Anda di halaman 1dari 40

PENGENALAN SKKNI, SLK DAN KKNI

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Era globalisasi dalam lingkup perdagangan bebas akan membawa dampak ganda
dimana disatu sisi memberikan peluang kerjasama yang seluas-luasnya antar negara,
dan disisi lain membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu
tantangan utama dimasa mendatang adalah meningkatkan daya saing, dan
keunggulan kompetitif disemua sektor industri dan sektor jasa dengan bertumpu
pada kemampuan sumber daya manusia (SDM), kemampuan teknologi dan
kemampuan manajemen.

Menyikapi akan adanya tantangan dan sekaligus peluang dalam era globalisasi
tersebut, perlu secara bersama-sama merumuskan kebijakan dan strategi
pengembangan sumber daya manusia Indonesia, khususnya di sektor jasa konstruksi.

Untuk pengembangan sumber daya manusia tersebut perlu memperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
1. Kecepatan perubahan dan kemajuan teknologi yang diterapkan di industri
konstruksi/dunia usaha yang menuntut adanya sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan beradaptasi dan lentur untuk menghadapinya.
2. Ketatnya persaingan global yang menuntut dunia usaha/industri melakukan
rencana strategi yang berdampak pada tuntutan dan penyesuaian organisasi
yang fleksibel, dimana penyesuaian organisasi tersebut akan mempengaruhi
pada jabatan-jabatan yang ada.
3. Dengan adanya tuntutan bentuk organisasi yang cenderung berubah,
pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang mengacu kepada standar
jabatan yang baku akan cepat tertinggal. Untuk itu maka perlu dicari model
pendekatan lain yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.
4. Telah diperkenalkan dan dipakai model standar kompetensi oleh International
Labor Organization (ILO) dibeberapa negara Asia Pasifik yang dinyatakan
“Compatible” secara internasional. Menjelang akhir abad ke-20, beberapa
negara maju telah memperkenalkan dan menerapkan suatu model yang terkenal

1
dengan “Regional Model Competency Standard (RMCS), yang lebih memadai
dan fleksibel dalam menghadapi perubahan-perubahan yang cepat.

B. LANDASAN HUKUM

1. UU No.18/1999 tentang jasa konstruksi Bab III pasal 9


a. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang-peseorangan harus
memiliki sertifikat keahlian.
b. Pelaksana konstruksi orang-peseorangan harus memiliki sertifikat keahlian
kerja dan sertifikat keterampilan kerja.
c. Orang-peseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana
konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badanusaha
pelaksanaan konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian.
d. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian
kerja.

2. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 10 adalah


kemampuan kerja individu yang mencakup aspek Pengetahuan, Keterampilan,
dan Sikap Kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas , penjelasan pasal 35( 1 )


Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan yang mencakup Sikap,
Pengetahuan , Keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.

4. Permenakertrans No. 05 tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi Kerja


Nasional

5. Permenakertrans No.08 tahun 2012 tentang Tatacara Penetapan Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

C. MANFAAT STANDAR KOMPETENSI

Standar kompetensi sangat bermanfaat untuk :


a. Lembaga pendidikan dan pelatihan ( Diklat )
1). Memberikan informasi untuk pengembangan kurikulum dan silabus
2).Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

2
3).Sebagai acuan dalam menetapkan kualifikasi Lulusan

b. Dunia usaha/dunia industri


1).Menetapkan organisasi kerja dan disain jabatan atau level Kualifikasi
2). Membantu dalam rekruitmen tenaga kerja
3). Membantu dalam penilaian unjuk kerja karyawan
4). Membantu membuat program pelatihan yang spesifik

c. Lembaga penyelenggara setifikasi


1) Merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi
jabatan dan levelnya
2) Acuan penyelenggaraan pengujian dan penilaian bagi assessor.

II. STANDAR KOMPETENSI

A. PENGERTIAN KOMPETENSI

Kata “kompetensi” ditinjau dari perspektif estimologi berasal dari kata kompeten
atau mampu. Kata mampu di sini diartikan sebagai kemampuan atau keahlian
untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas. Tinjauan lebih luas dari kata
kompetensi terkait dengan terminology ketenagakerjaan, adalah suatu kemampuan
yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melakukan suatu
pekerjaan.
Diskripsi kompetensi tersebut di atas, diperkuat dengan berbagai referensi yang
ada dan belaku dibeberapa negara antara lain dapat diambil beberapa contoh:

A competency refer to an individual’s demontrated knowledge, skills or


abilities (KSA’s) performend to a specific standard. Competencies are
observable, behavioral acts that require a combination of KSAs to
execute. They are demonstrated in a job context and as such, are
influenced by an organization’s culture and work environment. In
other words, competencies consist of a combination of knowledge, skill
and abilities that are necessary in order to perform a major task or
function in the work setting.
(JGN Consulting Denver . USA)

“Competence” is defined as a combination of relevant skills, knowledge


and understanding and ability to apply them”
(National Vocational Qualifications (NVQs) United Kingdom

3
B. PENGERTIAN STANDAR KOMPETENSI

Tinjauan standar kompetensi dari segi bahasa dapat diartikan sebagai ukuran atau
patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi sebagaimana telah diuraikan diatas
adalah kemampuan seseorang yang dilandasi atas pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk melaksanakan pekerjaan..
Dengan demikian pengertian yang dimaksud dengan Standar Kompetensi adalah
perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan
suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI,


adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenakertrans No.08/2012 ).

Dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan


akan mampu:
 bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
 bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan
 apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan
rencana semula
 bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang
berbeda.

Beberapa referensi terkait yang dapat mendukung diskripsi tersebut antara lain :

What are competency standard?

Competency Standards are simply worded statements about the performance in


workplace that describe in output terms:
 What the employee is expected to do.
 How well the employee is expected to perform.

4
 How to tell when the employee’s performance is at the expected level.
(adopted from ANTA Australia)

What are competency standard?

Competency Standards define “competency” as .

“The necessary knowledge and skills to perform a particular work role to the
standard required within industry”.

(adopted from the Northern Territory Public Sector of Australia)

C. PENGEMBANGAN SKKNI

Pengembangan SKKNI harus memenuhi prinsip:


a. Relevan dengan kebutuhan dunia usaha atau industri di masing-masing sektor
atau lapangan usaha;
b. Valid terhadap acuan dan/atau pembanding yang sah;
c. Aseptabel oleh para pemangku kepentingan;
d. Fleksibel untuk diterapkan dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan;
dan
e. Mampu telusur dan dapat dibandingkan dan/atau disetarakan dengan standar
kompetensi lain, baik secara nasional maupun internasional.

Disamping hal diatas rancangan SKKNI yang akan ditetapkan harus memenuhi
ketentuan:
a. Berisi rumusan tentang kompetensi tugas, kompetensi manajemen tugas,
kompetensi menghadapi keadaan darurat dan kompetensi menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja, termasuk tanggung jawab dan bekerja sama dengan
orang lain;
b. Mencerminkan pekerjaan yang realistik berlaku di tempat kerja secara umum
di sektor atau lapangan usaha tertentu;
c. Dirumuskan dengan orientasi hasil kerja (outcomes); dan
d. Dirumuskan secara terukur dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah
dipahami oleh pengguna SKKNI.

Penyusunan SKKNI mengacu pada peta kompetensi yang dibuat dengan pola
RMCS (.Regional Model Competency Standard ). RMCS adalah model standar

5
kompetensi yang pengembangannya menggunakan pendekatan fungsi dari proses
kerja untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

Peta kompetensi adalah gambaran komprehensif tentang kompetensi dari setiap


fungsi dalam suatu lapangan usaha yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam
menyusun standar kompetensi.
Pemetaan SKKNI tersebut disusun dalam susunan fungsi pekerjaan yang mencakup
:
a. Tujuan utama (main purpose);
b. Fungsi kunci (key function) dari tujuan utama (main purpose);
c. Fungsi utama (major function) dari fungsi kunci (key function); dan
d. Fungsi dasar (basic function) dari fungsi utama (major function), dari lapangan
usaha pada klasifikasi kategori, golongan pokok, golongan atau sub golongan
usaha tertentu.

Fungsi dasar sebagaimana dimaksud diatas diidentifikasi sebagai unit kompetensi.


SKKNI pada setiap kategori, golongan pokok, atau golongan usaha tertentu dapat
disusun dalam kemasan sebagai berikut:
a. Kualifikasi nasional, dengan mengacu pada jenjang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI);
b. Jabatan atau okupasi nasional, dengan mengacu pada tugas dan fungsi jabatan
atau okupasi;
c. Klaster kompetensi, dengan mengacu pada kebutuhan khusus kompetensi
tertentu sesuai kebutuhan industri atau organisasi.

6
III. PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI

A. TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN


STANDAR KOMPETENSI

Pada dasarnya apapun kemampuan sesorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan


atau sesuatu apapun merupakan hasil dari “proses belajar”, baik proses tersebut
sengaja direncanakan maupun terjadi secara kebetulan. Hasil dari proses belajar
biasanya diwujutkan dengan perubahan tingkah laku, sesuai dengan konteks
belajar tersebut. Dengan demikian ada korelasi antara kemampuan seseorang (yang
dalam hal ini diartikan dengan kompetensi) dengan teori proses belajar yang selama
ini banyak dianut di sebagian besar negara di dunia selama ini. Teori dimaksud
adalah teori belajar menurut Benyamin Bloom dan teman-teman, yang kemudian
dikenal dengan “Taxonomi Blooms’s theory”. Dalam teori tersebut kemampuan
belajar sesorang dapat terbagi atas 3(tiga) domain/ranah masing-masing kognitif,
psikomotor dan afektif. Ranah kognitif diartikan sebagai kemampuan

7
mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan yang menyangkut
tentang konsepsi, patern fakta-fakta lainnya. Ranah psikomotor diartikan sebagai
kemampuan yang berkaitan dengan gerakan phisik dari sejumlah bagian tubuh
manusia terutama tangan untuk mengerjakan suatu tugas. Sedangkan afektif
diartikan sebagai kemampuan untuk menerima nilai-nilai atau norma dan
menjadikannya sebagai dasar dalam melakukan suatu kegiatan.

Dalam perkembangan selanjutnya teori belajar tersebut dikembangkan lebih lanjut


oleh Bloom dan timnya serta oleh beberapa ahli psikologi pendidikan lainnya untuk
keperluan pendidikan dan pelatihan pada saat itu ( untuk perusahaan XEROX) yang
kemudian menjadi awal dari konsep dasar pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi”.

Selanjutnya masih banyak para ahli psikologi pendidikan seperti Simpson ( 1972),
R.H. Dave’s (1970) dan David R. Krathwohl serta yang lain, yang terus
mengembangan konsepsi tentang ranah tujuan pendidikan dimana sangat erat
berhubungan dengan pengembangan konsep standar kompetensi. dan pendidikan
dan pelatihan berbasis kompetensi”.

Setiap tipe belajar tersebut memiliki karasteristik dan tingkat pencapaian didasarkan
atas tingkat kesulitan yang dihadapinya.

1. Aspek kognitif (pengetahuan)

Aspek kognitif mencakup pengembangan kemampuan intelektual dan


pengetahuan yang terdiri atas enam katagori utama, yang tersusun dari yang
sederhana hingga yang kompleks berdasar pada tingkat kesulitan yang
ditanganinya. Dalam hal ini aspek yang sederhana harus dikuasai terlebih dahulu
sebelum meningkat ketingkat kesulitan yang berikutnya.

Level Diskripsi Ilustrasi Kata kerja yang


Taksonomi dipergunakan
Pengetahuan  Mengetahui Dapat Mendifine, mengenal,
terminologi mengulang mencocokan,menginga
secara umum. Hukum Ohm t,pengulang,
 Mengetahui dan Hukum membedakan,mengide
fakta yang Kirshoff. ntifikasi, menyebut,
spesifik melabel, memanggil
 Mengetahui kembali,

8
konsep dasar. menghubungkan,
 Konsep mencatat
prinsip

Komperhensif  Memahami Bila besar Menterjemahkan,


fakta. Tegangan dan merubah, menagtur
 Mengintepret Arus diketahui kembali,
asikan chart dapat mengekpresikan,
dan grafik. mengitung memberi contoh,
 Menjastifikas tahan R yang mengilustrasikan,
i prosedur terjadi. menggeneralis,
dan metode. menterjemahkan,
 Mengestimasi menyimpulkan,
kan mendiagnosis
kebutuhan.
Aplikasi  Mengaplikasi Dapat Mengaplikasikan,
kan konsep membangun mengorganisasikan,me
dan prinsip- rangkaian restrukturisasi,memeca
prinsip listrik hkan,mentransfer,men
kedalam ggunakan,mengklasifik
situasi yang asi,memilih,
baru. mendramatisasi,
 Memecahkan membuat sket,
problem mendemonstrasikan,
matematika. mengilustrasikan,
 Menyususn menangani,
grafik dan mengkakulasi
chart.
 Mendemontra
sikan
penggunaan
metode dan
prosedur.
Analisis  Mengenal Dapat Membedakan,
dan membangunan memilahkan,
menggunakan rangkaian membandingkan,
logika listrik yang mendferensialkan,
berfikir untuk komplikated membuat giagram,
menyampaika menjelaskan,
n suatu menganalisa,
alasan. mengkatagorikan,

9
 Menevaluasi memeriksa, mendebat,
relevansi menguji, melakukan
data. eksperimen

Sintesis  Mengungkap Dapat Memadukan,


suatu melakukan mengkomposisi,
konsepdi :troubleshootin mengkosntruks,
yang g” pada merencanakan,
terorganisasi rangkaian yang memodifikasi,
secara baik. kompleks. memformulasi
 Merumuskan
sesuatu
konsepsi
baru.
Evaluasi  Menjastifikas Dapat Menyimpulkan,
i nilai suatu merancang menjastifikasi,
pekerjaan. kembali suatu meranking,
rangkaian mendukung,
dengan lebih mengradasi,
efisien. menjelaskan. Menilai,
menyeleksi,
mengapresiasi,
membobot merevisi

2. Aspek psikomotor(keterampilan)

Aspek psikomotor mencakup kemampuan dalam mengkoordinasikan gerakan


phisik dan menggunakan motoris. Untuk memperoleh kemampuan tersebut
memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan pengukuran yang mencakup tentang
kecepatan, jarak, prosedur dan teknik pelaksanaan. Dalam aspek psikomotor ini
terdapat limah taksonomi sebagai berikut.

Level Diskripsi Ilustrasi Kata kerja yang


Taksono dipergunakan
mi
Imitasi  Menirukan Seseorang mencoba Mengamati,
gerakan yang mengendari sepeda menirukan
telah diamati setelah mengamati (gerakan)
orang melakukan hal sederhana

10
tersebut

Memani  Menggunakan Dapat mengendari Memanipulasi


pulasi konsep untuk sepeda dengan gerakan (sesuai
melakukan beberapa gerakan yang dengan instruksi),
gerakan terbatas. melakukan s\uatu
gerakan ( sesuai
dengan instruksi)

Persisis  Melakukan Dapat mengendarai Mengartikulasi,


gerakan dengan sepeda pada jalan melakukan sesuatu
benar lurus tanpa bergoyang dengan akurat.

Artikula  Merangkaikan Dapat mengendarai Mengkoordinasika


si berbagai gerakan sepeda dengan lancar n beberapa
secara kemampuan.
berkelanjutan dan
terintegrasi
Naturali  Melakukan Dapat mengendarai Melakukan secara
sasi gerakan secara sepeda dengan baik habitual
wajar dan efisien tanpa berpikir tentang
serta telah hal tersebut.
menjadi bagian
dari
kebiasaannya

3. Aspek afektif (Krathwohl)

Aspek kognitif mencakup hal yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan,
apresiasi, entutiasme, motivasi, sikap. Aspek afektif terbagi atas lima katagori
utama:

Level Kata kerja yang


Taksonom Diskripsi Ilustrasi dipergunakan
i
Receive/m  Ingin menerima Seseorang Menerima, memilih,
enerima  Ingin menghadiri mendengarkan menanyakan,
 Sadar akan situasi pejelasan mendengar,
dan kondis serta tentang menyeleksi dan
fenomena keselamatan menghadiri.
dan kesehatan
kerja

11
Respondin  Aktif berpartisipasi Seseorang Membuktikan,
g/merespo menyebut memberitahukan,
n kembali menolong,
beberapa melakukan dengan
keselamatan sukarela,
dan kesehatan mengklaim
kerja pada saat
dibutuhkan
Valuing/  Menerima nilai- Seseorang Memilih,
menilai nilai/norma. menyadari mendukung,
 Taat kepada alasan “sharing”
nilai/norma penggunaan mengapresiasi,
 Memegang teguh perlengkapan mengundang,
nilai/norma keselamatan bergabung
kerja.
Organizati  Menghunubungkan Seseorang Memformulasi,
on/mengor nilai/norma yang telah menyadari mempertahankan,
ganisasi dianutnya. akan mengabstak,
 Mengintegarsikan kemungkinan menghubungkan,
nilai.norma kedalam kecelakaan melakukan dengan
kebiasaan hidup kerja dan benar dan
sehari-hari. meyakini untuk menetapkan
mempraktekan
prosedur
keselamatan
dan kesehatan
kerja.
Characteri  Internailasi Seseorang Bertingkah laku,
zation nilai/norma menjadi selalu melakukan,
pola hidup menggunakan menyelesaikan,
perlengkapan membedakan.
keselamatan
kerja secara
benar.

B. SIAPA YANG SEHARUSNYA MENGEMBANGKAN STANDAR


KOMPETENSI?

Pada dasarnya orang atau pihak yang paling tepat dalam pengembangan standar
kompetensi adalah orang-orang yang memiliki kompetensi dibidangnya secara
“mastery” dan memiliki kemampuan untuk menuangkan dalam bentuk tulisan.
Berdasar pada data empiris diasumsikan bahwa orang-orang yang selama ini telah

12
bekerja dibidang masing-masing selama jangka waktu tertentu dan telah terbukti
dalam melakukan pekerjaan menunjukan unjuk kerja sesuai dengan tuntutan
pekerjaan dapat dianggap tepat untuk menyusun standar kompetensi tersebut. Dalam
hal kesulitan penuangan dalam bentuk tulisan dapat diatasi melalui pelatihan atau
kerja bersama dengan fasilitator yang telah dipersiapkan untuk maksud tersebut.

C. BAGAIMANA STANDAR KOMPETENSI DIKEMBANGKAN?

Perumusan Rancangan SKKNI dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu :


 Riset dan/atau penyusunan standar baru;
 Adaptasi dari standar internasional atau standar khusus; atau
 Adopsi dari standar internasional atau standar khusus.

1. Riset dan/atau penyusunan standar baru


Metode Riset dan/atau penyusunan standar baru; dimaksudkan adalah dengan
mengadakan riset di lapangan untuk menghimpun data primer tentang
pekerjaan-pekerjaan yang ada kemudian dirumuskan kedalam draf standar
kompetensi, divalidasi, diuji coba, dikaji ulang, disosialidasi dan ditetapkan.
2. Adaptasi dari standar internasional atau standar khusus
Metode adaptasi dari standar internasional atau standar khusus adalah dengan
mempelajari dan membandingkan standar-standar kompetensi internasional atau
standar khusus yang ada , standar yang dibutuhkan di adaptasi isesuai dengan
kebutuhan. Setelah melalui validasi, uji coba dan sosialidasi, standar tersebut
dapat ditetapkan sebagai standar kompetensi.
3. Adopsi dari standar internasional atau standar khusus
Metode adaptasi dari standar internasional atau standar khusus adalah dengan
mempelajari dan membandingkan standar-standar kompetensi internasional atau
standar khusus yang telah ada, standar yang dibutuhkan diadopsi dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah melalui validasi, uji coba dan sosialidasi,
standar tersebut dapat ditetapkan sebagai standar kompetensi edisi pertama.

D. PERUMUSAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI

Perumusan rancangan standar kompetensi disusun melalui beberapa pentahapan,


yaitu Pembentukan Tim Perumus dan Tim Verifikasi , Perumusan rancangan
SKKNI-1, Pra-Konvensi, Penyempurnaan RSKKNI-1, Verifikasi RSKKNI-1 oleh
Kemenakertras , Perumusan Rancangan SKKNI- 2 , Konvensi nasional ,

13
Penyempurnaan rancangan SKKNI-3 , Penyampaian RSKKNI-3 ke Kemenakertras
untuk ditetapkan menjadi SKKNI .

Pembentukan Tim Perumus


Tim Perumus yang dibentuk harus memiliki kompetensi:
a. Metodologi perumusan standar kompetensi;
b. Substansi teknis sesuai dengan bidang kerja yang relevan dengan SKKNI yang
akan disusun

Pembentukan Tim Verifikasi


Tim Verifikasi yang dibentuk harus memiliki kompetensi:
a. Metodologi verifikasi standar kompetensi;
b. Substansi teknis sesuai dengan bidang kerja yang relevan dengan SKKNI yang
akan disusun.

Pengumpulan referensi
Data dan informasi yang berkaitan dengan perumusan standar seperti uraian
pekerjaan/jabatan, SOP yang terkait, manual, peraturan perundangan-undangan,
standar produksi, kamus istilah, referensi adapatif dan referensi lain yang terkait
dengan bidang keahlian/sektor industri yang akan dikembangkan dikumpulkan dan
dipilah berdasar katagorinya.

Perumusan Rancangan SKKNI-1


Pada tahap ini draf standar kompetensi disusun dengan menetapkan lingkup bidang
keahlian, mengidentifikasi unit-unit kompetensi, merumuskan elemen-elemen
kompetensi untuk setiap unit kompetensi yang telah diidentifikasi, menetapkan
kriteria unjuk kerja untuk setiap elemen kompetensi, menetapkan rentang variabel
dan acuan penilaian untuk setiap unit yang dirumuskan.

Pra-Konvensi RSKKNI-1
RSKKNI-1 yang telah tersusun divalidasikan melalui Pra-Konvensi yang diikuti
oleh para pakar dan/atau praktisi antara lain dari unsur pemangku kepentingan
industri, kelompok profesi, lembaga pendidikan dan pelatihan, Lembaga Sertifikasi
Profesi, Intansi Teknis, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan
Nasional Sertifikasi Profesi. Pra konvensi Rancangan SKKNI-1 dinyatakan sah
apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 dari peserta yang diundang. Pra konvensi
Rancangan SKKNI-1 juga harus memperhatikan masukan tertulis yang
disampaikan oleh peserta yang berhalangan hadir. Hasil pra-konvensi disetujui
secara aklamasi oleh peserta pra-konvensi.

14
Verifikasi RSKKNI-1
Verifikasi Rancangan SKKNI-1 hasil pra konvensi dilakukan oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Verifikasi Rancangan SKKNI-1 tersebut dilakukan
dengan kriteria :
a. Struktur Rancangan SKKNI telah sesuai dengan Struktur Standar Kompetensi
b. Substansi Rancangan SKKNI telah dirumuskan secara jelas, tepat dan akurat
dengan presisi yang mampu telusur dengan standar proses kerja di industri,
organisasi, atau produk/jasa.

Perumusan Rancangan SKKNI-2


Hasil dari Verifikasi RSKKNI-1 yang telah memenuhi kriteria diidentifikasi
sebagai Rancangan SKKNI-2
.
Konvensi Nasional
Konvensi nasional dimaksudkan untuk memperoleh masukan yang lebih
komperhensi dari pihak yang terkait dan relevan.. Konvensi nasional harus
diselenggarakan secara formal pada tingkat nasional, agar hasil dari kegiatan
tersebut sekaligus sebagai bagian dari serta merupakan wahana untuk sosialisasi
sekaligus pengakuan atau”keberterimaan” atas standar kompetensi dimaksud secara
nasional. Konvensi nasional diikuti oleh para pakar dan/atau praktisi antara lain dari
unsur pemangku kepentingan industri, kelompok profesi, lembaga pendidikan dan
pelatihan, Lembaga Sertifikasi Profesi, Intansi Teknis, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Konvensi Nasional
Rancangan SKKNI-2 dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 dari
peserta yang diundang dan harus memperhatikan masukan tertulis yang
disampaikan oleh peserta yang berhalangan hadir. Rancangan SKKNI-2 yang telah
disepakati secara aklamasi dan telah diperbaiki oleh Tim Perumus diidentifikasi
menjadi Rancangan SKKNI-3.

Penetapan SKKNI
Rancangan SKKNI-3 yang telah diperbaiki oleh tim perumus disampaikan oleh
Instansi Teknis kepada Direktur Jenderal Cq. Direktur Standardisasi Kompetensi
dan Program Pelatihan untuk ditetapkan menjadi SKKNI

E. STRUKTUR STANDAR KOMPETENSI

Mengingat standar kompetensi pada dasarnya memuat sejumlah unit-unit


kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang keahlian/sektor industri tertentu, maka
perumusan unit-unit kompetensi merupakan tahap yang paling menentukan dalam

15
pengembangan standar tersebut. Sub komponen lain dalam standar kompetensi yang
berupa penjelasan umum, pengemasan/pemaketan kedalam jenjang pekerjaan dan
kualifikasi serta pedoman umum pengujian akan dilakukan setelah unit-unit
kompetensi tersebut selesai dirumuskan dan ditetapkan. Pada umumnya penyusunan
draf dilakukan oleh kelompok kerja yang memiliki ekpertis dibidangnya dan,
memilki jumlah anggota yang edial sekitar 15 s.d 21 orang.

Dalam merumuskan unit kompetensi untuk suatu bidang keahlian dapat dilakukan
dengan pentahapan sebagai berikut: menetapkan kode unit, merumuskan judul
unit, merumuskan uraian unit, menetapkan elemen kompetensi, menjabarkan
elemen kompetensi kedalam kriteria unjuk kerja, merumuskan batasan variabel
dan menetapkan panduan penilaian.

1. Kode Unit.

Berisi nomor kode unit kompetensi sesuai dengan kategori, golongan pokok,
golongan dan fungsi utama pekerjaan.
Kode unit kompetensi berjumlah 12 (dua belas) digit yang memuat kategori,
Golongan Pokok, Golongan, sub golongan, kelompok lapangan usaha,
penjabaran kelompok lapangan usaha (mengacu pada Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik), nomor
urut unit kompetensi dan versi, yaitu sebagai berikut:

(1) = Kode Kategori (A, B, C ... dst), diisi 1 huruf sesuai kode huruf kategori
pada KBLUI;
(2) = Kode Golongan Pokok, terdiri dari 2 angka;
(3) = Kode Golongan, terdiri dari 3 angka;
(4) = Kode Sub Golongan, terdiri dari 4 angka;
(5) = Kode Kelompok usaha, terdiri dari 5 angka;

16
(6) = Kode Penjabaran Kelompok usaha, terdiri dari 6 angka, jika tidak ada
penjabaran kelompok usaha angka terakhir diisi dengan angka 0;
(7) = Nomor urut unit kompetensi dari SKKNI pada kelompok usaha atau
penjabaran kelompok usaha, terdiri dari 3 digit angka, mulai dari angka
001, 002, 003 dan seterusnya;
(8) = Versi penerbitan SKKNI sebagai akibat dari adanya perubahan, diisi
dengan 2 digit angka, mulai dari angka 01, 02 dan seterusnya. Versi
merupakan urutan penomoran terhadap urutan penyusunan atau penetapan
unit kompetensi dalam penyusunan standar kompetensi yang disepakati,
apakah standar kompetensi tersebut disusun merupakan yang pertama kali,
hasil revisi dan atau seterusnya.

2. Judul Unit Kompetensi.

Judul unit kompetensi, merupakan bentuk pernyataan terhadap tugas atau


pekerjaan yang akan dilakukan. Judul unit kompetensi harus menggunakan
kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif atau performatif yang terukur.

3. Deskripsi Unit

Berisi deskripsi tentang lingkup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu secara kompeten, dalam
kaitannya dengan unit kompetensi. Dalam deskripsi, dapat pula disebutkan
keterkaitan unit kompetensi ini dengan unit kompetensi lain yang memiliki
kaitan erat.

4. Elemen Kompetensi

Berisi deskripsi tentang langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dalam


melaksanakan unit kompetensi. Kegiatan dimaksud biasanya disusun dengan
mengacu pada proses pelaksanaan unit kompetensi, yang dibuat dalam kata kerja
aktif atau performatif.

5. Kriteria Unjuk Kerja

Berisi deskripsi tentang kriteria unjuk kerja yang menggambarkan kinerja yang
harus dicapai pada setiap elemen kompetensi. Kriteria unjuk kerja dirumuskan

17
secara kualitatif dan/atau kuantitatif, dalam rumusan hasil pelaksanaan pekerjaan
yang terukur, yang dibuat dalam kata kerja pasif.

6. Batasan Variabel

Berisi deskripsi tentang konteks pelaksanaan pekerjaan, yang berupa lingkungan


kerja, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, norma dan standar,
rentang pernyataan (range of statement) yang harus diacu, serta peraturan dan
ketentuan terkait yang harus diikuti.
Batasan variabel minimal dapat menjelaskan :
a. Kontek variabel
Berisi penjelasan kontek unit kompetensi untuk dapat dilaksanakan pada
kondisi lingkungan kerja yang diperlukan dalam melaksanakan tugas.

b. Peralatan dan perlengkapan


Berisi peralatan yang diperlukan seperti alat, bahan atau fasilitas dan materi
yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi untuk
melaksanakan unit kompetensi.
c. Peraturan yang diperlukan
Peraturan atau regulasi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pekerjaan.
d. Norma dan standar
Dasar atau acuan dalam melaksanakan pekerjaan untuk memenuhi
persyaratan.

7. Panduan Penilaian

Berisi deskripsi tentang berbagai kondisi atau keadaan yang dapat dipergunakan
sebagai panduan dalam asesmen kompetensi. Diantaranya deskripsi tentang
konteks penilaian, persyaratan kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya (bila
diperlukan), pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai, sikap kerja yang
harus ditampilkan, serta aspek kritis yang menentukan keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan
Panduan penilaian ini digunakan untuk membantu penilai dalam melakukan
penilaian atau pengujian pada unit kompetensi baik pada saat pelatihan maupun
uji kompetensi, meliputi:
a. Konteks penilaian

18
Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan
kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi kerja, serta dimana,
apa dan bagaimana penilaian seharusnya dilakukan.
b. Persyaratan kompetensi
Memberikan penjelasan tentang unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya (jika di perlukan) sebagai persyaratan awal yang diperlukan
dalam melanjutkan penguasaan unit kompetensi.
c. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
Merupakan informasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi.
d. Sikap kerja yang diperlukan
Merupakan informasi sikap kerja yang harus ditampilkan untuk tercapainya
kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi.

e. Aspek kritis
Memberikan penjelasan tentang aspek atau kondisi yang sangat
mempengaruhi atau menentukan pelaksanaan pekerjaan

F. FORMAT PENULISAN STRUKTUR SKKNI UNTUK UNIT KOMPETENSI

KODE UNIT :

JUDUL UNIT :

DESKRISI UNIT :

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. 1.1
2. 2.1
3. 3.1
4. 4.1
4.2 Dst

BATASAN VARIABEL

PANDUAN PENILAIAN

19
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKKNI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berisi latar belakang kategori atau golongan terkait dengan isi SKKNI, uraian proses
perumusan serta hasil pemetaan unit kompetensi berdasarkan kategori atau golongan.

B. Pengertian
Memberikan penjelasan tentang pengertian-pengertian yang bersifat teknis substantif
yang terkait dengan unit-unit kompetensi.

C. Penggunaan SKKNI
Memberikan penjelasan tentang pemanfaatan SKKNI pada lembaga pendidikan atau
pelatihan, Lembaga Sertifikasi Profesi dan industri.

D. Komite Standar Kompetensi


Berisi daftar atau susunan komite standar kompetensi yang dibentuk oleh Instansi
Teknis serta susunan Tim Perumus dan Tim Verifikasi yang dibentuk oleh Komite
Standar Kompetensi.

BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

A. Pemetaan dan Kemasan Standar Kompetensi


Berisi peta kompetensi dan pengemasan standar kompetensi berdasarkan kualifikasi,
jabatan atau okupasi dan kluster.

B. Daftar Unit Kompetensi


Berisi daftar dan uraian setiap unit kompetensi.

C. Uraian Unit Kompetensi

20
BAB III PENUTUP

Referensi :

1. Developing Competency Rancangan Standard-NCVER-IAPSD Australia.


2. Competensi Based Training Toturial-JGN Consulting Denver USA
http://home.att.net/-jimmer/Competency.htm
3. Bloom’s Taxonomy-Aziz El-Mutwali.Webmaster –
http://www.hct.ac.ae/gat/sec2/sec2_ab2htm
4. Bloom’s Taxonomy – http://www.nwlink.com
5. Pedoman Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi untuk assessment, Majelis
Pendidikan Kejuruan Nasional, 1997.

21
IV. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
( KKNI )

A. LATAR BELAKANG
Globalisasi, yang bermakna terbukanya batas-batas negara dan wilayah
untuk lalulintas manusia, barang dan jasa, telah menyapu seluruh permukaan
bumi dan harus disambut dan dimanfaatkan apabila ingin maju dalam bidang
ekonomi maupun bidang IPTEK.
Salah satu bentuk nyata globalisasi adalah dibentuknya kerjasama antar
negara untuk menerapkan perdagangan bebas secara bertahap seperti di
kawasan ASEAN (South East Asia Nation) dengan AFTA (Asean Free Trade
Area) yang sudah mulai tahun 2003 lalu, di kawasan Pasifik dalam bentuk
kesepakatan APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) yang akan dimulai
tahun 2020 dan negara-negara yang bergabung dalam WTO (World Trade
Organization) akan dimulai tahun 2010.

Terkait dengan ketenagakerjaan, globalisasi berimplikasi terbukanya


kesempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bekerja di luar negeri, atau
sebaliknya Tenaga Kerja Asing (TKA) bekerja di Indonesia.
Cara legal untuk membatasi arus TKA tersebut adalah dengan menyiapkan
TKI yang kompeten sehingga dengan keunggulan komparatif yang dimiliki
secara alami TKI akan dapat menguasai pasar tenaga kerja domestik.
Sebaliknya dengan keunggulan komparatif seraya juga dapat memenuhi
kebutuhan kompetensi yang dituntut negara tujuan TKI, pada akhirnya TKI
akan dapat merebut pasar kerja di luar negeri.

Atas pertimbangan tersebut maka dilakukanlah upaya-upaya pembenahan


sistem pembinaan SDM yang berorientasi pada pasar kerja global sehingga
TKI dapat diakui kompetensinya oleh pihak pengguna/dunia industri baik di
dalam maupun di luar negeri.
Salah satu upaya tersebut adalah membangun sistem pendidikan dan
pelatihan yang mengacu pada salah satu kerangka kualifikasi yang sudah
dipakai luas di dunia.
Untuk itu maka telah disusun Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI).

22
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor.

B. BEBERAPA PENGERTIAN
Beberapa referensi menyebutkan pengertian tentang :
1. Qualification is formal certification, issued by a relevant approved body,
in recognition that a person has achieved learning outcomes or
competencies relevant to identified individual, professional, industry or
community needs(AQF, 2002, version 3)
2. Qualification is qualities and skills that you needed to do the particular
activities or jobs(Fox, G., 1998, p643)
3. Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan
kedudukannya dalam KKNI
4. Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui
internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi, dan
akumulasi pengalaman kerja
5. Penyetaraan adalah proses penyandingan dan pengintegrasian capaian
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan kerja, dan
pengalaman kerja.
6. Pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan pekerjaan dalam
bidang tertentu dan jangka waktu tertentu secara intensif yang
menghasilkan kompetensi.
7. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji
kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
Standar Internasional, dan/atau Standar Khusus.
8. Sertifikat kompetensi kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa
seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
9. Profesi adalah bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi tertentu yang
diakui oleh masyarakat.

23
C. KEGUNAAN KKNI
Tanpa standar yang baku seperti KKNI, sukar sekali membangun sistem
pendidikan dan pelatihan yang efektif. Dengan kata lain, KKNI sangat
penting untuk merumuskan dan menerapkan sistem pendidikan dan
pelatihan. Kegunaan KKNI dalam konteks sistem pendidikan dan pelatihan
yang efektif antara lain :
 Pemenuhan KKNI merupakan pengakuan nasional atas luaran sistem
pendidikan dan pelatihan.
 Memahami Struktur dan Hubungan antar Kualifikasi.
 Integrasi dan Korelasi antara jenjang karir dan jenjang kualifikasi.
 Fleksibilitas paket pendidikan dan pelatihan.
 Memberi arah yang jelas kepada setiap individu untuk mengembangkan
kompetensinya.
 Mendorong optimalisasi peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan.
 Menumbuhkan pengakuan nasional dan internasional terhadap
kualifikasi SDM Indonesia.

D. JENJANG DAN PENYETARAAN

Jenjang dan Penyetaraan KKNI sebagaimana telah dirumuskan pada Perpres


Nomor 08 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
adalah sebagai berikut :

Jenjang Kualifikasi
1. KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1
(satu) sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9 (sembilan)
sebagai jenjang tertinggi.
2. Jenjang kualifikasi KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri
atas:
a. jenjang 1 sampai dengan jenjang 3 dikelompokkan dalam jabatan
operator;
b. jenjang 4 sampai dengan jenjang 6 dikelompokkan dalam jabatan
teknisi atau analis;
c. jenjang 7 sampai dengan jenjang 9 dikelompokkan dalam jabatan
ahli.

24
3. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup nilai-nilai deskripsi
umum . Rumusan deskripsi generik KKNI terdiri dari parameter-
parameter yang dapat dipilah kedalam 3 alinea yaitu :
a. Pernyataan kemampuan di bidang kerja
b. Pernyataan kemampuan yang wajib dimiliki yang beisikan
c. Pernyataan kemampuan manajerial

Sedangkan untuk setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan


dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan
kerja atau pengalaman kerja

Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan


kerja dinyatakan dalam bentuk sertifikat.
Sertifikat yang dimaksud adalah berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi,
dimana :
 Ijazah, merupakan bentuk pengakuan atas capaian pembelajaran yang
diperoleh melalui pendidikan.
 Sertifikat kompetensi , merupakan bentuk pengakuan atas capaian
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kerja.

Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman kerja dinyatakan


dalam bentuk keterangan yang dikeluarkan oleh tempat yang bersangkutan
bekerja.

Penyetaraan
Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian
pembelajaran (learning outcomes) yang dihasilkan melalui :
 Pendidikan ;
 Pelatihan Kerja ; dan
 Pengalaman Kerja

1. Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan


dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
a. lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1;
b. lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang 2;
c. lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3;
d. lulusan Diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4;
e. lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan jenjang 5;
f. lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah
setara dengan jenjang 6;

25
g. lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setaradengan
jenjang 8;
h. lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9;
i. lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8;
j. lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9.

2. Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pelatihan


kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
a. lulusan pelatihan kerja tingkat operator setara dengan jenjang 1,
2, dan 3;
b. lulusan pelatihan kerja tingkat teknisi/analis setara dengan jenjang 4,
5, dan 6;
c. lulusan pelatihan kerja tingkat ahli setara dengan jenjang 7, 8,dan 9.

Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pelatihan


kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI dilakukan dengan sertifikasi
kompetensi.

3. Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pengalaman


kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI mempertimbangkan bidang
dan lama pengalaman kerja, tingkat pendidikan serta pelatihan kerja
yang telah diperoleh.
Lama pengalaman kerja) ditentukan oleh masing-masing sektor atau
subsektor.
Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pengalaman
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan sertifikasi
kompetensi.

E. PENERAPAN KKNI
Penerapan KKNI dilakukan sebagai berikut :
1. Penerapan KKNI pada setiap sektor atau bidang profesi ditetapkan oleh
kementerian atau lembaga yang membidangi sektor atau bidang profesi
yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya.
2. Penerapan KKNI pada setiap sektor atau bidang profesi harus mengacu
pada deskripsi jenjang kualifikasi KKNI
3. Ketentuan mengenai penerapan KKNI diatur oleh Menteri yang
membidangi ketenagakerjaan dan Menteri yang membidangi pendidikan
baik secara bersama-sama atau sendirisendiri sesuai bidang tugasnya
masing-masing.

26
F. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI
Deskripsi setiap jenjang KKNI dapat dilihat pada tabel brikikut

JENJANG URAIAN
KUALIFIKASI
Deskripsi a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
umum b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam
menyelesaikan tugasnya.
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah
air serta mendukung perdamaian dunia.
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan
lingkungannya.
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,
kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original
orang lain.
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki
semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta
masyarakat luas.

Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin,


dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah
ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan
1 tanggung jawab atasannya.
Memiliki pengetahuan faktual
Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.

Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan


menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu
yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya.

27
Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan
2 faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih
penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim
timbul.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain.

Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan


menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan
sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan
kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang
sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan
tidak langsung.
Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-
3 prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang
keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai
masalah yang lazim dengan metode yang sesuai.

Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam


lingkup kerjanya
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.

Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus


spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas,
memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku,
serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas
yang terukur.
4 Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu
dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di
bidang kerjanya
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun
laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas hasil kerja orang lain.

Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih


metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun
belum baku dengan menganalisis data, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
5 prosedural.

28
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan
tertulis secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.

Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan


memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu
beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.

Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara


umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
6 pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis
informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam
memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan
kelompok
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.

Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah


tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif
kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah
pengembangan strategis organisasi
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
7 teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui
pendekatan monodisipliner.
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua
aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang
keahliannya.

Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau


seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya
melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
8 teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui
pendekatan inter atau multidisipliner
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat
bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat
pengakuan nasional dan internasional.

29
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek
profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya
kreatif, original, dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
9 teknologi, dan/ atau seni di dalam bidang keilmuannya
melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.

V. STANDAR LATIH KOMPETENSI

A. PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN STANDAR LATIH KOMPETENSI


Standar Latih Kompetensi adalah rumusan suatu kurikulum & silabus
pendidikan dan pelatihan, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
yang dilandasi oleh pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan dan
didukung sikap kerja yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja
terkait.
Standar Latih Kompetensi ( SLK ) disusun mengacu kepada SKKNI
(Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang telah
dikonvensikan secara nasional dan ditetakan oleh Menteri skctor terkait
atau Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi RI .
Berdasarkan rumusan Kriteria Unjuk Kerja dari setiap elemen
kompetensi pada sebuah Unit Kompetensi , dianalisis persyaratan
kompetensinya yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja yang dipersyaratkan.
Hasil rangkuman kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
tersebut dipergunakan sebagai dasar penyusunan kurikulum dan
silabus untuk standar Latih Kompetensi

2. MANFAAT STANDAR LATIH KOMPETENSI

30
Standar Latih Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga / institusi
yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai
dengan kebutuhan masing-masing :
a. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan
 Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,
 Sebagai acuan dalam membuat modul ajar untuk:
a. Pendidikan berbasis kompetensi
b. Pelatihan kerja berbasis kompetensi
c. Pembekalan uji kompetensi
 Sebagai acuan dalam melakukan penilaian pendidikan dan
pelatihan berbasis kompetensi,
b. Untuk dunia usaha/industri pengguna tenaga kerja
 Sebagai acuan dalam melakukan analisa kebutuhan pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja
 Sebagai acuan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi
tenaga kerja
 Dapat digunakan untuk membuat rencana promosi jabatan
 Untuk persiapan mengikuti uji kompetensi dalam rangka pra uji
kompetensi
c. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
 Sebagai acuan dalam melakukan pelatihan atau pembekalan
tenaga kerja yang diakhiri dengan uji kompetensi
 Sebagai acuan untuk menentukan materi pelatihan bagi peserta
uji kompetensi ( Keterampilan Kerja ) yang direkomendasikan
belum kompeten oleh tim asesor Badan Sertifikasi karena
pengetahuaannya dinyatakan kurang ataupun karena
keterampilannya dinyatakan kurang. (sebagai proses dalam
pemberian sertifikat kompetensi) .

31
B. PENYUSUNAN STANDAR LATIH KOMPETENSI
1. PROSES PENYUSUNAN STANDAR LATIH KOMPETENSI.
Sama halnya dengan penyusunan Standar kompetensi, Standar Latih
Kompetensi pada dasarnya juga merupakan suatu dokumen yang
dipergunakan sebagai acuan atau referensi untuk berbagai keperluan dan
dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, Untuk itulah
dokumen tersebut harus informatif bagi para penggunanya.
Standar Latih kompetensi disusun melalui beberapa tahapan, yaitu
pembentukan tim pengembang, pengumpulan referensi, penyusunan draf,
validasi draf, pembahasan dalam workshop, penyempurnaan dan
penetapan
a. Pembentukan tim pengembang
Tim penyusun standar latih kompetensi dibentuk dengan
mengikutsertakan unsur-unsur Praktisi, Asosiasi Profesi, Asosiasi
Pengusaha, Para Pakar, Praktisi Pendidikan dan Pelatihan, Serikat
pekerja yang terkait dan sesuai dengan bidang keahlian / Keterampilan
atau sektor industri yang akan dikembangkan. Tim pengembang
tersebut dapat bersifat “ad hoc” dan akan berakhir bila telah
menyelesaikan tugasnya.
b. Pengumpulan referensi
Data dan informasi yang berkaitan dengan penyusunan standar seperti
uraian pekerjaan/jabatan, SOP yang terkait, manual, peraturan
perundang-undangan, standar produksi, kamus istilah, referensi adaptif
dan referensi lain yang terkait dengan bidang keahlian/sektor industri
yang akan dikembangkan dikumpulkan dan dipilah berdasarkan
katagorinya.
c. Penyusunan draf I
Pada tahap ini draf standar latih kompetensi disusun dengan
menetapkan lingkup bidang keahlian / keterampilan , mengidentifikasi
unit-unit kompetensi, menganalisa pengetahuan , keterampilan dan
sikap kerja yang diharapkan pada rumusan criteria unjuk kerja untuk
menentukan kurikulum dan silabus ,menetapkan criteria penilaian,
menetapkan strategi pembelajarannya, dan menetapkan penilaian hasil
pembelajaran .

32
d. Validasi draf I
Draf I yang telah tersusun divalidasikan kepada pihak yang terkait atau
“stake holder” yang kompeten, untuk memberikan masukan dan
koreksi serta keterbacaan dari draf tersebut. Dalam proses validasi
tersebut harus dilakukan secara sistimatis sesuai dengan kelaziman
yang berlaku dalam kegiatan validasi suatu konsep.
e. Workshop
Workshop pengembangan standar latih kompetensi dimaksudkan untuk
memperoleh masukan yang lebih kompeten dari pihak yang terkait dan
relevan. Worshop harus diselenggarakan secara formal pada tingkat
nasional.

2. FORMAT STANDAR LATIH KOMPETENSI


Kode Pelatihan
Terdiri dari berapa huruf dan angka yang disepakati oleh para pengembang dan
industri terkait
Judul Pelatihan
Merupakan fungsi tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang mendukung sebagian
atau keseluruhan bakuan kompetensi. Judul unit biasanya menggunakan kalimat aktif
yang diawali dengan kata kerja aktif
Diskripsi
Penjelasan singkat tentang unit tersebut berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan
yang akan dilakukan
Waktu
Waktu yang dibutuhkan minimal dalam pelaksanaan diklat berbasis kompetensi yang
mencakup teori dan praktik
Tujuan
Menjelaskan konteks unit kompetensi dengan kondisi pendidikan dan pelatihan yang
akan dilakukan, prosedur atau kebijakan yang harus dipatuhi pada saat melakukan
pendidikan dan pelatihan tersebut.
Sasaran
Rangkuman dari esensi yang dikandung dari unit kompetensi
Prasyarat
Menjelaskan konteks unit kompetensi dengan kondisi peserta yang akan mengikuti
pendidikan dan pelatihan

33
Kurikulum dan Silabi
Materi teori dan praktik yang diambil dari kriteria unjuk kerja, kondisi unjuk kerja
dan acuan penilaian dari suatu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Hasil Belajar
Menjelaskan kondisi peserta yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
Kriteria Penilaian
Acuan penilaian peserta yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
Strategi Pembelajaran
Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara teori
Strategi Pelaksanaan Praktik
Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara
praktik
Referensi
Acuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Penilaian Hasil Pelatihan
Rating angka yang digunakan sebagai acuan keberhasilan peserta pendidikan dan
pelatihan
Lembaga Pelaksana
Lembaga pendidikan dan pelatihan

3. Analisis Kompetensi dari Kriteria Unjuk Kerja


Untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja apa yang
diperlukan pada sebuah unit kompetensi adalah dengan cara melakukan analisa
terhadap masing-masing kriteria unjuk kerja pada setiap elemen kompetensi yang
ada pada standar kompetensi . Cara menganalisanya dengan bantuan tabel
dibawah ini. Hasil dari analisa ini yang akan dituangkan ke dalam format Standar
Latih Kompetensi ( SLK )

PAKET PELATIHAN : kualifikasi jabatan


NO.
JUDUL UNIT KOMPETENSI :
KOD
E
ELEMEN PERSYARATAN KOMPETENSI

34
KOMPETENS KRITERIA UNJUK PENGETA KETERA
SIKAP
I KERJA HUAN MPILAN

Contoh Analisa Kriteria Unjuk Kerja dari Unit Kompetensi : Merencanakan Pola
Pengeboran dan Peledakan , sbb:

PAKET PELATIHAN : AHLI PELEDAKAN


KOD INA.5220.213.0 JUDUL UNIT KOMPETENSI :
03.05
E: 5 Merencanakan pola pengeboran dan peledakan
ELEMEN PERSYARATAN KOMPETENSI
KRITERIA
KOMPETEN PENGETA KETERAMPI
UNJUK KERJA SIKAP
SI HUAN LAN

1. Merencanak 1.1 Jenis dan daya  Bahan  Menghitung  Cermat


an kapasitas ledak bahan peledak kebutuhan  Teliti
peledakan peledak dikenali  Karekteris bahan  Disiplin
dengan baik ik material peledak
1.2 Kebutuhan  Pola penge  Memperhitun
bahan peledak boran gkan akibat
dihitung secara  Lingkunga peledakan
tepat dan cermat n hidup terhadap
material yang
diledakan
1.3 Pecahan dan
material hasil lingkungan
peledakan dan
ditagertkan
dihitung secara
teliti dan cermat

35
1.4 Keretakan
material yang
mungkin terjadi
di pinggiran
lubang lubang
peledakan
dihitung secara
teliti dan cermat
1.5 Dampak
peledakan
terhadap
lingkungan  Tekun
dihitung secara  Konsisten
2. Merencanak teliti dan cermat  Pola  Jujur
an pola peledakan
pengeboran 2.1 Desain pola  Material  Membuat dan
dan peledakan yang akan menentukan
peledakan ditentukan diledakan desain
berdasarkan  Lingkunga peledakan
situasi dan n, Metoda berdasarkan
kondisi serta kerja situasi,
target hasil  Instruksi kondisi dan
peledakan kerja, target hasil
2.2 Besaran/ jarak SMK3 peledakan
antara setiap  Membuat
titik pengeboran metoda kerja
dihitung secara dan instruksi
teliti dan cermat kerja berbasis
2.3 Metoda kerja SMK3  Objektif
dan instruksi  Objektif
kerja dibuat
3. Melakukan berbasis SMK3
pemilihan  Jenis
peralatan 3.1 Jenis bahan bahan  Memahami
dan bahan peledak dan peledak secara
peledak kegunaannya  Manajeme mendalam
dikenali dengan n peralatan jenis bahan
baik dan dipilih  Jenis dan peledak dan
sesuai dengan kapasitas kegunaannya
target peledakan peralatan  Memilih
3.2 Pemilihan  Kondisi peralatan
peralatan dan situasi yang tepat
berdasarkan lapangan sesuai

36
jenis dan kebutuhanny
kapasitasnya a
dilakukan
berdasarkan
target
peledakan
dengan tetap
memperhatik
an
lingkungan

CONTOH STANDAR LATIH KOMPETENSI

STANDAR LATIH KOMPETENSI


BIDANG PEKERJAAN KONSTRUKSI BATU / BETON

KODE PELATIHAN :

JUDUL PELATIHAN : Membuat Pasangan Pondasi Batu Belah

DISKRIPSI : Standar Latih ini berkaitan dengan pengetahuan teknik


dasar pekerjaan pasangan pondasi batu belah

WAKTU : 10 jam pelajaran (@ 45 menit)

I. TUJUAN : Untuk menghasilkan tenaga kerja terampil jasa konstruksi


yang memiliki kompetensi di bidang pemasangan pondasi
batu belah sesuai dengan standar.

II. SASARAN : Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan ini peserta


mampu memahami prosedur, mempersiapkan dan
melaksanakan pemasangan pondasi batu belah .

III. PRASYARAT : Pendidikan formal minimum SLTP

37
IV. KURIKULUM DAN SILABI

1. Perkakas kerja dan peralatan K3 2 JP


1.1. perkakas kerja ( sendok, waterpas , palu dll )
1.2. peralatan K3 ( Baju kerja, sarung tangan,sepatu kerja dan helm )

2. Pengetahuan Bahan 2 JP
2.1. Bahan Mortar ( pasir, semen, air dll )
2.2. Batu Belah

3. Cara Pemasangan Pondasi Batu Belah 2 JP


3.1. Pembacaan Gambar rencana
3.2. Cara Pemasangan
3.3. Cara Perawatan hasil pasangan

4. Praktik 4 JP
4.1. Pemasangan pondasi batu belah
4.2. Perawatan hasil pasangan

HASIL BELAJAR : Setelah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan ini


peserta mampu :

Hasil Belajar 1 : Memahami pengetahuan tentang perkakas kerja dan


peraltan K 3

Krtiteria Penilaian : 1.1. Menjyebutkan perkakas kerja untuk pasangan


pondasi batu belah
1.2. Menyebutkan peraltan K 3 yang digunakan

Hasil Belajar 2 : Memahami pengetahuan tentang bahan pasangan


pondasi batu belah

Kriteria Penilaian : 2.1. Menyebutkan bahan untuk mortar


2.2. Menyebutkan bahan batu belah

Hasil Belajar 3 : Memahami cara pemasangan pondasi


batu belah

38
Kriteria Penilaian : Menjelaskan cara membaca gambar
rencana
Menjelaskan cara pemasangan podasi batu
belah
Menjelaskan cara melakukan perawatan
hasil pasangan.

Hasil Praktik : Memahami praktik pemasangan pondasi batu belah

Kriteria Penilaian : 6.1. Melaksanakan pemasangan pondasi batu belah


6.2. Melaksanakan perawatan hasil pasangan.

STRATGI : Strategi pembelajaran dan tujuan pelatihan harus


PEMBELAJARAN cocok baik menurut teori maupun praktek. Proses
pembelajaran dan pengujian disesuaikan dengan
urutan dari materi mata ajar.

STRATEGI : Strategi pelaksanaan praktek dapat dilakukan dengan


PELAKSANAAN cara miniatur atau praktek langsung dilapangan
PRAKTIK

REFERENSI :  Standar Kompetensi Personal No. L................


 Standard Operation Prosedure (SOP) terkait
 Contoh-contoh gambar rencana daripemasangan
pondasi batu belah .

V. PENILAIAN HASIL PELATIHAN:


1. Setiap akhir pelatihan teori dan praktek diakhiri dengan tes
2. peserta latih mendapat sertifikat pelatihan bila hasil penilaian minimal 80%

VI. LEMBAGA PELAKSANA


Lembaga Penyelenggara Diklat adalah lembaga yang terkreditasi

Referensi :

1. Undang-Undang No.18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi


2. Undang-Undang No.13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan
3. Undang –Undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Penddidikan Nasional

39
4. Benyamin S. Bloom, Bertram B, Mesia and David R. Krathwohl (1964).
Taxonomy of Educational Objectives (two vols: The Affective Domain T The
Cogniive Domain) New York. David Mckay
5. Developing Competency Standard-NCVER-IAPSD Australia.
6. Competensi Based Training Toturial-JGN Consulting Denver USA
http://home.att.net/-jimmer/Competency.htm
7. Bloom’s Taxonomy-Aziz El-Mutwali.Webmaster –
http://www.hct.ac.ae/gat/sec2/sec2_ab2htm
8. Bloom’s Taxonomy – http://www.nwlink.com
9. Pedoman Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Dikmenjur Depdiknas,
tahun 2002
10. Materi Pelatihan Asesor ATKI Berbasis Kompetensi, Bidang Distribusi ,
Angkatan VIII, IATKI Bandung, tahun 2004
11. Asrizal Tatang, Penyusunan Bakuan Kompetensi dan Bakuan Latih
Kompetensi PJT-BU Jasa Konstruksi, makalah , tahun 2005

40

Anda mungkin juga menyukai