I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi dalam lingkup perdagangan bebas akan membawa dampak ganda
dimana disatu sisi memberikan peluang kerjasama yang seluas-luasnya antar negara,
dan disisi lain membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu
tantangan utama dimasa mendatang adalah meningkatkan daya saing, dan
keunggulan kompetitif disemua sektor industri dan sektor jasa dengan bertumpu
pada kemampuan sumber daya manusia (SDM), kemampuan teknologi dan
kemampuan manajemen.
Menyikapi akan adanya tantangan dan sekaligus peluang dalam era globalisasi
tersebut, perlu secara bersama-sama merumuskan kebijakan dan strategi
pengembangan sumber daya manusia Indonesia, khususnya di sektor jasa konstruksi.
1
dengan “Regional Model Competency Standard (RMCS), yang lebih memadai
dan fleksibel dalam menghadapi perubahan-perubahan yang cepat.
B. LANDASAN HUKUM
2
3).Sebagai acuan dalam menetapkan kualifikasi Lulusan
A. PENGERTIAN KOMPETENSI
Kata “kompetensi” ditinjau dari perspektif estimologi berasal dari kata kompeten
atau mampu. Kata mampu di sini diartikan sebagai kemampuan atau keahlian
untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas. Tinjauan lebih luas dari kata
kompetensi terkait dengan terminology ketenagakerjaan, adalah suatu kemampuan
yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melakukan suatu
pekerjaan.
Diskripsi kompetensi tersebut di atas, diperkuat dengan berbagai referensi yang
ada dan belaku dibeberapa negara antara lain dapat diambil beberapa contoh:
3
B. PENGERTIAN STANDAR KOMPETENSI
Tinjauan standar kompetensi dari segi bahasa dapat diartikan sebagai ukuran atau
patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi sebagaimana telah diuraikan diatas
adalah kemampuan seseorang yang dilandasi atas pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk melaksanakan pekerjaan..
Dengan demikian pengertian yang dimaksud dengan Standar Kompetensi adalah
perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan
suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Beberapa referensi terkait yang dapat mendukung diskripsi tersebut antara lain :
4
How to tell when the employee’s performance is at the expected level.
(adopted from ANTA Australia)
“The necessary knowledge and skills to perform a particular work role to the
standard required within industry”.
C. PENGEMBANGAN SKKNI
Disamping hal diatas rancangan SKKNI yang akan ditetapkan harus memenuhi
ketentuan:
a. Berisi rumusan tentang kompetensi tugas, kompetensi manajemen tugas,
kompetensi menghadapi keadaan darurat dan kompetensi menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja, termasuk tanggung jawab dan bekerja sama dengan
orang lain;
b. Mencerminkan pekerjaan yang realistik berlaku di tempat kerja secara umum
di sektor atau lapangan usaha tertentu;
c. Dirumuskan dengan orientasi hasil kerja (outcomes); dan
d. Dirumuskan secara terukur dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah
dipahami oleh pengguna SKKNI.
Penyusunan SKKNI mengacu pada peta kompetensi yang dibuat dengan pola
RMCS (.Regional Model Competency Standard ). RMCS adalah model standar
5
kompetensi yang pengembangannya menggunakan pendekatan fungsi dari proses
kerja untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
6
III. PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI
7
mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan yang menyangkut
tentang konsepsi, patern fakta-fakta lainnya. Ranah psikomotor diartikan sebagai
kemampuan yang berkaitan dengan gerakan phisik dari sejumlah bagian tubuh
manusia terutama tangan untuk mengerjakan suatu tugas. Sedangkan afektif
diartikan sebagai kemampuan untuk menerima nilai-nilai atau norma dan
menjadikannya sebagai dasar dalam melakukan suatu kegiatan.
Selanjutnya masih banyak para ahli psikologi pendidikan seperti Simpson ( 1972),
R.H. Dave’s (1970) dan David R. Krathwohl serta yang lain, yang terus
mengembangan konsepsi tentang ranah tujuan pendidikan dimana sangat erat
berhubungan dengan pengembangan konsep standar kompetensi. dan pendidikan
dan pelatihan berbasis kompetensi”.
Setiap tipe belajar tersebut memiliki karasteristik dan tingkat pencapaian didasarkan
atas tingkat kesulitan yang dihadapinya.
8
konsep dasar. menghubungkan,
Konsep mencatat
prinsip
9
Menevaluasi memeriksa, mendebat,
relevansi menguji, melakukan
data. eksperimen
2. Aspek psikomotor(keterampilan)
10
tersebut
Aspek kognitif mencakup hal yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan,
apresiasi, entutiasme, motivasi, sikap. Aspek afektif terbagi atas lima katagori
utama:
11
Respondin Aktif berpartisipasi Seseorang Membuktikan,
g/merespo menyebut memberitahukan,
n kembali menolong,
beberapa melakukan dengan
keselamatan sukarela,
dan kesehatan mengklaim
kerja pada saat
dibutuhkan
Valuing/ Menerima nilai- Seseorang Memilih,
menilai nilai/norma. menyadari mendukung,
Taat kepada alasan “sharing”
nilai/norma penggunaan mengapresiasi,
Memegang teguh perlengkapan mengundang,
nilai/norma keselamatan bergabung
kerja.
Organizati Menghunubungkan Seseorang Memformulasi,
on/mengor nilai/norma yang telah menyadari mempertahankan,
ganisasi dianutnya. akan mengabstak,
Mengintegarsikan kemungkinan menghubungkan,
nilai.norma kedalam kecelakaan melakukan dengan
kebiasaan hidup kerja dan benar dan
sehari-hari. meyakini untuk menetapkan
mempraktekan
prosedur
keselamatan
dan kesehatan
kerja.
Characteri Internailasi Seseorang Bertingkah laku,
zation nilai/norma menjadi selalu melakukan,
pola hidup menggunakan menyelesaikan,
perlengkapan membedakan.
keselamatan
kerja secara
benar.
Pada dasarnya orang atau pihak yang paling tepat dalam pengembangan standar
kompetensi adalah orang-orang yang memiliki kompetensi dibidangnya secara
“mastery” dan memiliki kemampuan untuk menuangkan dalam bentuk tulisan.
Berdasar pada data empiris diasumsikan bahwa orang-orang yang selama ini telah
12
bekerja dibidang masing-masing selama jangka waktu tertentu dan telah terbukti
dalam melakukan pekerjaan menunjukan unjuk kerja sesuai dengan tuntutan
pekerjaan dapat dianggap tepat untuk menyusun standar kompetensi tersebut. Dalam
hal kesulitan penuangan dalam bentuk tulisan dapat diatasi melalui pelatihan atau
kerja bersama dengan fasilitator yang telah dipersiapkan untuk maksud tersebut.
13
Penyempurnaan rancangan SKKNI-3 , Penyampaian RSKKNI-3 ke Kemenakertras
untuk ditetapkan menjadi SKKNI .
Pengumpulan referensi
Data dan informasi yang berkaitan dengan perumusan standar seperti uraian
pekerjaan/jabatan, SOP yang terkait, manual, peraturan perundangan-undangan,
standar produksi, kamus istilah, referensi adapatif dan referensi lain yang terkait
dengan bidang keahlian/sektor industri yang akan dikembangkan dikumpulkan dan
dipilah berdasar katagorinya.
Pra-Konvensi RSKKNI-1
RSKKNI-1 yang telah tersusun divalidasikan melalui Pra-Konvensi yang diikuti
oleh para pakar dan/atau praktisi antara lain dari unsur pemangku kepentingan
industri, kelompok profesi, lembaga pendidikan dan pelatihan, Lembaga Sertifikasi
Profesi, Intansi Teknis, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan
Nasional Sertifikasi Profesi. Pra konvensi Rancangan SKKNI-1 dinyatakan sah
apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 dari peserta yang diundang. Pra konvensi
Rancangan SKKNI-1 juga harus memperhatikan masukan tertulis yang
disampaikan oleh peserta yang berhalangan hadir. Hasil pra-konvensi disetujui
secara aklamasi oleh peserta pra-konvensi.
14
Verifikasi RSKKNI-1
Verifikasi Rancangan SKKNI-1 hasil pra konvensi dilakukan oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Verifikasi Rancangan SKKNI-1 tersebut dilakukan
dengan kriteria :
a. Struktur Rancangan SKKNI telah sesuai dengan Struktur Standar Kompetensi
b. Substansi Rancangan SKKNI telah dirumuskan secara jelas, tepat dan akurat
dengan presisi yang mampu telusur dengan standar proses kerja di industri,
organisasi, atau produk/jasa.
Penetapan SKKNI
Rancangan SKKNI-3 yang telah diperbaiki oleh tim perumus disampaikan oleh
Instansi Teknis kepada Direktur Jenderal Cq. Direktur Standardisasi Kompetensi
dan Program Pelatihan untuk ditetapkan menjadi SKKNI
15
pengembangan standar tersebut. Sub komponen lain dalam standar kompetensi yang
berupa penjelasan umum, pengemasan/pemaketan kedalam jenjang pekerjaan dan
kualifikasi serta pedoman umum pengujian akan dilakukan setelah unit-unit
kompetensi tersebut selesai dirumuskan dan ditetapkan. Pada umumnya penyusunan
draf dilakukan oleh kelompok kerja yang memiliki ekpertis dibidangnya dan,
memilki jumlah anggota yang edial sekitar 15 s.d 21 orang.
Dalam merumuskan unit kompetensi untuk suatu bidang keahlian dapat dilakukan
dengan pentahapan sebagai berikut: menetapkan kode unit, merumuskan judul
unit, merumuskan uraian unit, menetapkan elemen kompetensi, menjabarkan
elemen kompetensi kedalam kriteria unjuk kerja, merumuskan batasan variabel
dan menetapkan panduan penilaian.
1. Kode Unit.
Berisi nomor kode unit kompetensi sesuai dengan kategori, golongan pokok,
golongan dan fungsi utama pekerjaan.
Kode unit kompetensi berjumlah 12 (dua belas) digit yang memuat kategori,
Golongan Pokok, Golongan, sub golongan, kelompok lapangan usaha,
penjabaran kelompok lapangan usaha (mengacu pada Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik), nomor
urut unit kompetensi dan versi, yaitu sebagai berikut:
(1) = Kode Kategori (A, B, C ... dst), diisi 1 huruf sesuai kode huruf kategori
pada KBLUI;
(2) = Kode Golongan Pokok, terdiri dari 2 angka;
(3) = Kode Golongan, terdiri dari 3 angka;
(4) = Kode Sub Golongan, terdiri dari 4 angka;
(5) = Kode Kelompok usaha, terdiri dari 5 angka;
16
(6) = Kode Penjabaran Kelompok usaha, terdiri dari 6 angka, jika tidak ada
penjabaran kelompok usaha angka terakhir diisi dengan angka 0;
(7) = Nomor urut unit kompetensi dari SKKNI pada kelompok usaha atau
penjabaran kelompok usaha, terdiri dari 3 digit angka, mulai dari angka
001, 002, 003 dan seterusnya;
(8) = Versi penerbitan SKKNI sebagai akibat dari adanya perubahan, diisi
dengan 2 digit angka, mulai dari angka 01, 02 dan seterusnya. Versi
merupakan urutan penomoran terhadap urutan penyusunan atau penetapan
unit kompetensi dalam penyusunan standar kompetensi yang disepakati,
apakah standar kompetensi tersebut disusun merupakan yang pertama kali,
hasil revisi dan atau seterusnya.
3. Deskripsi Unit
Berisi deskripsi tentang lingkup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu secara kompeten, dalam
kaitannya dengan unit kompetensi. Dalam deskripsi, dapat pula disebutkan
keterkaitan unit kompetensi ini dengan unit kompetensi lain yang memiliki
kaitan erat.
4. Elemen Kompetensi
Berisi deskripsi tentang kriteria unjuk kerja yang menggambarkan kinerja yang
harus dicapai pada setiap elemen kompetensi. Kriteria unjuk kerja dirumuskan
17
secara kualitatif dan/atau kuantitatif, dalam rumusan hasil pelaksanaan pekerjaan
yang terukur, yang dibuat dalam kata kerja pasif.
6. Batasan Variabel
7. Panduan Penilaian
Berisi deskripsi tentang berbagai kondisi atau keadaan yang dapat dipergunakan
sebagai panduan dalam asesmen kompetensi. Diantaranya deskripsi tentang
konteks penilaian, persyaratan kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya (bila
diperlukan), pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai, sikap kerja yang
harus ditampilkan, serta aspek kritis yang menentukan keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan
Panduan penilaian ini digunakan untuk membantu penilai dalam melakukan
penilaian atau pengujian pada unit kompetensi baik pada saat pelatihan maupun
uji kompetensi, meliputi:
a. Konteks penilaian
18
Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan
kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi kerja, serta dimana,
apa dan bagaimana penilaian seharusnya dilakukan.
b. Persyaratan kompetensi
Memberikan penjelasan tentang unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya (jika di perlukan) sebagai persyaratan awal yang diperlukan
dalam melanjutkan penguasaan unit kompetensi.
c. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
Merupakan informasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi.
d. Sikap kerja yang diperlukan
Merupakan informasi sikap kerja yang harus ditampilkan untuk tercapainya
kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi.
e. Aspek kritis
Memberikan penjelasan tentang aspek atau kondisi yang sangat
mempengaruhi atau menentukan pelaksanaan pekerjaan
KODE UNIT :
JUDUL UNIT :
DESKRISI UNIT :
1. 1.1
2. 2.1
3. 3.1
4. 4.1
4.2 Dst
BATASAN VARIABEL
PANDUAN PENILAIAN
19
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKKNI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berisi latar belakang kategori atau golongan terkait dengan isi SKKNI, uraian proses
perumusan serta hasil pemetaan unit kompetensi berdasarkan kategori atau golongan.
B. Pengertian
Memberikan penjelasan tentang pengertian-pengertian yang bersifat teknis substantif
yang terkait dengan unit-unit kompetensi.
C. Penggunaan SKKNI
Memberikan penjelasan tentang pemanfaatan SKKNI pada lembaga pendidikan atau
pelatihan, Lembaga Sertifikasi Profesi dan industri.
20
BAB III PENUTUP
Referensi :
21
IV. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
( KKNI )
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi, yang bermakna terbukanya batas-batas negara dan wilayah
untuk lalulintas manusia, barang dan jasa, telah menyapu seluruh permukaan
bumi dan harus disambut dan dimanfaatkan apabila ingin maju dalam bidang
ekonomi maupun bidang IPTEK.
Salah satu bentuk nyata globalisasi adalah dibentuknya kerjasama antar
negara untuk menerapkan perdagangan bebas secara bertahap seperti di
kawasan ASEAN (South East Asia Nation) dengan AFTA (Asean Free Trade
Area) yang sudah mulai tahun 2003 lalu, di kawasan Pasifik dalam bentuk
kesepakatan APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) yang akan dimulai
tahun 2020 dan negara-negara yang bergabung dalam WTO (World Trade
Organization) akan dimulai tahun 2010.
22
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor.
B. BEBERAPA PENGERTIAN
Beberapa referensi menyebutkan pengertian tentang :
1. Qualification is formal certification, issued by a relevant approved body,
in recognition that a person has achieved learning outcomes or
competencies relevant to identified individual, professional, industry or
community needs(AQF, 2002, version 3)
2. Qualification is qualities and skills that you needed to do the particular
activities or jobs(Fox, G., 1998, p643)
3. Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan
kedudukannya dalam KKNI
4. Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui
internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi, dan
akumulasi pengalaman kerja
5. Penyetaraan adalah proses penyandingan dan pengintegrasian capaian
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan kerja, dan
pengalaman kerja.
6. Pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan pekerjaan dalam
bidang tertentu dan jangka waktu tertentu secara intensif yang
menghasilkan kompetensi.
7. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji
kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
Standar Internasional, dan/atau Standar Khusus.
8. Sertifikat kompetensi kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa
seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
9. Profesi adalah bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi tertentu yang
diakui oleh masyarakat.
23
C. KEGUNAAN KKNI
Tanpa standar yang baku seperti KKNI, sukar sekali membangun sistem
pendidikan dan pelatihan yang efektif. Dengan kata lain, KKNI sangat
penting untuk merumuskan dan menerapkan sistem pendidikan dan
pelatihan. Kegunaan KKNI dalam konteks sistem pendidikan dan pelatihan
yang efektif antara lain :
Pemenuhan KKNI merupakan pengakuan nasional atas luaran sistem
pendidikan dan pelatihan.
Memahami Struktur dan Hubungan antar Kualifikasi.
Integrasi dan Korelasi antara jenjang karir dan jenjang kualifikasi.
Fleksibilitas paket pendidikan dan pelatihan.
Memberi arah yang jelas kepada setiap individu untuk mengembangkan
kompetensinya.
Mendorong optimalisasi peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan.
Menumbuhkan pengakuan nasional dan internasional terhadap
kualifikasi SDM Indonesia.
Jenjang Kualifikasi
1. KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1
(satu) sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9 (sembilan)
sebagai jenjang tertinggi.
2. Jenjang kualifikasi KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri
atas:
a. jenjang 1 sampai dengan jenjang 3 dikelompokkan dalam jabatan
operator;
b. jenjang 4 sampai dengan jenjang 6 dikelompokkan dalam jabatan
teknisi atau analis;
c. jenjang 7 sampai dengan jenjang 9 dikelompokkan dalam jabatan
ahli.
24
3. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup nilai-nilai deskripsi
umum . Rumusan deskripsi generik KKNI terdiri dari parameter-
parameter yang dapat dipilah kedalam 3 alinea yaitu :
a. Pernyataan kemampuan di bidang kerja
b. Pernyataan kemampuan yang wajib dimiliki yang beisikan
c. Pernyataan kemampuan manajerial
Penyetaraan
Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian
pembelajaran (learning outcomes) yang dihasilkan melalui :
Pendidikan ;
Pelatihan Kerja ; dan
Pengalaman Kerja
25
g. lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setaradengan
jenjang 8;
h. lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9;
i. lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8;
j. lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9.
E. PENERAPAN KKNI
Penerapan KKNI dilakukan sebagai berikut :
1. Penerapan KKNI pada setiap sektor atau bidang profesi ditetapkan oleh
kementerian atau lembaga yang membidangi sektor atau bidang profesi
yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya.
2. Penerapan KKNI pada setiap sektor atau bidang profesi harus mengacu
pada deskripsi jenjang kualifikasi KKNI
3. Ketentuan mengenai penerapan KKNI diatur oleh Menteri yang
membidangi ketenagakerjaan dan Menteri yang membidangi pendidikan
baik secara bersama-sama atau sendirisendiri sesuai bidang tugasnya
masing-masing.
26
F. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI
Deskripsi setiap jenjang KKNI dapat dilihat pada tabel brikikut
JENJANG URAIAN
KUALIFIKASI
Deskripsi a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
umum b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam
menyelesaikan tugasnya.
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah
air serta mendukung perdamaian dunia.
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan
lingkungannya.
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,
kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original
orang lain.
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki
semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta
masyarakat luas.
27
Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan
2 faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih
penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim
timbul.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain.
28
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan
tertulis secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
29
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek
profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya
kreatif, original, dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
9 teknologi, dan/ atau seni di dalam bidang keilmuannya
melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
A. PENDAHULUAN
30
Standar Latih Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga / institusi
yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai
dengan kebutuhan masing-masing :
a. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan
Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,
Sebagai acuan dalam membuat modul ajar untuk:
a. Pendidikan berbasis kompetensi
b. Pelatihan kerja berbasis kompetensi
c. Pembekalan uji kompetensi
Sebagai acuan dalam melakukan penilaian pendidikan dan
pelatihan berbasis kompetensi,
b. Untuk dunia usaha/industri pengguna tenaga kerja
Sebagai acuan dalam melakukan analisa kebutuhan pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja
Sebagai acuan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi
tenaga kerja
Dapat digunakan untuk membuat rencana promosi jabatan
Untuk persiapan mengikuti uji kompetensi dalam rangka pra uji
kompetensi
c. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
Sebagai acuan dalam melakukan pelatihan atau pembekalan
tenaga kerja yang diakhiri dengan uji kompetensi
Sebagai acuan untuk menentukan materi pelatihan bagi peserta
uji kompetensi ( Keterampilan Kerja ) yang direkomendasikan
belum kompeten oleh tim asesor Badan Sertifikasi karena
pengetahuaannya dinyatakan kurang ataupun karena
keterampilannya dinyatakan kurang. (sebagai proses dalam
pemberian sertifikat kompetensi) .
31
B. PENYUSUNAN STANDAR LATIH KOMPETENSI
1. PROSES PENYUSUNAN STANDAR LATIH KOMPETENSI.
Sama halnya dengan penyusunan Standar kompetensi, Standar Latih
Kompetensi pada dasarnya juga merupakan suatu dokumen yang
dipergunakan sebagai acuan atau referensi untuk berbagai keperluan dan
dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, Untuk itulah
dokumen tersebut harus informatif bagi para penggunanya.
Standar Latih kompetensi disusun melalui beberapa tahapan, yaitu
pembentukan tim pengembang, pengumpulan referensi, penyusunan draf,
validasi draf, pembahasan dalam workshop, penyempurnaan dan
penetapan
a. Pembentukan tim pengembang
Tim penyusun standar latih kompetensi dibentuk dengan
mengikutsertakan unsur-unsur Praktisi, Asosiasi Profesi, Asosiasi
Pengusaha, Para Pakar, Praktisi Pendidikan dan Pelatihan, Serikat
pekerja yang terkait dan sesuai dengan bidang keahlian / Keterampilan
atau sektor industri yang akan dikembangkan. Tim pengembang
tersebut dapat bersifat “ad hoc” dan akan berakhir bila telah
menyelesaikan tugasnya.
b. Pengumpulan referensi
Data dan informasi yang berkaitan dengan penyusunan standar seperti
uraian pekerjaan/jabatan, SOP yang terkait, manual, peraturan
perundang-undangan, standar produksi, kamus istilah, referensi adaptif
dan referensi lain yang terkait dengan bidang keahlian/sektor industri
yang akan dikembangkan dikumpulkan dan dipilah berdasarkan
katagorinya.
c. Penyusunan draf I
Pada tahap ini draf standar latih kompetensi disusun dengan
menetapkan lingkup bidang keahlian / keterampilan , mengidentifikasi
unit-unit kompetensi, menganalisa pengetahuan , keterampilan dan
sikap kerja yang diharapkan pada rumusan criteria unjuk kerja untuk
menentukan kurikulum dan silabus ,menetapkan criteria penilaian,
menetapkan strategi pembelajarannya, dan menetapkan penilaian hasil
pembelajaran .
32
d. Validasi draf I
Draf I yang telah tersusun divalidasikan kepada pihak yang terkait atau
“stake holder” yang kompeten, untuk memberikan masukan dan
koreksi serta keterbacaan dari draf tersebut. Dalam proses validasi
tersebut harus dilakukan secara sistimatis sesuai dengan kelaziman
yang berlaku dalam kegiatan validasi suatu konsep.
e. Workshop
Workshop pengembangan standar latih kompetensi dimaksudkan untuk
memperoleh masukan yang lebih kompeten dari pihak yang terkait dan
relevan. Worshop harus diselenggarakan secara formal pada tingkat
nasional.
33
Kurikulum dan Silabi
Materi teori dan praktik yang diambil dari kriteria unjuk kerja, kondisi unjuk kerja
dan acuan penilaian dari suatu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Hasil Belajar
Menjelaskan kondisi peserta yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
Kriteria Penilaian
Acuan penilaian peserta yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
Strategi Pembelajaran
Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara teori
Strategi Pelaksanaan Praktik
Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara
praktik
Referensi
Acuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Penilaian Hasil Pelatihan
Rating angka yang digunakan sebagai acuan keberhasilan peserta pendidikan dan
pelatihan
Lembaga Pelaksana
Lembaga pendidikan dan pelatihan
34
KOMPETENS KRITERIA UNJUK PENGETA KETERA
SIKAP
I KERJA HUAN MPILAN
Contoh Analisa Kriteria Unjuk Kerja dari Unit Kompetensi : Merencanakan Pola
Pengeboran dan Peledakan , sbb:
35
1.4 Keretakan
material yang
mungkin terjadi
di pinggiran
lubang lubang
peledakan
dihitung secara
teliti dan cermat
1.5 Dampak
peledakan
terhadap
lingkungan Tekun
dihitung secara Konsisten
2. Merencanak teliti dan cermat Pola Jujur
an pola peledakan
pengeboran 2.1 Desain pola Material Membuat dan
dan peledakan yang akan menentukan
peledakan ditentukan diledakan desain
berdasarkan Lingkunga peledakan
situasi dan n, Metoda berdasarkan
kondisi serta kerja situasi,
target hasil Instruksi kondisi dan
peledakan kerja, target hasil
2.2 Besaran/ jarak SMK3 peledakan
antara setiap Membuat
titik pengeboran metoda kerja
dihitung secara dan instruksi
teliti dan cermat kerja berbasis
2.3 Metoda kerja SMK3 Objektif
dan instruksi Objektif
kerja dibuat
3. Melakukan berbasis SMK3
pemilihan Jenis
peralatan 3.1 Jenis bahan bahan Memahami
dan bahan peledak dan peledak secara
peledak kegunaannya Manajeme mendalam
dikenali dengan n peralatan jenis bahan
baik dan dipilih Jenis dan peledak dan
sesuai dengan kapasitas kegunaannya
target peledakan peralatan Memilih
3.2 Pemilihan Kondisi peralatan
peralatan dan situasi yang tepat
berdasarkan lapangan sesuai
36
jenis dan kebutuhanny
kapasitasnya a
dilakukan
berdasarkan
target
peledakan
dengan tetap
memperhatik
an
lingkungan
KODE PELATIHAN :
37
IV. KURIKULUM DAN SILABI
2. Pengetahuan Bahan 2 JP
2.1. Bahan Mortar ( pasir, semen, air dll )
2.2. Batu Belah
4. Praktik 4 JP
4.1. Pemasangan pondasi batu belah
4.2. Perawatan hasil pasangan
38
Kriteria Penilaian : Menjelaskan cara membaca gambar
rencana
Menjelaskan cara pemasangan podasi batu
belah
Menjelaskan cara melakukan perawatan
hasil pasangan.
Referensi :
39
4. Benyamin S. Bloom, Bertram B, Mesia and David R. Krathwohl (1964).
Taxonomy of Educational Objectives (two vols: The Affective Domain T The
Cogniive Domain) New York. David Mckay
5. Developing Competency Standard-NCVER-IAPSD Australia.
6. Competensi Based Training Toturial-JGN Consulting Denver USA
http://home.att.net/-jimmer/Competency.htm
7. Bloom’s Taxonomy-Aziz El-Mutwali.Webmaster –
http://www.hct.ac.ae/gat/sec2/sec2_ab2htm
8. Bloom’s Taxonomy – http://www.nwlink.com
9. Pedoman Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Dikmenjur Depdiknas,
tahun 2002
10. Materi Pelatihan Asesor ATKI Berbasis Kompetensi, Bidang Distribusi ,
Angkatan VIII, IATKI Bandung, tahun 2004
11. Asrizal Tatang, Penyusunan Bakuan Kompetensi dan Bakuan Latih
Kompetensi PJT-BU Jasa Konstruksi, makalah , tahun 2005
40