Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat resiko
tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil, ibu
menyusui serta usia lanjut. ASI di berikan ejak usia dini, terutama pemberian
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai
berusia 6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan
angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada
akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat (Muhammad, 2006).
Berdasarkan hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003,
hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan
pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada
periode berikutnya umur 3 bulan 45,5%, pada usia 4-5 bulan 13,9%, dan umur
6-7 bulan 7,8%. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti Air Susu
Ibu (PASI) yang biasa di sebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam
kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002,hal ini mungkin
di akibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan
pemberian ASI secara eksklusif (Tjipta, 2009).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat yang sangat baik untuk pertumbuhan
otak salah satu buktinya menurut penelitian, anak yang di berikan ASI tingkat
IQ-nya berbeda 12,9 point di atas anak yang tidak di beri Air Susu Ibu (ASI)
pada anak usia 9,5 tahun. Selain kandungan gizinya yang lengkap, di dalam Air
Susu Ibu (ASI) terdapat enzim pencernaan, enzim inilah yang dapat membantu
pencernaan berbagai nutrisi dan kandungan zat imun (anti infeksi) lebih
maksimal zat inilah yang kelak menjadi perisai tangguh anak dari berbagai
penyakit infeksi yang berbahaya (Utami Rusli, 2009)
Pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif masih sangat kurang,
misalnya ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru
berumur beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang di
haluskan atau pisang. Kadang-kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar
atau keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya,
kemudian membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu,
gula, mentega, air atau makanan lain.
Di Negara berkembang, lebih dari sepuluh juta balita meninggal dunia
pertahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang
sebernarnya dapat di hindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang
menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan
merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif
terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13%.
Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka
kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, prilaku
memberukan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan
dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya
(Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Menurut Utami Roesli (2004), mengungkapkan bahwa fenomena
pemberian ASI eksklusif di sebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredar mitos
yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif serta kesibukan ibu dalam
melakukan pekerjaannya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang di
berikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan
yang sering di ungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui secara
eksklusif.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pengetahuan dan Sikap Ibu dengan pemberian air
susu ibu (ASI) Eksklusif pada bayi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini, apakah ada Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan
pemberian air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Talise Kota Palu Tahun 2014

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Talise
Kota Palu Tahun 2014
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi diwilayah kerja Puskesmas
Talise Kota Palu Tahun 2014.
b. Diketahuinya dengan sikap dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Talise Kota Palu
Tahun 2014.

D. Manfaat penelitian
Beberapa manfaat yang dapat di peroleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan
Memberikan gambaran bagi Dinas kesehatan propinsi Sulawesi
Tengah, Dinas Kesehatan Kota Palu dan Puskesmas Talise mengenai
hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Talise Kota Palu.
2. Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperluas ilmu
,pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan dan merupakan salah satu
bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.
3. Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang
hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Talise Kota Palu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Air susu ibu (ASI) Eksklusif


a. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi tidak satupun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai
kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan
aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang penting untuk perkembangan
mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua,
bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat
dan menarik, perusahaan lingkungan dan masyarakat pun akan lebih
mendapat keuntungan (Utami Roesli, 2005).
b. Manfaat Pemberian ASI
Pemberian ASI memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya.
ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan digestif
bayi, karena bayi dapat menyerap dengan baik, tidak pernah sembelit dan
merasa puas. ASI juga bebas dari kuman, pada kenyataannya ASI
mengandung antibody sehingga bayi yang mendapat ASI umumnya jarang
sakit dan jarang menderita alergi jika di bandingkan dengan bayi yang
mendapat susu formula. Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi
tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan
kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar.
Faktor keberhasilan dalam munyusui adalah secara dini dengan posisi
yang benar, teratur dan eksklusif. ASI memiliki kandungan yang dapat
membantu penyerapan nutrisi. Pada awal bulan, saat bayi dalam kondisi
yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare,
infeksi telinga, dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Pemberian ASI
eksklusif ini dianjurkan sampai bayi berusia 6 bulan, setelah bayi berumur
6 bulan, ia harus diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI
dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Banyak manfaat pemberian
ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. ASI merupakan zat
gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan
dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling
sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana
menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan bayi normal sampai usia 2 tahun atau lebih.kolostrum
mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang
(mature). Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan jarang sakit di
bandingkan dengan anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, anak yang
sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya di banding anak yang
sering sakit. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak
negative maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif
(Santosa, 2004).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa.
ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI
berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang di butuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak. Memberikan zat-zat
kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional
antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008).
Manfaat ASI (air susu ibu), merupakan gizi baik bagi bayi karena
komposisi zat-zat gizi didalamnya secara optimal mampu menjamin
pertumbuhan tubuh bayi. Selain itu, kualitas zat gizi ASI juga terbaik
karena mudah diserap dan dicerna oleh usus bayi. Kandungan protein ASI
(0,9mg/100ml) lebih rendah disbanding dengan kadar protein dalam susu
formula (1,6gram/100ml). Namun kualitas protein ASI sangat tinggi dan
mengandung asam amino esensial yang di butuhkan bayi (Widjaya, 2004).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan ASI adalah
suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan
ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi, pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian
makan kepada bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih
banyak zat besi dari pada yang tersedia di dalam ASI. Pada titik inilah
nutrisi tambahan bisa di peroleh dari sedikit porsi makanan padat.
Sejak abad ke 19 para pakar telah sepakat bahwa ASI lebih unggul
dari pada susu sapi atau bahan penganti. Sayangnya perilaku yang baik
menyusui bayi sendiri di anggap sebagian orang suatu tingkah laku yang
tradisional, sehingga sedikit demi sedikit di tinggalkan, hal tersebut
dipengaruhi oleh kemajuan di Negara-negara industri yang
memperkenalkan susu buatan untuk bayi dan mempunyai manfaat yang
sama dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran
susu buatan atau makanan pengganti ASI secara gencar.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI
harus di berikan kepada bayi segera setelah bayi di lahirkan atau paling
lambat 30 menit setelah bayi lahir, karena daya isap bayi pada saat itu
sudah paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya. ASI yang
keluar beberapa hari setelah persalinan di sebut kolostrum. Kolostrum
mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan warna
kekuning-kuningan. Oleh sebab itu kolostrum harus di berikan kepada
bayi, sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun
mencukupi kebutuhan bayi. Kolostum sangat bermanfaat bagi kesehatan
bayi karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama
diare, dan membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi pertama
yang berwarna hitam kehijauan (Depkes RI, 2005).
Menurut Utami (2005) dalam pemberian ASI ada 4 manfaat yaitu :
1) ASI Eksklusif sebagai sumber gizi
Yang dimaksud ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan lain seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian
ASI eksklusif ini di anjurkan sampai bayi berusia 6 bulan, setelah
bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai di perkenalkan dengan makanan
padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal
sampai usia 2 tahun atau lebih.
2) ASI Eksklusif Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Bayi diberikan ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan ternyata
akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang
tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih
berkembang kepandaiannya dibanding anak yansg sering sakit. Bayi
yang baru lahir secara alamiah mendapat imonoglobin (zat kekebalan
tubuh) dari ibunya melalui plasenta, namun kadar zat ini akan cepat
sekali menurun segera setelah bayi lahir.
3) ASI Eksklusif Meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak
maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan adalah otak. Sementara itu faktor terpenting dalam proses
pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang
diberikan. Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan akan menjadi tercapainya perkenbangan potensi
kecerdasan anak yang optimal. Hal ini karena sebagai nutrient yang
ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung zat gizi khusus yang
diperluhkan otak bayi agar tumbuh optimal.
4) ASI Ekslusif Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunyaa, ia juga akan merasakan aman
dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung
ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindung dan di sayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya
diri dan dasar spiritual yang baik.
c. Pola Pemberian ASI
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak
memberikan makanan lain perlu pula di perhatikan cara menyusui yang
baik dan benar. ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada
malam hari. Ibu menggunaakan payudara kiri dan kanan secara bergantian
tiap kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran
dengan suasana tenang dan santai. Bayi di peluk dengan posisi menghadap
ibu, isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar
areola (bagian hitam sekitar puting) masuk ke mulut bayi. Apabila
payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya
ASI di keluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI
2005).
Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam
makanan yang di berikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana
penting untuk menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal
pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat
penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang setelah umur
6 bulan. Bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi
bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat di penuhi oleh ASI
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
1) Kondisi Ibu
Ibu yang melahirkan sesar dapat menyusui segera setelah ibu
pulih (sesuai petunjuk dokter), demikian juga halnya bagi ibu yang
sakit pada umumnya dapat terus menyusui bayinya. Bagi ibu yang
menderita infeksi saluran pernafasan bagian atas harus memakai
masker untuk mencegah penularan. Ibu hamil juga dapat meneruskan
menyusui bayinya dan jangan lupa untuk makan lebih banyak.
Selanjutnya bayi di sapih secara bertahap agar anak merasa tidak di
telantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan
perhatian ibu dan anak menjadi rewel. Diusahakan agar ibu lebih
banyak istirahat dan santai, sehingga ibu dapat menyusui.
2) Kondisi Bayi
Bayi dalam keadaan sakit apapun harus tetap diberi ASI. Bagi
bayi kembar, ASI tetap mencukupi kebutuhan bayi. Demikian juga
dengan bayi prematur, produksi ASI harus di pertahankan dengan
mengeluarkan ASI dan apabila keadaan bayi sudah memungkinkan,
bayi dapat menyusui langsung dari ibu.
3) Umur
Kehamilan yang baik adalah kehamilan yang tidak akan
menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, rohani dan sosial baik
untuk ibu maupun bayi yang akan di lahirkannya. Salah satu faktor
yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil baik
untuk kepentingan ibu maupun janin dalam pembentukan ASI. Usia
16-20 tahun di anggap masih berbahaya meskipun kurang resikonya
di banding umur sebelumnya namun secara mental phisikologis
dianggap belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi
kehamilan dan kelahiran. Umur mempengaruhi bagaimana ibu
menyusui mengambil keputusan dalam pemberian ASI eksklusif.
Semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan
semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola
pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin tinggi
prevalensinya menyusui. Pendidikan bertujuan untuk mengubah
pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep,
mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau
kebiasaan yang baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang
di peroleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang pemberian ASI
yang di miliki (Tarmudji, 2003).
5) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang di lakukan dalam
kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain.
Pekerjaan yang diberikan merupakan kepuasan pada seseorang
dengan demikian ibu pekerja memiliki kaitan dalam pemberian ASI
karena bekerja berat akan berpengaruh terhadap ASI yang diberikan
pada bayinya. Pekerja merupakan kegiatan yang di lakukan orang tua
bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat
memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan perkembangan anak.
6) Pendapatan
Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang
menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini
tidak cukup nyata, tetapi di daerah perkotaan keadaan ini cukup
nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi
menyusui.
7) Prilaku Hidup Menyusui
Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya, menurut
saswono dalam berbagai prilaku menyusui pada masyarakat seperti
prilaku membuang kolostrum atau susu jolong, yakni cairan yang
keluar pertama kali, dan tidak membersihkan payudara dengan
anjuran petugas kesehatan. Kolostrum dianjurkan untuk di berikan
dan ibu di sarankan untuk membersihkan payudaranya dulu sebelum
menyusui (Depkes, 2005).
Pada penelitian yang di lakukan widodo (2001), dimana ibu
yang memberi ASI 30 menit setelah dilahirkan kemungkinan untuk
tidak memberikan makanan dan minuman pralaktal pada bayinya
sebesar 2-5 kali lebih besar di bandingkan ibu yang tidak member
ASI segera setelah melahirkan, demikian pula dengan pemberian ASI
eksklusif.
Menurut soeparmanto (2001) dimana pendidikan ibu yang
relative kurang dapat menurunkan perilaku pemberian ASI ekslusif.
Ibu yang mempunyai pengetahuan tenteng ASI atau menyusui yang
baik bisa member ASI secara ekslusif dsan memberikan kolestrum
pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI ekslusif
renda maka prilaku pemberian ASI ekslusif perlu dilakukan intervesi
dengan meningkatkan penyuluhan tentang ASI kepada ibu-ibu dan
keluarganya secara berkala , yang didasarkan kondisi sosial budaya
setempat.
2. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI
Eksklusif)
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang sempurna karena kandungan gizi
sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal.
Namun hubungan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi dapat di pengaruhi
oleh faktor :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman rasa dan raba.
Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi di peroleh dari
pengalaman empris dan di jadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menyediakan, mengolah, menyajikan, makanan bagi dirinya dan orang lain,
oleh karenanya penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dan
memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar dan sesuai
dengan kriteria.ibu yang tidak formal sebagian telah mengetahui apa
manfaat serta kandungan ASI sehingga mendorong ibu untuk menyusui
bayinya sendiri (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan yang di miliki oleh seorang ibu tentang Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif sangat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi,
pengetahuan ibu mengenai keberhasilan menyusui menunjukan bahwa ibu
dari semua tingkat ekonomi mempunyai pengetahuan yang baik tentang
manfaat ASI Eksklusif dan mempunyai sikap yang positif terhadap usaha
pemberian ASI Eksklusif tetapi dalam prakteknya tidak sejalan dengan
pengetahuan mereka (Yuyuk, 2005).
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Bart (1994), dapat di katakan
bahwa prilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan
dari pada prilaku yang tidak di dasari pengetahuan. Jadi pengetahuan
sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka
harus melakukan suatu tindakan sehingga prilaku masyarakat dapat lebih
smudah untuk diubah kearah yang lebih baik. Pengukuran pengetahuan
dapat di lakukan dengan wawancara menanyakan suatu yang diukur dari
responden tentang pengetahuan pemberian ASI eksklusif. Disamping itu
penguasaan terdapat ilmu pengetahuan dan teknologi.ASI merupakan satu-
satunya makanan tunggal yang paling sempurna bagi bayi hingga usia 6
bulan. ASI cukup mengandung zat gizi yang di butuhkan bayi. Kandungan
zat gizi yang sempurna membuat bayi tidak akan mengalami kekurangan
gizi, tentu saja makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas
dan kualitas ASI (Arif, 2009).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003), sikap
adalah penilaian bisa berupa pendapat seseorang terhadap stimulus atau
objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan). Sikap mengandung daya
pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi
juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu,
menentukan apa yang di sukai, diharapkan, diinginkan mengesampingkan
apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan
evaluative terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi
yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan dengan objek sikap.
Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau
emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau
corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap
mengandung tiga komponen yaitu : kognitif emosi dan prilaku serta bisa
konsisten dan bisa juga tidak.
3. Kerangka Konsep
a. Alur Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Pemberian ASI
Eksklusif
Sikap

b. Landasan Teori
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak
satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Karena ASI
mempunyai kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu : aspek gizi, aspek
kekebalan, dan aspek kejiwaan tanpa jalinan kasih sayang untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).
Menurut WHO (World Healt Organisation) ASI Eksklusif adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti : susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan lain seperti: pisang,
bubur susu, biscuit, bubur nasi tim dan lain-lain hingga bayi berumur 6
bulan.
ASI merupakan zat gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan di sesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI
adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya.Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai
usia 2 tahun atau lebih.
Faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi,
salah satunya adalah karena air susu tidak keluar, penyebab air susu tidak
keluar juga tidak sedikit, mulai dari stres mental sampai ke penyakit,
termasuk malnutrisi namun demikian prilaku tidak menyusui bayi segera
setelah lahir dengan catatan bahwa ibu tidak dalam keadaan terbius dan
mengidap penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk
menyusui, serta bayi tidak menderita kelainan saluran mulut, saluran
napas, atau lahir tidak cukup bulan terutama di kondisikan oleh jaringan
pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun secara langsung
(Arisman, 2004).
c. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Talise Kota
Palu Tahun 2014.
2) Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Talise Kota Palu
Tahun 2014.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik studi Cross sectional, di
mana data yang menyangkut variabel independen di kumpulkan dalam waktu
yang bersamaan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat penelitian di laksanakan di wilayah kerja Puskesmas Talise Kota
Palu pada bulan Februari 2015

3.3 Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi
umur 0-12 bulan yang terdata pada tahun 2014 di Puskesmas Talise
berjumlah 50 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang berjumlah 33 ibu yang di
peroleh dengan menggunakan rumus Slovin.
Pengambilan sampel di lakukan dengan menggunakan rumus Slovin
(Notoatmodjo, 2005).
𝐍
𝒏=
𝟏 + 𝐍(𝐝𝟐 )
𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 ∶
𝒏 = 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
N = Besar Populasi
d = Tingkat Ketepatan
𝟓𝟎
𝒏=
𝟏 + 𝟓𝟎(𝟎, 𝟏𝟐 )
𝟓𝟎
𝒏=
𝟏 + 𝟓𝟎(𝟎, 𝟎𝟏)
𝟓𝟎
𝒏=
𝟏 + 𝟓𝟎(𝟎, 𝟏𝟐 )
𝟓𝟎
𝒏=
𝟏 + 𝟎, 𝟓
𝟓𝟎
𝐧= 𝟏,𝟓

𝒏 = 𝟑𝟑

3.4 Definisi Operasional


1. Pengetahuan yang di maksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu
dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayinya.
Kriteria Objektif
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = Tidak diberi, bila skor jawaban
Responden < median
: 1 = Di beri, bila skor jawaban responden ≥ median
2. Sikap adalah respon atau tanggapan ibu terhadap ASI Eksklusif
Kriteria Objektif
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara
Skala ukur : Ordinal
HASIl ukur : 0 = Tidak diberi, bila skor jawaban
responden < median
: 1 = Diberi, bila skor jawaban responden ≥ median
3. Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya di beri ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih
dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim.
Kriteria Objektif
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = Tidak diberi, bila skor jawaban
responden < median
: 1 = Diberi, bila jawaban responden ≥ median

3.5 Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini meliputi pengetahuan dan sikap
tentang ASI Eksklusif yang di peroleh secara langsung dari responden
dengan cara wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau
kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari Puskesmas Talise
Kota Palu

3.6 Pengolahan Data


Agar data yang di kumpulkan menjadi data yang bermakna atau berarti,
maka data mentah perlu diolah lebih dahulu sebelum di sajikan.
Adapun tahap pengolahan data yang akan dilakukan yaitu :
a. Editing yaitu memeriksa kembali data – data yang telah di kumpulkan
apakah ada kesalahan atau tidak.
b. Coding yaitu pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang
bersifat kategori.
c. Tabulating yaitu penyusunan dan perhitungan data berdasarkan variabel
yang di teliti.
d. Cleaning yaitu memberikan data dengan melihat variabel yang di
gunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.
e. Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah di
kumpulkan.

3.7 Analisis Data


1. Analisis Univariat
Dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependent. Maka data
yang di informasikan di sajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
presentase.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel independen dan
variabel dependen adalah uji statistic dengan rumus chi square (𝒳 2 )
dalam penelitian ini menggunakan taraf signifakansi 0,05 atau tingkat
kepercayaan keyakinan = 95%.

3.8 Penyajian Data


Pada penelitian ini data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai dengan penjelasan dan tabel untuk melihat pengaruh antara
variabel independen dan variabel dependen.


Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI TALISE
KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. NO. RESPONDEN :
2. NAMA RESPONDEN :
3. UMUR :
4. PENDIDIKAN :
5. ALAMAT :

1. Apakah ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayi ibu yang berumur 0-6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah pemberian ASI Eksklusif bermanfaat bagi ibu setelah melahirkan ?
a. Ya
b. Tidak
3. Tahukah ibu bahwa pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi hanya mengkonsumsi
ASI…?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu pernah memperoleh pendidikan mengenai ASI Eksklusif dan ibu
menyusui ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah salah satu manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi adalah
meningkatkan kecerdasan bayi ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ASI Eksklusif yang pertama kali keluar (kolostrum) memiliki warna
kekuning-kuningan ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ibu memberikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
Ketentuan : Berilah tanda checklist () pada kolom yang telah di sediakan sesuai
dengan apa yang ibu pilih.
Keterangan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS :Sangat tidak setuju

C. SIKAP

No. Pernyataan SS S TS STS

Bayi harus di berikan ASI Eksklusif tanpa


1. memberikan makanan tambahan.

Setiap ibu harus memberikan makanan


2. tambahan pada bayi usia 0-6 bulan.

ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik


bagi bayi usia 0-6 bulan yang harus di
3.
berikan tanpa makanan pendamping
lainnya.
Solusi bagi ibu yang bekerja agar selalu
memberikan ASI dengan cara ASI perah,
4.
yaitu ASI yang di peroleh kemudian di
simpan dalam botol sebagai persediaan.
Dalam masalah biaya ASI lebih murah dan
5. terjangkau di bandingkan dengan susu
formula.
D. Pemberian ASI Ekslusif
1. Apakah ibu mengetahui pentingnya pemberian ASI……
a. Ya
b. Tidak
2. Pemberian ASI dapat mempererat hubungan antara bayi dengan ibu…..
a. Ya
b. Tidak
3. ASI adalah makanan utama bayi……
a. Ya
b. Tidak
4. Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai zat pelindung atau antibody yang dapat
Melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama…..
a. Ya
b. Tidak
5. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa di beri makanan,
Minuman cairan maupun susu…..
a. Ya
b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik
pemberian ASI Ekslusif. Eprint.undip.ac.id/1034/I/ARTIKEL_ASI.pdf. Di unduh
30 November 2014

Andini, Djuwita. 2006. Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi Anak
Usia Di Bawah Dua Tahun (Baduta) Pada Keluarga Ibu Bekerja Dan Tidak
Bekerja.http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1447/4/Andini.%20Dju
wita_A2006.pdf. Di unduh 30 November 2014

Chandra, Budiman. 1995. Pengantar statistic Kesehatan. Covey, Stephen R. 7


Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif (alih bahasa)s. Jakarta : Bibarupa
Aksara, 2001.

Depkes RI. Profil Kesehatan Masyarakat. Jakarta : 2002.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka

Notoatmojo, 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineke Cipta: Jakarta ; 2003.
Outlook Volume 16 Edisi khusus. Keselamatan Ibu : Keberhasilan Dan Tantangan .
Januari 1999. Di unduh tanggal 30 November 2014

Rohani. 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI


Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat Tahun 2007. http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/14635/1/08E01518.pdf. Diunduh 29 November 2014

Suprapto, Agus. Determinan Sosial Ekonomi Pertolongan Persalinan.Internet,


http://digilib.litbang.depkes.go.id. Di unduh tanggal 27 November 2014

Suprapto, Agus. Pola Pertolongan Persalinan 5 Tahun Terakhir Hubungannya


dengan Faktor Sosial Ekonomi Di Indonesia.
Internet,http://digilib.litbang.depkes.go.id. Di unduh tanggal 29 November
2014.

Anda mungkin juga menyukai