Anda di halaman 1dari 15

Abstrak

Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat pada hampir semua produk susu. Laktosa tidak dapat

langsung diserap oleh tubuh sehingga harus di hidrolisis terlebih dahulu menjadi galaktosa dan

glukosa. Namun tidak semua orang dapat menghidrolisis laktosa dikarenakan beberapa faktor

misalnya orang tersebut mengalami intoleransi laktosa yang membuat orang tersebut tidak dapat

mengubah laktosa menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yang mampu diserap oleh tubuh.

Enzim laktase juga berperan dalam mengkatalis atau sebagai biokatalisator yang membantu

hidrolisis laktosa. Jika laktosa tidak diserap oleh tubuh dengan baik maka dapat menyebabkan

laktosa tertimbun didalam usus besar orang tersebut sehingga orang tersebut akan mengalami

gejala-gejala seperti mual, muntah, dan gerak peristaltik.

Kata kunci: Laktosa, Enzim Laktase, dan Intoleransi laktosa.

Abstract

Lactose is a carbohydrate found in almost all dairy products. Lactose can not be directly

absorbed by the body so it must be hydrolyzed first into galactose and glucose. But not everyone

can hydrolyze lactose due to several factors such as the person experiencing lactose intolerance

that makes the person unable to convert lactose into a simpler carbohydrate that can be absorbed

by the body. Lactase enzymes also play a role in catalyzing or as biocatalysts that help lactose

hydrolysis. If lactose is not absorbed by the body properly it can cause lactose to accumulate in

the person's colon so that the person will experience symptoms such as nausea, vomiting, and

peristaltic movement.

Keywords: Lactose, Lactase Enzyme, and Lactose Intolerance.


Pendahuluan

Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan bayi mammalia,

termasuk manusia, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Namun,

susu termasuk bahan pangan mudah rusak dan memiliki umur simpan yang pendek. Oleh

karena itu, untuk dapat mengkonsumsi susu harus diolah terbih dahulu misalnya

dipanaskan atau dijadikan dalam bentuk bubuk. Disamping itu, pengembangan produk

pangan menggunakan bahan baku susu sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, seperti es

krim, yogurt, keju dan mentega.

Salah satu produk pangan berbahan susu yang menjadi favorit adalah es krim yang di

dalamnya mengandung karbohidrat dalam bentuk disakarida, yaitu laktosa. Laktosa saat dicerna

perlu dihidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa terlebih dahulu supaya bisa diserap oleh dinding

usus dan memasuki peredaran darah. Untuk proses hidrolisa tersebut diperlukan enzim laktase,

yang terdapat pada mikrovilli mukosa usus halus. Apabila laktosa tidak bisa dicerna dengan baik,

hal ini menjelaskan adanya defisiensi enzim laktase yang juga biasa disebut intolerensi laktosa.

Laktosa yang tidak bisa terpecah menjadi glukosa dan galaktosa inilah yang akan menimbulkan

beberapa manifestasi klinis yang beragam, mulai dari sakit perut, mual, muntah, kembung, hingga

diare. Sehingga dalam tulisan ini akan diuraikan secara ringkas mengenai laktosa dan mekanisme

terjadinya intoleransi laktosa.


Karbohidrat
Karbohidrat berasal dari pengertian atom karbon yang terhidrasi dengan rumus(CH2O)n.

Tetapi pengertian ini sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena banyak senyawa karbohidrat yang

tidak mengandung atom hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2:1, misalnya gula

deoksiribosa yang mempunyai rumus C5H10O4. Disamping itu banyak pula karbohidrat yang

mengandung atom lain seperti nitrogen, sulfur dan lain-lain yang menunjukkan tidak sesuainya

dengan rumus karbohidrat tersebut. Walaupun demikian, nama karbohidrat ini sampai sekarang

masih terus dipergunakan.

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang pertama lebih

dikenal sebagai golongan aldosa dan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui

bahwa karbohidrat adalah suatu polimer. Dan senyawa yang menyusunnya adalah monomer-

monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan,

yaitu monosakarida, oligosakarida (disakarida), dan polisakarida.

1. Monosakarida

Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis

menjadi karbohidrat lain. Bentuk lain dibedakan kembali menurut jumlah atom C yang

dimiliki dan sebagai aldosa dan ketosa. Monosakarida yang terpenting adalah

glukosa,galaktosa, dan fruktosa.

2. Disakarida

Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas

beberapa molekul monosakarida yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan

monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dalam alam ialah disakarida.

Disakarida merupakan karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul

monosakarida yang sama atau berlainan, contohnya sukrosa, maltosa dan laktosa.
3. Polisakarida

Karbohidrat yang tersusun lebih dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat

berantai lurus atau bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim

tertentu yang kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan

oligosakarida dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida.

Contoh polisakarida, yaitu amilum, glikogen, dan selulosa

Laktosa

Dengan hidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa, karena ini

laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1

pada galaktosa dan atom nomor 4 pada glukosa. Oleh kerenanya molekul laktosa masih

mempunyai gugus -OH glikosidik. Dengan demikian laktosa mempunyai sifat mutarotasi. Laktosa

berikatan melalui ikatan α (1,4)-glikosidik yang mempunyai satu atom karbon hemiasetal, maka

laktosa juga termasuk dalam disakarida pereduksi.

(isi keterangan)

Laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat hanya pada susu mammalia, termasuk

ASI, merupakan hal yang penting. Ini dikarenakan hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa,

adalah senyawa yang penting untuk pembentukan serebrosida. Serebrosida ini penting untuk

perkembangan dan fungsi otak pada tumbuh kembang anak.


Enzim Laktase

Dinding usus halus terdiri atas lapisan serosa, lapisan otot, lapisan sub mukosa dan lapisan

mukosa. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkuler, yang menonjol ke

dalam lumen ± 3-10 mm. Lipatan tersebut nyata pada duodenum dan jejunum, menghilang pada

pertengahan ileum. Pada lipatan-lipatan tersebut (vilus) terdapat mikrovili, yang pada mikroskop

elektron tampak sebagai brush border. Enzim-enzim yang terletak pada brush border

menyelesaikan proses absorpsi. 1,5

(keterangan)

Di sekeliling vilus terdapat kripta lieberkuhn yang merupakan kelenjar-kelenjar usus yang

menghasilkan sekret mengandung enzim-enzim pencernaan termasuk laktase. Sel-sel yang tidak

berdiferensiasi di dalam kripta berproliferasi cepat dan bermigrasi ke ujung vilus dimana mereka

menjadi sel-sel absortif. Enzim laktase merupakan protein enzim dan hanya bekerja pada subsrat

tertentu dan memiliki peran sebagai biokatalisator. Peran enzim sebagai biokatalis dibedakan

menjadi hidrolase, oksdioreduktase, transferase, liase, ligase, dan isomerase. Dalam kasus ini,
enzim laktase sebagai liase memiliki peran untuk mengatalisis pemecahan ikatan-ikatan kovalen

tertentu seperti pemecahan laktosa dan sebagai hidrolase beperan dalam menghidrolisis laktosa

agar proses absorbsi dapat berlangsung.2,8

Karbohidrat yang dimakan diserap dalam bentuk monosakarida (glukosa, galaktosa dan

fruktosa). Karena itu laktosa harus dihidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa agar proses absorpsi

dapat berlangsung. Hidrolisa ini dilakukan oleh laktase (β-galactosidase). Bila ada kerusakan

mukosa (serangan gastroenteritis), enzim laktase yang selalu mendapat gangguan (defisiensi

laktase sekunder) dan hal ini yang paling sering dijumpai. Laktase akan kembali normal saat

mukosa usus mengalami penyembuhan, namun dalam prosesnya memerlukan waktu yang cukup

lama.

Aktivitas enzim laktase bekerja pada pH optimal 5,5-6,0 dan mulai terdeteksi pada bulan

ketiga kehamilan. Aktivitas enzim ini akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, dari

30% pada kehamilan 26-34 minggu menjadi 70% pada kehamilan 35-38 minggu dan mencapai

100% pada usia 2-4 minggu setelah lahir. Kadar tersebut bertahan sampai 2-5 tahun. Setelah itu

aktivitas enzim laktase secara genetik akan menurun dan mencapai kadar terendah pada masa

dewasa.

Intolerance Lactase

Intoleransi laktosa dapat terjadi karena adanya defisiensi enzim laktase dalam brush border

usus halus. Defisiensi laktase diartikan sebagai keadaan aktivitas laktase dibawah normal yang

diukur pada spesimen biopsi mukosa usus halus. Sampai sekarang dikenal 2 bentuk dari defisiensi

laktase, yaitu defisiensi laktase primer dan sekunder.2

Defisiensi laktase primer merupakan kelainan kronis dan dapat berkembang setelah masa

penyapihan. Derajat intoleransi laktosa bergantung pada beberapa faktor, antara lain
keseimbangan dari level aktivitas laktosa yang tersisa, jumlah laktosa yang dikonsumsi dan

adaptasi dari flora usus halus. Defisiensi laktase primer terdiri dari 3 tipe yaitu:2,6

a. Defisiensi laktase developmental yang terdapat pada bayi dengan usia kehamilan 26-32

minggu.

b. Defisiensi laktase bawaan, yaitu tidak terdapatnya enzim laktase pada brush border epitel

usus halus. Defisiensi laktase yang diwariskan (congenital lactase deficiency), terjadi pada

individu dengan genotip homozigot resesif. Kejadian ini sangat jarang, jarang yaitu 1

perseratus ribu penduduk, sehingga sering sekali tidak dibicarakan.

c. Defisiensi laktase dewasa yaitu kelainan yang timbul perlahan-lahan yang terjadi pada

anak usia 2-5 tahun hingga dewasa serta timbulnya bervariasi tergantung ras. Defisiensi

laktase ini dapat terjadi sebagai akibat induksi sintesis laktase yang menurun. Laktase

merupakan enzim yang sintesisnya dapat diinduksi. Ketidaksukaan minum susu mungkin

dapat memicu keadaan ini, sebab tidak ada induksi enzim laktase. Defisiensi laktase

primer dapat dijumpai pada bayi prematur sehubungan dengan perkembangan usus yang

imatur (developmental lactase deficiency).

Defisiensi laktase sekunder yang menyertai malabsorbsi dapat terjadi pada kerusakan

mukosa usus halus, misalnya akibat infeksi. Kejadian ini sering kali dijumpai pada anak diare

setelah minum susu botol. Tentunya laktase tidak mengalami defisiensi lagi bila kerusakan mukosa

usus telah membaik dan infeksi telah teratasi. Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa

antara lain:2

 Gastroenteritis, dapat menyebabkan terjadinya gangguan penguraian enzim laktase

yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu

 Infeksi parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu.


 Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan

laktosa.

 Obat-obatan diantaranya kanamisin, kolkisin, neomisin dan metrotreksat.

Mekanisme Terjadinya Lactose Intolerance

Hidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa terjadi di dalam usus halus

memerlukan enzim laktase. Bila terjadi defisiensi laktase baik primer maupun sekunder, maka

pencernaan laktosa akan terganggu, yang biasa disebut lactosa intolerance.1,2

Bila ada defisiensi laktase, laktosa tidak akan didigesti akibatnya tidak ada penyerapan

oleh mukosa usus halus. Laktosa yang tidak dihodrolisis akan diteruskan ke usus besar.

Disakarida ini merupakan bahan osmotik yang akan menarik air ke lumen. Jumlah air yang

keluar sebanding dengan jumlah laktosa yang tinggal di lumen usus. Penambahan volume

lumen usus akan menyebabkan rasa mual, muntah dan peningkatan peristaltik. Peristaltik usus

yang meninggi menyebabkan waktu transit usus makin pendek sehingga mengurangi

kesempatan untuk digesti dan absorpsi. Laktosa dan air/elektrolit yang tidak diserap

meninggalkan usus halus sampai di kolon. Di kolon, laktosa ini akan difermentasi oleh flora

normal menjadi gas (CO2, H2, dan CH4), asam lemak rantai pendek (butirat, propional dan

asetat) dan asam laktat.1,2,5

Pembentukan gas menyebabkan perut kembung dan sakit perut. Pembentukan gas

hidrogen oleh flora di kolon dapat dideteksi di udara pernafasan. Ini yang menjadi dasar uji

hidrogen pernafasan. Pembentukan asam lemak rantai pendek tadi diperlukan oleh tubuh

karena asam lemak ini dapat digunakan sebagai sumber energi. Disamping itu, pembentukan

asam lemak rantai pendek ini berguna untuk nutrisi kolon, membantu absorpsi air/elektrolit

dan motilitas kolon. 1,2,5


Lebih kurang 70% dari nutrisi kolon berasal dari intraluminal. Karena itu secara

fisiologis dalam keadaan normal dijumpai malabsorpsi laktosa/karbohidrat. Sedangkan

penyerapan asam laktat oleh kolonosit menyebabkan asidosis metabolik. Air/ elektrolit yang

sampai di kolon dan hasil fermentasi tadi diserap oleh kolonosit (colonic salvage). Bila

colonic salvage dilewati, maka asam laktat banyak dijumpai di tinja yang akan menyebabkan

kadar air tinja meningkat (diare osmotik) dan bahan-bahan reduksi (laktosa) dijumpai dalam

tinja. 1,2,5

(isiin keterangan)

Pada defisiensi laktase sekunder kondisi yang bertanggung jawab untuk kekurangan

laktase meliputi infeksi akut (misalnya, rotavirus). Infeksi menyebabkan usus kecil cedera dengan

hilangnya laktase yang terkandung pada sel epitel dari ujung vili tersebut. Sel epitel yang belum

matang yang mengganti mengandung laktase yang lebih sedikit, menyebabkan kekurangan laktose

sekunder. 1,2,5

Uji Lactose Intolerance


Uji pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk menentukan adanya malabsorpsi laktosa.

Adanya bahan-bahan reduksi dan pH tinja yang asam mengindikasikan adanya malabsorpsi

laktosa. Walaupun pemeriksaan ini bersifat uji saring dan kualitatif, uji ini valid bila: hanya laktosa

yang diminum, waktu transit usus yang cepat, tinja yang segar dan harus diperiksa segera, dan

degradasi laktosa oleh flora kolon tidak komplit.1,2

Beberapa metode dapat digunakan untuk menguji intoleransi laktosa, antara lain:1,2

a. Hydrogen breath test (uji hidrogen nafas)

Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang ditiupkan keluar melalui

pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna oleh laktase, mengalami fermentasi oleh

bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan menyebabkan produksi gas hidrogen lebih

banyak dari keadaan normal. Uji ini tidak invansif dan dapat dilakukan pada bayi. Setelah

puasa malam hari, peningkatan gas hidrogen >20 ppm sehabis minum laktosa

mengindikasikan adanya malabsorpsi laktosa. Setelah dipuasakan 6 jam pada anak

diberikan larutan laktosa sebanyak 2 g/kg BB (maksimum 50 gram) dalam konsentrasi

20%. Sedangkan pada bayi usia kurang dari 6 bulan diberikan dalam konsentrasi 10 %.

Sampel udara nafas diambil sesaat sebelum meminum larutan laktosa (menit 0) dan setiap

30 memint sesudahnya selama 2 jam. Kenaikan kadar hidrogen sama atau lebih dari 20

ppm menunjukkan malabsorbsi laktosa.

b. Elimination diet

Merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang

mengandung laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika

makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya

adalah intoleransi terhadap laktosa.2


Cara Mengatasi Laktosa Intolerance

Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa mengatasinya dengan pembatasan

konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu. Bagi mereka yang mengalami intoleransi

laktosa terdapat beberapa tatalaksana, yaitu:1,2,4

a. Pemberian diet rendah dan bebas laktosa

Pemberian diet pada penderita yang mengalami intoleransi laktosa tergantung pada

berat ringannya intoleransi. Diet rendah laktosa diberikan pada penderita intoleransi

laktosa ringan dan sedang, sedangkan diet bebas laktosa diberikan kepada penderita

laktosa berat. Diet rendah atau bebas laktosa dapat diberikan pada penyakit diare akut. 1,2,4

Terjadinya diare kronik menurut Leventhal adalah terjadinya kerusakan mukosa

usus yang berkepanjangan yang menyebabkan defisiensi enzim laktase secara

berkepanjangan pula. Pada keadaan diare kronik diberikan susu formula yang bebas

laktosa. Pada penderita kurang gizi dan malnutrisi didapatkan gangguan absorbsi laktosa

karena adanya atropi sel-sel epitel mukosa usus halus sehingga produksi enzim laktase

sangat berkurang. Pemberian diet bebas laktosa sangat bermanfaat bagi penderita ini. 1,2,4

Beberapa anjuran berikut ini mungkin dapat membantu dalam menjalani diet

rendah dan bebas laktosa:1

1. Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat

memperlambat transportasi susu dalam saluran perncernaan sehingga dapat

menyediakan waktu yang cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.

2. Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak oleh karena susu lebih cepat

ditransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita
intoleransi laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga

mengandung serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.

3. Jangan menghindari semua produk susu oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya

sangat dibutuhkan tubuh.

4. Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak penderita intoleransi

laktosa dapat meminum 240 ml susu per hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa

besar tingkatan toleransi tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran

terhadap sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full cream, tiga

perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, tiga perempat cangkir keju

mentah (unripened cheeses).

5. Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk),

karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa,

sehingga produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.

6. Konsumsi produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan

sumber kalsium yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu

lainnya.

b. Pemberian probiotik atau susu fermentasi

Probiotik berasal dari bahasa Yunani probios yang berarti “untuk kehidupan”.

Probiotik adalah suplementasi makanan dengan menggunakan bakteri hidup yang

mempunyai pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan pejamu dengan memperbaiki

keseimbangan mikroflora usus. Pemakaian probiotik yang efektik sebagai terapi harus

memenuhi beberapa syarat berikut, yaitu: memberikan efek yang menguntungkan pada

pejamu, tidak patogenik dan tidak toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup, mampu
bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme usus, tetap hidup selama dalam masa

penyimpanan dan sewaktu digunakan dan tahan terhadap asam lambung dan garam

empedu.2

Sampai saat ini telah banyak spesies mikroorganisme yang digunakan sebagai

probiotik, tetapi yang paling sering digunakan adalah golongan mikroorganisme yang

menghasilkan asam laktat, yaitu: Lactobacili (Lacobacillus rhamnosus, L. Casei, L.

Gasseri, L. Bulgaricus), genus Lactococci (L.cremoris, L.lactis), genus Streptococci (S.

Thermophilus), genus Enterococci, dan Bifidobacteria.2,4

c. Pemberian enzim laktase

Susu yang sebelumnya telah diberikan enzim laktase dapat diperoleh di pasaran.

Susu ini secara khusus berisi 70 % laktosa perhidrolisa, dapat digunakan secara efektif

mengurangi gejala intoleransi laktosa. Preparat enzim laktase dapat berupa cairan, kaplet,

kapsul, tablet kunyah. Dalam bentuk cair dapat dibubuhkan ke dalam susu sebanyak 5-15

tetes/quart (1 quart=0,95 liter) dan mampu menghidrolisis 70-99% laktosa selama masa

inkubasi 24 jam di tempat pendingin. Untuk setiap 12 ons susu dapat digunakan 2-3 tablet,

1-2 kapsul, ½ - 3 kaplet, diminum sebelum atau bersamaan dengan makan makanan yang

mengandung laktosa.2

Penutup
Laktosa adalah disakarida yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim pencernaan yang

terdapat dalam usus halus. Defisiensi laktase menyebabkan laktosa tidak dapat diserap

(malabsorpsi laktosa). Defisiensi laktase bisa primer atau sekunder (kerusakan mukosa usus).

Laktosa yang tidak diserap menyebabkan timbulnya berbagai gejala klinik (intoleransi laktosa).

Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang disebabkan

oleh kekurangan enzim laktase sehingga menimbulkan gejala-gejala intoleransi laktosa meliputi

antara lain: perut kembung (banyak gas), sakit perut dan diare.

Daftar Pustaka

1. Madry E, Fidler E, Walkowiak J. 2010. Lactose intolerance – current state of knowledge.

Acta Sci. Pl., Tecnol. Aliment. 9 (3), 343-350.

2. Keith J. N, Nicholls J, Reed A, Kafer K, Miller G. D. The Prevalence of Self-Reported

Lactose Intolerance and The Consumption of Dairy Foods Among African American

Adults are Less than Expected. J Natl Med Assoc. 2011. 103(1):36-45.

3. Pray W. S. Lactose intolerance: The Norm Among the World's Peoples. American Journal

of Pharmaceutical Education. 2005. 18: 1212-1218.

4. Hegar B. Uji hidrogen napas satu cara diagnostik gangguan saluran cerna. Maj Kes Masy

Indones. 2008:278-80.

5. Sinuhaji AB. Intolerensi laktosa. Majalah Kedokteran Nusantara. 2008 Desember.

39(4):424-9.

6. Poedjiani A. Supriyanti F. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia:Jakarta. h. 27-39.

7. Heyman MB. Lactose ntolerance in infants, children, and adolescent. Ped. J. 2007. 118(3):277-9.

8. Nwakakwa V, Shojamanesh H, Khurana V. Lactose Intolerance. emedicine.medscape.com; 2010.

Diakses pada 16 Desember 2017.


9. Madry E, Fidler E, Walkowiak J. 2010. Lactose intolerance – current state of knowledge.

Acta Sci. Pl., Tecnol. Aliment. 9 (3), 343-350.

10. Sarah Mummah, MPhil, Beibei Oelrich. Effect of Raw Milk on Lactose Intolerance: A

Randomized Controlled Pilot Study. Ann Fam Med. 2014 Mar: 12(2): 134-141.

11. Montes RG, Bayless TM, Saavedra JM, Perman JA. Effect of milks inoculated with Lactobacillus

acidophilus or a yogurt starter culture in lactose-maldigesting children. J Dairy Sci.

1995;78(8):1657–1664

12. Sumardjo D. Pengantar kimia buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009: h.221

Anda mungkin juga menyukai