Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 4
ANALISIS PERMASALAHAN DAN ISU-ISU
STRATEGIK

4.1. Permasalahan Pembangunan

Pemerintah Provinsi Lampung telah melaksanakan pembangunan pada


seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan hasil yang cukup
menggembirakan. Hal ini terlihat dari semakin membaiknya berbagai
indikator pembangunan. Namun demikian, sebagai proivinsi yang
multifungsi, sampai saat ini Provinsi Lampung tetap menghadapi banyak
permasalahan, baik berasal dari eksternal maupun internal.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi Provinsi Lampung terkait


dengan pembangunan ekonomi, ketahanan sosial budaya, infrastruktur
wilayah, daya dukung lingkungan dan sumber daya alam, kapasitas dan
kualitas pemerintahan, kerjasama regional dan daya saing ekonomi
daerah.

1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator keberhasilan dalam pembangunan kesejahteraan sosial


adalah dengan melihat perkembangan Human Development Index
atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang merupakan
akumulasi dari Indeks Pembangunan Pendidikan (IPP), Indeks
Pembangunan Kesehatan (IPK), dan Indeks Ekonomi Pendapatan
(IEP). Meskipun selama 5 tahun terakhir IPM Provinsi Lampung
menunjukkan angka kenaikkan, bahkan pertumbuhannya setiap
tahun rata-rata sekitar 76%, nomor dua setelah Provinsi Jambi.
Perkembangan IPM Provinsi Lampung pada periode tahun 2008—
2012 yaitu: 70,3 (2008), 70,93 (2009), 71,42 (2010), 71,94 (2011),

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-1
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

dan 72,45 (2012) namun IPM Provinsi Lampung masih yang


terendah di Pulau Sumatera.

2) Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Perkapita

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dalam kurun waktu lima


tahun relatif stagnan hanya 5,78 persen dan selalu dibawah rata-
rata nasional yang mencapai 5,93 persen dan nomor 6 di wilayah
Sumatera. Bahkan pada tiga tahun terakhir cenderung melambat
dan menurun, yaitu tahun 2011 hanya bertambah 0,55%
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,88%, tahun 2012
melambat hanya bertambah 0,05%, dan tahun 2013 turun sekitar
0,45%.

Dari sembilan sektor pembentuk PDRB terdapat 4 (empat) sektor


yang mengalami kecenderungan penurunan, padahal keempat
sektor tersebut potensi menjadi sektor basis:

a. Sektor Pertanian, merupakan sektor basis dengan LQ=3 dan


penyumbang terbesar dalam PDRB sebesar 40,33%, namun
dalam perkembangannya mengalami pertumbuhan negatif
sebesar 0,76% pertahun;

b. Sektor Pertambangan mengalami pertumbuhan negatif rata-


rata 11,2% pertahun;

c. Sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan negatif


rata-rata 0,49% pertahun;

d. Sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan negatif sekitar


1,95% pertahun

Rendahnya pertumbuhan ekonomi berdampak pada PDRB


perkapita masyarakat hanya Rp5.309.000 jauh dibandingkan
nasional yang mencapai Rp10.219.000 bahkan di Sumatera rata-
rata Rp9.644.000. yang menjadikannya Provinsi dengan

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-2
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

pendapatan terendah kedua di Sumatera. Ini signifikan dengan


penurunan keempat sektor di atas, karena sektor-sektor tersebut
yang lebih banyak menyerap tenaga kerja.

Meskipun demikian tingkat pemerataan pendapatan masyarakat di


Provinsi Lampung masih lebih merata dibandingkan nasional.
Berdasarkan indeks gini Lampung hanya 0,36 lebih kecil
dibandingkan nasional yang mendapai 0,41.

3) Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung meskipun dari tahun


ke tahun mengalami penurunan, namun demikian jumlahnya masih
banyak yaitu pada Tahun 2008 sebanyak 1,59 juta (20,98%) turun
menjadi 1,14 juta (14,86%) pada Tahun 2013. Meskipun terjadi
penurunan angka kemiskinan, namun secara persentase masih di
atas rata-rata nasional yang sudah mencapai 11,66%.

Berdasarkan data BPS Tahun 2013 yang di dalamnya memuat data


penduduk miskin untuk kabupaten/kota se-Provinsi Lampung,
terlihat dari 14 kabupaten/kota (Pesisir Barat masih masuk
Lampung Barat) dengan persentase penduduk miskin di bawah
persentase rata-rata angka Provinsi Lampung, yaitu: Tulang
Bawang Barat, Mesuji, Tulang Bawang, Pringsewu, Metro, dan
Bandar Lampung.

Beban Provinsi Lampung juga semakin berat dalam menanggulangi


angka kemiskinan, karena masih terdapat 4 (empat) kabupaten
menurut Kementerian PDT masuk dalam kategori daerah tertinggal
yaitu: Lampung Utara, Lampung Barat, Way Kanan dan Pesawan.

Apabila dicermati lebih lanjut dalam kurun waktu Tahun 2008-


2012 tingkat penurunan penduduk miskin di Provinsi Lampung
cenderung mengalami fluktuasi, berturut-turut dari 0,76%, 1,28%,
2,01%, 0,75% dan terakhir 1,32%.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-3
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

4) Pendidikan

Secara umum permasalahan dalam pembangunan pendidikan


adalah belum optimalnya ketersediaan, keterjangkauan, kualitas,
kesetaraan dan kepastian dalam penyelenggaraan pendidikan.

Terkait dengan aspek ketersediaan, keterjangkauan, kesetaraan


dan kepastian dapat dilihat melalui beberapa indikator antara lain
APM SD/MI mencapai baru 93,48%, APM SMP/MTs mencapai
71,64%, dan APM SMA/MA baru mencapai 45,86%.

Kondisi tersebut berbanding lurus dengan Angka Pendidikan yang


ditamatkan berdasarkan Penduduk Usia Kerja (15-64 tahun), yang
masih didominasi lulusan SD karena rata-rata lama sekolah hanya
7,44 tahun. Untuk itu pembangunan pendidikan dihadapkan
permasalahan untuk meningkatkan APK SMA/MA/SMK dan Rata-
rata Lama Sekolah. Selain itu, belum memasyarakatnya pendidikan
non formal sebagai alternatif pendidikan formal merupakan
permasalahan dan tantangan yang perlu diupayakan
penyelesaiannya.

Dari ketersediaan guru, sebenarnya jumlah guru di Provinsi


Lampung sudah sangat ideal. Jumlah guru SD/sederajat 64.517
dengan rasio 1:13, guru SMP/sederajat 22.776 dengan rasio 1:14,
guru SMA 10.638 dengan rasio 1: 12, dan jumlah guru SMK
sebanyak 6.325 dengan rasio 1:15. Permasalahannya adalah pada
pengaturan distribusi jumlah guru ke daerah-daerah terpencil,
karena jumlah guru lebih banyak dan terkonsentrasi di perkotaan.

Terkait pendidik/tenaga kependidikan adalah masih rendahnya


kualifikasi jenjang pendidikan S1/D4 untuk SD baru 29%, untuk
SMP sekitar 62%, dan SMU sekitar 84%. Sedangkan jumlah guru
SMP/sederajat yang menguasai TIK hanya 28% sedangkan pada
tingkatan SMU guru yang menguasai TIK hanya 33%.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-4
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Permasalahan lain yang perlu mendapat perhatian bersama adalah


belum optimalnya pengembangan pendidikan vokasi beserta
kompetensinya, dan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus. Selain itu juga belum optimalnya pengembangan muatan
lokal. Muatan lokal penting bagi sarana untuk mengolah kekhasan
“identitas” sebagai bagian tidak terpisahkan dari watak. Materi
seperti budi pekerti, bahasa dan kesenian merupakan subyek
potensial guna merajut watak saling menghormati, toleransi
terhadap kebhinekaan, peduli sesama dan lain-lain yang menjadi
dasar pembangunan watak bangsa.

5) Kesehatan

Permasalahan terkait dengan pembangunan kesehatan di Provinsi


Lampung adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu
178/100 ribu kelahiran hidup di atas nasional yang hanya 102/100
ribu kelahiran hidup. Demikian juga dengan tingkat kematian bayi
dan balita masih cukup tinggi. Angka Kematian Bayi (AKB) 113 per
100.000 KH (2012) dan kasus kematian bayi sebanyak 283 kasus,
demikian juga dengan kasus kematian neonatal sebanyak 740
kasus.

Indikator lain dalam pembangunan kesehatan yang masih dibawah


rata-rata nasional adalah: Cakupan persalinan ditolong tenaga
kesehatan (81,9), Cakupan pelayanan kesehatan anak (49,10),
Persentase RT berperilaku hidup bersih dan sehat (39,5),
Persentase penduduk terhadap akses air minum (38,07), dan
persentase penduduk terhadap sanitasi layak (43,85%).

Permasalahan pelayanan kesehatan terkait ketersediaan prasarana


dan sarana kesehatan. Ini berkaitan dengan rasio prasarana
kesehatan terhadap satuan jumlah penduduk. Rasio puskesmas
1:3,79 lebih rendah dari rasio nasional sebesar 3,89, rasio

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-5
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

posyandu merupakan yang terendah nomor 3 secara nasional


hanya 1,07.

Ketersediaan SDM kesehatan juga menjadi permasalahan untuk


meningkatkan pelayanan kesehatan. Hampir semua tenaga
kesehatan rasionya berada di bawah rata-rata nasional. Rasio
dokter umum di Provinsi Lampung menempati peringkat nomor 5
terbawah yaitu 17,5 jauh dibawah nasional sebesar 36,1 dan
Dokter Gigi rasio 1:3,2. Tenaga kesehatan lain seperti perawat
rasionya baru mencapai 57,5 jauh dibawah nasional sebesar 96,2
dan bidan lebib rendah lagi hanya 44,2.

Anggara untuk penyediaan obat perkapita juga sangat terbatas


hanya Rp8.051/kapita jauh di bawah standar nasional yang
ditetapkan sebesar Rp12.500/kapita.

6) Infrastruktur

a. Infrastruktur Perhubungan

Kondisi infrastruktur khususnya prasarana jalan diwujudkan


dengan tingkatan kemantapan jalan nasional maupun provinsi.
Sarana perhubungan darat hingga 2012 jalan nasional (negara)
sepanjang 1.159,57 dan jalan provinsi 1.702, 81 km. Kondisi
jalan nasional dalam kodisi baik hanya 25,57% sedangkan jalan
provinsi dalam kondisi baik sekitar 33,19%. Kondisi jalan
nasional yang rusak dan kritis menjacapai 17% dan jalan
provinsi hampir 40%.

Panjang jalan nasional selama tiga tahun terakhir tidak


bertambah, bahkan panjang jalan provinsi berkurang,
sementara tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor di
Provinsi Lampung pertahunnya rata-rata sekitar 11,5%.
Sehingga menimbulkan kemacetan bukan hanya di dalam kota,
tapi juga sudah sampai ke jalan lintas nasional dan provinsi.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-6
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Prasarana yang juga semakin memperburuk kondisi


perhubungan di Provinsi Lampung adalah pelayanan
pelabuhan penyeberangan Bakauheni. Selalu terjadi kemacetan
dan penumpukkan kendaraan-kendaraan besar baik dari
Lampung maupun dari Merak Banten. Pada Tahun 2013
perhari pelabuhan Bakauheni menampung antara 4.500- 6.500
unit kendaraan: terbanyak adalah kendaraan roda 4 kecil
(41,52%), truk (31,24%), motor (22,41%), dan bus (4,82%).

Pelabuhan laut bagi kepentingan pengankutan barang, ekspor


dan impor adalah Pelabuhan Panjang. Dengan kondisi saat ini
Pelabuhan Panjang terkndala dengan semakin meningkatnya
kedatangan kapal, sehingga menimbulkan tingkat antrean yang
tinggi.

Transportasi udara di Provinsi Lampung dilayani melalui


Bandar Radin Inten II, lonjakan jumlah penumpang setiap
tahun belum dapat ditanpung oleh seluruh maskapai
penerbangan, meskipun sudah ada 15 penerbangan (trafik)
perharinya. Bandara Radin Inten II membutuhkan penambahan
panjang landasan pacu (runway) dari 2500 meter menjadi
3500 meter dengan lebar 60 meter sehingga bisa didarati
pesawat berbadan lebar, dan diproyeksikan menjadi
Embarkasi dan Debarkasi Haji asal Provinsi Lampung.
Perluasan dan perbaikan bandara mutlak dilakukan, sebab
menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada keamanan dan
kenyamanan para calon penumpang. Ini bisa dilihat dari
statistik antara tahun 2012-2013 terjadi penurunan jumlah
penumpang sekitar 5,6%.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-7
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

b. Infrastruktur Energi

Gambaran Provinsi Lampung terkait dengan energi


menunjukkan masih adanya kecenderungan yang sama
sebagaimana dialami di tingkat nasional, yaitu
ketergantungan terhadap sumber energi fosil, yang
potensinya semakin lama semakin berkurang. Komposisi
pemakaian energi sampai dengan Tahun 2012 berdasarkan
Dokumen Rencana Umum Energi Daerah (RUED) adalah
minyak bumi 63,60%, gas bumi 11,47%, batubara 21,28%, dan
EBT 3,65%.

Pelayanan energi (listrik dan migas) yang masih terbatas,


belum merata dan optimal; serta belum optimalnya
pemanfaatan energi baru terbarukan dari potensi energi lokal
setempat. Belum optimalnya palayanan listrik bagi
masyarakat terlihat pada rasio elektrifikasi baru mencapai 71%
dibawah rata-rata nasional yang telah mencapai 78%. Hal ini
disebabkan Provinsi Lampung masih mengalami defisit sekitar
100-150 MW.

Hal tersebut terjadi terutama di wilayah pedesaan yang belum


terlayani oleh pasokan listrik, menunjukkan bahwa
infrastruktur energi masih perlu ditingkatkan, dengan
mengupayakan pembangunan jaringan listrik pedesaan serta
mengembangkan sumber energi alternatif berupa energi baru
terbarukan seperti mikro hidro, solar cell, dan panas bumi.

Pengembangan potensi energi baru terbarukan juga masih


mengalami kendala antara lain Permen ESDM Nomor 25 Tahun
2013 masih belum mengakomodir peran pemerintah daerah
dan jaminan terhadap produsen dalam pengembangan biofuel,

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-8
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

biaya investasi masih tinggi, potensi berada di daerah terpencil


dan masih adanya subsidi pemerintah (BBM dan listrik).

Budaya hemat energi di masyarakat juga belum menjadi hal


yang membudaya sehingga masih terjadi kecenderungan
pemakaian energi yang boros. Hal tersebut dapat dilihat pada
realisasi bahan bakar minyak bersubsidi (premium) Tahun
2012 sebesar 3.017.768 KL, melebihi kuota sebesar 3.017.675
KL.

Saat ini Provinsi Lampung telah mengembangkan sumber-


sumber energi non fosil atau Energi Baru Terbarukan (EBT)
untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat seperti
pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH), solar cell, biogas,
biomassa, dan biofuel, namun pemanfaatannya dalam bauran
energi Tahun 2012 masih sebesar 3,65%.

Potensi energi baru yang sangat besar adalah energi panas


bumi di Suoh Lampung Barat dan Rajabasa, Lampung Selatan,
namun untuk eksploitasinya terkendala perijinan dari Menteri
Kehutanan karena berada di kawasan hutan lindung. Demikian
juga dengan potensi batubara muda di Kabupaten Mesuji
belum dapat dioptimalkan.

c. Infrastruktur Permukiman

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun


pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi
perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman,
nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Selain layak huni permukiman perlu dilengkapi dengan sarana


dan prasarana sanitasi lingkungan yang layak sehingga
menjaga kebersihan dan kesehatan..

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-9
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Hingga saat ini akses Rumah Tangga terhadap Sanitasi Dasar di


Provinsi Lampung baru mencapai 43,35%, dibawah nasional
yang telah mencapai 56,24%.

Sedangkan akses masyarakat untuk mendapatkan air bersih


berdasarkan Ringkasan Kajian Unity for Children – Unicef
Oktober 2012 menyebutkan bahwa Provinsi Lampung telah
mendekati 60%, berarti Provinsi Lampung harus berusaha
untuk mencapai sekitar 68,9 % pada tahun 2015 sebagaimana
disyaratkan dalam MDG’s.

d. Infrastruktur Irigasi

Provinsi Lampung merupakan salah satu dari 13 provinsi


penyangga ketahanan pangan, karena di provinsi ini terdapat
sekitar 219 ribu hektare sawah. Untuk menjaga agar sawah
tersebut tetap berproduksi maka jaringan irigasi harus kondisi
mantap. Sementara pada daerah Irigasi Way Seputih terhadap
kerusakan pada Bendungan Aji Baru sehingga air yang
mengalir pada irigasi tersebut hanya 70% saja. Selain Way
Seputih, juga Irigasi Way Sekampung yang perlu ditingkatkan
kualitasnya sehingga bisa mengaliri sawah yang lebih luas dari
sekitar 43,5 ribu hektare menjadi 66,57 ribu hektare.

7) Degradasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Sektor pertanian adalah sektor penyumbang terbesar pembentuk


PDRB, meskipun terus mengalami penurunan. Ini berkaitan dengan
penurunan dan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang
hampir mencapai 38,5% dari 447 ribu hektare atau 172 ribu
hektare.

Kondisi kehutanan di Provinsi Lampung lebih memperihatinkan,


tingkat kerusakkan semakin meluas dan telah mencapai 55,27%

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-10
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

atau sekitar 306.923,71 hektare dari luas hutan yang ada 555.317
hektare.

Kondisi kerusakan terparah adalah hutan produksi sekitar 76,48%,


hutan lindung 63,66%, dan hutan konservasi 39,18%. Upaya
rehabilitasi lahan kritis dan reboisasi juga belum sebanding dengan
tingkat kerusakan yang terjadi.

Kerusakan juga terjadi pada hutan mangrove di sepanjang pantai


Provinsi Lampung. Panjang pantai Provinsi Lampung sekitar 1.100
km, sedangkan yang ditanami Mangrove sekitar 896 km, dari
panjang itu sekitar 48%-nya telah mengalami kerusakan yang
menyebabkan abrasi oleh air laut.

Penyebab degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup


adalah juga disebabkan perubahan iklim yang cukup ekstrem.
Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan
suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Jika
dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di
Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius
antara tahun 2020 hingga 2050.

Selain suhu yang meningkat, apalagi dampak perubahan iklim pada


hidup kita?

1. Harga pangan meningkat

Untuk beberapa dekade mendatang, para pakar memprediksi


hasil tanaman pangan mulai dari jagung hingga gandum, beras
hingga kapas, akan menurun hingga 30 persen. Hasil yang
menurun ini berujung pada peningkatan harga pangan. Sebab,
akan ada proses, penyimpanan, dan transportasi pangan yang
membutuhkan air dan energi lebih.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-11
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

2. Siklus yang tidak sehat

Meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan


mencuatkan permintaan energi. Ini akhirnya berujung pada
produksi emisi yang menyebabkan perubahan iklim dan,
ironisnya, memicu lebih banyak lagi emisi. Sedangkan curah
hujan, diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di
beberapa lokasi.

3. Rusaknya infrastruktur

Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang


menghasilkan bencana. Seperti yang terjadi di DKI Jakarta pada
Januari hingga Februari 2013.

Hujan dalam intensitas tinggi menyebabkan banjir besar, Kamis


(17/1). Ibu Kota Indonesia ini lumpuh ketika nyaris semua titik
jalannya terendam banjir, termasuk pusat pemerintahan di
Jakarta Pusat. Jalan dan bus transportasi umum yang
merupakan infrastruktur penting bagi warga Jakarta tidak lagi
berfungsi.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut,
15.423 jiwa harus mengungsi. Daerah yang terendam meliputi
720 RT, 309 RW, 73 Kelurahan, dan 31 Kecamatan.

4. Berkurangnya sumber air

Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya


permintaan air. Ini menimbulkan penyedotan besar-besaran
terhadap sumber air yang ada. Khusus untuk Jakarta, naiknya
muka air laut dapat membuat batas antara air tanah dan air
laut semakin jauh ke daratan. Sehingga mencemari lebih
banyak sumber air minum.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-12
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

5. Meningkatnya penyakit pernapasan

Perubahan iklim juga menyebabkan polusi udara yang


akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru. Di kota besar
seperti New York City, Amerika Serikat, kasus asma akan
meningkat sebanyak sepuluh persen.

6. Bencana hidrologi

Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan badai


dan cuaca ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang
mempunyai sistem penanggulan yang cukup baik untuk
bencana-bencana tersebut.

8) Kemampuan Fiskal

Kemampuan fiskal daerah merupakan indikator utama tingkat


kemandirian daerah, dan ini diwujudkan oleh tingkat kontribusi
pendapatan asli daerah (PAD) yang lebih banyak/tinggi
dibandingkan dana perimbangan.

Porsi PAD terhadap total pendapatan daerah hingga kini baru


mencapai 47,29%, berarti lebih dari separuh berasal dari bagian
dari pemerintah (pusat).

Disamping itu tingkat belanja modal rata-rata hanya sekitar


21,99% dari total belanja daerah, sehingga sulit menjadi stimulan
pergerakan perekonomian daerah.

Dengan masih banyaknya pelayanan dasar yang masih di bawah


rata-rata nasional, Provinsi Lampung membutuhkan lebih banyak
anggaran untuk mengurangi kesenjangan tersebut. Karenanya
investasi pemerintah akan semakin meningkat pada masa yang
akan datang. Pemerintah Provinsi Lampung setidaknya harus
berusaha meningkatkan PAD minimal 15% pertahun, dan pada

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-13
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

akhir tahun 2019 sekitar 60% pendapatan daerah berasal dari PAD
dan sumber lain di luar dana alokasi umum (DAU).

9) Ketimpangan Antar Wilayah

Indeks Gini merupakan indikator untuk melihat ketimpangan


pendapatan masyarakat. Indeks Gini Provinsi Provinsi Lampung
selama Tahun 2008 – 2012 menunjukkan kecenderungan
meningkat yaitu 0,35 pada 2008 dan 2009, namun tahun 2010
menjadi 0,36 naik lagi tahun 2011 menjadi 0,37 dan tahun 2012
sebesar 0,36. Capaian indeks tersebut menunjukkan pergeseran
kelompok ketimpangan pendapatan masyarakat dari kelompok
ketimpangan rendah menjadi ketimpangan sedang.

Sementara tingkat kesenjangan pembangunan antar wilayah


di Provinsi Lampung dengan Indeks Williamson. Selama kurun
waktu Tahun 2008 – 2011, capaian Indeks Williamson Provinsi
Lampung cenderung membaik, yaitu sebesar 0,6972 menjadi
0,6965. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa ketimpangan
distribusi pembangunan di Kabupaten/ Kota masih cukup tinggi.

10) Pangan

Provinsi Lampung memiliki luasan lahan sawah sekitar 456 ribu


hektar (12,94%) dan lahan bukan sawah sekitar 3,07 juta
hektar (87,06%). Pada tahun 2012 produksi padi mencapai 3,1 juta
ton naik sekitar 5,46% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun
tananam bahan makan lainnya seperti, jagung, ubi kayu, kedelei
dan kacang hijau mengalami penurunan. Meskipun demikian
secara umum Provinsi Lampung belum mampu mewujudkan
sebagai provinsi yang berdaulat pangan, sehingga belum mampu
untuk menentukan sepenuhnya kebijakan dan strategi produksi,
distribusi dan konsumsi pangan yang sehat, dan sesuai
sumberdaya dan budaya dengan metode yang ramah lingkungan,

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-14
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

berkeadilan, dan berkelanjutan, dengan memberikan perhatian


khususnya kepada mayoritas petani dan nelayan kecil penghasil
pangan, pedagang kecil, dan rakyat miskin rawan pangan.

11) Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Permasalahan yang terkait pembangunan bidang sosial adalah


belum optimalnya penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS). Jenis masalah sosial yang meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya adalah jumlah anak telantar dari sekitar 29 ribu
menjadi sekitar 30 ribu orang. Yang cukup mencolok adalah
peningkatan lanjut usia telantar dari sekitar 24 orang menjadi
sekitar 38 ribu orang. Dan yang cukup memperihatinkan adalah
bertambahnya jumlah keluarga fakir miskin dari 405 ribu menjadi
sekitar 604 ribu, meningkatkan sekitar 49,14%. Yang cukup
memperihatinkan adalah peningkatan penyandang HIV/AIDS dari
41 kasus tahun 2011 menjadi 131 kasus pada tahun 2012 atau
meningkat sekitar 219,5%.

12) Pembangunan Gender dan Perlindungan Anak

Kebijakan pengarusutamaan gender (gender mainstream) dalam


pembangunan nasional telah tertuang dalam Instruksi Presiden RI
Nomor 9 Tahun 2000 yang menginstruksikan kepada seluruh
departemen dan lembaga non departemen di tingkat pemerintah
pusat, provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengintegrasikan
perspektif gender (aspirasi, pengalaman, masalah, dan kebutuhan
perempuan serta laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi kebijakan serta program pembangunan.
Namun Indeks Pemberdayaan Gender baru mencapai 65,86
sedangkan nasional telah mencapai 69,14 dan menempati urutan 4
di Sumatera. Sementara Indeks Pembangunan Gender hanya 63,5
sedangkan nasional telah mencapai 67,80 dan menempati urutan 9
di Sumatera.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-15
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Terkait dengan perlindungan anak, jumlah anak yang menjadi


korban tindak kekerasan pada tahun 2012 sebanyak 507 orang
meningkat hampir 2% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak
498 anak.

13) Investasi

Pengembangan investasi di Provinsi Lampung selama 5 (lima)


tahun terakhir khususnya Penanaman Modal Asing (PMA)
berfluktuatif dan terakhir mencapai sekitar Rp8 triliun lebih,
demikian juga dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
mencapai sekitar Rp7,2 triliun. Kebutuhan investasi untuk lima
tahun ke depan Provinsi Lampung sangat berat karena untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi dalam skenario optimis antara
7%-7,5% stidaknya membutuhkan investasi lebih dari Rp17 triliun.

14) Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan III 2013 sektor PHR tumbuh cukup signifikan


sebesar 5,24% (yoy) mengalami penurunan dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 6,91%
(yoy). Namun demikian, walaupun mengalami penurunan, kinerja
sektor PHR masih dipersepsikan cukup baik. Pertumbuhan sektor
PHR pada triwulan laporan diperkirakan banyak didukung oleh
subsektor perdagangan berkenaan dengan perayaan hari raya
Lebaran dan subsektor perhotelan dengan semakin banyaknya
kegiatan meeting, invention, convention, dan exhibition (MICE)
yang dilakukan di Lampung. Menurunnya pertumbuhan sektor PHR
juga terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan tingkat konsumsi
masyarakat.

Sementara itu, searah dengan penurunan pertumbuhan sektor PHR,


pertumbuhan sepeda motor di Lampung (yang ditunjukkan oleh
jumlah obyek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru )

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-16
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -13,5% (yoy) atau lebih


menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
sebesar -10,9% (yoy).Tidak berbeda dengan motor, pertumbuhan
mobil baru di Lampung juga stagnan. Sub sektor Hotel juga
menunjukkan penurunan pada triwulan ini yang ditunjukkan
dengan adanya penurunan jumlah wisatawan dan tingkat
penghunian kamar (TPK) hotel. TPK pada triwulan III 2013 tercatat
sebesar 45,6% lebih rendah dibandingkan TPK triwulan II 2013
yang tercatat sebesar 46,3%. (Grafik 1.24.). Senada dengan TPK,
jumlah wisatawan yang datang ke Provinsi Lampung juga
mengalami penurunan dari 85,9 ribu wisatawan pada triwulan II
2013 menjadi 81,6 ribu wisatawan pada triwulan laporan. Namun
demikian, walaupun sektor PHR mengalami penurunan
pertumbuhan, namun sektor ini merupakan salah penyumbang
terbesar kedua pertumbuhan di Lampung pada triwulan laporan,
dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,82%.

15) Inflasi

Lampung pada triwulan III 2013 mengalami kenaikan yang cukup


signifikan. Inflasi tahunan Lampung pada triwulan laporan
mencapai 7,68% (yoy), melonjak dari triwulan II 2013 yang sebesar
5,29% (yoy). Inflasi triwulan laporan juga lebih tinggi dari periode
yang sama tahun 2012 yang mencapai 4,32% (yoy). Sementara
untuk tahun kalender, inflasi Lampung sampai dengan triwulan III
2013 mencapai 7,05% (ytd), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya (3,68% ytd). Dengan
perkembangan tersebut, inflasi Lampung awal 2013 berada diluar
kisaran sasaran inflasi nasional tahun 2013 yang ditetapkan
sebesar 4,5% ±1%.

Secara triwulanan, inflasi Lampung pada triwulan III 2013 tersebut


menunjukkan perkembangan yang berbeda dengan pola

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-17
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

historisnya. Inflasi Lampung di triwulan ini mencapai4,30% (qtq),


lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnyadan
triwulan II 2013, yang masing-masing mencapai 1,98% dan -0,09%
(qtq). Pada triwulan III 2013, deflasi pada kelompok bumbu-
bumbuan dikarenakan pasokan yang memadai tidak dapat
meredam inflasi yang disebabkan dampak lanjutan kenaikan harga
BBM pada Juni 2013 yang menyebabkan kenaikan tarif angkutan
pada bulan Juli 2013. Selain itu, kenaikan harga kedelai akibat
pembatasan impor menyebabkan kenaikan harga tempe dan tahu
mentah pada bulan September 2013.

16) Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) posisi bulan


Agustus 2013 dibandingkan dengan bulan Agustus 2012
mengalami peningkatan sebesar 1,23% (yoy) atau mencapai 5,56
juta jiwa. Komposisi dari total jumlah penduduk usia kerja
diantaranya adalah penduduk yang termasuk angkatan kerja
mengalami penurunan sebesar 1,17% (yoy) atau 3,60 juta jiwa,
sedangkan penduduk bukan angkatan kerja meningkat sebesar
5,95% (yoy) atau mencapai 1,96 juta jiwa. Salah satu pendorong
meningkatnya penduduk bukan angkatan kerja karena adanya
program bina lingkungan pemerintah kota Bandar Lampung terkait
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang memberikan
kesempatan bagi siswa-siswi kurang mampu untuk dapat
melanjutkan sekolah sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA), sehingga mengurangi penyerapan tenaga kerja usia sekolah.

Sementara itu dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang


bekerja sebanyak 3,39 juta jiwa atau mengalami penurunan sebesar
1,86% (yoy), dan pengangguran terbuka meningkat hingga
mencapai 210,5 ribu jiwa atau naik sebesar 11,61%. Meningkatnya
pengangguran karena adanya penyesuaian jumlah tenaga kerja

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-18
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

yang dilakukan oleh para pelaku usaha untuk dapat menekan total
cost perusahaannya, sehubungan dengan kenaikan Upah Minimum
Provinsi (UMP) di awal tahun 2013 dan kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) pada 21 Juni 2013 Kondisi ketenagakerjaan
didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan
III-2013 yang mengindikasikan adanya penurunan realisasi
penyerapan tenaga kerja pada dunia usaha Provinsi Lampung,
dimana tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-2013 sebesar -
5,11, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya
yaitu dengan indeks sebesar 12,05.

17) Hukum, Konflik Sosial dan Kamtibmas

Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan komposisi


penduduk yang sangat majemuk secara sosio-kultural, sehingga
dijuluki Indonesia Mini. Kemajemukan kultural dari sisi positif
merupakan kekayaan khazanah daerah, namun sekaligus bisa
menjadi persoalan manakala tidak direkat dengan integrasi yang
kuat dan dapat menjadi penyebab konflik sosial. Provinsi Lampung
pernah mengalami berbagai konflik, meskipun dalam skala yang
tidak besar, pemicunya cukup beragam, mulai dari persoalan
politik, ekonomi, sosial maupun kultural. Beberapa konflik yang
pernah mencuat ke permukaan, antara lain: kasus Way Jepara;
Padang Ratu; daerah sentra industri perkebunan dan pemukiman
transmigrasi di Lampung Utara; Way Kanan; Lampung Selatan;
serta eks reklamasi Rawa Sragi.

Keamanan dan ketertiban masyarakat memegang peranan penting


dalam mendukung kelancaran dan keberhasilan pembangunan.
Kondisi wilayah yang aman dan tertib ditandai dengan
terwujudnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta
terbinanya ketentraman berupa kemampuan untuk membina dan

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-19
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

mengembangkan potensi serta kekuatan masyarakat dalam


menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum berikut bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
meresahkan masyarakat. Meskipun secara jumlah Jenis Tindak
Pidana menurun dari 8.875 kasus menjadi 7.916 kasus atau turun
10,80%. Sedangkan penyelesaian tindak pidana (PTP) meningkat
dari 60,04% menjadi 66,22%.

Sedangkan kasus korupsi yang ditangani Polda Lampung justru


mengalami peningkatan dari 12 kasus menjadi 36 kasus atau naik
sekitar 200% di tahun 2013. Uang negara yang dapat diselamatkan
dari Rp6,5 miliar hanya Rp458 juta atau hanya 7,08% saja.

18) Pembangunan Politik

Pembangunan politik merupakan bagian dari gerak


pembangunan yang diarahkan untuk mewujudkan masyarakat
yang demokratis sehingga terwujud ketertiban politik.
Permasalahan dalam pembangunan politik Provinsi Lampung yaitu
masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi serta
masih rendahnya peran partai politik dalam melaksanakan
pendidikan politik bagi masyarakat terutama pemilih pemula.
Masalah politik aktual di Provinsi Lampung adalah belum
jelasnya pelaksanaan pemilihan kepala daerah (gubernur dan
wakil gubernur) Provinsi Lampung yang akan berakhir pada Juni
2014.

19) Koperasi dan UMKM

Keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi


dapat berperan sebagai penyangga sekaligus penggerak
perekonomian daerah dalam rangka mendukung upaya
penciptaan lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat, dan mempercepat

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-20
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

pengurangan jumlah penduduk miskin. Jumlah koperasi di Provinsi


Lampung mengalami peningkatan pada periode 3.690 menjadi
4.548 koperasi, namun persentase koperasi yang aktif tidak lebih
dari 50%. Hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat Provinsi
Lampung belum sepenuhnya memahami kelembagaan koperasi
sebagai badan hukum usaha mampu menumbuhkan ekonomi
kerakyatan.

Berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan koperasi dan


UMKM antara lain : rendahnya kualitas SDM yang berkompeten
sehingga berdampak pada kinerja manajemen pengelolaan,
lemahnya penguasaan akses teknologi tepat guna maupun modern,
kualitas produk belum memenuhi standar, lemahnya akses pasar
dan jejaring pemasaran, kurangnya informasi perbankan dan akses
permodalan, masih lemahnya pengembangan pola kemitraan dan
jejaring usaha maupun jasa, terbatasnya dukungan prasarana dan
sarana usaha, lemahnya kemampuan berinovasi, dan kurangnya
informasi serta daya saing yang rendah. Selain itu, permasalahan
yang dihadapi adalah masih kurang kondusifnya iklim usaha, angka
kemiskinan masih cukup tinggi dan kurang optimalnya dukungan
infrastruktur kelembagaan.

20) Penanggulangan Bencana

Provinsi Lampung mempunyai wilayah dengan tingkat kerawanan


yang relatif tinggi karena termasuk dalam peringkat 15 besar
daerah yang berpotensi bencana. Bentuk-bentuk ancaman
bencana alam di Provinsi Lampung adalah: tsunami, banjir, tanah
longsor, bahkan bencana gempa bumi dan gunung meletus.
Permasalahan yang dihadapi adalah belum optimalnya upaya-
upaya yang dilakukan untuk pengurangan resiko bencana,
keterbatasan sumber daya, serta masih rendah dan belum
meratanya kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-21
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

21) Budaya Lampung

Masyarakat Lampung memiliki 5 (lima) prinsip kehidupan, yaitu: 1.


Pi'il Pesenggiri; 2. Sakai Sambayan; 3. Nemui Nyimah; 4. Nengah
Nyappur; dan 5. Bejuluk Beadek. Kelima prinsip tersebut perlu
direaktualisasi melalui redefinisi yang menitikberatkan pada
pemaknaan budaya yang konstruktif, transformatif, dan produktif.

22) Reformasi Birokrasi

Dalam Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi Birokrasi


tahun 2010-2025, salah satu program yang menjadi prioritas
nasional adalah program Reformasi Birokrasi. Banyak tantangan
yang harus dihadapi dan dicari solusinya. Tantangan dimaksud
yaitu bahwa: Reformasi Birokrasi belum mencapai sasaran
pembenahan kelembagaan, tatalaksana, manajemen SDM aparatur,
akuntabilitas, pengawasan, pelayanan publik, reward and
punishment, dan perubahan mind-set dan culture set; belum
dikembangkannya sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Reformasi Birokrasi secara nasional; Reformasi Birokrasi juga
belum memiliki grand design dan road map serta dikeluarkannya
arahan Presiden dan Wakil Presiden untuk melaksanakan
Reformasi Birokrasi yang menyeluruh, mendalam, nyata serta
menyentuh sendi kehidupan masyarakat.

4.2. Isu Strategik Global

1) Indonesia berdasarkan World Economic Forum (WEF) merupakan


negara terkaya urutan ke-16 di dunia, berdasarkan Produk
Domestik Brutto (PDB). Kondisi ini ditambah dengan jumlah
penduduk terbesar keempat di dunia mendasari Indonesia masuk
dalam Anggota G20 yang merupakan prestise sekaligus peluang
pasar baik domestik maupun global.

2) Indonesia merupakan pemimpin atau ketua perhimpunan bangsa-

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-22
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asia Nations)


dengan peran ini Indonesia ”Leading” dan motor penggerak
kawasan.

3) ASEAN yang dideklarasikan di Bangkok Tahun 1967 yang diawali


oleh lima negara kini berkembang keanggotaannya menjadi 10
negara. Memiliki luas 4,46 juta km2 dengan junlah penduduk 600
juta jiwa atau setara dengan 9% total populasi dunia. Memiliki PDB
gabungan sebesar 1,8 triliun dollar AS dan dapat dinilai secara
gabungan sebagai ekonomi terbesar kesembilan di dunia setelah
AS, China, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil, Inggris dan Italy. Dengan
potensi ini ASEAN pada KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura
menyepakati blue print Masyarakat Ekonomi ASEAN(Asean
Economic Community). Pada tahun 2015, apabila AEC tercapai,
maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi
tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga
terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara
Negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas
tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN.

4) Indonesia merupakan anggota APEC (Asia Pacific Economic


Cooperation) yang didirikan pada tahun 1989 di Canbera, Australia,
adalah forum kerja sama ekonomi kawasan Pacific-Rim. Dari 12
negara pendiri kini sudah berkembang menjadi 21 anggota
ekonomi. Anggota ekonomi APEC adalah Australia, Brunei
Darussalam, Kanada, Chile, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang,
Republik Korea, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini,
Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Chinese Taipei, Thailand, Amerika
Serikat, dan Viet Nam.APEC mewakili 41% populasi global, 49%
perdagangan internasional, dan 56% Produk Domestik Bruto (PDB)
dunia sehingga APEC menjadi kawasan ekonomi penyeimbang dan
pendorong kemajuan.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-23
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

5) Indonesia merupakan salah satu dari 57 negara anggota Organisasi


Konferensi Islam (OKI) denganjumlah penduduk mencapai 1,5
miliar jiwa. Sebagian besar sistem ketatanegaraan dan
pemerintahan adalah berbentuk monarchy (kerajaan). Sebagai
negara Islam terbesar di dunia, Indonesia berpeluang menjadi
contoh dan model bagi negara-negara Islam sebagai negarayang
mengembangkan demokrasi.

6) Sebagai pendiri Gerakan Non Blok posisi Indonesia sangat


dihormati oleh organisasi yang kini beranggota 120 negara itu. GNB
dengan keanggotaannya yang besar bisa bertindak sebagai penjaga
komitmen kerjasama negara sedang berkembang sebagai
penyeimbang kekuatan yang berkeinginan mendominasi dunia.

7) Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh Transparansi


Internasional, indeks persepsi korupsi Indonesia menenmpati
urutan 114 dari 175 negara;

4.3. Isu Strategik Nasional

1) Provinsi Lampung merupakan bagian dari wilayah Sumatera yang


merupakan penyumbang terbesar kedua atau 21,17% setelah Jawa-
Bali sebesar 61,21% terhadap PDB nasional. Dengan tingkat
pertumbuhan hampir menyamai laju pertumbuhan ekonomi
nasional, yaitu 6,2%;

2) Persaingan antardaerah yang ketat di mana efisiensi, produktivitas


dan nilai tambah menjadi pertimbangan kinerja. Menjadikan
Provinsi Lampung relatif tertinggal dibanding daerah lain yang
lebih efisien dan produktif dalam menciptakan nilai tambah yang
tinggi. Sehingga berakibat pada beratnya peningkatan keunggulan
daerah (komparatif dan kompetitif) secara sektoral, komoditas dan
jasa unggulan;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-24
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

3) Dengana danya penerapan standardisasi barang dan jasa yang


dikaitkan dengan isu lingkungan, HAM, dan buruh berakibat
menjadi terhambatnya perdagangan akibat lemahnya pemahaman
isu global. Hal ini menuntut Pemda perlu melakukan
pengembangan kebijakan yang responsif terhadap isu, kesepakatan
dan hukum internasional;

4) Adanya perubahan teknologi dan informasi harus dilihat sebagai


potensi untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan. Hal ini menuntut untuk dilakukan pengembangan
ekonomi kreatif dan berbasis iptek (knowledge-based economy).

5) Di alam demokrasi sekarang ini proses politik menjadi mahal


sehingga menimbulkan pemborosan uang negara yang merupakan
investasi yang tidak produktif. Pemerintah dan Pemerintah daerah
perlu melakukan percepatan konsolidasi demokrasi untuk
mencegah pemborosan yang lebih besar lagi.

6) Terjadinya benturan birokrasi dan kepentingan politik antara


legislatif dan eksekutif yang mengakibatkan tidakoptimalnya
kinerja birokrasi dalam pelayanan publik. Pemerintah perlu
merumuskankan peraturan birokrasi berbasis kinerja dan
meritokrasi;

7) Rekruitmen pemimpin berdasarkan popularitas, bukan kapasitas


mengakibatkan kurangnya komitmen pemimpin dalam memenuhi
hak-hak dasar rakyat. Pemerintah perlu merumuskan rencana
pengembangan kebijakan publik yang inovatif dan memihak rakyat;

8) Kinerja politik dalam perumusan kebijakan (legislasi,


penganggaran, pengawasan) menimbulkan biaya transaksi
(transaction cost) yang tinggi dan memunculkan ketidakpastian.
Pemerintah harus melakukan perumusan kebijakan yang
partisipatif, akuntabel dan transparan;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-25
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

9) Timbulnya dualisme politik daerah dan pusat memunculkan tidak


adanya kesinambungan (missing link) antara aspirasi rakyat di
daerah dan tindakan elit politik. Pemerintah perlu mengembangkan
tata politik yang lebih baik dan bermutu;

10) Ketidapastian hubungan pusat, provinsi dan kabupaten/kota telah


memunculkan lemahnya koordinasi dan sinergi pusat-daerah, tidak
optimalnya pengelolaan anggaran negara dan daerah, dan konflik
antardaerah. Karena itu pemerintah harus mengembangkan forum-
forum kerjasama antardaerah;

11) Rendahnya mutu layanan publik: Standar Pelayanan Minimal


mengakibatkan lambatnya peningkatan kesejahteraan rakyat dan
kemajuan daerah. Diperlukan regulasi pemerintah yang bertujuan
mengembangkan dan pelaksanaan manajemen berbasis kinerja;

12) Lemahnya manajemen sumberdaya dan asset daerah: tata ruang,


SDA, tanah, dan laut telah mengakibatkan gagalnya pengelolaan
sumberdaya secara berkelanjutan sehingga meningkatkan
kerusakan lingkungan. Perlu upaya penataan dan pengembangan
manajemen sumber daya dan asset daerah, perencanaan tata ruang
dan tata guna lahan;

13) Belum berjalannya reformasi birokrasi daerah telah memunculkan


ketidakpastian dan kelambanan, karenanya dibutuhkan
pengembangan sistem insentif dan disinsentif;

14) Lemahnya kerjasama dan kemitraan pemerintah dan swasta


mengakibatkan rendahnya investasi, pemerintah perlu melakukan
perencanaan dan pengembangan kerjasama pemerintah dan swasta

4.4. Isu Strategik Provinsi

1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan yang terendah di


Pulau Sumatera yaitu hanya 72,45;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-26
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

2) Perkembangan jumlah penduduk Provinsi Lampung dengan laju


pertumbuhan ± 1,23% selama 10 tahun terakhir, memberikankan
konsekuensi dari kondisi tersebut adalah ketersediaan ruang,
lapangan kerja, dan lain-lain dengan tetap memperhatikan
keseimbangan dengan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

3) Masih tinggi angka kemiskinan di Lampung yaitu 14,86%, masih


diatas rata-rata nasional sekitar 11,66%;

4) Peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk, terutama diperkotaan


Bandar Lampung berimplikasi pada semakin kompleksnya
permasalahan spasial di wilayah tersebut. Untuk itu perlu
pemindahan sebagian aktivitas ke wilayah pinggiran. Salah satunya
adalah rencana pemindahan aktivitas Perkantoran Pemda Provinsi
Lampung dan pendukungnya dari Telukbetung ke Natar.

5) Kerusakan hutan di Provinsi Lampung sudah mencapai 55% dari


luas yang ada akibat berbagai tekanan pembangunan dan aktivitas
masyarakat.

6) Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian sangat tinggi sudah


mencapai 32% sehingga mengancam Provinsi Lampung dalam
mempertahankan ketahanan pangan daerah dan lumbung pangan
nasional.

7) Beberapa daerah-daerah berpotensi ekonomi (Tanggamus,


Lampung Barat, Lampung Timur, Mesuji, Tulang Bawang, Tulang
Bawang Barat, Lampung Selatan, Lampung Utara dan Way Kanan)
belum terlayani oleh sarana dan prasarana yang memadai.

8) Masih benyaknya lahan-lahan produktif di wilayah kabupaten yang


belum termanfaatkan secara optimal.

9) Rencana Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS), yang akan


membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat yang ada di

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-27
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lampung, terutama dalam menerima beban arus lintas yang


melalui Lampung meningkat masih belum jelas.

10) Rencana Pembangunan jalan Tol Babatan - Tegineneng, dibutuhkan


penyiapan lahan baru.

11) Pemekaran wilayah administratif (penambahan 3DOB): Kota


Bandar Negara; Seputih Timur dan Seputih Barat; dan Sungkai
Bunga Mayang;serta wacana pemekaran provinsi (eks Lampung
Utara);

12) Terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah, khususnya


antara Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi dengan
kabupaten-kabupaten di Provinsi Lampung.

13) Semakin maraknya kasus konversi lahan dari kawasan lindung


menjadi kawasan budidaya, kawasan perkebunan/pertanian
menjadi kawasan permukiman/industri.

14) Menurunnya daya dukung lingkungan yang ditandai dengan


semakin tingginya frekuensi terjadinya bencana banjir pada musim
hujan dan terjadinya kelangkaan air pada musim kemarau.

15) Kerusakan ekosistem pesisir dan pantai, pendangkalan dan


pencemaran sungai, semakin meningkatnya polusi udara di
lingkungan perkotaan, dan semakin punahnya fauna dan flora lokal.

16) Masih tingginya konflik pertanahan antara masyarakat dengan


pemerintah (negara) dan masyarakat dengan perusahaan
(negara/swasta)

17) Rendahnya kualitas, profesionalisme atau kompetensi serta


leadership SDM aparat dalam proses perencanaan dan
implementasi program pembangunan

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-28
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

4.5. Permasalahan dan Isu Strategik Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota Permasalahan Pembangunan Isu Strategik

1 Way Kanan 1. Masuk kategori daerah 1. Menjadi kawasan


tertinggal; pertahanan regional
2. Infrastruktur yang masih sangat dengan adanya
terbatas; Pangkalan AD Gatot
Subroto di Bahuga;
3. Kekurangan Listrik;
4. Pembangunan sektor pertanian
belum optimal;
5. Belum terpadunya program
antar SKPD;
6. Kualitas SDM rendah;
7. PDRB Perkapita rendah;
8. Belum optimalnya pelaksanaan
reformasi birokrasi

2 Lampung Tengah 1. Infrastruktur terutama jalan 1. Rencana


nasional (Jalinteng) dalam Pembentukan DOB:
kondisi rusak sehingga Seputih Timur dan
menghambat kelancaran arus Seputih Barat
orang dan barang khususnya 2. Kawasan Pendidikan
dari Gunung Sugih (perbatasan Terpadu
Pesawaran) hingga Terbanggi
Besar; 3. Akan membangun
kawasan “Techno
2. Kekurangan Listrik Park” bekerjasama
dengan BPPT

3 Lampung Barat 1. Infrastruktur jalan baik nasional, 1. RPJMD akan menjadi


provisi dan kabupaten masih bahan evaluasi
sangat terbatas; keberhasilan bupati
2. Sering terjadi longsor; rawan di politisasi
bila dg indikator
3. Masuk kategori daerah kuantitatif;
tertinggal;
2. Adanya lapangan
udara Pekon Serai
4 Lampung Timur 1. Infrastruktur jalan nasional, 1. Rendahnya IPM
provinsi dan kabupaten masih 2. Kec. Labuhan
sangat terbatas; Meringgai masuk
2. Kekurangan Listrik; dalam kecamatan
3. Tidak masuk dalam kategori termiskin tingkat
daerah tertinggal namun tingkat nasional;
kemiskinan tinggi 3. Lamtim punya 5 DAM
yg dpt dimanfaatkan
u/ energi listrik;
4. Lamtim masuk dalam
KSN (Kawasan
Strategis Nasional)
5 Mesuji 1. Merupakan daerah otonom baru 1. 10 kampung tua yang
(DOB); terisolasi
2. Infrastruktur jalan nasional, 2. Fasilitas dan tenaga
provinsi dan kabupaten sangat kesehatan

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-29
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

No Kabupaten/Kota Permasalahan Pembangunan Isu Strategik


terbatas; 3. Wilayah miskin yang
3. Kekurangan Listrik; belum masuk wilayah
4. Berlarut-larutnya rencana daerah tertinggal;
penyelesaian perambah hutan
Register 45 Sungai Buaya;
5. PDRB tertinggi kedua di
Lampung namun tingkat
ketimpangan pendapatan tinggi
6 Tulang Bawang 1. Infrastruktur jalan nasiona, 1. Infrastruktur wilayah
provinsi dan kabupaten terbatas; terutama jalan poros
2. Kekurangan Listrik; provinsi
3. Alih fungsi pertanian ke 2. Perlindungan DAS;
perkebunan yg berdampak pada 3. Memiliki lapangan
ketahanan pangan udara Astra Ksetra
sebagai basis
pertahanan udara
nasiona
7 Pesisir Barat 1. Merupakan daerah otonom baru 1. Pengelolaan pesisir
(DOB) hasil pemekaran dari (10 km) panjang
Kabupaten Lampung Barat pantai
2. Pengembangan wisata
Pulau Pisang
3. Infarstruktur
pendukung ke
kawasan wisata
8 Lampung Utara 1. Infrastruktur jalan; 1. Periodeisasi RPJMD
2. Kekurangan Listrik; shub LU baru saja
3. Angka Kemiskinan tertinggi di Pilkada
Lampung 2. Rendahnya IPM
4. Masuk kategori daerah tertinggal 3. Faktor Keamanan
4. Legalisasi RPJMD
5. Pembentukan Kota
Kotabumi
6. Pembentukan DOB
Provinsi eks Lampung
Utara;
7. Termasuk kabupaten
tertua di Lampung
namun lambat dalam
perkembangan dan
kemajuan daerah
9 Tulang Bawang 1. Infrastruktur jalan nasional, 1. Krisis Listrik
Barat provinsi dan kabupaten sangat terutama di
terbatas; Pagardewa
2. Kekurangan Listrik 2. Faktor keamanan
3. Sengketa pertanahan
10 Pringsewu 1. Infrastruktur jalan; 1. Sektor jasa
2. Kekurangan Listrik; memerlukan regulasi
3. Alih fungsi lahan, krn Pringsewu krn menjdi unggulan
kawasan tanaman pangan dalam PAD
2. Daerah Irigasi Way
Sekampung yg
melalui Pringsewu, tp

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-30
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

No Kabupaten/Kota Permasalahan Pembangunan Isu Strategik


tidak ada kantor
pengendalinya shg
petani di Pringsewu
kesulitan
memperoleh akses
air;
3. Rencana
pembentukan
Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK)
11 Pesawaran 1. Keterbatasan infratruktur Masuk kategori DOB
dasar, daerah tertinggal
2. masih tingginya angka
kemiskinan 18 %

12 Lampung Selatan 1. Sektor pertanian sebagai 1. Integrasi kultural;


penyumbang terebsar PDRB 2. Pengembangan
belum ditingkatkan nilai wilayah khusus
tambahnya; pariwisata (Kawasan
2. Potensi pariwisata yang besar Ekonomi Khusus
belum terintegrasi dalam suatu Pariwisata)
kawasan khusus
13 Bandar Lampung 1. Tingkat pengangguran 1. Pengembangan
tertinggi di Provinsi Lampung Bandar Lampung
sebagai daerah
Metropolitan Area;
2. Rencana
pemindahan pusat
pemerintahan
provinsi ke Kota
Baru Natar (Bandar
Negara)
14 Metro 1. Luas wilayah yang sangat 1. Benturan
terbatas 6.874 ha yang kewenangan antara
didominasi lahan persawahan kabupaten dengan
43,27%; provinsi dalam
2. Tingkat Pengangguran Terbuka bidang pendidikan;
cukup tinggi 2. Menjadikan Metro
sebagai Kota
Pendidikan
3. Pengembangan
ekonomi kreatif

15 Tanggamus 1. Potensi perikanan dan kelautan 1. Pengembangan


belum optimal diusahakan; Kawasan Industri
2. Rendahnya tingkat Maritim
kesejahteraan nelayan

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-31

Anda mungkin juga menyukai