Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita, dengan
angka insiden mencapai 60-80%, dan kematian sebesar tiga persen
menyerang terutama pada dua tahun pertama usia anak. Penyakit diare adalah
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja lembek
sampai cair serta bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya
(tiga kali dalam sehari). (Yulin,2011)

Di Indonesia, diare merupakan masalah kesehatan utama dalam


masyarakat yang morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Diare juga
menjadi penyebab kematian pada semua umur, dengan prevalensi tertinggi
terdeteksi pada balita (1-4 tahun). Yaitu 16,4%. (Anggrayani,2011)

Balita adalah salah satu masa tahap tumbuh kembang anak-anak yang
paling baik (golden period), karena pada masa tersebut anak mulai
berkembang dengan lingkungan di sekitarnya. Kreativitas anakpun sedang
berkembang, sehingga anak senang berekplorasi dengan lingkungan secara
giat. Mengingat pada masa tersebut anak senang memasukkan benda/mainan
kedalam mulutnya (fase oral), hal tersebut menjadi salah satu penyebab anak
terkena diare. (Anggriyani,2011)

Analisis World Health Organization (1980) berdasarkan pada data dari


survey memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 miliar episode diare
pada golongan umur balita terjadi di Asia , Afrika dan negara Amerika Latin.
Diperkirakan juga setiap tahunnya terjadi 3 juta kematian diare pada
golongan umur balita (terjadi 57. 533 kematian setiap minggu, 8.219
kematian setiap hari, 342 kematian setiap jam, atau 6 kematian setiap
menitnya), sekitar 80% kematian terjadi pada golongan umur di bawah 2
tahun (DepKes RI, 2000).

Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan


masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono:2011).

Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare
walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh
menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan
sangat membahayakan kesehatan anak, ibu biasanya tidak menanggapinya
secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal penyakit diare
walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,
pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di
puasakan, usus di kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang
menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam
keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa,
maka memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang
mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat
menyebabkan kematian.(Purbasari,2009).

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian tentang ” Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam
Penanganan dini Balita dengan Diare Di Puskesmas Pasangkayu, Sulawesi Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarakan latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusan
penelitian yang akan diteliti adalah : Apakah ada hubungan antara tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam penanganan dini balita
dengan diare?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat Pengetahuan dan Tindakan ibu dalam


penanganan dini balita dengan diare di puskesmas Pasangkayu,
Sulawesi Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan dini
balita dengan diare meliputi: pengetahuan diare, tanda dan gejala
diare, cara penularan dan pencegahan, perawatan diare, pengobatan
diare dan komplikasi diare
b. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas .....

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu yang mempunyai balita
tentang diare, sehingga ibu memiliki sikap dan perilaku yang positif
terhadap penanganan diare pada balita.
1.4.2 Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai pengembangan Ilmu Pengetahuan dan dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk
peningkatan penerapan ilmu Kedokteran pada balita dengan diare
b) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan dan
wawasan serta pengetahuan juga menambah referensi, kepustakaan
didalam institusi pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka


2.1.1 Pengertian Diare
Menurut Zul (2008) diare adalah suatu penyakit dengan tanda-
tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang lembek
sampai mencair dan bertambah frekuensi lebih dari biasanya (3 kali atau
lebih dari 1 hari).
2.1.2 Etiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor


diantaranya, (Alimul, 2006).
a. Faktor infeksi Infeksi saluran pencernaan, merupakan penyebab utama
diare pada anak, infeksi ini meliputi : infeksi virus dan infeksi parasit.
Sedangkan infeksi di luar alat pencernaan, sering terjadi pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor mal absorbs; faktor ini meliputi kekurangan karbohidrat, lemak


dan protein, faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun dan alergi
terhadap makanan.

c. Faktor psikologis, akibat rasa takut dan cemas juga dapat menyebabkan
diare.

2.1.3 Patofisiologi

Anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare


akan jatuh pada keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan
asam-basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi,
(Maryunani, 2010). Balita yang tidak mendapatkan perawatan yang baik
selama diare dapat mengalami keadaan sebagai berikut :
a. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan
air. Menurut Sudarmoko (2011) dehidrasi dapat dibagi menjadi dua yaitu
dehidrasi ringan dan dehidrasi berat.

1. Dehidrasi ringan : Meningkatnya rasa haus, Kegelisahan atau rewel,


menurunya elastisitas kulit, mulut dan lidah kering, Mata yang kering
karena tidak adanya air mata.

2. Dehidrasi berat ditandai dengan tangan dan kaki yang lembab, terlihat
lemah tidak sadar, tidak mampu untuk minum, hilangnya elastisitas kulit
secara sepenuhnya, tidak ada air mata, lapisan lendir yang sangat kering
pada mulut, pengurangan volume air seni yang parah bahkan tidak adanya
air seni.

3. Gangguan asam basa


Menurut Maryunani (2010) ganggun asam basa biasanya terjadi karena
kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia).

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini
disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun
susu diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan
sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik.
Akibatnya perfulasi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera di tolong penderita akan meninggal.

2.1.4 Penanganan Diare


Menurut Alimul (2006) yang termasuk penanganan dan
pengobatan diare akut pada balita antara lain.
1. Sistem penatalaksanaan diare akut
a. Rehedrasi
Rehedrasi merupakan pengembalian air atau cairan yang terkandung dalam
tubuh atau substansi yang telah mengalami dehidrasi. Diare yang cair
membutuhkan pergantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah
hilang melalui diare atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung.
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-
masing anak atau golongan umum. Rehedrasi merupakan pengembalian air
atau cairan yang terkandung dalam tubuh atau substansi yang telah
mengalami dehidrasi. Diare yang cair membutuhkan pergantian cairan dan
elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberikan harus
sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare atau muntah,
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan
umum.

b. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak
dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya. Pemberian air susu ibu
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan,
pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk
penderita diare karena malabsorbsi diberikan makanan sesuai dengan
penyebabnya, antara lain: Mal absorbsi lemak diberikan trigliserida rantai
menengah, Intoleransi Laktosa diberikan makanan rendah atau bebas
laktosa, Panmalabsorbsi diberikan makanan rendah laktosa, parenteral
nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 4-7 hari masukan nutrisi tidak
optimal, (Suandi, 1999).

2.1.5 Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu” dan ini akan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Menurut Notoadmodjo (2002) pengetahuan yang cukup dalam
dominan kognitif melalui 5 tingkatan, yaitu
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai meningkat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, oleh karena itu “Tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang
paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan,
menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginprestasikan materi tersebut
dengan benar.

3. Penerapan (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan pada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.

2.1.6 Sikap

1. Pengertian sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang
paling banyak didefinisikan dan ada yang mengannggap sikap hanyalah
sejenis motif yang diperoleh melalui proses belajar, ada pula yang melihat
sikap sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respon (Rakhmat, 2007).
Sikap secara sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap
beberapa hal (Ningsih, 2008).
Notoatmodjo (2010) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, sehingga secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
2. Komponen dan Tingkatan Sikap
Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen
pokok, yaitu:
a. Keyakinan (kepercayaan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behape).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, seperti:


a. Menerima (receiving)
Tingkatan ini diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan objek.
b. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang telah diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Indikator Sikap Kesehatan
Saat seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya ialah
atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut sehingga
indikator untuk sikap sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu sikap
terhadap penanganan diare, sikap dan cara pemeliharaan dan cara hidup
sehat.
4. Konsep Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa konsep tentang sikap yang
dapat dijadikan acuan untuk pengukuran sikap, antara lain:

a. Sikap merupakan tingkat afeksi yang positif dan negatif yang


dihubungkan dengan objek.
b. Sikap dilihat dari individu yang menghubungkan efek yang positif dengan
objek atau sebaliknya.

c. Sikap merupakan penilaian atau pendapat individu terhadap objek.

2.2 Kerangka Teori

Bakteri E.coli

Pengaruh gizi Sanitasi lingkungan


DIARE
dan sanitasi jamban

Kontaminasi
makanan

2.3 Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Tingkat pengetahuan Diare pada balita


dan penanganan
terhadap diare
2.4 Hipotesis

a) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan, sikap dan tindakan ibu


terhadap penanganan balita dengan diare.

b) Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan,sikap dan tindakan ibu


terhadap penanganan balita dengan diare.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis


penelitian kuntitatif dengan pendekatan cross sectional. Menurut Ahmad Watik
(2010) .Penelitian cross sectional merupakan penelitian non-eksperimental dalam
rangka mempelajari dinamika korelasi perbandingan antara factor-faktor resiko
dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu. Dalam hal ini
adalah bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dalam penanganan balita
dengan diare di Puskesmas

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian adalah di Puskesmas Pasangkayu, kabupaten Mamuju
Utara Sulawesi Barat. Pada tanggal 15 Desember 2014.

3.3 Instrumen Penelitian

Adapun Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah


data sekunder atau dalam hal ini data rekam medis pasien yang memiliki balita di
wilayah kerja Puskesmas Pasangkayu dalam 5 tahun terakhir.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseleuruhan objek penelitian atay objek yang diteliti. Dalam
hal ini populasi adalah semua pasien wanita yang memiliki balita yang
datang berkunjung di puskesmas Pasangkayu selama 5 tahun terakhir.

2. Sampel minimal

Sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus:


Keterangan:
N = jumlah populasi
E = batas toleransi kesalahan, 1 %, 5%, 10%
Dik:
N = 200 orang
E = 1% (0,01)
200
N=
1 + 200 (0,01)2
= 67

3.5 Definisi Operasional


a. Pengetahuan berasal dari kata “tahu” dan ini akan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Menurut Notoadmodjo (2002) pengetahuan yang cukup dalam dominan
kognitif melalui 6 tingkatan, yaitu tahu, memahami, menerapkan, analisis
dan sintesis.
b. Menurut Zul (2008) diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang lembek sampai mencair dan
bertambah frekuensi lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dari 1 hari).

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari rekam
medis pasien balita penderita diare yang tercatat di Puskesma Pasangkayu
sulawesi barat. Kemudian dilanjutnya dengan data primer dengan
menggunakan kuisioner kepada ibu balita yang tercatat di data sekunder
Puskesmas Pasangkayu.
3.7 Teknik Analisis Data

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk table da grafik dengan uji
analisa varian dengan rumus chi square program SPSS 17.0 for window.

3.8 Etika Penelitian


Adapun etika penelitian :

1. Mengambil surat pengantar penelitan dari program studi pendidikan dokter


fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan univ. tadulako
DAFTAR PUSTAKA

Alimul.2006. Gambaran Perilaku Ibu Rumah tangga Tentang Penanggulangan


Diare Pada Balita. Jurnal e-biomedic. Volume 1 nomor 1 201 tahun
2006. Diakses pada tanggal 9 desember 2014

Anggraeni. 2011. Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita Di Indonesia.
Sistematic review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat. Makara,
KesehatanVol, 11, NO, 1 Juni, 2011. Diakses pada tanggal 10 Desember 2014

Depkes RI.2000. Tentang Penanganan Diare Pada Balita

Maryunani 2010. Gambaran Perilaku Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit


Endemik di Lingkungannya. Jurnal e-biomedic. Volume 2 no 3 tahun
2010. Diakses pada tanggal 14 Desember 2014.

Notoadmodjo. 2002. Filsafat Pengetahuan, Epistomologi. Kanisius: Jakarta

Purbasari.2009. Faktor Resiko Diare Akut Pada Balita. Berita kedokteran


masyarakat. Vol 27 no 1 maret 2009. Diakses pada tanggal 13 Desember
2014.

Suandi.1999. Penanganan Diare Pada Balita Dan Anak-anak.


Publisher:Tangerang

Widoyono. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Diare
dengan Praktik Penanganan Diare Pada Balita. Jurnal kesehatan. Volume
1 nomor 2 tahun 2011. Diakses pada tanggal 13 Desember 2014.

Yulin. 2011. Mengatasi Masalah Diare Dan Kerancunan Pada Anak, Kesehatan
Pada Anak. EGC: Jakarta

Zul. 2008. Perilaku Ibu Rumah tangga Tentang Penanggulangan Diare Pada
Balita. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai