Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SOSIOLOGI PEDESAAN

CIRI-CIRI DARI KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA

oleh :

JUFRI BOY IJANG

05.1.4.14.0470

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
1. Proses sosial manakah dalam cerita tersebut yang masuk dalam kategori proses
sosial bersifat asosiatif ,disosiatif ?
Jawab :
a. Proses sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin
kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Yang termasuk
proses sosial yang bersifat asosiatif adalah
- Kegiatan Bekerja
- Sistem tolong-menolong
- Gotong-royong
- Jiwa gotong royong
- Musyawarah dan jiwa musyawarah
b. proses disosiatif menghasilkan hubungan sosial dalam bentuk persaingan
(competition), kontravensi (contravention), dan pertikaian (conflict) ,Yang
termasuk proses sosial yang bersifat disasosiatif adalah
- Konflik dan persaingan
2. Berikan contoh-contoh yang terjadi di wilayah saudara dan jelaskan dengan
narasi bagaimana kejadiaannya!
Jawab :
a. proses sosial Disosiatif yang terjadi di daerah saya yaitu ;
Konflik kelompok warga desa Patal di Kecamatan Lumbis Nunukan dengan
perusahaan PT Bulungan Hijau Perkasa (BHP) kelapa sawit. Warga kelompok
Desa Patal di Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, menuntut agar
perusahaan sawit yang beroperasi di wilayah mereka melaksanakan
kewajiban corporate social responsibility (CSR) sesuai dengan ketentuan
undang-undang. Dalam konflik ini, warga menuntut BHP merealisasikan
kewajibannya melaksanakan kewajiban corporate social responsibility (CSR)
kepada masyarakat adat sekitar yang mendapat dampak langsung dari kegiatan
perkebunan perusahaan, Kekesalan warga memuncak pada Juli 2011 dengan aksi
demonstrasi warga enam desa tersebut disertai dengan aksi pengrusakan kantor
perwakilan perusahaan BHP. Keberadaan BHP dianggap tidak menghormati
masyarakat adat dan mengganggu tatanan kehidupan masyarakat yang
tergantung oleh sumberdaya alam. Bahkan, dari kegiatan perkebunan itu
dituding sebagai penyebab kematian ikan di daerah sungai wilayah hutan adat
desa sekitar. Selain itu BHP juga dituding melakukan penebangan yang tidak
sesuai radius atau jarak kiri dan kanan anak sungai.
b. proses sosial Asosiatif yang terjadi di daerah saya
Masyarakat suku Dayak Lundayeh di kecamatan Krayan kabupaten Nunukan
memiliki adat istiadat atau kebiasaan gotong royong dalam melaksanakan
kegiatan usahatani dan kegiatan gotong royong dalam bahasa setempat disebut
Paleo .Kegiatan Paleo dilakukan seseorang yang tergabung dalam suatu
kelompok mengajak anggota kelompok lainnya untuk bersama-sama menggarap
lahan pertanian milik anggota kelompok tersebut selanjutnya jika lahan tersebut
usai digarap,maka mereka berpindah ke lahan milik anggota lainnya. saat panen
padi telah tiba hingga dilakukan acara ngerupen sebagaimana acara paleo nibu
pade yang dilakukan secara gotong royong melibatkan petani lainnya kemudian
dalam memanen padi meraka melakukan secara bergantian.

3. Dari proses sosial yang saudara temukan dalam kasus ini jelaskan bentuk
khususnya dan jelaskan dengan narasi!
Jawab :
a. Disosiatif
Warga kelompok Desa Patal di Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan,
menuntut agar perusahaan sawit yang beroperasi di wilayah mereka
melaksanakan kewajiban corporate social responsibility (CSR) sesuai dengan
ketentuan undang-undang. selama ini kehadiran perusahaan tidak dirasakan
manfaatnya oleh warga setempat. Padahal perusahaan PT BHP telah menikmati
produksi kelapa sawit. “Menurut warga setiap penanam modal harus
melaksanakan tanggung jawab sosial atau CSR. Ini sesuai undang-undang
penanaman modal. Tetapi perusahaan tidak melaksanakan itu. Warga awalnya
berharap kehadiran perusahaan itu bisa meningkatkan kesejahteraan mereka,
sehingga warga mau lahan di sana dibuka untuk mendapatkan hasil, supaya
ekonomi masyarakat meningkat. Itu harapan masyarakat sebelum lahannya
digunakan untuk pembukaan areal perkebunan. Pada kenyataannya sampai
dengan kelapa sawit berproduksi, perusahaan yang memiliki lahan seluas 11.000
hektar, justru tidak pernah melaksanakan kewajiban CRS. Masyarakat melalui
Pemerintah Desa setempat sudah seringkali mengajukan usulan program CSR
maupun bantuan-bantuan untuk kegiatan di desa, namun sama sekali tidak
mendapatkan respon dari perusahaan.
“Inilah alasan masyarakat kecewa dengan perusahaan. Karena pada prinsipnya,
diharapkan ketika perusahaan ada, ekonomi meningkat,”
b. Sosiatif
Kebiasaan adat masyarakat di Krayan kabupaten Nunukan adalah gotong
royong dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Kegiatan gotong royong, yang
dalam bahasa setempat disebut paleo, seringkali dilakukan dalam berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan berusahatani. Kegiatan ini sudah berlangsung
lama, dimana seseorang yang tergabung dalam suatu kelompok mengajak
anggota kelompok lainnya untuk bersama – sama menggarap lahan anggota
kelompok tersebut. Jika lahan tersebut usai digarap maka mereka berpindah ke
lahan milik anggota lainnya. Paleo nibu pade adalah suatu kegiatan gotong
royong dalam menanam padi, dimana kegiatan sebelumnya didahului oleh paleo
meledek, yaitu kegiatan membersihkan sawah sebelum ditanami. Dalam
kegiatan paleo meledek, sawah dibersihkan dari gulma dan jerami bekas
pertanaman yang lalu dengan cara bergotong royong. Selama proses
pembersihan dari gulma ini, benih padi disemaikan, yang sebelumnya benih
tersebut dibawa ke gereja untuk diberkati. Tujuannya agar hasil panen dapat
meningkat dan pertanaman aman dari gangguan hama/penyakit tanaman. Acara
pemberkatan benih ini disebut pade fra. Dalam proses perawatan padi sawah,
seringkali terserang hama tikus, dalam hal ini dilakukan acara ngelabo labo atau
gropyokan terhadap hama tikus. Acara gropyokan hama tikus ini biasa juga
dilakukan sebelum penanaman padi. Disamping hama tikus, burung juga biasa
merusak pertanaman. Pengendalian burung keruak yang biasa merusak
pertanaman dilakukan dengan ngelabo keruak. Jika waktu panen telah tiba, maka
dilakukan acara ngerupen. Seperti paleo nibu pade, acara ini juga dilakukan
secara bergotong – royong dengan melibatkan petani lainnya. Mereka dengan
cara bergantian memanen padi di sawah. Acara ngerupen ini biasanya disertai
dengan pemotongan ternak kerbau atau babi. Tujuannya disamping memberi
makan petani yang telah membantu memanen, juga sebagai wujud suka cita
karena telah berhasil menuai padi. Disamping acara – acara tersebut yang
dilaksanakan dalam kegiatan usahatani, masyarakat suku Lundaye di Kecamatan
Krayan masih terdapat ucapara adat lainnya seperti Nyupai Semaring, Nui
Ulung, tarian Parisanan, dan Beritubang. Keseluruhan produk budaya ini tidak
saja memperkaya khasanah kebudayaan nasional, tetapi juga memberikan
pencitraan kepada kita betapa leluhur bangsa ini telah menjadikan bertani
sebagai bagian dari kebudayaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan.
4. Apa bedanya proses asimilasi dan akulturasi,berikan contoh kejadiannya!
Jawab :
akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli sedangkan Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan asing sehingga membentuk budaya baru.,
Contoh Asimilasi: 1) Budaya/kebiasaan orang transmigrasi yang ditempatkan
pada satu wilayah baru, dengan kehadiran para transmigrasi dengan
budaya/kebiasaan misalnya rajin bekerja, atau kebiasaan positif lainya dengan
sendiri akan mempengaruhi masyarakat setempat dan berjalannya waktu
masyarakat setempat akan terpengaruhi dengan apa yang dilihat sehingga
bersama-sama mereka membentuk satu kesatuan untuk membangun.
Budaya/kebiasaan yang ada tidak mengurangi/menimbulkan perbedaan diantara
orang/kelompok masayarakat tetapi justru mempertinggi nilai sosial setempat. 2)
Contoh lain adalah etnis keturunan tionghoa yang berada di Indonesia. Mereka
datang sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia. Para etnis keturunan
tionghoa ini menjadi penguasa lahan ekonomi di Indonesia, hampir semua lahan
ekonomi, sebelum tahun 1998, dikuasai oleh mereka. Tapi mereka kurang
melebur dengan masyarakat asli pribumi Indonesia, akhirnya pada kerusuhan
1998, merekalah yang menjadi sasaran utama. Setelah itu, para imigran tionghoa
ini memahami pentingnya integrasi budaya, jadi sekarang mereka sudah melebur
dengan masyarakat pribumi dan akhirnya mereka saling menghargai dan
menghormati satu sama lain.
Contoh Akulturasi :1) perayaan valentine, yang selalu dirayakan, Saat budaya
rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap
dengan menggunakan bahasa Jawa (perpaduan budaya asing).2) Contoh lain:
Upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, merupakan perpaduan
dari kepercayaan upacara Hindu-Budha. Upacara tersebut tidak dilaksanakan
oleh umat Hindu di India. Halini bisa terjadi karena Sistem kepercayaan yang
berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia
adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan
masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan
animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme,
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu. dan Budha yang berkembang di
Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh masyarakat
India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang
diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia yakni upacra
Nyepi.
5. Apa yang dimaksud in-group dan apa yang dimaksud out-group dan bagaimana
hubungannya in dan out-group ini dengan pembangunan pedesaan?
Jawab :
In group adalah kelompok sosial di mana individu-individu mengidentifikasikan
dirinya. Sikapnya memiliki faktor simpati dan perasaan dekat dengan anggota
kelompoknya. Sedangkan Out group adalah kelompok sosial yang berada di
luar in group. Sikapnya selalu ditandai dengan suatu kelainan dan sering ditandai
antagonism (antipati). hubungannya in dan out-group ini dengan pembangunan
pedesaan : Dalam membicarakan kelompok-kelompok social, haruslah dihindari
paham prasangka bahwa kelompok-kelompok social merupakan lawan individu,
kedua hanya dapat dimengerti bila dipelajari dalam hubungan antara satu dengan
yang lain. Juga harus dihindari prasangka bahwa kelompok-kelompok social
semata-mata ditimbulkan oleh naluri manusia untuk selalu hidup dengan sesama.
Kelompok-kelompok yang terbentuk merupakan bentuk kehidupan yang
nyata.Kelompok merupakan tempat dimana individu mengidentifikasikan
dirinya sebagai “in-group”.Sedangkan “out-group” diartikan oleh individu
sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group-nya. Sikap-sikap in-group pada
umumnya didasarkan pada factor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat
dengan anggota-anggota kelompok.Sikap out-group selalu ditandai dengan suatu
kelainan yang berwujud antagonism atau antisipasi. Anggota-anggota suatu
kelompok tertentu sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk
menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan
kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan
kebiasaan-kebiasaan kelompok lainnya. Keadaan demikian seringkali dijumpai
dalam sikap suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lainnya, misalnya
kelompok orang-orang berkulit putih terhadap orang berkulit hitam. Namun
sebuah kelompok/desa akan bertahan dan bisa membangun jika orang-orang
yang ada di dalamnya merasa terikat bersama dan memiliki kesamaan dalam
mempersepsikan dan dipersepsikan sebagai satu kesatuan serta memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapai.

Anda mungkin juga menyukai