Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa


ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara
sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas,
dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu,
dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada
masyarakat.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium (disingkat lab)


adalah suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-
bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah,
penelitian, praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi
bahan tertentu.
Secara ga

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,


penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan atau factor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat

Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan


pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi
klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;

Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang


melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia dan atau
bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan masyarakat.

Laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang didesain secara khusus untuk


keperluan praktikum atau eksperimen yang berhubungan dengan mikrobiologi.
Mikrobiologi merupakan cabang ilmu dari biologi yang khusus mempelajari jasad-
jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani (micros = kecil, bios = hidup,
dan logos = pengetahuan) sehingga secara singkat dapat diartikan bahwa
mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk-mahluk hidup yang
kecil-kecil. Mahluk-mahluk hidup yang kecil-kecil tersebut disebut juga dengan
mikrooprganisme, mikrobia, mikroba, atau jasad renik.
Pemeriksaan Mikrobiologi secara garis besar digolongkan menjadi
 Mikroskopik
 Kultur
 Deteksi Antigen
 Deteksi Antibodi
 Deteksi asam nukleat/deteksi serologi

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting,
yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering
sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik
yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik
kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari
total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca
analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik
ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut
meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke
laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.

PENGAMBILAN SPESIMEN

Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab
dan kemudian memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium.
Dalam hal ini peranan laboratorium sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit
infeksi menjadi sangat penting .
Hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas spesimen. Spesimen
yang diperiksa di lab Mikrobiologi sebagian besar merupakan klinik berkaitan dengan
penyakit infeksi. Kualitas specimen ditentukan oleh metoda pengambilan dan proses
tranportasi ke laboratorium. Hasil pemeriksaan mikrobiologik negatif tidak selalu
berarti bahwa diagnosis salah.
Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering ditentukan oleh beberapa
hal, antara lain :
– Pengambilan dan pengiriman spesimen yang tidak benar
– Teknik atau cara kerja di laboratorium uang tidak tepat
Pengambilan specimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat
menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan
penyebab infeksi. Dapat terjadi bahwa yang diisolasi bukan penyebab tetapi
organisme flora normal sehingga akan memberikan intreprestasi hasil laboratorium
yang keliru dan menyebabkan langkah terapi yang salah.
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara
pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Beberapa hal penting yang
perlu dilakukan untuk memperoleh hasil pemerisaan yang baik adalah :
1. Bahan pemeriksaan sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar
kemungkinannya mengandung penyebab infeksi pada stadium tertentu.
2. Pada lokasi tubuh yang pada keadaan normal mengandung flora normal, hasil
laboratorium positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik , sehingga
mendapatkan suatu interpertasi yang bermakna.
3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang
dalam keadaan normal steril (cairan serebro – spinal darah, cairan pleura, cairan).
Agar diperoleh kualitas spesimen yang baik, pengambilan spesimen harus memenuhi
beberapa kriteria tertentu.

Pedoman Umum
Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sbb :

1. Representatif untuk proses infeksi :


Bahan pemeriksaan harus benar-benar berasal dari tempat infeksi, misalnya:
– bahan pemeriksaan dari luka, sebaiknya diambil dari dasar luka dan dihindari
kontak dengan kulit sekitarnya sehingga tidak memungkinkan bagi kontaminasi oleh
flora kulit.
– bahan dari asbes diambil dengan cara aspirasi steril.
– sebelum dilakukan pengambilan urine, alat genital dibersihkan untuk
menghindari kontaminasi.
– bahan sputum harus benar-benar berasal dari saluran nafas bagian bawah,
bukan hanya berupa saliva.
1. Jumlah spesimen cukup untuk memungkinkan pemeriksaan.
Misalnya :
– bahan dari pus dalam keadaan infeksi aktif, jumlahnya tidak perlu
diperhatikan, tetapi pada infeksi kronik jumlah bahan yang diambil sebaiknya agak
banyak.
– Bahan berupa darah, jumlah nya harus cukup. Perbandingan volume darah
dengan medium cair adalah 1 :5 atau 1 :10.
– Bahan urine : sebaiknya diambil setelah penderita tidak berkemih sekurang-
kurangnya 3 jam, sehingga diperoleh volume cukup untuk diambil.
1. Saat pengambilan perlu diperhatikan. Pengambilan harus dilakukan pada stadium
yang tepat, untuk ini perlu diketahui riwayat penyakit penderita. Pada demam tifoid
minggu pertama, bakteri akan dapat ditemukan di darah. Sedangkan pada minggu ke
2 dan ke 3, tinja dan urine biasanya positif. S. typhi akan ditemukan pada tinja dan
urine selama fase akut dari stadium diare.
2. Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh
lain, dan petugas pengambil. Alat dan tempat spesimen harus steril dan sesuai.
Misalnya pengambilan urine atau sputum sebaiknya dengan pot bermulut lebar.
Setelah bahan ditampung hendaknya ditutup rapat dan dicegah adanya kebocoran
untuk menghindari kontaminasi dan pencemaran dari dan pada lingkungan.
3. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotik. Perlu
diperhatikan hal-hal sbb :
– cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian
antibiotik seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan
Haemophilus influenzae.
– selama pemberian terapi antibiotik pada penderita salmonelosis, dalam tinja
penderita tidak akan diketemukan S.typhi.
– Bila bahan yang diperiksa berasal dari pasien yang telah diterapi, sebaiknya
klinisi memberi catatan khusus, sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan tertentu.
Misalnya dapat diberikan Penisinase untuk merusak penisilin. Jadi pada penderita
yang telah diterapi bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.
1. Bahan pemeriksaan sebaiknya segera dibawa ke laboratorium atau kalau diperlukan
dapat pula digunakan media transport yang sesuai, agar bisa diperiksa secepatnya.

Pedoman khusus

Dalam melakukan pengambilan spesimen klinik, perlu diperhatikan beberapa hal


khusus sesuai lokasi pengambilan :
1. Cara Pengambilan Darah
Pengambilan darah
Waktu pengambilan darah Sedapat mungkin, pengambilan darah dilakukan
sebelum antibiotik diberikan. Waktu terbaik adalah pada saat pasien diperkirakan
menggigil atau suhunya naik. Disarankan pengambilan dua atau lebih baik tiga
biakan darah dengan selang waktu kira-kira 1 jam (atau kurang jika pengobatan
tidak bisa ditunda). Jarang diindikasikan lebih dari tiga biakan darah. Keuntungan
biakan berulang adalah:
- mengurangi kemungkinan terlewatnya suatu bakteremia transien; - peran isolat
"saprofit" (misalnya, Staphylococcus epidermidis) sebagai patogen dapat
dipastikan bila organisme tersebut didapatkan dari beberapa kali pengambilan
darah vena.
Spesimen darah untuk biakan hams diambil sebelum memulai terapi antimikroba
empiris. Jika perlu, pemilihan antimikroba dapat disesuaikan setelah hasil uji
kepekaan didapatkan.
Jumlah darah
Oleh karena jumlah bakteri per mililiter darah biasanya rendah, jumlah darah
yang diambil harus cukup banyak: 10 m1 tiap pungsi vena untuk orang dewasa; 2-
5 m1 mungkin mencukupi untuk anak, yang biasanya mempunyai tingkat
bakteremia yang lebih tinggi; untuk bayi dan neonatus, 1-2 m1 seringkali
merupakan volume maksimal yang bisa diperoleh. Untuk tiap pungsi vena hams
digunakan dua tabung: tabung pertama adalah tabung berventilasi untuk isolasi
optimal mikroorganisme obligat aerob, tabung kedua yang kedap udara untuk
biakan anaerob.
Desinfeksi kulit
Kulit pada tempat pungsi vena hams dipersiapkan dengan teliti menggunakan
desinfektan bakteri- sidal: iodium tinktur 2%, polividon iodium 10%,
alkohol70%, atau klorheksidin 0,5% dalam alkohol 70%. Desinfektan harus
dibiarkan menguap pada pemukaan kulit sebelum darah diambil. Jika
menggunakan iodium tinktur, hams dihapus dengan alkohol70% untuk
menghindari kemungkinan iritasi kulit.
Bahkan setelah kulit dipersiapkan dengan hati-hati, beberapa bakteri tetap ada
dalam lapisan kulit yang lebih dalam dan dapat masuk ke dalam darah, misalnya,
S. epidermidis, Propionibacterium acnes, dan bahkan spora Clostridium.
Pseudobakteremia (biakan darah positif palsu) dapat diakibat- kan oleh
penggunaan larutan antiseptik, spuit atau jarum yang tercemar. Isolasi suatu
organisme yang tidak umum (misalnya, Burkholderia (Pseudomonas) cepacia,
Pantoea (Enterobacter) agglo- merans, atau Serratia spp.) secara berulang di
rumah sakit yang sama hams menimbulkan kecurigaan akan suatu infeksi
nosokomial dan mendorong diadakannya penyelidikan. Sumber pencemaran lain-
nya adalah kontak jarum dengan vial (atau larutan) yang tidak steril; jika spuit
yang sama pertama kali digunakan untuk mengambil darah untuk pemeriksaan
kimia atau pengukuran laju endap darah.
- DARAH
Antikoagulan Penggunaan natrium polianetol sulfonat (SPS) sebagai antikoagulan
dianjurkan karena SPS juga menghambat efek antibakteri serum dan fagosit. Jika
darah langsung ditambahkan ke dalam kaldu dengan volume cukup (50 ml) dan
dicampur dengan seksama untuk mencegah pembekuan, antiko- agulan tidak
diperlukan. Dianjurkan semua rumah sakit dan pusat kesehatan yang besar
menyediakan botol biakan darah. Jika botol biakan darah tidak tersedia, darah
dapat dibawa ke laboratorium da- lam tabung yang mengandung larutan
antikoagulan steril (sitrat, heparin, atau SPS). Begitu diterima di laboratorium,
bahan darah yang demikian hams segera dipindahkan ke botol biakan darah
meng- gunakan teknik aseptik yang ketat. Jika darah diambil tanpa antikoagulan,
bekuan dapat dipindahkan secara aseptik ke dalam kaldu di laboratorium dan
serumnya digunakan untuk uji serologis tertentu (misalnya, Widal).

Darah biasanya diambil pada saat demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama
dilakukan palpasi untuk mencari letak vena yang akan diambil. Sebelum
pengambilan kulit sekitarnya diusap dengan antiseptik, misalnya Jodium tincture
2%, atau alkhohol 80%. Setelah itu tidak boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak
boleh mengusap jarum suntik dengan kapas alkohol.
Volume pengambilan : 10-20 ml untuk dewasa
1-5 ml untuk anak- anak
Karena organisme pada bakteri jumlahnya kecil, sebaiknya segera diinokulasikan
kedalam media kultur setelah pengambilan.
Contoh media kultur darah yang digunakan:
– Trypticase Soy Broth, untuk kultur aerob
– Brain Heart Infusion, untuk kultur bakteri aerob atau anaerob
– Thioglikolat broth, untuk kultur anaerob
– Gal medium, untuk kultur Salmonella
Dapat pula ditransport secara stril dalam tabung mengandung SPS
Interval pengambilan :
endocarditis : 3 kali pengambilan (kultur) dalam 24 jam
bakterima : 3 kali pengambilan (kutur) dalam 24-48 jam
– pasien yang diberi antibiotik : 4-6 kali pengambilan dalam 48 jam

2. Cara Pengambilan Tinja atau Usapan Rektal


Tinja diambil dari bagian yang diperkirakan banyak mengandung organisme
penyebab (lendir atau darah), ditampung pada tempat steril, harus segera dibawa ke
laboratorim. Sedangkan usapan rectal diambil dengan kapas lidi steril, diputar (360º)
pada mukosa rektal diambil dengan kedalaman 1-2 cm, kemudian dimasukkan media
transport bersama kapas lidi atau kedalam tabung kosong bertutup ulir steril, tutup
rapat, segera dikirim ke laboratorium. Sebaiknya tidak digunakan kertas toilet dalam
pengambilan/penampungan tinja, karena pada umumnya mengandung garam bismuth
yang dapat membunuh mikroorganisme.
3. Cara Pengambilan Urine
Bahan berupa urine dapat diambil dengan berbagai teknik :
– aspirasi supra public
– kateterisasi
– urine pancaran tengah (Mid Stream Urine)
Cara pertama dan kedua hanya dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu karena
mengandung resiko, harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi.
Volume urine minimal 10 ml dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Seperti diketahui urine adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri,
terutama bagi pemeriksaan angka kuman harus segera diperiksa agar tidak terjadi
pertumbuhan pesat sebelum diperiksa. Apabila terpaksa bisa disinpan dalam almari
pendingin selama 24 jam, tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam.
4. Cara Pengambilan Dahak atau Sputum
Dahak yang diambil diusahakan tidak tercemar oleh flora normal di rongga mulut,
sebaiknya pasien diminta berkumur sebelumnya dengan akuades steril, atau larutan
garam fisiologis steril. Dahak ditampung didalam pot steril, dengan cara batuk dalam-
dalam, perlu kerjasama dengan pasien. Segera mungkin ditanam dalam media
perbenihan yang sesuai dengan jenis pemeriksaan.
5. Cara Pengambilan Discharge Mukosa
Bahan dari mukosa diambil dengan kapas lidi steril, bahan diambil dari : hidung,
tenggorokan, mata, telinga, lubang urogenital, luka.
6. Abses
Seleksi dan pengambilan yang adekuat sangat berpengaruh pada hasil pemerisaan.
Jika lesi luas atau terdapat beberapa lesi, bahan diambil dari beberapa tempat. Sampel
dari abses harus mengandung pus dan bagian dari dinding abses. Sebelum
pengambilan kulit dibersihkan dengan larutan fisiologis steril. .
7. Cara Pengambilan Cairan Serebrospinal
Dilakukan dengan punksi lumbal oleh seorang dokter ahli dengan memperhatikan
aspek sterilitas alat dan teknik pengambilan secara benar. Kuman pada bahan ini pada
umumnya hanya bertahan beberapa jam, sehingga harus segera dikirim ke
laboratorium. Meningokokus sangat rentan terhadap suhu rendah, sama sekali tidak
dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada almari pendingin.

PENGIRIMAN SPESIMEN DAN PENANGANAN SPESIMEN


Apabila bahan pemeriksaan diambil diluar laboratorium seharusnya segera dikirim
untuk diperiksa. Akan tetapi bila tidak memungkinkan karena beberapa keadaan,
dapat digunakan media transport sebagai media yang mampu memberikan bahan
pertumbuhan untuk mikroorganisme tersangka, terutama bagi organisme yang sensitif
terhadap pengaruh lingkungan. Kadang-kadang bahan pemeriksaan yang tidak
memerlukan media transport karena bahan tersebut telah mengandung bahan yang
diperlukan bagi pertumbuhan organisme tersangka. Pada saat pengiriman temperatur
dan tempat pengiriman harus diperhatikan. Adapun medium transport yang biasa
digunakan adalah : medium Carry & Blair, medium Stuart, medium Amies.

1.Pengiriman Darah
Setelah diperoleh darah harus segera dikirim ke laboratorium karena kuman didalam
darah akan dipengaruhi oleh sel-sel dalam darah ataupun zat-zat yang ada dalam
darah. Secara umum telah direkomendasikan bahwa darah untuk perbenihan ditanam
dalam perbenihan cair dengan perbandingan 1 : 10 untuk membantu menetralkan efek
bakterisidal karena adanya antimikroba dalam (darah pada pasien yang telah diterapi)
atau efek komplemen dan fagosit.
Bila darah dikirim tanpa menggunakan perbenihan cair seperti penjelasan dimuka,
maka volume darah yang dikirim untuk kepentingan isolasi adalah sebanyak 10-20 ml
dengan menggunakan antikoagulan, sebaiknya digunakan SPS (Sodium Polynethol
Sulfonate) 0.05% atau 0.025 %. Disamping sebagai antikoagulan, SPS merupakan
antikomplemen dan antifagosit dan dapat menetralkan efek anti mikroba. Suhu
pengiriman supaya dipertahankan untuk tidak lebih dari 37ºC, dan terhindar dari
kekeringan.

2.Pengiriman Tinja
Tinja dapat dikirim tanpa medium transport bila tidak terlalu lama. Apabila jarak
pengiriman jauh sehingga memerlukan waktu lebih dari 4 jam, maka perlu digunakan
media transport yang sekaligus merupakan medium selektif bagi jenis kuman tertentu.
Medium transport atau selektif ini berupa medium cair, misalknya : Air peptone
alkali, Selenit Broth, dsb. Perlu diperhatikan suhu dan hindarkan dari kekeringan.
3. Pengiriman urine
Urine dikirim tanpa medium transport karena urine merupakan medium yang baik
pertumbuhan kuman. Pengiriman bahan ini harus dilakukan segera mungkin untuk
menghindari perkembangan pesat organisme tersangka, dalam waktu 1 jam
organisme per ml akan menjadi berlipat ganda. Hal ini perlu diperhatikan mengingat
diagnosis bakteriuri didasarkan pada jumlah kuman per ml urine. Suhu
dan kekeringan harus diperhatikan.
4.Pengiriman Dahak
Dikirim tanpa medium transport, tetapi harus segera.
5. Pengiriman discharge mukosa
Setelah diambil dengan kapas lidi dapat dimasukkan dalam media transport, kapas
lidi
dimasukkan dalam tabung media transport secara aseptic.
6. Pengiriman abses, jaringan, spesimen drainage
Bahan pemeriksaan dikirim dengan medium transport semisolid Sturt, Carry & Blair
(untuk kuman anaerob). Spesimen dari usapan (swab), sebaliknya dihindari, lebih
baik spesimen langsung. Bila terpaksa, swab harus merupakan sampel yang mewakili
bagian yang mengandung kuman penyebab.
7. Pengiriman Cairan Serebrospinal
Bahan ini dikirim tanpa medium transport, tetapi harus sesegera mungkin dibawa ke
laboratorium dalam waktu kurang dari 1 jam. Segera ditanam pada medium
perbenihan padat yang cocok

Anda mungkin juga menyukai