Template Referat
Template Referat
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis
untuk menyelesaikan Referat dengan judul “Pemeriksaan Foto Thoraks pada Efusi Pleura”.
Referat ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna dapat mengikuti Ujian. Penulis
menyadari bahwa laporan kasus ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang
tidak terbatas.
Terselesaikannya laporan kasus ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai
pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Dr. Budi Suhariyantuo Sp.Rad sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
serta dorongan dalam menyelesaikan Referat ini.
2. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan
Laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu penulis
guna menyelesaikan Laporan kasus ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai masukan yang
berharga bagi penulis. Semoga nantinya Referat ini bisa memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
fakultas dan masyarakat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pleura. Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang
cairan melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di
lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh
Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut
barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati,
pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada
penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker
payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar
50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura (Price, et.al,
2005)
1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi
lain yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain pneumonia,
Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan
demam. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup
pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat digunakan
diagnosis dan penanganannya yang segera pada beberapa kasus, selain secara klinis
tersebut. Modalitas yang paling banyak digunakan dalam praktik sehari-hari adalah
foto thoraks. Selain prosesnya yang tidak membutuhkan waktu lama, foto thoraks
kasus efusi pleura dalam makalah ini agar kami dapat mempelajari bagaimana
B. Rumusan Masalah
2
4. Bagaimana tatalaksana dari efusi pleura ?
C. Tujuan
3. Menjelaskan apa saja tanda efusi yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
foto thoraks
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
disebabkan oleh karena pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses
tersebut. Pada pasien dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan pleura
harus meningkat 30 kali lipat secara terus menerus agar dapat menimbulkan suatu
efusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja tidak akan
tingkat normal pembentukan cairan pleura sangat lambat. (Lee YCG, 2013) Efusi
pleura bisa disebabkan oleh penyakit yang berasal dari paru, pleura ataupun
Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura
antara lain darah, pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol
1. Hidrotoraks
Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam hal ini
lain yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis hati dengan asites,
4
serta sebgai salah satu tias dari syndroma meig (fibroma ovarii, asites dan
hidrotorak).
2. Hemotoraks
Hemotorak adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya terjadi karena
trauma toraks. Trauma ini bisa karna ledakan dasyat di dekat penderita, atau
trauma tajam maupu trauma tumpul. Kadar Hb pada hemothoraks selalu lebih
besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru diaspirasi tidak
membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah
terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi
segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.
Bila karena suatu infeksi primer maupun sekunder cairan pleura patologis iniakan
berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut piotoraks atau empiema. Pada
Pneumonia
5
Infeksi pada cedera di dada
Pembedahan dada
4. Chylotoraks
Trauma yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada,
atau pukulan pada dada (dengan/tanpa fratur). Yang berasal dari efek
arkus aorta.
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan
parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan
ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.
6
Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis,
mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan
dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi
sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus
paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis,
diantaranya :
1. Pleura Visceralis
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-sel mesothelial
ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat
limfe Menempel kuat pada jaringan paru Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan
pleura.
7
2. Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen
dan elastis). Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a.
Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf
sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan
dada. Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya Fungsinya untuk
dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan
toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan
saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan
8
yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam keadaan normal
akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura kemudian
transudat cairan intersisial dapat terus menerus melaluinya untuk masuk kedalam
ruang pleura.
Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar
permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis sehingga dalam
keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura. (1)
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya beberapa
mililiter yaitu 1 5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa jumlah cairan
pleura sebanyak 12-15 ml. Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari cukup untuk
memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh
9
pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura kedalam
parietalis (3). Oleh karena itu, ruang pleura (ruang antara pleura parietalis dan pleura
visceralis) disebut ruang potensial, karena ruang ini normalnya begitu sempit
C. Epidemiologi
Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus per 100.000 orang di negara-
negara industri, dengan distribusi etiologi terkait dengan prevalensi penyakit yang
mendasarinya.
Secara umum, kejadian efusi pleura adalah sama antara kedua jenis kelamin.
Namun, penyebab tertentu memiliki kecenderungan seks. Sekitar dua pertiga dari
efusi pleura ganas terjadi pada wanita. Efusi pleura ganas secara signifikan
berhubungan dengan keganasan payudara dan ginekologi. Efusi pleura yang terkait
dengan lupus eritematosus sistemik juga lebih sering terjadi pada wanita
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit yakni 0,1 – 0,2
diproduksi dan dieliminasi dalam jumlah yang seimbang. Jumlah cairan pleura yang
10
konsentrasi protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer.
(Davies, 2008)
tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta kemampuan
Gambar II.3. Skema yang memperlihatkan proses sirkulasi normal cairan pleura. Terlihat bahwa
cairan pleura berasal dari pembuluh darah sistemik pada membran pleura parietal dan viseral
(ditunjukkan pada panah yang terputus-putus). Pembuluh darah pleura parietal (mikrovaskular
interkostal) merupakan terpenting pada sistem ini sebab pembuluh darah ini paling dekat dengan
rongga pleura dan memiliki tekanan filtrasi yang lebih tinggi daripada mikrovaskuler bronkial
pada pleura viseral. Cairan pleura awalnya akan absorbsi kembali oleh mikrovaskuler, sisanya
akan dikeluarkan dari rongga pleura melalui saluran limfatik pada pleura parietal (panah utuh).
Dikutip dari: Broaddus VC. 2009. Mechanisms of pleural liquid accumulation in disease.
Uptodate.
persamaan ini, Q merupakan tekanan filtrasi, k merupakan koefisien filtrasi, Pmv dan
11
perimikrovaskular. s merupakan koefisien refleksi bagi total protein mulai dari skor 0
(permeabel penuh) hingga 1 (tidak permeabel). nmv dan npmv menyatakan tekanan
cairan yang difiltrasi jumlahnya sedikit dan mengandung protein dalam jumlah yang
parietalis
• pH 7,60-7,64
• Kadar LDH (laktat dehidrogenase) < 50% dari plasma. (Rubbins, 2012)
Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu pulmoner
maupun non pulmoner, akut maupun kronis. Penyebab efusi pleura tersering adalah
gagal jantung kongestif (penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebab
efusi pleura tersering), pneumonia, keganasan serta emboli paru. (Davies,2012) Berikut
emboli paru)
12
3. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah atau kerusakan pembuluh darah
4. Meningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah pada sirkulasi sistemik dan atau
sirkulasi sirkulasi paru (misalnya : gagal jantung kongestif, sindrom vena kava
superior)
blokade total, dalam hal ini termasuk pula obstruksi ataupun ruptur duktus torasikus
peritoneal)
9. Meningkatnya tekanan onkotik dalam cairan pleura secara persisten dari efusi pleura
yang telah ada sebelumnya sehingga menyebabkan akumulasi cairan lebih banyak
lagi.
datar atau bahkan dapat mengalami inversi, disosiasi mekanis pleura viseral dan
bergantung dari mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi tersebut.
13
Cairan transudat dihasilkan dari ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan
onkotik, sementara eksudat dihasilkan oleh proses inflamasi pleura ataupun akibat
E. Klasifikasi
cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau eksudat. Transudat
sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang
a. Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
kapiler hidrostatik dan koloid osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu
14
Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:
2. Sindrom nefrotik
4. Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau
b. Eksudat
bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura.
dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini (misalnya
c. Iinfark paru,
15
d. Karsinoma bronkogenik
e. Radiasi,
Eritematosis).
F. Diagnosis
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditemukan (Havelock T et al, 2010):
Gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura antara lain sesak napas, nyeri dada
yang bersifat pleuritik, batuk, demam, menggigil. Manifestasi klinis efusi pleura
jika jumlah cairan kurang dari 300 mL. Selanjutnya, jika fungsi pernapasan dan
ventilasi dan perfusi di saat yang bersamaan di paru yang mengalami kompresi.
(Yu H, 2011)
dan mengurangi kapasitas total paru, kapasitas fungsional, dan kapasitas vital
disebabkan atelektasis parsial pada area yang bersangkutan, jika ukuran efusi
16
Ada tiga gejala yang paling umum dijumpai pada efusi pleura yaitu nyeri dada,
batuk, dan sesak napas. Nyeri dada yang disebabkan efusi pleura oleh karena
penumpukan cairan di dalam rongga pleura. Nyeri dada yang ditimbulkan oleh
efusi pleura bersifat pleuritic pain. Nyeri pleuritik menunjukkan iritasi lokal dari
pleura parietal, yang banyak terdapat serabut saraf. Karena dipersarafi oleh
dengan nyeri bahu ipsilateral. Nyeri juga bisa menjalar hingga ke perut melalui
Efusi pleura dengan ukuran yang besar dapat mengakibatkan peningkatan ukuran
terjadi efusi. Pada palpasi akan didapati taktil fremitus berkurang atau
menghilang sama sekali disebabkan cairan tersebut memisahkan paru – paru dari
dinding dada dan menyerap getaran dari paru – paru. Pada perkusi didapati beda,
dan akan berubah saat pasien berubah posisi jika cairan bisa mengalir bebas. Pada
auskultasi akan didapati suara napas yang menghilang tergantung ukuran efusi.
Egofoni dapat terdengar di batas paling atas dari efusi sebagai akibat dari
penyebab jaringan paru yang atelektasis. Gesekan pleura dapat dijumpai jika
terjadi iritasi di pleura, tetapi kadang juga sulit dijumpai dari auskultasi sampai
17
Tabel II.1 Volume cairan pleura dan hubungannya dengan pemeriksaan fisik
(Klopp M, 2013)
Volume cairan pleura Temuan klinis
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Toraks
Karena cairan bersifat lebih padat daripada udara, maka cairan yang mengalir
bebas tersebut pertama sekali akan menumpuk di bagian paling bawah dari
18
rongga pleura, ruang subpulmonik dan sulkus kostofrenikus lateral. Efusi
pleura biasanya terdeteksi pada foto toraks postero anterior posisi tegak jika
jumlah cairan sampai 200 – 250 ml. Foto toraks dengan posisi lateral
arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul disisi samping bawah.
Tanda awal efusi pleura yaitu pada foto toraks postero anterior posisi tegak
maka akan dijumpai gambaran sudut kostofrenikus yang tumpul baik dilihat
dari depan maupun dari samping. Dengan jumlah yang besar, cairan yang
mengalir bebas akan menampakkan gambaran meniscus sign dari foto toraks
postero anterior. Ketinggian efusi pleura sesuai dengan tingkat batas tertinggi
meniskus menjadi garis yang lurus atau gambaran air fluid level. (Roberts JR
et al, 2014).
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-300ml.
bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan
di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang
dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi
samping bawah.
Pada kasus efusi pleura masif, seluruh hemitoraks akan terdapat bayangan
penyebab efusi pleura tersebut. Dengan tidak adanya paru atau mediastinum
19
kontralateral. Ketika mediastinum bergeser ke arah efusi kemungkinan
kelainannya adalah di paru dan bronkus utama atau adanya obstruksi atau
Gambar II.4 (a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari postero anterior dan
lateral (b). Meniscus sign dapat terlihat dari kedua posisi tersebut. (Roberts JR et al,
2014)
Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
relative radioopak dengan permukaan atas cekung berjalan dari lateral atas
jaringan paru akan terdorong kea rah sentral / hilus, dan kadang-kadang
20
Gambar II.5. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena
efusi pleura
21
Gambar II.7. Efusi pleura sinistra massif. Tampak mediastinum terdorong
kontralateral
Gambar II.9. Loculated pleural effusion. Tampak berbatascukup tegas dan biconvex.
Sering disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura
22
- Posisi lateral
cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada
sedikitnya 25ml dari cairan pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada
radiogram dada lateral tegak lurus dapat dideteksi sebagai akumulasi cairan
mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Cairan yang kurang dari 100ml
23
Gambar II.11. Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan
cairan yang ditunjukkan dengan panah biru).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang utama pada kasus efusi pleura adalah dengan mengurangi
gejala yang ditimbulkan dengan jalan mengevakuasi cairan dari dalam rongga
bergantung pada jenis efusi pleura, stadium, dan penyakit yang mendasarinya.
24
Pertama kita harus menentukan apakah cairan pleura eksudat atau transudat. (Yu H,
2011)
pemasangan selang dada. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk tujuan diagnostik
misalnya pada efusi pleura yang tidak diketahui penyebabnya dan terapeutik yaitu
untuk mengevakuasi cairan maupun udara dari rongga pleura ketika pasien tidak
sanggup lagi untuk menunggu dilakukan pemasangan selang dada misalnya pada
pasien tension pneumotoraks. Selain aspirasi cairan pleura dapat juga dilakukan
efusi tergolong besar, adanya gangguan pernapasan, ketika fungsi jantung terganggu
atau ketika terjadi perdarahan pleura akibat trauma tidak dapat terkontrol. Drainase
rongga pleura juga harus segera dilakukan pada kasus empiema toraks.
1. Torakosentesis.
sederhana untuk kasus efusi pleura, bukan hanya untuk diagnosis tapi juga
untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura tersebut. Tetapi
25
mengurangi gejala untuk sementara waktu dan akan membutuhkan kunjungan
sederhana untuk kasus efusi pleura, bukan hanya untuk diagnosis tapi juga
untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura tersebut. Tetapi
Indikasi Torakosentesis
Indikasi torakosintesis pada kasus efusi pleura meliputi indikasi diagnostik dan
terapeutik
1) Diagnostik
masih baru terukur lebih dari 10 mm pada foto toraks posisi lateral
Tabel II.2. Tampilan cairan pleura untuk membantu diagnosis (Light RW, Lee
YCG, 2008)
Perkiraan Diagnosis
26
Keganasan, BAPE (benign asbestos
pleural effusion), PCIS (post cardiac
Hematokrit cairan pleura/serum ≥0,5 injury syndrome), infark paru
Trauma
Putih susu Kilotoraks atau efusi pleura karena
kolesterol
Coklat Efusi pleura menyerupai darah yang
sudah berlangsung lama; pecahnya
abses hati amuba ke rongga pleura
Hitam Spora Aspergillus niger
Kuning kehijauan Pleuritis reumatoid
Warna dari selang makanan Selang makanan masuk ke dalam
rongga pleura,
Karakteristik Cairan
Nanah Empiema
Kental Mesotelioma
Debris Pleuritis reumatoid
Keruh Eksudat inflamasi atau efusi lipid
Anchovy paste Pecahnya abses hati amuba
Bau atau cairan busuk Empiema anaerobik
Ammonia Urinotoraks
Kontraindikasi torakosentesis
bahwa jika torakosentesis dilakukan dengan tuntunan USG, maka hal ini aman
yang terjadi setelah prosedur. Hindari tempat yang terdapat selulitis maupun
2014)
27
Torakosentesis dapat dilakukan sebagai berikut:
diletakkan diatas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat dilakukan
b. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di
daerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media di
diahfrahma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum
tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura
parietalis tebal.
28
d. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada
2. Pemasangan WSD
c. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis.
e. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan
dinding dada
29
h. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang,
memastikan dilakukan foto toraks. Selang torak dapat dicabut jika produksi
cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang. Selang dicabut pada
3. Pleurodesis.
banyaknya, obat sitostatika (misal; tiotepa 45 mg) diberikan selang waktu 710
hari; pemberian obat tidak perlu pemasangan WSD. Setelah 13 hari, jika
30
berhasil, akan terjadi pleuritis obliteratif yang menghilangkan rongga pleura,
Obat lain adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini WSD harus dipasang dan
selang toraks, ditambah dengan larutan garam faal 1030 ml larutan garam faal
yang ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik diberikan 11,5 jam sebelum
toraks diklem selama 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran
tetrasiklin merata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu 24 jam
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
DAFTAR PUSTAKA
Editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 1998; 785-
97.
Davies HE, Lee YCG. 2008. Pleural effusion, empyema, and pneumothorax. Di dalam :
Albert RK, Spiro SG, Jett JR, editor. Clinical Respiratory Medicine. Philadelphia
Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar Lampung.
Havelock T, Teoh R, Laws D, Gleeson F, Maskell N, Ali N, et al. BTS Pleural Disease
Reports.2010;2(3):2040-2023
Lee YCG. Pleural Anatomy and Fluid Analysis in Principles and Practice of
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Roberts JR, Custalow CB, Thomsen TW and Hedges JR. Roberts and Hedges’ Clinical
Philadelpia. 2014.
33
Rubins J. 2012. Pleural effusion. Medscape reference. Tersedia pada :
http://emedicine.medscape.com/article/299959.
Yataco JC, Dweik RA. 2005. Pleural effusions : evaluation and management. Cleveland
34