Anda di halaman 1dari 6

S TATU T A

WADAH KOMUNITAS PEDULI BENCANA


PACITAN

A. P EM BUK
BUKAAN

Kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis telah menempatkan


Pacitan dalam posisi yang rawan terhadap bencana. Hampir seluruh wilayah
rentan terhadap bencana. Pacitan mempunyai 12 jenis bencana yaitu banjir,
kekeringan, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, longsor, cuaca ekstrim,
gelombang ekstrim dan abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan
permukiman, konflik sosial/kerusuhan, epidemi dan wabah penyakit, serta
kegagalan teknologi, yang dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori bencana, yaitu
geologi, hidrometeorologi, biologi, kegagalan teknologi, dan sosial.
Keberadaan Pacitan yang berada di pesisir pantai selatan Pulau Jawa dekat
dengan pertemuan 2 lempeng dunia yaitu lempeng tektonik Eurosia dan Indo
Australia berdampak pada rawan terjadinya longsor, banjir bandang, gempa dan
tsunami. Apalagi kota Pacitan dilewati sesar Grindulu yang membujur sampai ke
gunung Wilis. Hal ini menyebabkan Pacitan sangat rawan terjadinya gempa besar
seperti di Bantul, Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Selain itu, kondisi sebagian tanah Pacitan yang cenderung kering dan kapur
juga mengandung kerawanan tersendiri. Kekeringan sering melanda beberapa
wilayah Kabupaten Pacitan, seperti daerah Donorojo, Punung, Sudimoro dan
beberapa daerah lain. Hampir setiap musim kemarau daerah-daerah tersebut
dapat dipastikan kekurangan air jernih.
Sungai Grindulu yang merupakan pertemuan 2 anak sungai besar berdampak
pada meningkatnya potensi banjir. Belum lagi kondisi pendangkalan sungai yang
begitu cepat sangat berpotensi meluapnya air sungai Grindulu, dimana hal ini juga
sudah sering terjadi. Belum lagi ditambah ketinggian Kota Pacitan yang kurang
dari 10 m dpl.
Ragam budaya dan etnis yang ada, yang merupakan aset dan modal utama
pembangunan daerah, juga berkontribusi pada peningkatan kerentanan konflik
sosial. Kemajuan teknologi dan industri ditengarai menjadi faktor lain yang
berpengaruh. Pesatnya pertumbuhan industri dan kemajuan teknologi yang
ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kenyataannya berdampak
pada peningkatan ancaman bencana bila terjadi suatu kegagalan teknologi.
Terjadinya bencana mengakibatkan kerugian fisik maupun non-fisik, yang
kemudian berpengaruh pada terhambatnya pembangunan. Pada kenyataannya,
bencana merupakan isu yang kompleks dan memerlukan suatu perencanaan yang
matang dalam penanggulangannya. Namun sampai saat ini upaya penanggulangan
bencana di Pacitan pada umumnya masih belum dilakukan secara sistematis dan
terencana. Langkah-langkah penanggulangan bencana selama ini dirasa masih
kurang efektif, cenderung bersifat kuratif, parsial, dan sektoral. Semakin banyak
pelaku penanggulangan bencana, di satu sisi akan merupakan potensi dalam
rangka meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana,
namun kurang dan lemahnya koordinasi dan komunikasi, termasuk keberadaan
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) di tingkat Kabupaten/ Kota yang
masih belum menyeluruh dan fungsinya juga belum maksimal, tidak jarang
mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kegiatan ataupun bahkan langkah
penting tidak terambil. Selain itu, dengan sistem otonomi daerah dimana
menempatkan pemerintah setempat sebagai pihak yang bertanggung jawab
terhadap upaya penanggulangan bencana, sementara di sisi lain, lemahnya
koordinasi dan komunikasi antar pemerintah dapat semakin meningkatkan risiko
bencana di suatu wilayah.
Untuk mengharmonikan koordinasi dan komunikasi dalam sistem
penanggulangan bencana untuk mendukung terwujudnya kesiapsiagaan dan
ketahanan masyarakat terhadap bencana, maka dipandang perlu segera
membentuk sebuah wadah komunitas peduli bencana yang melibatkan berbagai
pihak terkait, sehingga diharapkan dapat mengakomodir berbagai isu dan masukan
dari berbagai pihak secara komprehensif dan berkesinambungan, sebagai sebuah
wadah mandiri yang akan menjadi mitra Pemerintah, dalam hal ini BPBD
Kabupaten Pacitan dalam peran penurunan resiko bencana yang kemudian dapat
menekan kerugian yang akan dialami, sekaligus dalam rangka upaya adaptasi
terhadap bahaya dan ancaman.

B. BENTUK LEMBAGA

Wadah Komunitas Peduli Bencana ini adalah sebuah wadah yang mandiri, yang
didalamnya tergabung multipihak yang peduli terhadap usaha membangun
gerakan PRB di Pacitan, dengan mendasarkan pada mekanisme dan kerangka kerja
yang dirumuskan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berperspektif PRB di
Pacitan secara terintegrasi, serta sejalan dengan konsep PRB di tingkat propinsi
dan nasional.

C. VISI DAN MISI

1. VISI :
Terwujudnya lembaga yang mempunyai kompetensi dan terpercaya dalam
usaha mewujudkan gerakan pengurangan risiko bencana bersama masyarakat
Pacitan.

2. MISI :
a. Meningkatkan kapasitas anggota wadah untuk memastikan upaya
pengurangan risiko bencana dijalankan oleh anggota wadah secara
terintegrasi dan sinergi dengan gerakan pengurangan risiko bencana
berbagai organisasi maupun kelompok sosial;
b. Membangun komunikasi antar pihak dalam rangka mengintegrasikan dan
mensinergikan upaya pengurangan risiko dengan pembangunan
penanggulangan bencana di Pacitan;
c. Membangun gerakan pengurangan risiko bencana secara bertahap,
berkesinambungan, dan berkelanjutan, sebagai pengarusutamaan dalam
pembangunan, baik bagi pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, yang
terintegrasi dengan Sistem Penanggulangan Bencana di Pacitan.

D. TUJUAN

1. TUJUAN INTERNAL :
Tercapainya peningkatan kapasitas serta membangun komitmen anggota wadah
dalam usaha pengurangan risiko bencana yang sinergi dan terintegrasi dengan
penanggulangan bencana di Pacitan.

2. TUJUAN EKSTERNAL
a. Tercapainya pemahaman dan kesadaran berbagai pihak untuk mendukung
upaya pengembangan risiko bencana yang sinergi dan terintegrasi dengan
mandat, tugas, dan fungsi masing-masing;
b. Tercapainya kemitraan antar multipihak dalam pelaksanaan manajemen
penanggulangan bencana di Pacitan;
c. Tercapainya penyelenggaraan pendampingan teknis kepada semua pihak
dalam mewujudkan Pacitan yang siaga, tanggap, dan tangguh dalam
Penanggulangan Bencana.

E. PERAN DAN FUNGSI

1. PERAN :

Lembaga berperan aktif dalam usaha membangun sinergitas gerakan


pengurangan risiko bencana di kawasan Pacitan dengan melibatkan semua
pihak sesuai tugas dan fungsinya.

2. FUNGSI :

a. Mitra Kritis :
Sebagai mitra sejajar dengan seluruh pihak, yang saling menghormati
serta siap memberi kritik, ide, dan saran dalam rangka pembangunan
Manajemen Penanggulangan Bencana;
b. Bantuan Teknis :
Memberikan bantuan dan pendampingan teknis kepada berbagai pihak,
khususnya tentang manajemen penanggulangan bencana;
c. Rujukan :
Menjadi rujukan semua pihak dalam manajemen penanggulangan bencana;
d. Penguatan Kapasitas :
Memberikan penguatan kapasitas bagi anggota wadah dan berbagai pihak
tentang manajemen penanggulangan bencana;
e. Koordinatif :
Mewadahi kepentingan sekaligus mengakomodasi semua pihak;
f. Motivator :
Mendorong / memotivasi semua pihak untuk mewujudkan tatanan di
Pacitan yang berperspektif upaya pengurangan risiko bencana;
g. Fasilitator :
Memfasilitasi dan mengakomodir forum-forum tematik yang telah ada
melalui pendekatan partisipatif sebagai bagian dari gerakan pengurangan
risiko bencana;
h. Advokator :
Melakukan berbagai upaya advokasi dalam rangka pengembangan
kebijakan pengurangan risiko bencana.

F. NILAI

Nilai yang mendasari gerakan pengurangan risiko bencana bagi anggota wadah
adalah :
1. Sukarela :
Tidak ada paksaan ; secara sungguh-sungguh dan berkomitmen.
2. Setara :
Saling menghargai semua potensi berbagai pihak.
3. Profesional :
Berdasarkan disiplin ilmu dan pengetahuan secara bertanggungjawab.
4. Sosial :
Tidak berdasarkan aliran politik tertentu atau kepentingan lain selain untuk
kepentingan sosial.
5. Non diskriminasi :
Tidak membedakan siapapun dalam bersikap.
6. Kerjasama :
Menjalin kerjasama dengan pihak manapun dengan prinsip saling
menguntungkan, terbuka, dan setara.
7. Akuntabel :
Dapat dipertanggungjawab dan gugatkan.
8. Netralitas :
Tidak menjadi pendukung/mendukung kepentingan pihak manapun.
9. Independen :
Bebas dari konflik kepentingan.

G. SIFAT

1. Nirlaba :
Tidak berorientasi pada keuntungan finansial, baik bagi anggota maupun
wadah;
2. Terbuka :
Terbuka terhadap masukan ide, kritik, dan saran membangun, serta terbuka
keanggotaan bagi siapapun sepanjang sesuai dengan visi dan misi lembaga;
3. Menghargai potensi dan budaya lokal :
Menempatkan potensi dan budaya lokal sebagai bagian yang terintegrasi
dalam gerakan upaya pengurangan risiko bencana.

H. KEANGGOTAAN

1. ANGGOTA LEMBAGA :
a. Anggota wadah adalah lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap
upaya pengurangan risiko bencana di wilayah Pacitan, serta lembaga yang
mempunyai visi dan misi sejalan dengan wadah;
b. Anggota wadah adalah lembaga yang bebas dari keterkaitan dengan partai
politik apapun;
c. Anggota menyatakan diri secara resmi dan sah menjadi anggota wadah ;
d. Setiap lembaga menunjuk seorang wakil yang secara resmi dan sah
mewakili lembaga untuk terlibat dalam urusan wadah;
e. Keanggotaan lembaga tidak dibatasi waktu.

2. KEWAJIBAN ANGGOTA :

a. Aktif :
1) Mengikuti setiap agenda pertemuan, sosialisasi, dan kegiatan-kegiatan
upaya pengurangan risiko bencana;
2) Menghimbau dan mengajak berbagai pihak untuk selalu melakukan
kegiatan-kegiatan upaya pengurangan risiko bencana;
b. Berkontribusi :
1) Memberikan data, informasi, dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan upaya pengurangan risiko bencana;
2) Memberikan bantuan berupa dana serta pengetahuan yang bermanfaat
untuk pengembangan upaya pengurangan risiko bencana.
c. Menghargai :
Mengakui adanya peran berbagai pihak lain yang dapat berkontribusi pada
upaya pengurangan risiko bencana.

3. HAK ANGGOTA :

a. Informasi :
Mendapatkan berbagai data dan informasi termasuk pemutakhirannya
yang berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencana;
b. Penguatan Kapasitas :
Mendapatkan kesempatan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang
berkaitan dan mendukung upaya pengurangan risiko bencana;
c. Mewakili :
Memiliki kewenangan sepenuhnya sebagai wakil lembaga untuk berperan
dalam gerakan upaya pengurangan risiko bencana.
d. Memilih dan dipilih menjadi pengurus :
Mempunyai kesempatan dan hak untuk memilih dan dipilih menjadi
pengurus wadah.

4. UNSUR KEANGGOTAAN :

a. Anggota :
Lembaga yang menunjuk perwakilannya yang secara resmi dan sah
menyatakan sebagai anggota wadah;
b. Mitra Lembaga :
Lembaga yang karena berbagai hal (aturan lembaga, kedudukan, aktifitas,
waktu, dan sebagainya) tidak bisa menjadi anggota, namun menyatakan
diri sebagai mitra;
c. Kesekretariatan Lembaga :
Adalah sebuah tim yang diberi mandat oleh lembaganya untuk mengelola
semua urusan wadah untuk memastikan lembaga berfungsi.

I. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Wadah melakukan berbagai kegiatan di wilayah Pacitan serta di Luar Pacitan


apabila diperlukan, dalam kerangka kerja upaya pengurangan risiko bencana,
mencakup :
a. Membangun gerakan;
b. Pembangunan berperspektif pengurangan risiko bencana;
c. Penanganan bencana.

J. ORGANISASI FORUM

1. DEWAN KEHORMATAN :
Adalah individu yang memiliki kompetensi, yang aturan ketentuannya diatur
dalam Musyawarah Besar;

2. DEWAN PENGURUS :
a. Adalah sekumpulan individu (ketua dan kantor), yang mendapatkan
mandat secara resmi dan sah oleh masing-masing lembaganya;
b. Dipilih oleh forum dalam Musyawarah Besar;
c. Memiliki batasan waktu masa bakti.

K. MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Mekanisme pengambilan keputusan dilakukan melalui beberapa tingkatan :


a. Musyawarah Besar;
b. Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Kehormatan;
c. Rapat Harian Dewan Pengurus;

2. Penentuan tingkatan pengambilan keputusan didasarkan atas tingkatan jenis


keputusan dan tingkatan kepentingannya.

3. Tata urutan peraturan dan / atau keputusan :


a. Statuta;
b. Keputusan Musyawarah Besar;
c. Keputusan sekretariat/Pengurus.

L. MUSYAWARAH BESAR PERTAMA

Agenda Musyawarah Besar pertama :


1. Penerimaan anggota;
2. Merumuskan dan mensyahkan statuta;
3. Menunjuk formatur untuk memilih :
a. Pengelola Wadah (Dewan Pengurus);
b. Dewan Kehormatan.

M. PERUBAHAN STATUTA

1. Statuta dirumuskan oleh tim perumus dan mendapatkan masukan dari


berbagai pihak, yang selanjutnya disahkan dalam Musyawarah Besar Pertama;
2. Dalam proses selanjutnya, statuta bisa dirubah sesuai kebutuhan dan
disepakati hanya dalam Musyawarah Besar anggota wadah.

L. PENUTUP

Statuta ini mulai berlaku dan mengikat bagi seluruh anggota wadah sejak tanggal
ditetapkan dan disahkan dalam Musyawarah Besar Pertama.

Anda mungkin juga menyukai