Anda di halaman 1dari 4

ANC (Antenatal Care)

(SKDI 4 A)

1. ANC
Asuhan antenatal atau antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran marernal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
2. Kunjungan ANC
Kunjungan ANC terbagi atas:
a) Trimester I sebanyak 1 kali sebelum minggu ke 16
b) Trimester II sebanyak 1 kali antara minggu ke 24 -28
c) Trimester III sebanyak 2 kali antara minggu ke 30-32 dan antara minggu 36-38
Kunjungan ANC bertujuan untuk mengevaluasi dan atau melakukan beberapa hal/tindakan
selama kehamilan, diantaranya adalah:
a) Kunjungan pada usia < 14 minggu, bertujuan untuk membangun hubungan antara
pemeriksa dengan ibu, mendeteksi masalah, dan tatalaksana, pemberian suplemen TT
(Tetanus Toxoid), dan mendorong perilaku sehat
b) Kunjungan pada usia 14-28 minggu mengecek pre eklamsi
c) Kunjungan pada usia 28-36 minggu pemeriksaan abdomen (palpasi abdomen)
d) Kunjungan pada usia > 36 minggu memeriksa letak janin
Pemberian suplemen atau vaksin TT (Tetanus Toxoid) diberikan berdasarkan beberapa
ketentuan sebagai berikut:

Kriteria Tata Laksana


TT Lengkap (3x) & Dosis terakhir < Tidak Perlu TT
10 th yll
TT Lengkap (3x) & dosis terakhir > Booster pada usia kehamilan 27 – 36
10 th minggu
TT tidak pernah, tidak lengkap (<3x) TT 1 : pada saat ANC/kunjungan
atau lupa pertama
TT 2: 4 minggu setelah TT 1
TT 3: 6 bulan dari TT 2
TT 4: 1 tahun setelah TT 3
TT 5: 1 tahun setelah TT 4
Sudah pernah DPT/TT/Td TT 2, 4 minggu setelah TT 1 (pada
1 kali kehamilan)
Sudah pernah DPT/TT/Td TT 3, 6 bulan setelah TT 2 (pada
2 kali kehamilan, jika selang waktu
memenuhi)
Sudah pernah DPT/TT/Td TT 4, 1 tahun setelah TT 3
3 kali
Sudah pernah DPT/TT/Td TT 5, 1 tahun setelah TT 4
4 kali
Sudah pernah DPT/TT/Td Tidak perlu
5 kali

3. Pemeriksaan Fisik Obstetri:


a) Tinggi Fundus Uteri (Pengukuran dengan pita ukur apabila usia kehamilan > 20 tahun)
b) Vulva / perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau
kelainan lainnya
c) Pemeriksaan dalam untuk menilai serviks, uterus, adneksa, kelenjar Bartholin, kelenjar
skene, dan uretra
d) Untuk menilai serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari ostium
e) Palpasi Abdomen, menggunakan manuver leopold I-IV, sebagai berikut:
 Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri dan menetukan bagian janin yang terletak
di fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester I)
 Leopold II : Menetukan bagian janin pada sisi kanan dan kiri ibu (dilakukan mulai
akhir trimester II)
 Leopold III : Menentukan bagian janin yang terletak di bawah uterus (dilakukan mulai
akhir trimester III)
 Leopold IV : Menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul
(dilakukan bila usia kehamilan > 36 minggu)
f) Auksultasi denyut jamtung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia
kehamilan > 16 minggu)
4. TORCH
a) CMV (Cytomegalovirus)
Diagnosis pranatal dilakukan dengan mengerjakan metode PCR dan isolasi virus pada
cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis pada usia kehamilan 21-23
minggu. Tidak ada terapi yang memuaskan dapat diterapkan, khususnya pada
pengobatan infeksi kongenital.
b) Toxoplasmosis
Sebelum mendiagnosis ibu menderita toxoplasomosis, harus Didahului oleh skrining
serologik maternal/ibu hamii, hasilnya harus memenuhi kriteria tertentu sebelum
dilanjutkan ke prosedur diagnostik pranatal. Jika satu dari 4 syarat di bawah ini
terpenuhi, akan dilakukan kordosintesis atau amniosintesis. Diantaranya:
 Antibodi IgM+
 Serokonversi dengan interval waktu 2 sampai 3 minggu, perubahan dari
seronegatif menjadi seropositif IgM dan IgG
 Titer IgG yang tinggi 2 l/1,024 (ELISA)
 Aviditas IgG < 200an ultrasonografi
Terapi pada Ibu yang terdiagnosis toxoplasmosis sebagai berikut;
 Spiramisin (gol. makrolide) 2 - 4 g/hari PO dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu,
diulangi setelah 2 minggu sampai kehamilan aterm.
 Kombinasi piremitamin, sulfadiazin, dan asam folinik sebagai penggunaan
simultan diberikan selama 21 hari. Piremitamin (fenilpirimidin obat antimalaria).
Dosis piremitamin diberikan sebesar 1 mg/kg/hari PO untuk 3 - 4 hari.
Sulfadiazin 50 - 100 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis serta asam folinik 2 kali 5 mg
IM tiap minggu selama pemakaian piremitamin. Pemberian Piremitamin dan
Sulfadiazin disarankan setelah UK 14 minggu (trimester II), dikarenakan efek
teratogenik.
 Sulfadiazin menimbulkan reaksi hematuria dan hipersensitivitas. Piremitamin
menyebabkan depresi sumsum tulang secara gradual dan reversibel dengan akibat
penunlnan platelet, leukopenia, dan anemia yang menyebabkan tendensi
perdarahan. Untuk mengantisipasi hal ini perlu pemeriksaan sel darah tepi dan
platelet 2 kali seminggu serta penggunaan asam folinik dalam bentuk kalsium
leukovorin yang menghambat efek depresi sumsum tulang dari piremitamin.
c) Rubela
Diagnosis rubella dinyatakand dari hasil IgM negatif menjadi positif dan
meningkatnya IgG secara berrnakna. Kadar IgM ini dapat pula dibuktikan dalam darah
tali pusat. Infeksi pada trimester pertama sebaiknya dilakukan terminasi.
5. Pemberian Nutrisi dan Suplemen
a) Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2.500 kalori.
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari
b) Kebutuhan kalsium ibu hamil adaiah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan orot dan rangka.
c) Pemberian suplemen zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari rerutama setelah
trimester kedua.
d) Pemberian suplemen asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram
per hari. Sementara itu, pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida
dianjurkan mengonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/hari atau 4000 mikrogram per hari
sampai usia kehamilan 12 minggu.
Sumber

IDI (Ikatan Dokter Indonesia). 2017. Panduan Keterampilan Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Primer Edisi 1.
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan Edisi Pertama.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai