Proposal Diare Riselena Alyssa Amadea
Proposal Diare Riselena Alyssa Amadea
PENDAHULUAN
Balita adalah salah satu masa tahap tumbuh kembang anak-anak yang
paling baik (golden period), karena pada masa tersebut anak mulai
berkembang dengan lingkungan di sekitarnya. Kreativitas anakpun sedang
berkembang, sehingga anak senang berekplorasi dengan lingkungan secara
giat. Mengingat pada masa tersebut anak senang memasukkan benda/mainan
kedalam mulutnya (fase oral), hal tersebut menjadi salah satu penyebab anak
terkena diare. (Anggriyani,2011)
Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare
walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh
menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan
sangat membahayakan kesehatan anak, ibu biasanya tidak menanggapinya
secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal penyakit diare
walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,
pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di
puasakan, usus di kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang
menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam
keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa,
maka memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang
mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat
menyebabkan kematian.(Purbasari,2009).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu yang mempunyai balita
tentang diare, sehingga ibu memiliki sikap dan perilaku yang positif
terhadap penanganan diare pada balita.
1.4.2 Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai pengembangan Ilmu Pengetahuan dan dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk
peningkatan penerapan ilmu Kedokteran pada balita dengan diare
b) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan dan
wawasan serta pengetahuan juga menambah referensi, kepustakaan
didalam institusi pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Faktor psikologis, akibat rasa takut dan cemas juga dapat menyebabkan
diare.
2.1.3 Patofisiologi
2. Dehidrasi berat ditandai dengan tangan dan kaki yang lembab, terlihat
lemah tidak sadar, tidak mampu untuk minum, hilangnya elastisitas kulit
secara sepenuhnya, tidak ada air mata, lapisan lendir yang sangat kering
pada mulut, pengurangan volume air seni yang parah bahkan tidak adanya
air seni.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini
disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun
susu diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan
sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik.
Akibatnya perfulasi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera di tolong penderita akan meninggal.
b. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak
dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya. Pemberian air susu ibu
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan,
pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk
penderita diare karena malabsorbsi diberikan makanan sesuai dengan
penyebabnya, antara lain: Mal absorbsi lemak diberikan trigliserida rantai
menengah, Intoleransi Laktosa diberikan makanan rendah atau bebas
laktosa, Panmalabsorbsi diberikan makanan rendah laktosa, parenteral
nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 4-7 hari masukan nutrisi tidak
optimal, (Suandi, 1999).
2.1.5 Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” dan ini akan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Menurut Notoadmodjo (2002) pengetahuan yang cukup dalam
dominan kognitif melalui 5 tingkatan, yaitu
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai meningkat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, oleh karena itu “Tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang
paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginprestasikan materi tersebut
dengan benar.
3. Penerapan (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan pada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
2.1.6 Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang
paling banyak didefinisikan dan ada yang mengannggap sikap hanyalah
sejenis motif yang diperoleh melalui proses belajar, ada pula yang melihat
sikap sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respon (Rakhmat, 2007).
Sikap secara sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap
beberapa hal (Ningsih, 2008).
Notoatmodjo (2010) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, sehingga secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
2. Komponen dan Tingkatan Sikap
Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen
pokok, yaitu:
a. Keyakinan (kepercayaan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Indikator Sikap Kesehatan
Saat seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya ialah
atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut sehingga
indikator untuk sikap sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu sikap
terhadap penanganan diare, sikap dan cara pemeliharaan dan cara hidup
sehat.
4. Konsep Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa konsep tentang sikap yang
dapat dijadikan acuan untuk pengukuran sikap, antara lain:
Bakteri E.coli
Kontaminasi
makanan
1. Populasi
Populasi adalah keseleuruhan objek penelitian atay objek yang diteliti. Dalam
hal ini populasi adalah semua pasien wanita yang memiliki balita yang
datang berkunjung di puskesmas Pasangkayu selama 5 tahun terakhir.
2. Sampel minimal
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk table da grafik dengan uji
analisa varian dengan rumus chi square program SPSS 17.0 for window.
Anggraeni. 2011. Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita Di Indonesia.
Sistematic review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat. Makara,
KesehatanVol, 11, NO, 1 Juni, 2011. Diakses pada tanggal 10 Desember 2014
Widoyono. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Diare
dengan Praktik Penanganan Diare Pada Balita. Jurnal kesehatan. Volume
1 nomor 2 tahun 2011. Diakses pada tanggal 13 Desember 2014.
Yulin. 2011. Mengatasi Masalah Diare Dan Kerancunan Pada Anak, Kesehatan
Pada Anak. EGC: Jakarta
Zul. 2008. Perilaku Ibu Rumah tangga Tentang Penanggulangan Diare Pada
Balita. EGC:Jakarta