Anda di halaman 1dari 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Jatibarang


Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
Kelas / Semester : XI / 1
Materi Pokok : Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam di Indonesia yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

Sub Materi : Kerajaan Aceh dan Kerajaan Makasar


Pertemuan ke :
Alokasi Waktu: 2 x 45 (90 menit )

A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam untuk menentukan faktor yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu dan masa kini.
4. Menyajikan hasil identifikasi warisan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam di Indonesia yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, dalam bentuk tulisan dan media lain.

B. Kompetensi Dasar
3. Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam untuk menentukan faktor yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu dan masa kini.
4. Menyajikan hasil identifikasi warisan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam di Indonesia yang berpengaruh
pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, dalam bentuk tulisan dan media lain.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi :


1. Melalui ekplorasi buku sumber dan diskusi peserta didik dapat menganalisis sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan kerajaan Aceh
2. Melalui ekplorasi buku sumber dan diskusi peserta didik dapat menganalisis sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan kerajaan Makasar
3. Melalui ekplorasi buku sumber dan diskusi peserta didik dapat menyajikan hasil
identifikasi warisan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan kerajaan
Aceh.
4. Melalui ekplorasi buku sumber dan diskusi peserta didik dapat menyajikan hasil
identifikasi warisan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan kerajaan
Makasar.

D. Materi Pembelajaran
1. Fakta
a. Letak / lokasi kerajaan Aceh dan Makasar
b. Tokoh / Raja raja kerajaan Aceh dan Makasar
c. Tempat Peribadatan (Masjid) Aceh dan Makasar
d. Peninggalan hasil budaya ( bangunan, dll) Aceh dan makasar

2. Konsep
a. Lahir / Berdirinya Kerajaan Aceh dan Makasar
b. Perkembangan Kerajaan Aceh dan Makasar
c. Peranan ulama di kerajan Aceh dan Makasar
d. Kejayaan Kerajaan Aceh dan Makasar

3. Prinsip
Kerajaan Aceh terletak di pintu gerbang masuknya pengaruh asing dari arah barat yaitu
melalui selat Malaka. Sedang kerajaan Makasar merupakan pusat perdagangan rempah-
rempah wilayah timur. Peranan kerajaan Aceh dalam membendung pengaruh asing
dilakukan terhadap Portugis. Untuk kerajaan Aceh dan Makasar bangsa asing yang
dihadapi adalah VOC (Belanda). Di aceh persatuan dan kesatuan antara Ulama dan
Umaroh sangat kuat, sehingga menjadikan kesulitan VOC dalam mengalahkannya.

4. Prosedur
Proses pergantian raja di kerajaan Aceh maupun di kerajaan Makasar
.
E. Metode pendekatan dan strategi pembelajaran
Pendekatan : Scientifik Learning.
Model : Problem Based Learning

F. Kegiatan Pembelajaran.
Alokasi
Kegiatan Sintak Deskripsi
waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam, berdoa bersama, 10
dan mengabsen kehadiran siswa, menit
 Memberikan apersepsi berupa
pertanyaan untuk mengingat topik
materi yang lalu yaitu ; Menyebutkan
nama – mana kerajaan Islam di
Indonesia.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang sudah dirumuskan
 Menyampaikan teknis pembelajaran
70
Kegiatan Inti MENGAMATI  Mengamati tayangan salah satu hasil menit
budaya kerajaan Aceh dan Makasar
 Melalui membaca buku pelajaran dan
referensi yang ada
 Peserta didik dibagi menjadi ke dalam 4
kelompok
MENANYA Peserta didik bertanya tentang materi
yang dibaca atau tayangan gambar dari
guru
MENGEKSPLORAS Peserta didik mengumpilkan informasi
I dengan cara :
 Peserta didik ditugaskan untuk
berdiskusi :
1. kelompok 1 dan 2 tentang Kerajaan
Aceh
2. kelompok 3 dan 4 tentang kerajaan
Makasar
MENGASOSIASIK Peserta didik mampu menganalisis
AN informasi terkait dari perkembangan
Kerajaan Aceh dan kerajaan Makasar
melalui buku bacaan dan referensi di
dalam diskusi
MENGKOMUNIKA Peserta didik mempresentasikan hasil
SIKAN diskusi
Peserta didik membuat laporan tentang
warisan sistem pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Aceh dan
Makasar
10
Penutup  Bersama-sama dengan peserta didik, menit
guru meberikan penekanan dalam bentuk
kesimpulan-kesimpulan materi yang
dipelajari
 Memberikan evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran lisan untuk mengetahui
daya serap terhadap materi yang dibahas.
 Memberitahu siswa bahwa dalam
pertemuan yang akan datang membahas
tentang kerajaan Demak dan Mataram
islam
 Memberikan tugas menyusun laporan
dalam bentuk porto poli tentang hasil
kebudayaan kerajaan Aceh dan Makasar
yang dibuat secara individu.
G. Media/Alat dan Sumber Pembelajaran :
1. Media : LCD, Internet, Peta wilayah kerajaan Sumatera.
2. Sumber Belajar :
a. Buku Teks Pelajaran Sejarah Kelas XI
b. Buku-buku lainnya
c. Sumber lain yang tersedia

H. Penilaian :
1. Tehnik : Test dan Non test.
2. Bentuk : Uraian dan pengamatan
3. Instrument : Lembar penilaian dan pengamatan

 Penilaian Sikap
Penilaian 1 : Observasi diskusi
Lembar Pengamatan / Observasi Diskusi Kelompok
Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
Kelas / Semester : XI / 1
Kompetensi Dasar : Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-
kerajaan besar Islam untuk menentukan faktor yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia pada masa
itu dan masa kini.
Materi Pokok : Kerajaan Aceh dan Makasar

1. Penilaian dilakukan selama kegiatan diskusi


2. Hasil penilaian ini digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas peserta didik
3. Aspek yang dinilai:
1). Tanggung jawab
2). Kerja sama
3). Keberanian mengajukan pertanyaan
4). Kemampuan menyampaikan informasi/ menjawab pertanyaan
5). Menghargai pendapat orang lain
4. Keterangan Skor dan Katagori skor
Skor 1 = sangat kurang Jumlah skor 1- 5 katagori tidak aktif
Skor 2= kurang Jumlah skor 5-10 katagori kurang aktif
Skor 3= cukup Jumlah Skor11-15 katagori cukup aktif
Skor 4= baik Jumlah skor 16-20 katagori aktif
Skor 5 = baik sekali Jumlah skor 21 -25 katagori sangat aktif
Berilah skor untuk setiap aspek!
ASPEK PENILAIAN JUMLAH
NO NAMA PESERTA DIDIK KATAGORI
1 2 3 4 5 SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 dst
JUMLAH SKOR
RERATA SKOR

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (25)

 Penilaian Kognitif

INDIKATOR SOAL
RANAH
NO INDIKATOR SOAL Bentuk Soal No Soal
KOGNITIF
1 Siswa dapat menjelaskan awal perkembangan C1 Uraian 1
kerajaan Aceh.
2 Siswa dapat menyebutkan raja raja yng berkuasa C1 Uraian 2
dikerajaan Aceh .
3 Siswa dapat menyebutkan raja raja yang C1 Uraian 3
berkuasa dikesultanan Makasar.
4 Siswa dapat menjelaskan kehidupan sosial C3 Uraian 4
masyarakat Aceh.
5 Siswa dapat membedakan kehidupan sosial C4 Uraian 5
masyarakat Aceh dan Makasar.

Soal Uraian :
1. Jelaskan awal perkembangan kerajaan Aceh.
2. Sebutkan raja- raja yang berkuasa dikerajaan Aceh.
3. Sebutkan raja- raja yang berkuasa dikasultanan Makasar.
4. Jelaskan kehidupan sosial masyarakat Aceh.
5. Bedakan kehidupan sosial masyarakat di kerajaan Aceh dengan masyarakat kerajaan Makasar .

Kunci Jawaban :
1 Aceh mulai berpengaruh pada tahun 1520, berhasil menaklukkan kerajaan Daya, Pedir dan
Samudera Pasai. pada masa Ali Mughayat syah menyerang kapal portugis.
2 Raja raja kerajaan Aceh :
1. Ali Mughayat Syah.
2. Sultan Alaudin Riayat Syah.
3. Sultan Iskandar Muda.
4. Sultan Iskandar Tani.
3 Raja- raja Kasultanan Makasar :
1. Sultan Alaudin.
2. Sultan Hasanudin.
3. Maposamba.
4 Kehidupan sosial masyarakat Aceh :
Perpaduan antara adat istiadat dengan ajaran Islam, kaum perempuan dihormati dan
diperlakukan sama dengan kaum laki-laki, adanya persatuan teuku dan tengku
5 Perbedaan kehidupan sosial kerajaan Kasultanan Aceh :
Kasultanan Aceh : - Sistim feodalisme.
- Kaum bangsawan sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan sipil disebut golongan
Teuku.
- Kaum ulama memegang peranan agama disebut golongan Teungku

Kesultanan Makasar : Kehidupan sosial Kerajaan Makassar adalah feodal. Masyarakat


Makasgar dibedakan atas tiga lapisan atau kelas. Kelas tertinggi bergelar kareng yang
terdiri dari kaum bangsawan, tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa, dan ata untuk
hamba sahaya. Raja Makassar setelah masuk lslam bergelar sultan yang dalam
menjalankan pernerinlahannya dibantu oleh suatu dewan yang disebul Kasuwiyang
Salapanga(Majelis Sembilan) atau Bate Salapanga.

Pedoman penilaian :

1. Setiap soal apabila dijawab benar sempurna diberi nilai 20


2. Setiap soal apabila dijawab mendekati benar diberi nilai 15
3. Setiap soal apabila dijawab setengah benar diberi nilai 10
4. Setiap soal apabila dijawab tapi salah diberi nilai 5
5. Setiap soal apabila yang tidak dijawab diberi nilai 0

 Penilaian Ketrampilan

Tugas Mandiri Terstruktur.

Siswa membuat laporan tertulis tentang warisan kebudayaan kerajaan Aceh dan Makasar.

Pedoman Penilaian Ketrampilan

Mena Menjawab Ketepata Mengasos Mengkom Jumlah


NO NAMA SISWA
nya pertanyaan njawaban ias unikasikan Skore

3
4

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.
1. = sangat kurang;
2. = kurang konsisten;
3. = mulai konsisten;
4. = konsisten; dan
5. = selalu konsisten.

Brebes, 17 Juli 2017


Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Jatibarang, Guru Mata Pelajaran,

Dani Rumdani, S.Pd., M.Pd. Debie Tamara Larentika, S.Pd.


NIP. 19690122 199501 1 001

LAMPIRAN MATERI.
A. Kerajaan Aceh.

Struktur pemerintahan

Pada masa Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589) berkuasa, kerajaan Aceh sudah memiliki undang-
undang yang terangkum dalam kitab Kanun Syarak Kerajaan Aceh. Undang-undang ini berbasis pada al-Quran
dan hadits yang mengikat seluruh rakyat dan bangsa Aceh. Di dalamnya, terkandung berbagai aturan mengenai
kehidupan bangsa Aceh, termasuk syarat-syarat pemilihan pegawai kerajaan. Namun, fakta sejarah
menunjukkan bahwa, walaupun Aceh telah memiliki undang-undang, ternyata belum cukup untuk
menjadikannya sebagai sebuah kerajaan konstitusional.

Dalam struktur pemerintahan Aceh, sultan merupakan penguasa tertinggi yang membawahi jabatan struktural
lainnya. Di antara jabatan struktural lainnya adalah uleebalang yang mengepalai unit pemerintahan nanggroe
(negeri), panglima sagoe (panglima sagi) yang memimpin unit pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi
pimpinan unit pemerintahan mukim yang terdiri dari beberapa gampong, dan keuchiek atau geuchiek yang
menjadi pimpinan pada unit pemerintahan gampong (kampung). Jabatan struktural ini mengurus masalah
keduniaan (sekuler). Sedangkan pemimpin yang mengurus masalah keagamaan adalah tengku meunasah, imam
mukim, kadli dan para teungku.

Kehidupan Sosial Budaya

a. agama

Dalam sejarah nasional Indonesia, Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekah, karena Islam masuk
pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini. Sesuai dengan namanya, Serambi
Mekah, orang Aceh mayoritas beragama Islam dan kehidupan mereka sehari-hari sangat dipengaruhi oleh ajaran
Islam ini. Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu sendi kehidupan masyarakat Aceh. Selain dalam
keluarga, pusat penyebaran dan pendidikan agama Islam berlangsung di dayah dan rangkang (sekolah agama).
Guru yang memimpin pendidikan dan pengajaran di dayah disebut dengan teungku. Jika ilmunya sudah cukup
dalam, maka para teungku tersebut mendapat gelar baru sebagai Teungku Chiek. Di kampung-kampung, urusan
keagamaan masyarakat dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan tengku meunasah.

Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh. Manuskrip-manuskrip
terkenal peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya yang berasal dari Aceh, seperti Bustanussalatin
dan Tibyan fi Ma‘rifatil Adyan karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17; kitab Tarjuman al-Mustafid
yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh Abdurrauf Singkel tahun 1670-an; dan
Tajussalatin karya Hamzah Fansuri. Peninggalan manuskrip tersebut merupakan bukti bahwa, Aceh sangat
berperan dalam pembentukan tradisi intelektual Islam di Nusantara. Karya sastra lainnya, seperti Hikayat Prang
Sabi, Hikayat Malem Diwa, Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, merupakan bukti
lain kuatnya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh.

b. Struktur sosial

Lapisan sosial masyarakat Aceh berbasis pada jabatan struktural, kualitas keagamaan dan kepemilikan harta
benda. Mereka yang menduduki jabatan struktural di kerajaan menduduki lapisan sosial tersendiri, lapisan
teratasnya adalah sultan, dibawahnya ada para penguasa daerah. Sedangkan lapisan berbasis keagamaan
merupakan lapisan yang merujuk pada status dan peran yang dimainkan oleh seseorang dalam kehidupan
keagamaan. Dalam lapisan ini, juga terdapat kelompok yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad.
Mereka ini menempati posisi istimewa dalam kehidupan sehari-hari, yang laki-laki bergelar Sayyed, dan yang
perempuan bergelar Syarifah. Lapisan sosial lainnya dan memegang peranan sangat penting adalah para orang
kaya yang menguasai perdagangan, saat itu komoditasnya adalah rempah-rempah, dan yang terpenting adalah
lada.

c. Kehidupan sehari-hari

Sebagai tempat tinggal sehari-hari, orang Aceh membangun rumah yang sering disebut juga dengan rumoh
Aceh. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka bercocok tanam di lahan yang memang tersedia luas di Aceh.
Bagi yang tinggal di kawasan kota pesisir, banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang. Senjata tradisional
orang Aceh yang paling terkenal adalah rencong, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat dari dekat
menyerupai tulisan kaligrafi bismillah. Senjata khas lainnya adalah Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon
Teubee.

B. Kerajaan Makasar
a) Letak Geografis

Di Sulawesi Selatan pada awalnya berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Tallo, Luwu, Bone, dan Soppeng.
Kemudian, Kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone bergabung menjadi satu dengan nama Tellum Pacceu,
sedangkan Kerajaan Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu dengan nama Kerajaan Makassar. Makassar
terletak di pantai barat Semenanjung Sulawesi Selatan yang memiliki posisi yang penting karena dekat dengan
jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Hal itu menjadikan Makassar sebagai pusat persinggahan para
pedagang dan Kerajaan Makasar berkernbang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan
Nusantara.

b) Kehidupan Politik

Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang memerintah. Ada raja-raja yang
pernah memerintah Kerajaan Makassar antara lain sebagai berikut.

1. Sultan Alauddin (1591-1639 M)

Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenanga Ri Agamanna dan merupakan raja
Makassar pertama yang memeluk agama lslam. Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai
terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan (dunia maritim). Dengan perkembangan tersebut menjadikan
kesejahteraan rakyat Makassar meningkat.

2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)

Pada pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat seba bandar transit, bahkan
Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku
berperang melawan Belanda.

3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)

Sultan Hasanuddin adalah putra Sultan Muhammad Said. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin,
Makassar mencapai masa kejayaan. Makasar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan
memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores). Berkat penguasaan
wilayah tersebut seluruh aktivitas pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat
Kerajaan Makassar.

Hal tersebut ditentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di Maluku yang pusatnya di Ambon
terhalang oleh kekuasaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan
peperangan. Bahkan pertentangan itu sering terjadidi Maluku. Keberanian Sultan Hasanuddin memporak-
porandakan pasukan Belar di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Oleh karena keberanian Sultan
Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda memberikan julukan kepada Sultan Hasanudin “Ayam Jantan dari
Timur”.

Untuk menguasai Makassar, Belanda melakukan politik devide et impera yang kemudian menjalinhubungan
dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan
pemberontakan terhadap Makassar. Pasukan Belanda yang dibantu Aru Palaka berhasil mendesak Makassar dan
dapat menguasai kota kerajaan. Akhirnya Sultan Hasanuddin terpaksa harus menandatangani Perjanjian
Bongaya pada tahun 1667 M yang isinya antara lain sebagai berikut.
1. VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak
monopoli dagang di Makassar.
2. Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang diberi nama Benteng Rotterdam.
3. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar wilayah
Makassar.
4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Meskipun telah menandatangani Perjanjian Bongaya, orang-orang Makassar tetap melakukan perlawanan yang
berlangsung selarna dua tahun dengan pusat pertahanan Sombaopu. Namun, Belanda tetap berupaya merebut
pertahanan itu dengan menghancurkan dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah.

4. Raia Mapasomba

Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah) adalah putra Sultan
Hasanuddin yang turun takhta setelah menyerah kepada Belanda. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar
Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda yang tujuannya agar Makassar tetap dapat bertahan. Namun,
pada kenyataannya Mapasomba jauh lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin sehingga Belanda kemudian
mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadapi perlawanan yang dilakukan Mapasomba. Pasukan
Mapasomba dapat dikalahkan dan akhirnya Belanda dapat berkuasa penuh atas Makassar

c) Kehidupan Masyarakat

1. Kehidupan Ekonomi

Letak Kerajaan Makassar sangat strategis, yaitu ditengah-tengah jalur perdagangan antata Maluku dan Malaka,
sehingga kerajaan tersebut berkembang menjadi pusat perdagangan. Kehidupan ekonomi Kerajaan Makassar
bertumpu pada kegiatan perdagangan dan pelayaran. Dengan berkembangnya Makassar sebagai pusat
perdagangan diwilayah timur lndonesia mengakibatkan pedagang-pedagang asing (Portugis, lnggris dan
Denmark) berdagang di Makassar. Dengan kapal jenis pinisi dan lambo, para pedagang Makassar memegang
peran penting dalam perdagangan di lndonesia. Untuk mengatur pelayaran dan perdagangan, Kerajaan
Makassar menyusun hukum perniagaan yang disebut Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e.

2. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial Kerajaan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makasgar dibedakan atas tiga lapisan atau
kelas. Kelas tertinggi bergelar kareng yang terdiri dari kaum bangsawan, tumasaraq adalah gelar untuk rakyat
biasa, dan ata untuk hamba sahaya. Raja Makassar setelah masuk lslam bergelar sultan yang dalam
menjalankan pernerinlahannya dibantu oleh suatu dewan yang disebul Kasuwiyang Salapanga(Majelis
Sembilan) atau Bate Salapanga.

3. Kehidupan Budaya

Kebudayaan Kerajaan Makassar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yqng bersifat maritim yaitu pembuatan alat
penangkap ikan dan kapal pinisi. Kapal pinlsi ini sarnpai sekarang masih menjadi salah satu kebanggaan bangsa
lndonesia. Masyarakat Kerajaan Makassar juga mengembangkan seni sastra, yaitu Kitab Lontara.
Setiap kerajaan pasti mengalami proses pertumbuhan, baik kemunduran maupun kemajuan (puncak kejayaan).
Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan lslam di lndonesia juga mengalami proses pertumbuhan. Hal-hal yang
menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan lslam di lndonesia seperti terjadinya penentangan diantara keluarga
bangsawan, tidak adanya regenerasi pemimpin yang cakap dan berwibawa yang dicintai rakyatnya, dan
munculnya kekuatan baru. Kekuatan baru tersebut seperti masuknya bangsa Eropa yang sangat memengaruhi
eksistensi kerajaan-kerajaan lslam. Bangsa Belanda dengan VOC tidak saja berhasil menjalankan monopoli
perdagangan rempah-rempah, tetapi juga menjadi pihak yang memegang kekuasaan politik di lndonesia.

Lampiran Gambar

Masjid Baiturrohman Aceh Masjid Aceh setelah Tsunami Masjid warisan kerajaan Makasar

Anda mungkin juga menyukai