PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada
dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes.
sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
Nurnaningsih dan Pudjiadi (2008) didapatkan 33,3% pasien yang dirawat di PICU
RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta memiliki kadar glukosa darah lebih dari 200
mg/dL. Kejadian hiperglikemia pada pasien kritis ini telah dikemukakan pertama
kali oleh Claude Bernard lebih dari seabad yang lalu (Van den Berghe, 2004).
fenomena tersebut masih menjadi masalah yang diperdebatkan dan menarik untuk
semua sistem organ dalam tubuh (Reddy, 2009). Hiperglikemia merupakan salah
satu akibat dari respon sistemik tubuh terhadap stres. Faktor neurohormonal
1
2
osmolaritas serum (Hirshberg et al., 2008; Bratton, 2009). Namun di sisi lain,
al., 2008).
bahkan pada tingkat sedang dan pada nondiabetes, berhubungan dengan luaran
yang lebih buruk dan peningkatan mortalitas pada pasien kritis (Henderson et al,
risiko komplikasi, lebih lamanya perawatan di ICU, dan lebih tingginya angka
kematian (Leite et al., 2010). Pada suatu penelitian retrospektif, Krinsley (2003)
dengan meningkatnya kadar glukosa darah, mencapai 42,5% pada pasien dengan
tersebut, penelitian prospektif acak terkendali yang dilakukan Van den Berghe et
al. (2001) menunjukkan bahwa regulasi ketat glukosa darah pada target 80-
34% pada pasien ICU kasus bedah, serta secara signifikan menurunkan kejadian
bakteriemia dan gagal ginjal akut, menurunkan kebutuhan transfusi darah dan
ventilasi mekanik, serta mempersingkat lama perawatan pasien ICU kasus bedah
maupun medis (Leite et al.,2010; Van den Berghe et al., 2001). Secara umum
yang berpotensi menimbulkan luaran buruk pada pasien kritis (Falciglia, 2007).
3
hiperglikemia dan pengaruhnya terhadap luaran klinis anak sakit kritis belum
berhubungan dengan luaran klinis yang buruk (Wintergerst et al., 2006). Pada
anak sakit kritis yang dirawat di PICU, Faustino dan Apkon (2005) mendapatkan
risiko relatif mortalitas sebesar 2,5 pada pasien dengan kadar glukosa darah lebih
dari 150 mg/dL. Kadar glukosa darah lebih dari 150mg/dL dalam 24 jam pertama
al., 2004). Kadar glukosa darah yang tinggi juga berhubungan dengan kejadian
infeksi nosokomial dan lamanya perawatan pada pasien PICU (Wintergerst et al.,
mengkaji hubungan antara hiperglikemia dengan luaran klinis anak sakit kritis.
Pada penelitian Klein et al. (2008) dengan batas kadar glukosa darah lebih dari
126mg/dL dan Lodha et al.(2009) dengan batas kadar glukosa darah lebih dari
dengan lama pemakaian ventilasi mekanik, lama perawatan, dan mortalitas pasien
kritis yang dirawat di PICU . Selain itu, terdapat keterbatasan pada penelitian-
penyakit, jenis kasus, umur, jenis kelamin, dan status gizi dalam menilai luaran
Mortalitas pada pasien kritis cukup tinggi. Van den Berghe (2004)
beberapa hari sekitar 20% di seluruh dunia. Sebagian besar kematian di unit rawat
intensif yang terjadi setelah hari-hari pertama sakit kritis berhubungan dengan
tidak teratasinya kegagalan sistem organ, atau dan sepsis. Laporan tahunan
PICU/IRIA (Instalasi Rawat Intensif Anak) RSUP Dr. Sardjito tahun 2010,
menunjukkan 31,0% pasien yang dirawat di PICU meninggal, dengan syok septik
PICU RSUP Dr. Sardjito belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang
B. Pertanyaan Penelitian
klinis (mortalitas dan lama perawatan) pasien kritis yang dirawat di PICU ?
5
C. Tujuan Penelitian
sebagai faktor prognosis terhadap luaran klinis pasien kritis yang dirawat di
PICU.
2. Tujuan khusus :
D. Manfaat Penelitian
kritis di PICU.
penatalaksanaannya.
6
D. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di luar negeri ditunjukkan pada
tabel 1.
24 jam pertama perawatan terhadap luaran klinis pasien kritis di PICU, khususnya
di PICU RSUP Dr. Sardjito, dengan karakteristik pasien dan ketersediaan sumber
Pediatri Gawat Darurat Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK PGD IDAI)
mengenai pengontrolan kadar glukosa darah pada anak sepsis. Nilai kadar glukosa
darah yang dianalisis hanya hasil pemeriksaan dari Laboratorium Patologi Klinik
RSUP Dr. Sardjito dalam 24 jam pertama perawatan di PICU. Hal ini untuk
ini dikendalikan juga faktor derajat keparahan penyakit, jenis kasus, umur, jenis
kelamin, dan status gizi dalam menilai luaran klinis pasien; serta diperhitungkan
pada semua anak sakit kritis, maka semua pasien anak yang dirawat di PICU
dengan berbagai status penyakit dimasukkan sebagai populasi pada penelitian ini.
Namun, intervensi atau kondisi yang bisa mempengaruhi hasil penelitian, yaitu
subyek penelitian.
Tabel 1. Penelitian-penelitian lain tentang prognosis hiperglikemia terhadap luaran klinis pasien kritis di PICU
Rancangan penelitian Kohort retrospektif Kohort retrospektif Kohort retrospektif Retrospektif Retrospektif
Batasan hiperglikemia 126, 150mg/dL 120, 150,200mg/dL 150 mg/dL 200 mg/dL 126 mg/dL
152;
hanya pasien PICU 863; 1550;
dengan ventilasi 942; semua pasien PICU; 209;
semua pasien
mekanik dan infus semua pasien nondiabetes atau semua pasien
Sampel PICU;
vasoaktif; PICU; kelainan metabolik lain; PICU;
nondiabetes;
nondiabetes; nondiabetes nonhipoglikemia; nondiabetes
nonterapi insulin nonterapi insulin
Median umur subyek 6 tahun 3,2 tahun 2 tahun 4,2 tahun 1,6 tahun
8
Tabel 1. (lanjutan)
9
Tabel 1. (lanjutan)
Peneliti Srinivasan et al. Faustino dan Hirshberg et al. Klein et al. Lodha et al.
(tahun) (2004) Apkon (2005) (2008) (2008) (2009)
Hasil Kadar glukosa Risiko kematian Hiperglikemia Kadar glukosa darah pada hari Dengan mengontrol
utama darah meningkat pada berhubungan dengan pertama berkorelasi dengan keparahan penyakit
>150mg/dL (8,3 kelompok dengan peningkatan mortalitas skor PRISM (r=0,39, p<0.001). menurut PRISM atau
mmol/L) pada kadar tertinggi (OR 9,6; 95%CI 1,2- PIM2, tidak ada
Kadar glukosa darah hari
24jam pertama glukosa dalam 24 77,2). hubungan antara
pertama tidak berhubungan
perawatan jam pertama hiperglikemia
Hiperglikemia dan dengan ketahanan hidup
berhubungan >150mg/dL (RR, dengan mortalitas
variabilitas glukosa (p=0,82) setelah dikontrol
dengan 2.50; 95%CI (p=0,13).
juga berhubungan dengan faktor skor PRISM,
mortalitas (OR 1.26-4.93)
dengan kejadian infeksi umur, dan jenis kelamin.
3,4; 95%CI 1,4–
nosokomial (p=0,01)
8,6, p<0,01). Dengan mengontrol skor
dan peningkatan lama
PRISM, kadar glukosa hari
perawatan di rumah
pertama tidak berhubungan
sakit (p<0,001).
dengan lama perawatan di
PICU (p=0,75 & p=0,19) dan
lama penggunaan ventilasi
mekanik (p=0,06 & p=0,31)
pada kelompok yang bertahan
hidup maupun yang meninggal.
10