Anda di halaman 1dari 29

No.

3argumen

Gelombang gravitasi sifatnya meliputi seluruh alam semesta. Massa dari bintang, planet, dan seluruh
benda semesta lainnya akan bergetar sambil mengeluarkan pancaran gelombang gravitasinya. Benda
angkasa yang mempunyai massa yang besar akan menghasilkan gelombang gravitasi yang besar pula.
Tetapi, meskipun cukup besar, gelombang ini masih sangat lemah untuk kita deteksi. Gelombang yang
cukup kuat untuk kita deteksi memungkinkan terjadi dari ledakan bintang raksasa. Kendalanya adalah
peristiwa seperti ini jarang terjadi, yaitu sekitar satu ledakan tiap ratusan tahun.

Gelombang gravitasi terdiri dari graviton. Graviton ini membawa pengaruh gravitasi pada setiap partikel
di alam semesta yang memiliki massa. Graviton juga memiliki energi sehingga dapat berinteraksi dengan
partikel graviton lainnya. Hal ini berarti bahwa graviton akan melengkung jika melewati lintasan yang
melengkung dan menghadirkan sesuatu yang disebut sebagai kelengkungan ruang.

Gelombang gravitasi inilah yang bertanggung jawab dari adanya percepatan gravitasi. Lebih lanjut,
Einstein menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara gravitasi yang terjadi dipermukaan bumi dan
percepatan. Kita akan merasakan hal yang sama seperti di bumi ketika kita sedang mengendarai
kendaraan ruang angkasa yang sedang dipercepat dengan besar percepatan yang sama dengan
percepatan gravitasi bumi. Pernyataan inilah yang dirumuskan sebagai prinsip kesetaraan/ekivalensi.

Kesetaraan ini merupakan prinsip kosmik yang dikenal pada masa itu. Prinsip ini menyatakan bahwa
semua benda jatuh dengan laju yang sama dibawah pengaruh gravitasi. Seperti juga dengan prinsip
kesetaraan lainnya yang menyatakan bahwa semua hukum fisika adalah sama dimanapun dan pada saat
apapun diseluruh semesta serta bagaimanapun keadaan dari gerak atau gravitasinya.

Adalah Joseph Weber dari Universitas Maryland orang pertama yang membuat alat pendeteksi
gelombang gravitasi. Alat ini terdiri dari silinder aluminium bermassa 1,5 ton yang diharapkan bergetar
jika dilewati oleh pancaran gelombang gravitasi. Silinder ini ditempatkan dalam suatu tabung hampa
udara dan dilengkapi dengan peredam getaran, kemudian dihubungkan dengan kristal piezoeletrik yang
akan menghasilkan potensial listrik jika mengalami tegangan. Pada waktu itu dibuat dua alat pendeteksi
yang ditempatkan di dua daerah yang terpisah sejauh 1000 km, satu terletak di Mariland dan antena
lainnya diletakkan di Laboratorium Nasional Argonne. Dengan alat ini, Weber mengaku berhasil
mendeteksi kehadiran gelombang ini. Sampai saat ini, para ilmuwan terus meningkatkan sensitivitas dari
alat yang digunakan untuk mendeteksi kehadiran gelombang ini.
pengertian Dalam fisika, gelombang gravitasi adalah riak dalam lengkung ruang-waktu yang bergerak
dalam bentuk gelombang menjauhi sumbernya. Keberadaan gelombang ini diprediksi pada tahun
1916[1][2] oleh Albert Einstein sebagai dasar teori relativitas umum yang dipaparkannya.[3][4]
Gelombang gravitasi mengangkut energi dalam bentuk radiasi gravitasi. Gelombang ini terbentuk akibat
invariansi Lorentz dalam relativitas umum yang menjelaskan bahwa segala pergerakan interaksi fisik
dibatasi oleh kecepatan cahaya. Sebaliknya, gelombang gravitasi tidak dapat terbentuk dalam teori
gravitasi Newton yang menyatakan bahwa interaksi fisik bergerak dengan kecepatan tak hingga. Sebelum
gelombang ini terdeteksi, sudah ada bukti-bukti tak langsung mengenai keberadaannya. Misalnya,
pengukuran sistem biner Hulse–Taylor menunjukkan bahwa gelombang gravitasi bukan sekadar
hipotesis. Gelombang gravitasi yang dapat terdeteksi diduga berasal dari sistem bintang biner yang
terdiri atas katai putih, bintang neutron, dan lubang hitam.

Pada tahun 2016, beberapa pendeteksi gelombang gravitasi sedang dibangun atau sudah beroperasi.
Salah satu di antaranya adalah Advanced LIGO yang beroperasi bulan September 2015.[5] Bulan Februari
2016, tim Advanced LIGO mengumumkan bahwa mereka telah mendeteksi gelombang gravitasi dari
proses menyatunya lubang hitam.[6][7][8][9]

Gelombang gravitasi (gravitational wave) adalah konsekuensi alam semesta yang timbul dari adanya
rotasi dari dua lubang hitam (black holes) yang berdekatan, yang kemudian menyatu. Semua bermula
dari persamaan tunggal berikut ini

eq1

Berbagai teori pendukung telah dilontarkan oleh banyak ilmuwan untuk memperkuat gagasan Mr.
Einstein ini. Namun semua itu hanya lah sebatas teori kalau tidak ada fenomena nyata atau setidaknya
pengamatan yang jelas bisa diamati dari kejadian yang berada di alam semesta yang mungkin jaraknya
sudah miliaran atau bahkan triliunan km dari bumi kita itu.

ligo1
Adalah Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory (LIGO) sebuah tempat pengamatan yang
besar yang mampu membuktikan bahwa fenomena itu benar adanya. LIGO adalah interferometer
raksasa dengan panjang lengannya sejauh 4 km. What !!! panjang kali ya. Jarak ini kira – kira jarak Monas
ke Senayan lah. Yang hobi olahraga pagi pas car free day berasa kan gimana jauhnya tuh. hehehehe. LIGO
tepatnya berada di Hanford Site, Livingston, Lousiana.

Apa itu interferometer ?

Buat yang belum paham dengan apa itu interferometer mari kita review singkat ya, biar temen – temen
dapat gambaran dasarnya. Interferometer sederhana pertama kali digunakan oleh Albert Abraham
Michelson (Lahir 19 Des 1852 – tutup usia 9 Mei 1931) pada tahun 1881. Kemudian berkolaborasi
dengan Edward Williams Morley (lahir 29 Jan 1838 – tutup usia 24 Feb 1923) pada tahun 1887. Yang
kemudian alat mereka dikenal dengan interferometer Michelson – Morley. Para mahasiswa pasti uda
pada kenal dengan alat yang satu ini.

Interferometer awalnya digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya eter di alam semesta. Karena pada
abad 19 saat itu para ilmuwan masih beranggapan bahwa cahaya tidak lain adalah salah satu bentuk
gelombang mekanik. Konsekuensi dari gelombang mekanik adalah harus adanya medium perantara.
Seperti halnya bunyi yang membutuhkan medium perantara agar bunyi yang dipancarkan oleh sumber
dapat didengar oleh pengamat/pendengar.

Pengamatan ini tidak bisa dilakukan hanya 1 waktu saja. Karena idenya adalah membandingkan data saat
posisi Matahari, bulan dan bumi pada satu garis lurus dengan data pengamatan saat posisi Matahari,
bulan dan bumi pada garis yang tegak lurus. Hasilnya saat itu cukup mengejutkan, karena data yang
terekam di bulan pertama pengamatan (saat posisi Matahari, bulan dan bumi pada satu garis lurus) dan
data pada bulan kelima pengamatan (saat posisi Matahari, bulan dan bumi pada garis yang tegak lurus)
ternyata hampir tidak ada beda. Secara teori kalau pun ada beda perbedaannya hanyalah sekitar seper
satu miliar sekon. Sementara data yang terekam oleh interferometer Michelson Morley saat itu hampir
nol.
So, para ilmuwan sepakat untuk berkesimpulan bahwa di alam semesta memang tidak ada apa – apa
(dalam hal ini eter) alias vakum. Dan mengkategorikan cahaya sebagai gelombang elektromagnet yang
mampu merambat di alam semesta tanpa medium (memenuhi 4 persamaan gelombang Maxwell)

Manfaat

Riak di ruang-waktu telah terdeteksi, tepat seperti prediksi teori relativitas umum Einstein. Namun, apa
implikasinya bagi ilmu pengetahuan dan manusia pada umumnya?

Alam semesta yang luas menyimpan begitu banyak misteri. Manusia dari masa ke masa selalu berusaha
untuk mengungkap misteri-misteri tersebut. Kita, manusia, telah memecahkan berbagai teka-teki alam
semesta. Kita tahu bagaimana bumi bergerak, bagaimana hubungan matahari dan bumi dalam geraknya,
jarak bintang-bintang, dan berbagai hal lain. Namun, masih banyak misteri-misteri alam semesta yang
belum terungkap, seperti awal mula alam semesta serta adanya dark matter dan dark energy.

Salah satu misteri alam semesta lainnya yang masih diperdebatkan adalah teori gelombang gravitasi.
Gelombang ini diprediksi oleh seorang fisikawan masyhur, Albert Einstein, pada tahun 1916. Pada tahun
tersebut, Einstein menerbitkan makalah tentang teori relativitas umum. Singkatnya, teori ini menyatakan
bahwa gravitasi merupakan lengkungan ruang-waktu yang diakibatkan oleh adanya benda (baca: massa).
Hal ini bagaikan orang yang tidur di atas matras dan menyebabkannya melendut. Dalam analogi ini,
matras adalah ruang waktu, orang adalah massa, dan lengkungan yang dihasilkan adalah gravitasi.
Einstein lalu membuat hipotesis, apabila ruang-waktu dapat terlengkung maka ia juga dapat bergetar.
Namun, getaran tersebut hanya dapat dihasilkan oleh sesuatu yang bermassa sangat besar.
Berdekade lamanya para ilmuwan telah mencoba membuktikan keberadaan gelombang gravitasi. Hingga
akhirnya pada 14 September 2015, sebuah observatorium bernama LIGO, Laser Interferometer
Gravitational-wave Observatory, berhasil mendeteksi gelombang tersebut. Para ilmuwan yang tergabung
dalam LSC (LIGO Scientific Collaboration) mengidentifikasi bahwa gelombang itu berasal dari dua lubang
hitam raksasa yang saling bertabrakan dan menyatu. Peristiwa yang terjadi 1,3 miliar tahun yang lalu
tersebut menyebabkan ruang-waktu terdistorsi dan menimbulkan gelombang seperti riak air. Gelombang
itu menyebar ke seluruh penjuru semesta hingga akhirnya berhasil ditangkap oleh telinga kita yang ada
di bumi.

Penemuan gelombang gravitasi ini merupakan hasil dari observatorium yang terletak di Washington dan
Louisiana. LIGO menggunakan laser yang ditembakkan dalam vakum (ruang hampa) sepanjang empat
kilometer yang berbentuk huruf “L”. Proses penemuan gelombang gravitasi ini telah memakan waktu
lima dekade, seperti yang dikatakan David Reitze, direktur eksekutif LIGO dalam sebuah konferensi pers.

Para ilmuwan LIGO awalnya sangat kaget oleh sinyal yang ditangkap. Reitze sampai mengumpat karena
saking terkejutnya. Sang penggagas pertama LIGO yang sekarang telah pensiun, Rainer Weiss, bahkan
sampai berteriak dan menyebabkan panik istri dan anak lelakinya. Namun, pihak LIGO enggan gegabah
dengan sinyal yang baru saja dideteksi. Berbulan-bulan mereka mempelajari sinyal yang diduga kuat
gelombang gravitasi ini. Setelah melewati proses rumit nan panjang, akhirnya pada 11 Februari 2016 LSC
mengumumkan penemuan gelombang gravitasi ke publik.

Selain menggetarkan ruang-waktu, gelombang gravitasi juga menggetarkan dunia. Penemuan ini
disambut dengan gegap-gempita oleh berbagai ilmuwan. Stephen Hawking mengatakan bahwa
penemuan ini akan merevolusi sains. Bahkan penemuan gelombang gravitasi ini disebut sebagai
“tonggak sejarah” oleh Lawrence Krauss, seorang fisikawan teoretis dari Arizona State University.

Akan tetapi di tengah kemeriahan sambutan banyak ilmuwan, masih ada beberapa kalangan yang
mempertanyakan apa fungsi dari penemuan gelombang gravitasi ini. Terlebih penemuan ini telah
memakan waktu puluhan tahun dan dana miliaran dollar.

Menurut penuturan Arief Hermanto (24/2), dosen Jurusan Fisika Universitas Gadjah Mada, penemuan
gelombang gravitasi penting bagi ilmu pengetahuan. Hal itu dikarenakan penemuan ini telah
menguatkan posisi teori relativitas umum Einstein yang merupakan salah satu pilar utama fisika. “Fisika
adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan alam, yang merupakan bagian penting dari ilmu
pengetahuan pada umumnya. Jadi, sesuatu yang penting dalam fisika akan menjadi penting juga bagi
seluruh ilmu pengetahuan.” tegasnya.

Di lain pihak, Reitze mengatakan, dalam konferensi pers yang dilakukan LIGO, bahwa manusia selama ini
tuli terhadap gelombang gravitasi. Senada dengan Reitze, salah satu anggota tim LIGO, Vassiliki Kalogera,
mengibaratkan penemuan gelombang gravitasi ini seperti saat Galileo pertama kali melihat ke langit
dengan teleskop. Saat itu, kita bagaikan telah membuka mata. Kemudian setelah gelombang gravitasi
ditemukan, kita seolah-olah mendapatkan telinga. Dengan telinga ini kita dapat mendengarkan
sekumpulan sinyal yang sebelumnya tidak memungkinkan untuk diterima, diteliti, dan dipelajari.

Penemuan gelombang gravitasi nampaknya tak akan langsung berimbas ke kehidupan manusia pada
umumnya. Jelas, penemuan tersebut tak akan menyelesaikan krisis pangan atau kemiskinan. Pun tidak
memberikan perdamaian di dunia. Namun, siapa yang tahu apa yang akan terjadi beberapa tahun lagi?
Nampaknya, apa yang terjadi dengan Michael Faraday, ilmuwan Inggris abad ke-18, dapat menjadi
contoh pada kasus ini. Sekitar tahun 1840-an, Faraday memberi kuliah tentang magnet dan kabel
tembaga. Lalu, saat sampai pada kesimpulan salah satu peserta bertanya, “Tuan Faraday, aktivitas
magnet dan kabel tembaga memang menarik, tapi apa fungsinya?” Dari pertanyaan tersebut si penanya
sempat meragukan apa guna dari penemuan Faraday tersebut. Namun lihat sekarang, kita tak bisa hidup
tanpa sumbangsihnya yang menjadi awal mula listrik.

Kip Thorne, salah satu founder LIGO, memandang implikasi penemuan gelombang gravitasi dari
perspektif yang berbeda. Thorne mengajak untuk merefleksikan apa yang akan dilihat keturunan
manusia kelak saat mereka menengok kembali sejarah. Ia memandang bahwa budaya yang akan
ditinggalkan setelah ditemukannya gelombang gravitasi lebih penting dari hasil-hasil teknologi. “Saya
rasa kita patut berbangga atas sumbangan budaya yang akan kita beri ke keturunan kita” tegas Thorne.

Poin yang dapat diambil adalah kita tak akan tahu apa yang akan dibawa oleh penemuan-penemuan
ilmiah yang terlihat tak penting. Dalam kasus ini, penemuan gelombang gravitasi dapat membuka luas
kemungkinan-kemungkinan penemuan lain di masa depan
Suara.com - Dunia sains geger pada Kamis (11/2/2016) ketika sejumlah ilmuwan di Amerika Serikat
mengumumkan telah mendeteksi gelombang gravitasional, sebuah fenomena kosmos yang telah
diramalkan oleh fisikawan ulung Albert Einstein sekitar 100 tahun lalu.

"Para hadirin, kami telah berhasi mendeteksi gelombang gravitasional. Kami berhasil menemukannya,"
kata David Reitze, pakar fisika dari California Institute of Technologi (Caltech) di Washington, Amerika
Serikat.

Gelombang gravitasional Einstein, yang bisa digambarkan sebagai riak-riak pada ruang dan waktu,
tercipta akibat tabrakan antara dua lubang hitam yang menjadi satu.

Para ilmuwan berhasil menemukan gelombang tersebut mengunakan sepasang detektor laser raksasa
bernama Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO). yang terpasang di Negara Bagian
Louisiana dan Washington, AS. Selama satu dekade perangkat-perangkat itu menanti gelombang
gravitasional dengan sabar.

Para ilmuwan itu mengakui jika gelombang itu pertama kali terdeteksi pada 14 September 2015 lalu,
ketika gelombang gravitasi yang berasal dari dua lubang hitam yang berjarak 1,3 miliar tahun dari Bumi,
melintasi planet kita.

Tetapi ketika para ilmuwan bersorak, pertanyaan bagi kita yang awam, apa dampak temuan ini pada
kehidupan sehari-hari?

Selubung Misteri Lubang Hitam

Sejauh ini para ilmuwan sepakat bahwa pembuktian teori Einstein itu telah membuka cakrawala baru
untuk memahami asal muasal alam semesta. Temuan itu ibarat penemuan sebuah peranti baru, yang
akan digunakan para ilmuwan untuk mempelari objek-objek misterius di alam semesta, seperti lubang
hitam dan bintang-bintang neutron.
"Kita tengah menyaksikan penyingkapan sebuah alat baru untuk mempelajari astronomi," kata Nergis
Mavalvala, pakar astrofisika dari Massachusetts Institute of Technology, AS.

Gelombang gravitasional dinilai sangat krusial untuk memahami alam semesta karena sifatnya yang
berbeda dari sinyal-sinyal elektromagnetik yang lebih dulu dikenal manusia.

Segala sesuatu yang dipahami manusia tentang kosmos sejauh ini diperoleh berkat bantuan gelombang
elektromagnetik seperti gelombang radio, cahaya, inframerah, sinar-X, dan sinar gamma.

Tetapi karena gelombang-gelombang itu menemui banyak rintangan di antariksa, tak banyak informasi
yang bisa dipetik mereka. Berbeda dengan gelombang-gelombang tadi, gelombang gravitasi bisa
menembus objek-objek antariksa dan karenanya sangat berharga untuk dipelajari.

Salah satu yang paling penting untuk dipelajari dari gelombang ini adalah lubang hitam, benda langit
yang tak memancarkan cahaya, gelombang radio, dan gelombang lainnya, tetapi hanya gelombang
gravitasional.

Lubang hitam adalah sebuah wilayah di antariksa yang sangat padat berisi materi, sehingga bahkan
cahaya photon sekalipun tak bisa lolos dari gaya tarik gravitasinya.

Semikonduktor dan GPS

Tetapi selain manfaat bagi ilmu pengetahuan, menurut Alexander Lenz, ilmuwan dari Institute for
Particle Physics Phenomenology, Durham University, Inggris, gelombang gravitasional satu saat akan
punya manfaat langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Untuk menjelaskan hal itu, Lenz menggunakan contoh teori kuantum dan relativitas. Teori mekanika
kuantum, misalnya, disusun oleh Werner Heisenberg dan Erwin Schrodinger sekitar 100 tahun silam
semata-mata untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka terhadap alam semesta.
Menurut teori mekanika kuantum, pengukuran terhadap sebuah sistem akan otomatis mengubah sistem
secara fundamental. Lenz berpendapat, hukum ini awalnya hanya berdampak terhadap masyakarat
secara filosofis, bukan praksis.

"Tetapi dewasa ini mekanika kuantum adalah dasar dari semua komponen semikonduktor yang
terpasang di komputer dan telepon seluler kita," jelas Lenz.

Untuk membuat sebuah semikonduktor modern, para insinyur harus paham sifat elektron ketika atom-
atom disatukan dalam sebuah material yang solid.

"Ini hanya bisa dijelaskan secara akurat oleh mekanika kuantum. Tanpa itu, kita masih akan
menggunakan komputer tabung," ujar Lenz.

Demikian pula dengan teori relativitas Einstein, yang disusun atas dorongan untuk lebih memahami
tentang gravitasi, gaya yang mengatur alam semesta.

Dalam gagasan Einstein, jelas Lenz, gravitasi bukan gaya tarik menarik antara dua benda, tetapi sebuah
lengkungan medan ruang dan waktu. Seperti ketika sebuah apel diletakkan di atas bentangan kain, akan
membuat kain yang tadinya landai menjadi cekung.

Analogi lengkungan medan ruang dan waktu menurut teori relativitas Einstein (Shutterstock).

Lalu kini apa yang telah dihasilkan dari teori ini?

Contoh paling nyata, ujar Lenz, adalah teknologi navigasi GPS. Agar satelit bisa menentukan lokasi Anda
dengan tepat, maka gadget Anda harus tahu dengan pasti kapan sinyal itu meninggalkan satelit dan
waktu tepatnya sinyal tadi tiba di Bumi.
Menurut teori relativitas umum Einstein, jarak sebuah jam dengan pusat gravitasi Bumi akan
memengaruhi kecepatan detak jam tersebut. Dan menurut teori relativitas khusus, kecepatan gerak
sebuah jam juga memengarahi kecepatannya berdetak.

Nah, tanpa mengetahui perhitungan ini, maka kita tak akan pernah bisa menggunakan sinyal satelit
untuk menentukan dengan tepat posisi seseorang di Bumi, teknologi yang kini sudah lazim Anda
temukan pada ponsel-ponsel pintar. (Reuters/The Conversation)

BLOKBERITA — Tahun 1916, Albert Einstein dalam Teori Relativitas Umum menggagas bahwa alam
semesta memiliki kerut-kerut yang disebabkan oleh benda bermassa besar yang bergerak dalam ruang
dan waktu, yang disebut gelombang gravitasi.

Kini, 100 tahun kemudian, tepatnya Kamis (11/2/2016) kemarin, para ilmuwan mengumumkan bahwa
mereka berhasil mendeteksi gelombang yang semula hanya diungkap dalam teori itu.

Tim Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) mendeteksi gelombang gravitasi dari
persatuan dua lubang hitam yang berada pada jarak 1,3 miliar tahun dari bumi.

Namun, lantas apa pentingnya penemuan gelombang gravitasi untuk kita? Terus Indonesia sejahtera?
Apakah temuan itu akan membuat yang sakit sembuh dan yang jomblo bertemu jodoh?

Jika kita bertanya manfaat praktis dari penemuan ini sekarang, astrofisikawan Katie Mack dari University
of Melbourne mengungkapkan, temuan ini takkan berdampak banyak.

Kalau ada yang mengidap kanker, misalnya, tak akan ada penemuan obat atau alat terapi yang bisa
membantu dengan dasar gelombang gravitasi.

Ilmu dasar tak akan memberi manfaat segera, tetapi eksplorasi ilmu pengetahuan dalam sejarah terbukti
mendorong berkembangnya teknologi yang mendukung kehidupan lebih baik.
Ambil contoh upaya mengungkap Higgs Boson atau yang kerap disebut Partikel Tuhan. Eksperimen oleh
Organisasi Riset Nuklir Eropa telah mendorong kemunculan internet.

Sekarang, internet memicu revolusi. Manusia bisa berkomunikasi lebih mudah. Bisnis baru berbasis
digital berkembang. Orang pun bisa menemukan pasangan di dunia maya.

Bukan tidak mungkin, studi tentang gelombang gravitasi pada masa depan memicu munculnya teknologi
pengobatan atau lainnya yang akan menyejahterakan manusia.

Mack kepada The Guardian, Jumat, mengatakan, studi antimateri, misalnya, telah mendorong munculnya
teknologi pemindai Positron Emission Tomography (PET). Kini, teknologi itu berguna bagi kedokteran.

Teori relativitas telah mendorong munculnya teknologi GPS. Eksperimen LIGO sendiri telah mendorong
inovasi dalam bidang laser dan ilmu material yang mungkin sekarang sudah diaplikasikan.

Namun, di atas semua itu, sains bukan hanya soal manfaat praktis. Sains juga soal mencari tahu,
memahami alam semesta dan lingkungan, serta diri kita sendiri.

Gelombang gravitasi akan membantu manusia menjawab tentang penciptaan alam semesta. Apa yang
terjadi miliaran tahun lalu pada alam semesta kita? Bagaimana alam semesta ketika masih bayi?

Gelombang gravitasi adalah jendela menuju masa awal semesta. Sementara kita belum mampu melihat
dengan detail apa yang ada pada masa lalu itu, kita setidaknya bisa merayakan keberhasilan menemukan
"perangkat" untuk melihatnya.

Bukti Ilmiah Gelombang Gravitasi

Penemuan gelombang gravitasi membuat dunia ilmiah gegap gempita, tetapi mungkin membuat publik
mengernyitkan dahi.
Sementara kalangan ilmuwan bisa menyatakan bahwa penemuan ini membuktikan kebenaran teori
Albert Einstein dan membuka era fisika baru, dunia awam mungkin masih bertanya-tanya, apa
sebenarnya gelombang gravitasi dan bagaimana penemuannya.

Apa itu gelombang gravitasi?

Gelombang gravitasi adalah sebuah gangguan atau riak di alam semesta yang mahaluas, bisa diibaratkan
sebuah riak di kolam tenang yang terbentuk ketika kita mencelupkan dan menarik jari tangan kita di
dalamnya.

Namun demikian, tak seperti riak di kolam yang terlihat jelas, riak kosmos ini begitu misterius sehingga
tak seorang pun bisa melihat, mendengar, atau merasakannya dengan indera keenam sekalipun.

Meski disebut kicauan alam semesta, gelombang gravitasi juga bukan gelombang suara yang
memerlukan medium untuk merambat. Gelombang itu bisa merambat dari jarak miliaran tahun cahaya
dan sampai ke bumi tanpa perantara!

iop.org. Ilustrasi alam semesta sebagai sebuah kain empat dimensi. Benda bermassa besar akan
membuat kain itu berkerut. Gelombang gravitasi dihasilkan oleh perubahan kecepatan dan arah benda di
dalamnya.

Gagasan adanya gelombang gravitasi tak lepas dari Teori Relativitas Umum Einstein yang dikemukakan
pada tahun 1916. Dalam teorinya, Einstein menyatakan bahwa alam semesta adalah kain empat dimensi.

Gelombang gravitasi dalam teori tersebut digambarkan sebagai kerut-kerut yang muncul karena adanya
benda yang melalui kain empat dimensi itu.

Gelombang gravitasi dihasilkan oleh obyek apa pun di alam semesta yang mengalami perubahan
kecepatan ataupun arah. Besar gelombang bervariasi tergantung obyeknya.
Bumi sendiri bergerak mengelilingi matahari dan kecepatan serta arahnya pun bervariasi walaupun
relatif konstan. Jadi, bumi juga menghasilkan gelombang gravitasi.

Dalam konteks penemuan terbaru kali ini, gelombang gravitasi dihasilkan oleh dua lubang hitam yang
masing-masing berukuran 36 dan 29 kali massa matahari.

Dua lubang hitam itu telah "berpacaran" selama miliaran tahun. Mereka semakin mendekat dari masa ke
masa. Artinya, kecepatan berputar satu sama lain pun terus berubah sehingga menghasilkan gelombang
gravitasi.

Akhirnya beberapa waktu lalu dua lubang hitam itu kawin. Mereka bersatu menjadi lubang hitam yang
luar biasa massif, berukuran 62 kali massa matahari.

Persatuan itu menghasilkan gelombang gravitasi yang luar biasa besar. Besarnya bisa disetarakan dengan
selisih antara jumlah massa lubang hitam yang sebenarnya dengan massa lubang hitam baru yang
terbentuk.

Dua lubang hitam bermassa 36 dan 29 kali matahari seharusnya membentuk lubang hitam bermassa 65
kali matahari. Namun, yang terbentuk ternyata 62. Sisa 3 kali massa matahari itu yang dikonversi menjadi
energi gelombang gravitasi.

Astronomy Notes/National Geographic/Yunanto Wiji Utomo Dua lubang hitam yang masing-masing
bermassa 29 dan 36 kali massa matahari bersatu, menghasilkan lubang hitam besar bermassa 62 kali
matahari dan gelombang gravitasi setara 3 kali massa matahari.

Bagaimana Mendeteksinya?

Ada beberapa usaha untuk mendeteksi gelombang gravitasi. Temuan baru kali ini datang dari observasi
dengan fasilitas Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory (LIGO).
LIGO mendeteksi gelombang gravitasi berdasarkan perubahan yang diakibatkannya pada ruang dan
waktu sekitarnya. Gelombang gravitasi akan meregangkan ruang dan waktu di satu sisi, tetapi
memampatkan lainnya.

LIGO sebenarnya merupakan satu set fasilitas yang terpisah 4 kilometer, di Washington dan Lousiana.
Keduanya dihubungkan oleh pipa vakum.

Dalam fasilitas LIGO, ada instrumen penembak laser. Laser akan terus bergerak dalam saluran vakum dari
fasilitas satu ke yang lain.

Jika tak ada gelombang gravitasi, jarak yang ditempuh laser akan selalu sama sepanjang waktu. Namun,
bila ada gelombang gravitasi yang datang, jarak tempuh akan berubah.

Perubahan itu yang ditangkap. IGO dilengkapi oleh detektor mahasensitif yang bisa menangkap
perubahan yang sebenarnya amat kecil itu.

Bayangkan, perubahannya bukan lagi dalam ukuran milimeter, melainkan lebih kurang hanya
sepersepuluh ribu dari diameter sebuah atom!

LIGO/The Guardian/Yunanto Wiji Utomo Ilustrasi cara kerja fasilitas LIGO.

Detektor telah dirancang sesensitif mungkin dan seselektif mungkin sehingga perubahan karena adanya
truk lewat dekat fasilitas, petir, atau lainnya yang bukan gelombang gravitasi diabaikan.

LIGO dikembangkan sejak tahun 2002. Tahun 2010, fasilitas LIGO dihentikan sementara untuk perbaikan.
Pada September 2015 lalu, LIGO beroperasi kembali.

Fasilitas LIGO setelah perbaikan dikenal dengan Advanced LIGO. Singkatnya, fasilitas baru itu jauh lebih
sensitif dan selektif dalam menyaring kebisingan.
Advanced LIGO sebenarnya baru beroperasi pada 18 September 2015 lalu. Namun, detektor yang telah
dinyalakan beberapa hari sebelumnya ternyata berhasil mendapatkan data pada 14 September 2015.

Data itulah yang kemudian dikonfirmasi sebagai petunjuk gelombang gravitasi. Marco Drago dari Max
Planck Institute for Gravitational Physics adalah orang pertama yang mengetahui adanya kicauan itu.

Drago menjumpai kicauan sebagai lonjakan frekuensi gelombang, dari normalnya 35 Hertz lalu
memuncak menjadi 250 Hertz dan tiba-tiba saja turun lagi.

Selain LIGO, fasilitas lain yang berusaha melacak gelombang gravitasi adalah Laser Interferometer Space
Antenna (LISA). Fasilitas ini dikelola oleh Badan Antariksa Eropa (ESA).

Ada juga North American Nanohertz Observatory for Gravitational Waves atau NANOGrav. Beda dengan
LISA dan LIGO, NANOGrav tidak menggunakan laser, tetapi melacak gelombang radio.
................Pada 1916 silam, Einstein mencetuskan teori relativitas umum, bahwa “struktur ruang-waktu”
alam semesta bisa melengkung. Semakin besar massa suatu benda akan membuat lengkungan seratnya
semakin besar. Sementara itu susunan seratnya akan menghasilkan “riak” yaitu gelombang gravitasi.
Artinya, ruang – waktu alam semesta akan mengalami perubahan karena faktor tertentu, tidak selalu
dalam satu kondisi yang sama.

Menurut dugaan ilmuwan, bahwa gelombang gravitasi-nya ruang – waktu berasal dari interaksi antar
lubang hitam atau tabrakan antar galaksi. Dan jika gelombang gravitasi ini dapat dibuktikan, maka
pengetahuan orang-orang terhadap alam semesta dan ruang – waktu itu akan mengalami perubahan
yang revolusioner.

Gelombang Gravitasi (Gravity Waves)

Gelombang gravitasi merupakan distorsi struktur ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas
umum Albert Einstein. Gelombangnya menjalar dalam kecepatan cahaya, tetapi cukup lemah sehingga
para ilmuwan berharap dapat mendeteksinya hanya melalui kejadian kosmik kolosal, seperti bersatunya
dua black hole seperti pada gambar di atas. LIGO dan LISA merupakan dua detektor yang didesain untuk
mengamati gelombang yang sukar dipahami ini.

Alam semesta memiliki benda dan fenomena yang terbentuk dari ruang dan waktu terlipat. Contohnya
adalah lubang hitam dan singularitas big bang dari mana alam semesta lahir. Alat ideal untuk menjelajahi
sisi terlipat alam semesta ini adalah radiasi yang muncul dari ruang waktu terlipat tersebut: “gelombang
gravitasi”.

Gelombang gravitasi adalah golakan dalam kelengkungan ruang waktu yang dipicu dengan laju cahaya
menembus ruang kosong. Massa yang bergerak adalah sumber dari gelombang gravitasi. Penemuan
gelombang gravitasi akan membenarkan salah satu prediksi paling dasar relativitas umum Einstein,
sekaligus memberikan jendela baru pada alam semesta.

Kecepatan c dari fase gelombang gravitasi linier dengan bilangan gelombang k diberikan oleh rumus;
Dimana g adalah percepatan gravitasi. Ketika tegangan permukaan adalah penting, ini dimodifikasi untuk

di mana σ adalah koefisien tegangan permukaan, ρ adalah densitas, dan k adalah bilangan gelombang
(frekuensi spasial) dari gangguan.

Karena adalah kecepatan fase dalam hal frekuensi sudut dan bilangan gelombang, gelombang gravitasi
frekuensi sudut dapat dinyatakan sebagai

Kecepatan grup gelombang (yaitu, kecepatan di mana sebuah paket gelombang perjalanan) diberikan
oleh

dan dengan demikian untuk gelombang gravitasi,

Kecepatan kelompok adalah satu setengah kecepatan fase. Sebuah gelombang di mana kelompok dan
fase kecepatan berbeda disebut dispersif.

Diprediksi dalam Teori Umum Relativitas Einstein, gelombang gravitasi adalah gangguan dalam
kelengkungan ruang-waktu disebabkan oleh gerakan materi. Menyebarkan di (atau dekat) kecepatan
cahaya, gelombang gravitasi tidak melakukan perjalanan “melalui” ruang-waktu seperti itu – struktur
ruang-waktu itu sendiri adalah berosilasi. Meskipun gelombang gravitasi lulus peduli hrough lurus t,
melemahkan kekuatan mereka proporsional dengan jarak perjalanan dari sumber. Gelombang gravitasi
tiba di Bumi bergantian akan meregangkan dan mengecilkan jarak, meskipun pada skala yang sangat
kecil – dengan faktor sumber yang sangat kuat. Itulah kira-kira setara dengan mengukur perubahan
ukuran dari sebuah atom dalam jarak dari Matahari ke Bumi!

Tidak heran gelombang ini sangat sulit untuk dideteksi.

gelombang gravitasi-(Juga disebut gelombang gravitasi.) Gangguan gelombang di mana daya apung (atau
gravitasi berkurang) bertindak sebagai gaya pemulih pada paket pengungsi dari kesetimbangan
hidrostatik.
Ada konversi langsung antara energi osilasi potensial dan kinetik dalam gerakan gelombang. Gelombang
gravitasi murni stabil untuk sistem cairan yang memiliki stabilitas statis. Ini stabilitas statis mungkin 1)
terkonsentrasi di sebuah antarmuka atau 2) terus didistribusikan sepanjang sumbu gravitasi. Pernyataan
berikut ini berlaku untuk dua jenis, masing-masing. 1) Sebuah gelombang yang dihasilkan pada
antarmuka adalah mirip dengan gelombang permukaan, memiliki amplitudo maksimum pada
antarmuka. Sebuah gelombang gravitasi pesawat adalah khas terdiri dari sepasang gelombang, dua
bergerak dalam arah berlawanan dengan kecepatan sama relatif terhadap fluida itu sendiri. Dalam kasus
di mana cairan atas memiliki kepadatan nol, antarmuka adalah permukaan bebas dan dua gelombang
gravitasi bergerak dengan kecepatan

dimana U adalah kecepatan arus cairan, g percepatan gravitasi, panjang gelombang L, dan H kedalaman
fluida. Untuk deep-gelombang air (atau gelombang Stokesian atau gelombang pendek), H>> L dan
kecepatan gelombang tereduksi menjadi

Untuk gelombang air-dangkal (atau gelombang Lagrangian atau gelombang panjang), H <<L, dan

Semua konsekuensi gelombang pada permukaan laut atau interface adalah gelombang gravitasi, untuk
tegangan permukaan air menjadi diabaikan pada panjang gelombang yang lebih besar dari beberapa
sentimeter (lihat gelombang kapiler). 2) cairan heterogen, seperti atmosfer, memiliki kestabilan statis
yang timbul dari stratifikasi di mana lapse rate lingkungan kurang dari lapse rate proses. Suasana dapat
mendukung gelombang gravitasi pendek internal dan panjang gelombang gravitasi eksternal. Gelombang
pendek (dari urutan 10 km) telah dihubungkan, misalnya, dengan gelombang lee dan gelombang ombak
besar. Gelombang tersebut memiliki percepatan vertikal yang tidak dapat diabaikan dalam persamaan
gerak vertikal perturbasi. Gelombang gravitasi panjang, bergerak relatif terhadap atmosfer dengan
kecepatan ± (GH) ½, di mana H adalah ketinggian atmosfer homogen yang sesuai, memiliki percepatan
vertikal kecil dan karena itu konsisten dengan pendekatan kuasi-hidrostatik. Dalam jenis gelombang tidak
gravitasi, bagaimanapun, adalah perbedaan horisontal diabaikan. Untuk tujuan meteorologi dalam jenis
tidak diinginkan sebagai solusi, misalnya, peramalan numerik, mereka mungkin dihilangkan dengan
beberapa pembatasan pada besarnya perbedaan horisontal. Diskusi di atas didasarkan pada metode
gangguan kecil. Dalam kasus-kasus khusus tertentu gelombang air, misalnya, gelombang Gerstner atau
gelombang soliter, teori terbatas-amplitudo gangguan ada.
Penemuan

Apa itu gelombang gravitasi?

Gelombang gravitasi adalah sebuah gangguan atau riak di alam semesta yang mahaluas, bisa diibaratkan
sebuah riak di kolam tenang yang terbentuk ketika kita mencelupkan dan menarik jari tangan kita di
dalamnya.

Namun demikian, tak seperti riak di kolam yang terlihat jelas, riak kosmos ini begitu misterius sehingga
tak seorang pun bisa melihat, mendengar, atau merasakannya dengan indera keenam sekalipun.

Meski disebut kicauan alam semesta, gelombang gravitasi juga bukan gelombang suara yang
memerlukan medium untuk merambat. Gelombang itu bisa merambat dari jarak miliaran tahun cahaya
dan sampai ke bumi tanpa perantara!

Gagasan adanya gelombang gravitasi tak lepas dari Teori Relativitas Umum Einstein yang dikemukakan
pada tahun 1916. Dalam teorinya, Einstein menyatakan bahwa alam semesta adalah kain empat dimensi.

Gelombang gravitasi dalam teori tersebut digambarkan sebagai kerut-kerut yang muncul karena adanya
benda yang melalui kain empat dimensi itu.

Gelombang gravitasi dihasilkan oleh obyek apa pun di alam semesta yang mengalami perubahan
kecepatan ataupun arah. Besar gelombang bervariasi tergantung obyeknya.

Bumi sendiri bergerak mengelilingi matahari dan kecepatan serta arahnya pun bervariasi walaupun
relatif konstan. Jadi, bumi juga menghasilkan gelombang gravitasi.

Dalam konteks penemuan terbaru kali ini, gelombang gravitasi dihasilkan oleh dua lubang hitam yang
masing-masing berukuran 36 dan 29 kali massa matahari.
Dua lubang hitam itu telah "berpacaran" selama miliaran tahun. Mereka semakin mendekat dari masa ke
masa. Artinya, kecepatan berputar satu sama lain pun terus berubah sehingga menghasilkan gelombang
gravitasi.

Akhirnya beberapa waktu lalu dua lubang hitam itu kawin. Mereka bersatu menjadi lubang hitam yang
luar biasa massif, berukuran 62 kali massa matahari.

Persatuan itu menghasilkan gelombang gravitasi yang luar biasa besar. Besarnya bisa disetarakan dengan
selisih antara jumlah massa lubang hitam yang sebenarnya dengan massa lubang hitam baru yang
terbentuk.

Dua lubang hitam bermassa 36 dan 29 kali matahari seharusnya membentuk lubang hitam bermassa 65
kali matahari. Namun, yang terbentuk ternyata 62. Sisa 3 kali massa matahari itu yang dikonversi menjadi
energi gelombang gravitasi
No.8

Ledakan Dahsyat

"Big Bang" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lainnya, lihat Big Bang (disambiguasi).

Menurut model ledakan dahsyat, alam semesta mengembang dari keadaan awal yang sangat padat dan
panas dan terus mengembang sampai sekarang. Secara umum, pengembangan ruang semesta yang
mengandung galaksi-galaksi dianalogikan seperti roti kismis yang mengembang. Gambar di atas
merupakan gambaran konsep artis yang mengilustrasikan pengembangan salah satu bagian dari alam
semesta rata.

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang
menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan
perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahsyat).
Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat,
mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009,
keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu,[1][2] yang kemudian selalu menjadi
Referensi sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut.[3][4] Teori ini telah memberikan penjelasan paling
komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.[5][6]

Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, dianggap sebagai orang pertama yang
mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai
"hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan
beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang
mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble
pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding
lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang dipaparkan oleh Lemaître pada tahun 1927,
pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh
memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin
cepat kecepatan tampaknya.[7]

Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya
haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan
massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.[8][9][10] Berbagai pemercepat partikel raksasa
telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat
konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas
untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan
awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan
mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum
alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di
seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir
di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit
kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis
ledakan dahsyat.

Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas
bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan
istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa
istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.[11][12]
[13] Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami
nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan
secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964,
kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah
terjadi.

.Sinar kosmik
Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi yang berasal dari
luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom seperti besi atau
yang lebih berat lagi.

Kebanyakan partikel-partikel tersebut berasal dari proses-proses energi tinggi di dalam galaksi, misalnya
seperti supernova.

Dalam perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan medium antarbintang dan kemudian atmosfer
bumi sebelum mencapai detektor. Hampir 90% sinar kosmik yang tiba di permukaan Bumi adalah proton,
sekitar 9% partikel alfa dan 1% elektron.

kosmogenesis

Sumber radiasi kosmik berasal dari luar sistem tata surya kita, dan dapat berupa berbagai macam radiasi.
Radiasi kosmik ini berinteraksi dengan atmosfir bumi dan membentuk nuklida radioaktif yang sebagian
besar mempunyai umur-paro pendek, walaupun ada juga yang mempunyai umur-paro panjang.

Menguak misteri sinar kosmik

Sepuluh tahun terakhir, para ilmuwan melakukan sebuah percobaan ambisius. Percobaan itu berupaya
menjelaskan misteri sinar kosmik dan partikel yang sulit dipahami, yang dikenal sebagai neutrino.

Mereka mengubur ribuan sensor di bawah permukaan es Antartika sepanjang lebih dari satu mil. Sensor
itu untuk merekam kilatan cahaya biru yang dilepaskan pada saat sinar dan partikel berenergi tinggi
bertabrakan dengan atom dalam es.

Dengan merekam pola cahaya dari tabrakan, itu memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan dari
galaksi manakah mereka berasal.

Analisa tersebut dibangun berdasarkan hasil IceCube Neutrino Observatory, atau yang disebut dengan
'Teleskop' oleh ilmuwan, yang dibangun jauh di dasar lapisan es Antartika.

Para ilmuwan berharap bahwa ketika observatorium selesai, mereka nantinya dapat mengidentifikasi
aliran energi tinggi sinar kosmik dan neutrino yang melewati galaksi secara akurat.
"Sinar Kosmik ditemukan 100 tahun lalu, tetapi kita masih tidak tahu di mana mereka berasal," kata
Profesor Subir Sarkar, seorang astrofisikawan di Oxford University yang memimpin keterlibatan Inggris
pada percobaan IceCube.

Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal dari sisa-sisa bintang
mati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sinar kosmik galaksi dapat mengubah iklim bumi,
mempengaruhi cuaca, memicu badai dan menutupi awan. Belum ada jawaban yang pasti akan teori ini.
Namun, ilmuwan berharap agar mereka menemukan jawabannya lewat eksperimen IceCube.

Antartika adalah tempat terbaik untuk melakukan eksperimen ini. Permukaan es-nya sangat jelas,
hampir sepenuhnya bebas dari gelembung udara dan distorsi lainnya.

Peneliti yang terlibat dalam proyek yang dipimpin oleh University of Wisconsin Madison. Mereka kini,
sedang mempertimbangkan cara baru untuk memperluas area percobaan.

Radiasi kosmik energi rendah pula lah yang dapat merusak defibrilator kardioverter implan (ICD) model
lama yang masih tertanam pada sekitar 26 ribu orang.

ICD adalah alat untuk memperbaiki irama detak jantung bagi orang yang pernah dioperasi karena
serangan jantung di zaman dahulu.

Pesawat komersial biasanya terbang pada ketinggian dari 10 ribu hingga 12 ribu meter. Dalam ketinggian
ini, radiasi kosmik sekitar 100 hingga 300 kali lebih kuat daripada permukaan laut. Di atas Concorde, yang
terbang pada ketinggian 18 ribu meter, laju paparan hampir dua kali lebih tinggi daripada pesawat
subsonik biasa.

Sinar kosmik tersusun dari aneka ragam partikel sub atom. Ini artinya mereka adalah partikel yang
merupakan bagian dari atom atau lebih kecil dari atom. Sebagian besar sinar kosmik adalah proton. Yang
lainnya tersusun dari inti beberapa jenis atom, sehingga memiliki proton dan neutron. Yang paling umum
adalah inti atom helium, yang memiliki 2 proton dan 2 neutron (juga disebut partikel alpha). Yang lain
adalah inti karbon, oksigen, besi, kalsium dan tipe atom lainnya. Sejumlah kecil sinar kosmik adalah
elektron. Tidak peduli apa, sinar kosmik bergerak sangat cepat dan memiliki energi sangat besar.
Kebanyakan partikel yang mencapai Bumi terbentuk ketika radiasi dari luar angkasa berinteraksi dengan
partikel yang ada di atmosfer dan dihambat oleh lapisan ozon.

Bintik tersebut adalah radiasi kosmis yang tertangkap antena televisi, 10% darinya berasal dari Big Bang

Radiasi kosmik juga sebuah bentuk radiasi elektromagnet yang ada di seluruh alam semesta. Radiasi
kosmik adalah salah satu sumber utama radiasi latar belakang di Bumi. Radiasi latar belakang adalah
radiasi yang selalu ada di lingkungan; ia dapat berasal dari sumber alam seperti gas radon dan dari
sumber buatan manusia seperti pembangkit listrik tenaga nuklir. Radiasi latar belakang kosmik khusus
ada di lingkungan yang berasal dari matahari dan sumber lain di luar angkasa. Sumber lain radiasi kosmik
yang paling penting bagi astronomi adalah radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) karena
berasal langsung dari Big Bang.

Tahun 1964, Robert H Dicke, Jim Peebles dan David Wilkinson, astrofisikawan dari Universitas Princeton
bersiap mencari radiasi gelombang mikro dalam daerah spektrum khusus. Dicke dan kawan-kawan
berpendapat kalau Big Bang harusnya menghamburkan bukan hanya materi yang mengembun menjadi
galaksi namun juga melepaskan sejumlah besar radiasi. Dengan alat yang teliti, radiasi ini mestinya dapat
diamati. Di tahun yang sama pula, hanya 60 km dari lokasi Dicke dkk, Arno Penzias dan Robert Wilson
mendeteksi radiasi ini dalam panjang gelombang 7.35 centimeter. Dan karenanya mereka berdua lah
yang memperoleh Nobel fisika.

Radiasi gelombang mikro kosmik (CMB) menjadi bukti utama keberadaan Big Bang. Hal ini karena
spektrum CMB sangat menyerupai spektrum teoritis dari apa yang dikenal sebagai benda hitam, yang
berarti sebuah benda dalam keseimbangan termal. Keseimbangan termal berarti benda tersebut telah
cukup lama untuk tenang pada keadaan alaminya. Contohnya arang bara panas yang berpendar tidaklah
berada dalam kondisi keseimbangan termal yang baik. Spektrum benda hitam juga hanyalah pendekatan
kasar terhadap spektrum batu ember yang menyala. Namun ternyata Alam semesta berada dalam
keseimbangan termal yang sangat baik (pada dasarnya karena skala waktu untuk tenang jauh lebih
lambat daripada skala waktu ekspansi alam semesta). Dan karena radiasi dari masa sangat awal tersebut
harusnya memiliki spektrum sangat mendekati benda hitam.

Sebelumnya sudah dicari berbagai sumber yang mungkin untuk menjelaskan CMB selain bekas Big Bang,
namun segala usaha untuk menafsirkan asal CMB karena fenomena astrofisika masa kini (bintang, galaksi
radio, dsb) kandas. Karenanya, satu-satunya penjelasan yang memuaskan untuk keberadaan CMB berada
dalam fisika Alam Semesta awal.

Ledakan Supernova

Ledakan bintang atau supernova adalah salah satu kejadian spektakuler yang terjadi di alam semesta,
menghasilkan jumlah energi yang sama dengan triliunan bom nuklir yang diledakkan pada saat
bersamaan.Ledakan yang dahsyat ini selalu diikuti oleh pancaran radiasi gamma (γ) dan pancaran radiasi
partikel sub-atomik yang sangat kuat intensitas radiasinya.

MenurutDavid Schramm, seorang ahli astronomi dari Amerika, ledakan supernova yang memancarkan
radiasi Gamma (γ) dan radiasi partikel sub-atomik yang sangat kuat tersebut dapat sampai ke atmosfer
bumi dan merusak lapisan ozon. Hal ini dapat menyebabkan kematian, bahkan kepunahan makhluk
hidup di bumi.
Dari penelitian para ahli astronomi, sekitar 65 juta tahun yang lalu terjadi ledakan supernova yang
sangat dahsyat. Ledakan ini diperkirakan menjadi salah satu peyebab kepunahan dinosaurus dan
sejenisnya, serta hewan terbang atau burung yang bergigi.

Ledakan supernova dalam skala kecil dapat terjadi pada matahari yang energi radiasinya dipancarkan di
bumi. Ledakan supernova yang terjadi pada matahari memiliki skala lebih kecil dibandingkan dengan
ledakan supernova yang terjadi pada bintang - bintang di alam, karena ukuran matahari jauh lebih kecil
bila dibandingkan dengan ukuran bintang - bintang di alam. Ukuran bintang ada yang ratusan atau ribuan
kali ukuran matahari.

Cara Mengukur Galaksi Bima Sakti

Satelit Gaia merupakan misi ambisius Badan Antariksa Eropa ESA. Gaia bertugas membuat sebuah peta
tiga dimensi galaksi Bima Sakti, dan dalam prosesnya menguak komposisi, pembentukan dan evolusi
Bima Sakti. Bima Sakti adalah galaksi dimana tata surya berada. Satu dari milyaran galaksi, terbentuk 13
lebih milyar tahun lalu. Sulit dipercaya tapi nyata: Bagaimana komposisi rincinya tetap tidak diketahui.

Para peneliti dari Potsdam dengan data yang dihimpun hendak menyelidiki, bagaimana perkembangan
galaksi ini. Bahkan mengungkap rahasia paling besar.Dr. Roelof de Jong, yang bekerja untuk Institut
Leibniz menjelaskan: "Galaksi tidak cerai berai karena ditahan gaya gravitasinya. Dan gaya ini bisa kita
kalkulasi dari bintang yang nampak. Tapi, dari hasil kalkulasi gravitasinya tidak mencukupi, untuk
menahan galaksi agar tidak cerai berai. Pasti ada sesuatu yang lain. Ini yang kami sebut Materi Gelap.
Tapi apa komponennya dan bagaimana distribusinya, kami belum tahu pasti."

Perlu 20 tahun

Pengembangan satelit Gaia perlu 20 tahun lebih. Satelitnya dilengkapi dua teleskop, yang memantau ke
berbagai arah, serta sebuah chip kamera selebar satu meter. Sebuah payung surya dipasang untuk
melindungi instrumen dari paparan panas dan radiasi. Satelit memiliki presisi tinggi, dapat mengenali
selembar rambut dari jarak 1.000 Kilometer.

Presisi setinggi itu diperlukan, untuk mengukur jarak, posisi dan gerakan bintang, serta komposisi
spektrum cahayanya. Kembali dijelaskan de Jong: "Amat menakjubkan, apa yang saat ini kami pelajari,
dan betapa cepat semua bergerak maju. Teknologi berkembang amat pesat, hingga kami menghimpun
makin banyak data. Gaia contoh terbagus, banyak data yang diperoleh, hingga kami kebingungan, mau
mulai dari mana, karena amat banyaknya data.

Pakar Astrofisika di Potsdam ini bertanggung jawab untuk analisa spektrum cahaya. Inilah sidik jari
kosmis yang bisa menjelaskan biografi bintang, menyangkut umur, tempat lahir, dan komposisi kimianya.
Informasinya harus disaring dari data yang dikirim Gaia, mirip menemukan sebutir emas dari gunungan
pasir. Institut di Potsdam mengembangkan piranti lunak untuk itu. De Jong mengatakan : "Institut kami
adalah yang pertama mengekploitasi fisika spektrum cahaya. Dan kami juga belajar memanfaatkannya.
Kita baru saja memahami tema ini sekitar 100 tahun."

Pencaplokan bintang
Gaia juga hendak meneliti bintang-bintang di pinggiran Bima Sakti. Para pakar Astro Fisika sangat
tertarik, karena memperkirakan bintang itu berasal dari galaksi lebih kecil yang dicaplok oleh Bima Sakti.

Dengan Gaia para peneliti hendak meneliti: Berapa banyak bintang yang dicaplok oleh galaksi Bima
Sakti?Dari mana bintang itu berasal?Juga Materi Gelap yang misterius, kemungkinan bisa dilacak dengan
bantuan bintang-bintang tersebut. Dikatakan de Jong: "Dengan Gaia, kami bisa mengukur gerakan
bintang yang amat jauh, kami bisa melacak dengan akurat, secepat apa pergerakannya dan seberapa
besar massa yang dimiliki, hingga bintang-bintang ini tidak terlontar, tapi tetap berada dalam Bima Sakti.
Artinya, harus ada massa amat besar, dan itu menjelaskan, berapa banyak Materi Gelap di sana." Peta
tiga dimensi galaksi Bima Sakti diharapkan tuntas dalam 8 tahun. Dengan itu, pelacakan Materi Gelap
bisa dimulai.

Sinar kosmik

Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi yang berasal dari
luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom seperti besi atau
yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel tersebut berasal dari proses-proses energi tinggi di
dalam galaksi, misalnya seperti supernova. Dalam perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan
medium antarbintang dan kemudian atmosfer Bumi sebelum mencapai detektor. Hampir 90% sinar
kosmik yang tiba di permukaan Bumi adalah proton, sekitar 9% partikel alfa dan 1% elektron

Anda mungkin juga menyukai