Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah menyusui dan menelan sering terjadi dan erat hubungannya dengan berbagai
diagnosa dan kondisi pada beberapa populasi anak-anak. Tanda, gejala, dan Pola disfagia telah
dijelaskan belakangan ini melalui investigasi diagnosis yang dipilih, diantaranya adalah;
prematuritas, sindrom tertentu, cacat jantung bawaan, esofagitis eosinofilik, laringomalasia, dan
autisme (Miller, 2009).

Laringomalasia (LM) adalah penyebab paling umum timbulnya stridor pada masa bayi,
dan kelainan pada laringeal yang sering dijumpai pada bayi baru lahir. Hal ini ditandai dengan
adanya prolaps struktur supraglotis yang lembek ke dalam selama inspirasi, yang bisa
mengakibatkan penyumbatan jalan nafas bagian atas (Hartl and chadha, 2012). Patofisiologinya
masih belum jelas namun erat kaitannya dengan teori nerologi, dimana adanya diskordinasi
neuromuscular yang mempengaruhi supraglotis (Sedhagat et al, 2017)

Laringomalasia mempengaruhi 50% sampai 75% bayi dengan stridor. Bayi biasanya
datang dengan keluhan stridor ketika inspirasi selama beberapa minggu pertama setelah lahir,
yang biasanya memburuk selama 6 bulan pertama setelah lahir dan mencapai tingkat keparahan
pada usia sekitar 6 bulan berikutnya, diikuti dengan peningkatan gejala secara bertahap, dengan
kebanyakan pasien menjadi bebas gejala pada usia 18 sampai 24 bulan. Stridor biasanya lebih
buruk dengan agitasi, tangisan, pemberian makan, dan posisi telentang. Selain stridor, pasien
dengan Laringomalasia dapat mengalami kesulitan makan, kegagalan untuk berkembang,
disfagia, aspirasi, apnea, sianosis, refluks, apnea tidur obstruktif, dan hipertensi pulmonal pada
kasus yang parah (Simons et al, 2017).

Angka kejadian laringomalasia di dunia belum pasti, namun diduga mengenai 60–70%
bayi dengan stridor kongenital di mana laki-laki dua kali lebih banyak daripada perempuan
(Sudiro et al, 2017). Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2012 - Maret 2015 didapatkan 84 bayi dan anak terdiagnosis laringomalasia
yang terdiri dari 55 laki-laki dan 29 perempuan, rentang usia 0,133 bulan atau bayi berusia 4 hari
hingga usia 180 bulan dengan rata-rata usia 7,87 bulan (Saputri et al, 2015).
SUMBER:

Hartl, Trevor T, MD and Chadha, Neil K. MBChB, MPHe, FRCS. 2012. A Systematic Review of
Laryngomalacia and Acid Reflux. American Academy of Otolaryngology Head and Neck
Surgery. P; 1
Miller, Claire Kane. 2009. Updates on Pediatric Feeding and Swalloing Problems. Cincinnati
Children's Hospotila Centre. P; 2
Saputri, R. Ayu Hardianti. 2015. Gambaran Klinis Pasien Laringomalasia di Poliklinik Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari 2012 - Maret 2015. Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. P; 4
Sedaghat, Sabha et al. 2017. Supraglottoplasty for laryngomalacia: The experience from
Concepcion, Chile. Elsavier. P; 1
Simons, Jeffery P, MD et al. 2017. Laryngomalacia and Swalloing Function in Children. HHS
Public Acces. P; 2

Sudiro, Melati et al. 2017. Manifestasi Klinis Refluks Laringofaring: Studi pada Anak Usia
0–24 Bulan dengan Laringomalasia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. P; 2

Anda mungkin juga menyukai