Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan pengembangan pemanfaatan jasa wisata alam


secara lestari di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, diperlukan
upaya strategis yang terprogram dan terstruktur. Untuk itulah kemudian diperlukan
adanya rencana pengembangan pariwisata alam yang merupakan pedoman dan
arahan dalam pengembangan pariwisata alam di kawasan yang antara lain memuat
tentang rencana pengembangan pariwisata alam di zona-zona pemanfaatan taman
nasional yang berupa analisis SWOT. Analisis SWOT dalam menganalisa
pengembangan destinasi wisata inilah yang akan kami bahas dalam tulisan ini.
diharapkan dengan analisa SWOT bisa memberikan masukan dan rencana strategis
bagi pengembangan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu


organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor
kekuatan (Sterngth) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths).

Analisis SWOT memberikan suatu “pandangan dasar” tentang analisis kondisi


situasi yang dihadapi sehingga bisa didapatkan strategi yang tepat dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Analisis SWOT menjabarkan secara rinci aspek-
aspek yang menjadi kekuatan (strengtha), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan tantangan (threat) rencana pengembangan kawasan Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung, meliputi jenis dan daya tarik (atraksi),
ketersediaan amenitas (sarana-prasarana), dan dukungan aksesibilitas.

1
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana rencana pengembangan kawasan Taman Nasional Bantimurung?

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memberikan informasi dan referensi terhadap


pembaca khususnya PRAJA IPDN untuk mengetahui potensi wilayah tentang
pengembangan kawasan Taman Nasional Bantimurung

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Deskripsi kawasan

Secara administrasi pemerintahan, kawasan Taman Nasional Bantimurung


Bulusaraung terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene
Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, dan
Kabupaten Bone. Kawasan taman nasional ini terletak di dalam 10 wilayah
administrasi kecamatan dan 40 wilayah administrasi kelurahan/desa.

Pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung telah terdaftar


sebanyak 365 species satwa liar. Daftar jenis satwa liar tersebut dihimpun dari
berbagai sumber yang dapat dipercaya serta hasil dari kegiatan identifikasi jenis yang
dilakukan oleh Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sendiri. Jenis-jenis
satwa liat tersebut terdiri dari 6 species mamalia, 73 species aves, 7 species Amphibi,
19 species Reptilia, 224 species Insecta, serta 27 species Collembola, Pisces,
Moluska. Dari 356 species satwa liar yang telah terdaftar pada Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, 30 species diantaranya adalah species satwa liar yang
dilindungi undang-undang. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dikenal ke
segala penjuru dunia dengan potensi Kupu-Kupunya.

Beragam jenis kegiatan wisata dapat dilakukan di dalam kawasan Taman


Nasional Bantimurung Bulusaraung. Aktifitas wisata yang telah lama berlangsung dan
ramai dikunjungi oleh wisatawan adalah wisata tirta di Air Terjun Bantimurung.
Aktifitas wisata tirta di kawasan Air Terjun Bantimurung tersebut dapat dirangkaikan
pula dengan kegiatan penelusuran gua serta menikmati keindahan warna warni kupu-
kupu di habitat aslinya.

Terdapat juga kawasan Pattunuang Asue juga dapat dilakukan aktifitas wisata
yang beragam, mulai dari wisata tirta sampai dengan pengamatan satwa unik.

3
Tracking dapat juga dilakukan pada konpleks Pegunungan Bulusaraung. Kawasan ini
telah banyak dikenal oleh para pendaki gunung, terutama kalangan pencinta alam.

Selusur gua dapat dilakukan di banyak tempat pada ekosistem karst Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung. Sampai saat ini telah tercatat 16 buah gua yang
ditemukan pada eks kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung dan pada wilayah
eks cagar alam Bantimurung terdapat 34 gua. Pada eks kawasan taman Wisata Alam
Gua Pattunuang telah ditemukan 40 gua. Gua-gua ini masih alami dan belum
mengalami perubahan oleh aktivitas manusia. Pada eks cagar alam Karaenta juga
ditemukan banyak gua. Di wilayah inilah terdapat gua terpanjang diantara gua yang
ada di Kabupaten Maros. Gua yang paling dikenal di wilayah tersebut adalah Gua
Salukkang Kallang.

Selain gua-gua tersebut di atas yang berpotensi untuk wisata alam selusur gua,
pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dapat pula dilakukan
selusur gua untuk tujuan wisata budaya. Kawasan arkeologis atau situs tersebut
adalah kawasan yang mengandung peninggalan hasil budaya manusia atau cagar
budaya yang harus diamankan, dilindungi, dan dimanfaatkan.

2. Analsis SWOT Kawasan

Analisis SWOT kawasan dilakukan untuk menemukenali faktor-faktor


kekuatan, kelemahan, dan peluang serta tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan kawasan.

1. Kekuatan (Strength)

 Dukungan dari pemerintah melalui eksistensi kementerian Kehutanan,


Direktorat Jenderal PHKA, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,
serta perangkat yang ada dibawahnya.

4
 Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah
Indonesia yang terkait dengan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya serta lingkungan hidup.
 Perangkat kebijakan internasional yang terkait dengan konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistem serta lingkungan hidup.
 Potensi kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang
merupakan ekosistem unik serta keanekaragaman hayati yang ada
didalamnya.
 Ketersediaan sumber daya manusia
 Memiliki daya tarik wisata alam yang lengkap, seperti: aneka ragam jenis
kupu-kupu, air terjun, sungai untuk bermain, gua, landscap pegunungan dan
hutan alam
 Memiliki daya tarik wisata budaya lokal, kerajinan dan makanan lokal
 Memiliki daya tarik buatan seperti museum kupu-kupu
 Aksesibilitas yang mudah dari kota Makassar, Maros, Bone, dan Bandara
Udara Internasional Hasanuddin
 Status lahan dimiliki pemerintah sehingga mudah dalam pengelolaannya

2. Kendala (Weaknessess)

 Lemahnya peran serta dan kelembagaan masyrakat, terutama masyarakat


sekitar kawasan.
 Sistem birokrasi yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi
 Isu permasalahan dan konflik di dalam kawasan yang lebih menonjol
dibandingkan dengan potensi kawasan yang ada.
 Masih lemahnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknolog
 Koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi yang lemah antar berbagai sektor
 Kekurangan sumberdaya manusia, dalam menerapkan konservasi dan
perlindungan terhadap kawasan.
 Masih banyak potensi pariwisata didalam kawasan yang belum dieksplorasi
 Bentanglahan di kawasan Bantimurung sebagian besar adalah kawasan karst
menyebabkan sulitnya aksesibilitas di dalam kawasan

5
 Pengelolaan masih dilakukan oleh Pemda Kab. Maros, padahal kawasan ini
adalah milik Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

3. Peluang (Opportunities)

 Komitmen para penentu kebijakan di tingkat nasional dan regional terhadap


pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
 Komitmen dan dukungan masyarakat internasional terhadap lingkungan dan
pelestarian sumber daya alam.
 Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan di tingkat lokal terhadap
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
 Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang unik, langka, dan
bernilai ekonomi tinggi serta tingginya minat masyarakat lokal dan manca
negara.
 Peluang investasi ke kawasan konservasi dalam rangka pengembangan
wisata alam.
 Tingginya minat wisatawan terhadap kegiatan wisata outbound
 Tingginya minat wisatawan untuk melihat satwa yang terdapat dikawasan ini
 Festival kupu-kupu setiap tahun di Taman Wisata Alam Bantimurung
 Perkembangan pasar wisata keluarga yang memerlukan wadah dan kegiatan
wisata yang akan terus menunjukkan peningkatan

4. Ancaman (Threats)

 Masih tingginya tingkat kerawanan kawasan, baik dari aktifitas penebangan


liar dan perdagangan kayu illegal, perambahan kawasan, kebakaran hutan
dan kegiatan pertambangan tanpa izin.
 Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan
 Kondisi perekonomian masyarakat yang masih sangat bergantung pada
ketersediaan sumber daya alam di dalam kawasan.
 Kebutuhan lahan yang sangat tinggi

6
 Kebijakan investsi di dalam kawasan konservasi yang tidak menarik bagi para
investor.
 Daya dukung lingkungan yang terbatas untuk akumulasi kegiatan wisata yang
lebih besar, yang akan berdampak pada penurunan kualitas fisik lingkungan
alam dan daya tarik obyek wisata itu sendiri
 Keberadaan habitat satwa dari ancaman kepunahan

Penyusunan Strategi

– Strategi Kekuatan dan Peluang (SO)

1. Pengembangan kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung


diarahkan dengan brand image “The Kingdom of Butterfly”

2. Pengembangan kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sebagai


kawasan wisata minat khusus

3. Khusus untuk Taman Wisata Alam Bantimurung bisa dikembangkan sebagai


kawasan wisata massal dengan atraksi kegiatan yang beraneka ragam
(wisatas tracking, tirta, camping, outbound, pengamatan kupu-kupu)

4. Peningkatan pelaksanaan kerjasama, koordinasi serta keterpaduan antar


instansi terkait, pengusaha pelaksanaa dan masyrakat dalam memanfaatkan
potensi wisata daerah

5. Pemberian kemudahan bagi investor agar berminat menanamkan modalnya


pada daerah kawasan yang telah dan akan dijadikan sebgai kawasan wisata

– Strategi Kelemahan-Peluang (WO)

1. Pengembangan subsidi silang bagi kegiatan wisata sekawasan

7
2. Pengembangan paket wisata khusus segmen wisatawan asing

3. Pengembangan bauran promosi khusus produk-produk pariwisata daerah

4. Penyebarluasan informasi tentang kawasan Taman Nasional Bantimurung


Bulusaraung melalui promosi terpadu

5. Peningkatan kualitas SDM di bidang pariwisata dan optimalisasi pelaksanaan


tugas pembinaan kepariwisataan terhadap masyarakat melalui kerjasama
dengan instansi terkait

6. Peningkatan program kerja dan kegiatan melalui dukungan instansi terkait

– Startegi Kekuatan-Ancaman (ST)

1. Pengembangan kesadaran masyarakat tentang wisata nusantara

2. Peningkatan keterampilan dan daya inovasi pelaku usaha wisata dalam


negeri

3. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui pembinaan yang


berkesinambungan.

4. Pembentukan kelompok masyarakat sadar wisata dan sadar lingkungan


bekerja sama
5. dengan instansi terkait untuk kepentingan pelestarian lingkungan

6. Peningkatan kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan untuk


mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat dalam bidang kepariwisataan.

8
– Strategi Kelemahan – Ancaman (WT)

1. Peningkatan peran Pemda dan instansi terkait untuk mendukung usaha


pariwisata di
2. daerah dalam menjaring wisnus

3. Pengembangan pariwisata budaya sebagai salah satu daya tarik wisata

4. Pengembangan kewirausahaan di bidang pariwisata bagi masyarakat lokal

5. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM untuk mendukung pelaksanaan


tugas pokok dan fungsi dalam upaya pengembangan pariwisata

6. Penyempurnaan sarana kerja terutama sarana dan prasarana penunjang


kepariwistaan dalam upaya pelayanan prima

7. Penyusunan program dan kegiatan yang berbasis masyarakat dalam rangka


mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat di bidang pariwisata.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pengembangan destinasi pariwisata Taman Nasional Bantimurung


Bulusaraung memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan selanjutnya menjadi
destinasi utama pariwisata di kawasan Indonesia Timur pada umumnya dan Provinsi
Sulawesi Selatan pada khususnya. Sesuai dengan analisis SWOT yang saya
gunakan pada tulisan ini maka dengan mengusung branding “The Kingdom of
Butterfly” ini bisa menjadi magnet untuk menarik wisatawan luar negeri. Dengan
meningkatnya minat pada destinasi wisata special interest maka objek destinasi ini
bisa menjadi pilihan bagi para wisatawan yang mencari something different.
Diperlukan kerjasama dengan oleh seluruh stakeholders yang terlibat dalam
merencanakan, mempromosikan, mengelola dan menjaga Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung.

3.2 Saran

1. Peningkatan pelaksanaan kerjasama, koordinasi serta keterpaduan antar


instansi terkait, pengusaha pelaksanaa dan masyrakat dalam memanfaatkan
potensi wisata daerah

2. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui pembinaan yang


berkesinambungan.
10
3. Pemberian kemudahan bagi investor agar berminat menanamkan modalnya
pada daerah kawasan yang telah dan akan dijadikan sebgai kawasan wisata

11

Anda mungkin juga menyukai