boleh melebihi toleransi kulit. Terdapat beberapa
jenis traksi kulit yaitu traksi buck, traksi russel, traksi Dunlop. Traksi
skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling
sering digunakan untuk mengurangi fraktur femur, tibia, humerus, dan
tulang leher. Traksi dipasang langsung ketulang menggunakan pin mental
atau kawat (misalnya steinmann’s pin, Kichner wire) yang dimasukan ke
dalam tulang disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh
darah.

Sistem Muskuloskeletal | 21
3.2 SARAN

1. Bagi tenaga kesehatan


Diharapkan tenaga kesehatan yaitu dokter maupun perawat
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pasien
yang menderita fraktur, hal yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan dalam penangan
pasien dengan fraktur khususnya pada pemasangan traksi.
2. Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
mahasiswa tentang traksi dan proses keperawatan pada pasien
dengan traksi, sehingga mahasiswa bisa melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pemasangan traksi dengan baik dan
benar.

Sistem Muskuloskeletal | 22
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer Suzanne C, Bare, Brenda G . 2001. Keperawatan Medikal –


Bedah. Jakarta. EGC.

2. Hidayati, Ratna dkk. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta.


EMS (Erlangga Medical Series).

3. Suratun dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta.


EGC.

Sistem Muskuloskeletal | 23

Anda mungkin juga menyukai