Anda di halaman 1dari 21

MOTIVASI GURU SMP DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

MELAKUKAN PENELITIAN TIDNAKAN KELAS TERGANJAL ISENTIF:


BENARKAH?

Sa’adah, S.Pd.Kn (Pengawas SMP)


Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur, NTB
ade.saaah@ymail.com

ABSTRAK
Diberlakukannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, yang mempersyaratkan sejumlah angka kredit dari unsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovtif bagi guru dengan pangkat/golanga mulai dari III/b ke atas,
tidak serta-merta memotivasi guru-guru untuk menerapkan kerangka ilmiah dalam
pemecahan masalah pembelajaran. Salah satu alasan yang mengemuka adalah
”insentif” yang diterima tidak jauh berbeda antara guru-guru yang
pangkat/golongannya setinggkat lebih tinggi dengan guru-guru yang
pangkat/golongannya setingkat lebih rendah. Makalah ini mengupas hasil penelitian
yang menyelidiki benar-tidaknya isue yang menganggap bahwa factor “insentif”
sebagai salah satu penyebab rendahnya motivasi guru melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Sampel sekolah (SMP) dipilih secara sengaja dengan
mengambil lima sekolah yang ≥ 90% gurunya berkualifikasi S1. Dari tiap-tiap
sekolah diambil 20 – 30 responden sehingga total responden mencapai 132 orang.
Motivasi guru melakukan PTK diukur dengan instrumen Attention-Relevance-
Confidence-Satisfaction yang diadopsi dari angket motivasi belajar model Killer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada indikasi kalau motivasi guru melakukan
PTK terganjal insentif. 30,56% (rata-rata) responden menyatakan kurang tertarik dan
24,70% menyatakan ragu-ragu melakukan PTK yang disebabkan oleh faktor insentif.
Hanya 44,75% saja responden (guru) yang menyatakan keinginannya ber-PTK
walaupun tanpa iming-iming insentif. Selain itu factor “kemampuan” juga
berindikasi lebih kuat mengurangi motivasi guru melakukan PTK. 79.55% responden
mengaku pemahamannya terhadap konsep dan tata-cara melakuknan PTK belum
optimal. Sedangkan factor “motiv” dan “harapan” tidak terbukti secara signifikan
mengurangi motivasi guru melakukan PTK

Kata kunci: motivasi, PTK, insentif, kemampuan, motif, harapan.

1
PENDAHULUAN
Dalam pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional juga ditegaskan: “Pendidik (dalam hal ini guru)
merupakan tenaga profesioanal yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pelatihan dan
pembimbingan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, ...”.
Menindaklanjuti ketentuan di atas, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi mengeluarka peraturan Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan
bahwa guru yang akan naik pangkat mulai dari III/b ke atas berkewajiban
mengumpulkan angak kredit yang berasal dari sub unsur publikasi ilmiah yang antara
lain dengan melakukan penelitian.
Dengan kemampuan melakukan penelitian, khususnya penelitian tindakan
kelas (PTK), lebih diyakini guru-guru memiliki landasan keilmuan yang mapan
dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pelatihan dan pembimbingan
peserta didik. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru
melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membiasakan guru untuk menulis
dan membuat catatan terkait kinerjanya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan
demikian akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai upaya
memperbaiki praktik atau tindakan dan situasi di mana tindakan tersebut
dilaksanakan.
Uraian di atas mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area
yaitu; (1) memperbaiki praktik atau tindakan; (2) pengembangan profesional dalam
arti meningkatkan pemahaman para guru akan ”kemengapaan” tindakannya; serta (3)
memperbaiki keadaan atau situasi dimana tindakan tersebut dilaksanakan.
Artinya, PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat bagi guru, selain
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang kemudian akan berdampak pada
peningkatan kualitas pendidikan. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya

2
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan
masalah.
Meski demikian, dengan berbagai alasan belum banyak guru yang
menerapkan langkah-langkah penelitian untuk memecahkan berbagai permasalahan
pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan guru-guru dari berbagai jenjang sekolah,
terungkap bahwa, selain kurang paham tentang konsep dan tata cara melakukan PTK,
mereka juga dihantui oleh mahalnya biaya, waktu, tenaga yang harus dikeluarkan
untuk menyelesaikan PTK. Bahkan ada guru (termasuk) pengawas sekolah yang
notabene merupakan wakil pemerintah mengatakan: “untuk apa penelitian-penelitian,
toh kalau naik pangkat kenaikan gaji hanya 100-an ribu rupiah malah kurang.
Wacana pemberian sanksi bagi guru-guru yang tidak naik pangkat dalam kurun
waktu tertentu juga tidak pernah ada”. Ujung-ujungnya, kesalahan cenderung di
arahkan ke siswa atas berbagai masalah pembelajaran yang terjadi di kelas dan pada
akhirnya kualitas hasil belajar siswalah yang menjadi “taruhannya”.
Artinya (maaf) jika dirumuskan secara negative, ada indikasi bahwa faktor
“insentif” menjadi bahan pertimbangan bagi sebagain guru untuk melakukan
penelitian tindakan.
Adalah sebuah keniscayaan jika seseorang mengharapkan “insentif” berupa
tambahan penghasilan yang memadai atas kinerjanya. Akan tetapi haruskah motivasi
guru-guru melakukan penelitian tindakan untuk peningkatan keprofesiannya secara
berkelanjutan masih terganjal insentif? Bukankan dengan kemampuan melakukan
penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas (PTK), guru-guru memiliki landasan
keilmuan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pelatihan
dan pembimbingan peserta didik. PTK merupakan bagian penting upaya
pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta
membiasakan guru untuk menulis dan membuat catatan terkait kinerjanya”.
Menurut para ahli, motivasi merupakan bagian terpenting dalam setiap
kegiatan (termasuk dalam melakukan PTK) dan tanpa motivasi bisa dikatakan tidak
akan ada kegiatan yang berarti. Callahan and Clark (1988) menjelaskan, motivasi
adalah tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan

3
tertentu. Hersey dan Blanchard (1989) melihat motivasi sebagai kekuatan yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu kegiatan.
Sementara Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur (1987) dalam Cut
Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri atas tiga hal yaitu: 1)
Motif atas kebutuhan dari pekerjaan (Motive); 2) Pengharapan atas lingkungan kerja
(Expectation); serta 3) Kebutuhan atas imbalan (Insentive). Hal senada di kemukakan
Atkinson (William G Scott, 1962: 83), memandang bahwa motivasi merupakan hasil
penjumlahan dari fungsi-fungsi motive, harapan dan insentif (Atkinson views
motivation strengh in the form of an equattion-motivation = f (motive + expectancy
+ incentive).
Insentif adalah peransang yang diberikan untuk meningkatkan gairah kerja
seseorang. Menurut Robert Dubin (1988), “incentive are the inducement placed the
course of an going activities, keeping activities toward directed one goal rather than
another”. Arti pendapat ini kurang lebih, “insentif adalah perangsang yang
menyebabkan berlangsungnya kegiatan, serta memelihara kegiatan agar mengarah
kepada satu tujuan yang lebih baik dari yang lain”. Morris S. Viteles (1973: 76)
merumuskan insentif sebagai keadaan yang membangkitkan kekuatan dinamis
individu, atau persiapan-persiapan dari pada keadaan yang mengantarkan dengan
harapan dapat mempengaruhi atau merubah sikap atau tingkah laku orang-orang.
Secara lebih lengkap Viteles menyatakan : incentive are situasions which function in
arousing dynamis forces in the individual, or managements of conditions introduced
with the expectation of influencing or altering the behavior of people.
Mencermati hasil wawacara dengan guru-guru yang kemudian
diakomodasikan dengan variable motivasi sebagaimana dikemukakan para ahli di
atas, maka bukan tidak mungkin motivasi guru-guru melakukan PTK terganjal oleh
insentif. Meski demikian, benar-tidaknya issue tersebut tentu perlu dikaji lebih jauh
sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabjan secara ilmiah.
Makalah ini menyajikan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengungkap
benar-tidaknya isue yang menganggap bahwa factor “insentif” sebagai penyebab
rendahnya motivasi guru melakukan PTK, ataukah karena factor lain seperti
kemampuan, motif dan harapan.

4
TUJUAN DAN METOE PENELITIAN
Secara umum, penelitian ini bertujuan memeroleh informasi yang lebih
komprehensif tentang benar-tidaknya issu yang menganggap bahwa motivasi guru
melakukan PTK terganjal insentif.
Data dikumpulkan melalui kuesioner (angket) dan wawancara. Salah satu
instrumen yang sering digunakan untuk mengukur tingkat motivasi (belajar)
seseorang adalah model ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction),
yang dikembangkan John Keller pada tahun 1987. Instrumen ini kemudian diadopsi,
dikembangkan, dan diadaptasi dengan mengakomodasi berbagai teori motivasi dan
insentif, sehingga ditemukan 30 pernyataan dengan menggunakan skala likert (1, 2,
3, 4, 5). Dari 30 pernyataan tersebut, 50% terkait dengan aspek insentif dan 50%
lainnya (sebagai pembanding) terkait dengan aspek kemampuan, motif atas
kebutuhan dari pekerjaan, serta harapan atas lingkungan kerja.
Apakah motivasi guru melakukan penelitian tindakan terganjal insentif
(Insentif) ataukah terganjal factor lain seperti kemampuan melakukan PTK
(Kemampuan), motif atas kebutuhan dari pekerjaan (Motif), ataukah pengharapan
atas lingkungan kerja (Harapan), dapat diketahui dari skor yang diperoleh pada
pengisian ARCS.
Berikut disajikan tabel kisi-kisi angket motivasi melakukan PTK dengan
memasukan aspek Insentif (I) sebagai variabel utama, dan aspek kemampuan (K),
motif (M), dan harapan (H) sebagai variable pembanding.
Tabel 1 Kisi-kisi Angket Motivasi dengan Model IKMH
Pernyataan/Nomor Jml Pernyataan
Indikator Motivasi Aspek
Positif Negatif (+ & -)
Insentif 15,18 3 3
Attention Kemampuan - 2 1
(Perhatian) Motif 8 - 1
Harapan 28 - 1
Insentif 5, 30 29 2
Relevance Kemampuan - - -
(Kegunaan) Motif 12,21 - 2
Harapan 13 25 2

5
Pernyataan/Nomor Jml Pernyataan
Indikator Motivasi Aspek
Positif Negatif (+ & -)
Insentif 17 11,14 3
Confidence Kemampuan 1 7 2
(Rasa Percaya Diri) Motif 4 - 1
Harapan 9, 26 - 3
Insentif 6 10,16,20, 6
23, 24
Satisfaction Kemampuan 27 - 1
(Kepuasan) Motif 22 - 1
Harapan - 19 1
Total jumlah pernyataan dalam angket motivasi 30

Keterangan:
1. Pernyataan nomor 3, 5, 6, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 29, dan 30
adalah angket motivasi guru melakukan PTK dilihat dari sisi “Insentif”.
Pernyataan nomor 3, 10, 11, 14, 16, 20, 23, 24, 29 adalah pernyataan
negative, dan nomor 5, 6, 15, 17, 18, 30 adalah pernyataan positif. Pernyataan
positif mengindikasikan bahwa ada atau tidak ada insentif (tambahan
penghasilan) guru tetap akan melakukan PTK. Sedangkan pernyataan
negative mengandung makna bahwa guru akan melakukan PTK jika ada
insentif.
2. Pernyataan nomor 1, 2, 7, dan 27 merupakan angket motivasi guru
melakukan PTK dilihat dari sisi “Kemampuan”. Pernyataan nomor 1 dan 7
adalah pernyataan negative, dan nomor 2 dan 27 adalah pernyataan positif.
3. Pernyataan nomor 4, 8, 12, 21, dan 22 merupakan angket motivasi guru
melakukan PTK dilihat dari sisi “motif atas kebutuhan pekerjaan”. Semuanya
pernyataan positif.
4. Pernyataan nomor 9, 13, 19, 25, 26 dan 28 merupakan angket motivasi guru
melakukan PTK dilihat dari sisi “harapan lingkungan kerja” Pernyataan
nomor 19 dan 25 adalah pernyataan negative, dan nomor 9, 13, 26, dan 28
adalah pernyataan positif.

6
Bobot skor untuk masing-masing pernyataan sikap adalah sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju (bobot skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau
negatif)
S : Setuju (bobot skor 4 kalu pernyataan positif dan 2 kalau negatif)
R : Ragu-ragu (bobot skor 3 kalau pernyataan positif dan 3 kalu
negative)
TS : Tidak Setuju (bobot skor 2 kalau pernyataan positif dan 4 kalau
negatif)
STS : Sangat Tidak setuju (bobot skor 1 kalau pernyataan positif dan 5
kalau negatif)
Proses analisis data per pernyataan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑁(1 + 2 + 3 + 4 + 5)
Kategori Motivasi =
𝐽𝑅

N = Jumlah peserta per bobot skor


JR = Jumlah Responden Seluruhnya
Interpreatsi skor ARCS model IKMH yang diterapkan adalah dengan
menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap idikator
motivasi, kemudian menentukan katagorinya dengan ketentuan skor rata-rata sebagai
berikut.
Tabel 2 Interpretasi Skor ARCS Model IKMH
Sokr Kategori Motivasi
1.00 – 1.49 Tidak Baik
1.50 – 2.49 Kurang Baik
2.50 – 3.49 Cukup/Ragu-ragu
3.50 – 4.49 Baik
4.50 – 5.00 Amat Baik

Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Motivasi&oldid=5439481 dan


http://penelitiantindakan.blogspot.com/

7
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sekolah dipilih secara sengaja (purposive) dengan mengambil lima sekolah
(SMP) yang ≥ 90% gurunya berkualifikasi S1. Dari tiap-tiap sekolah diambil
20 – 30 responden sehingga total responden mencapai minimal 100 orang.
2. Dari total rsponden yang dipilih, minimal 50% berpangkat/golongan IV/a,
dan 50% lainnya dari berbagai jenjang kepangkatan dan golongan (III/a s.d III/d).
Hal ini dilakukan untuk memberikan peluang jawaban yang lebih
komprehensif terkait motivasi guru menerapkan kerangka PTK dalam
pemecahan masalah pembelajaran. Di samping itu guru-guru dengan
pangkat/golongan golangan IV/a tidak asing dengan Keutusan Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya yang mempersyaratkan minimal 12 angak kredit
dari unsure pengembangan profesi bagi guru yang akan naik pangkat ke IV/b
dan seterusnya ke atas.

Distribusi responden. Pengumpulan data dilakukan pada minggu ke-2 bulan


Februari s.d minggu ke-4 bulan Maret 2012. Total responden dalam penelitian ini
mencapai 132 orang guru yang berasal dari SMP Negeri 2 Sikur (17 orang), SMP
Negeri 1 Wanasaba (28 orang), SMP Negeri 2 Selong (30 orang), SMP Negeri 1
Masbagik (30 orang) dan SMP Negeri 1 Terara (27 orang). Persentase responden
dengan jabatan guru madya pangkat/golongan IV/a mencapai 95 orang (72%), dan
guru Pertama & guru Madya mencapai 37 orang (28%). Persentase responden yang
memiliki kualifikasi S1 mencapai 99%. Pengalaman mengajar responden dibagi
dalam tiga ketegori yaitu: ˂ 10 tahun, 10 s/d 20 tahun, dan ˃ 20 tahun.

8
Tabel 3 Sebaran Responden Guru Berdasarkan Jenjang Jabatan dan
Pengalaman Mengajar
Jenjang Jabatan Pengalaman Jumlah Responden Total
Responden Mengajar N % Responden
Guru Pertama & Guru ˂ 10 tahun 25 67.57
Muda (III/a s/d 10 – 20 tahun 12 32.43 37
III/d) ˃ 20 tahun 0 0
Guru Madya (IV/a) ˂ 10 tahun 0 0
10 – 20 tahun 32 33.68 95
˃ 20 tahun 63 66.32
˂ 10 tahun 25 18.94
Total Responden 10 – 20 tahun 44 33.33 132
˃ 20 tahun 63 47.73

Keterangan:
Pengambilan respoden dari berbagai jenjang jabatan dan pengalaman
mengajar lebih dimaksudkan untuk penjaringan data yang lebih komprehensif, serta
“berjaga-jaga” terkait kemungkinan adanya perbedaan motivasi dari guru-guru
dengan jenjang jabatan maupun pengalaman mengajar yang berbeda tersebut.

9
HASIL DAN PEMBHASAN
1. Rekapitulasi Perolehan Skor dan Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Insentif
Tabel 4 Rekapitulasi Perolehan Skor Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Insentif
Jumlah Responden Per Jenjang Per Bobot Skor Semua Jenjang

Total
Guru Madya Gr Pertama&Guru Muda Total Res Per bobot skor % responden per bobot skor
No
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3 13 45 26 8 3 5 20 9 3 0 132 18 65 35 11 3 13,64 49,24 26,52 8,33 2,27
5 0 11 11 64 9 0 7 5 20 5 132 0 18 16 84 14 0,00 13,64 12,12 63,64 10,61
6 0 6 13 60 16 0 1 9 19 8 132 0 7 22 79 24 0,00 5,30 16,67 59,85 18,18
10 2 8 10 44 31 1 7 7 18 4 132 3 15 17 62 35 2,27 11,36 12,88 46,97 26,52
11 6 21 35 26 7 3 11 13 10 0 132 9 32 48 36 7 6,82 24,24 36,36 27,27 5,30
14 12 47 28 7 1 3 22 8 4 0 132 15 69 36 11 1 11,36 52,27 27,27 8,33 0,76
15 0 4 18 69 4 0 5 8 22 2 132 0 9 26 91 6 0,00 6,82 19,70 68,94 4,55
16 5 28 19 26 17 2 24 3 7 1 132 7 52 22 33 18 5,30 39,39 16,67 25,00 13,64
17 3 7 47 35 3 1 4 16 15 1 132 4 11 63 50 4 3,03 8,33 47,73 37,88 3,03
18 3 16 38 34 4 0 8 19 10 0 132 3 24 57 44 4 2,27 18,18 43,18 33,33 3,03
20 3 13 15 52 12 0 12 8 16 1 132 3 25 23 68 13 2,27 18,94 17,42 51,52 9,85
23 2 39 14 32 8 0 19 7 10 1 132 2 58 21 42 9 1,52 43,94 15,91 31,82 6,82
24 0 38 24 32 1 1 17 12 7 0 132 1 55 36 39 1 0,76 41,67 27,27 29,55 0,76
29 10 42 28 13 2 2 24 7 4 0 132 12 66 35 17 2 9,09 50,00 26,52 12,88 1,52
30 1 13 19 52 10 0 8 13 16 0 132 1 21 32 68 10 0,76 15,91 24,24 51,52 7,58
Persentase Rata-rata 3,94 26,62 24,70 37,12 7,63
Total 30,56 24,70 44,75

10
Tabel 5 Rekapitulasi Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Insentif

Total nilai per pernyataan sikap


Rata-
Guru Madya Gr Pertama & Guru Muda rata Kategori
No Nilai
1 2 3 4 5 Σ Nilai 1 2 3 4 5 Σ Nilai
3 13 90 78 32 15 228 2,40 5 40 27 12 0 84 2,27 2,34 Kurang Baik
5 0 22 33 256 45 356 3,75 0 14 15 80 25 134 3,62 3,68 Baik
6 0 12 39 240 80 371 3,91 0 2 27 76 40 145 3,92 3,91 Baik
10 2 16 30 176 155 379 3,99 1 14 21 72 20 128 3,46 3,72 Baik
11 6 42 105 104 35 292 3,07 3 22 39 40 0 104 2,81 2,94 Cukup
14 12 94 84 28 5 223 2,35 3 44 24 16 0 87 2,35 2,35 Kurang Baik
15 0 8 54 276 20 358 3,77 0 10 24 88 10 132 3,57 3,67 Baik
16 5 56 57 104 85 307 3,23 2 48 9 28 5 92 2,49 2,86 Cukup
17 3 14 141 140 15 313 3,29 1 8 48 60 5 122 3,30 3,30 Cukup
18 3 32 114 136 20 305 3,21 0 16 57 40 0 113 3,05 3,13 Cukup
20 3 26 45 208 60 342 3,60 0 24 24 64 5 117 3,16 3,38 Cukup
23 2 78 42 128 40 290 3,05 0 38 21 40 5 104 2,81 2,93 Cukup
24 0 76 72 128 5 281 2,96 1 34 36 28 0 99 2,68 2,82 Cukup
29 10 84 84 52 10 240 2,53 2 48 21 16 0 87 2,35 2,44 Kurang Baik
30 1 26 57 208 50 342 3,60 0 16 39 64 0 119 3,22 3,41 Cukup
Rata-rata 3,31 Rata-rata 3,13 3,22 Cukup

11
Menarik untuk diperhatikan bahwa meskipun motivasi guru melakukan PTK dilihat dari sisi insentif secara umum berada pada
kategori CUKUP (3,22) dan 44,75% saja responden (guru) menyatakan keinginannya ber-PTK walaupun tanpa iming-iming insentif,
namun ada beberapa pernyataan yang perlu dijadikan refleksi. Misalnya pernyataan nomor 3, 14, dan 29. Dari pernyataa nomor 3 (tiga) dan
14 terungkap bahwa 62.88% responden (guru) menyatakan “Jika ada bantuan dana, saya pasti akan melakukan PTK”; 63,64% mengakui
“Jika pemerintah memberikan insentif yang memadai, pasti saya akan berusaha melakukan PTK”. Sementara dari pernyataan nomor 29
terungkap bahwa 59,09% responden menyatakan “Jika insentif yang diterima berbeda Rp.500.000.- saja antara yang berhasil melakukan
PTK dengan yang tidak, pasti saya akan berusaha melakukan PTK”. Bahkan dalam sesi wawancara “tidak langsung”, secara gamblang
diungkapkan “Untuk apa repot-repot penelitian, toh perbedaan gaji antara guru dengan pangkat/golongan setingkat lebih tinggi cuma 100-
an ribu rupiah malah kurang”.
Meski demikian terdapat empat pernyataan yang mengagendakan harapan yakni pernyataan nomor 5, 6 dan 25. Dari pernyataan
nomor 5 dan 6 terungkap bahwa 74.25% guru merasakan perlunya melakukan PTK meskipun tidak didukung pendanaan secara khusus dari
pemerintah; 78.03% guru merasa sangat senang mndapatkan tunjangan profesi dan kerena itu mereka menyatakan akan berusaha
melakukan tugasnya di bidang peneitian. Sementara dari pernyataan nomor 25 terungkap bahwa 73.49% responde mengakui perlunya
melakukan penelitian tindakan meskipun penghasilan antara guru dari masing-masing jejang kepangkatan tidak jauh berbeda, serta mereka
menyatakan tidak terpengaruh dengan pendapat sebagian orang yang menganggap bahwa melakukan PTK hanya membuang-buang waktu,
tenaga dan biaya. Lagi pula dilihat dari jawaban masing-masing responden, rata-rata skor 15 item pernyataan (angket motivasi) hanya 8
(delapan) orang dari 132 responden atau hanya 6% saja guru yang memiliki motivasi kurang baik melakukan PTK dilihat dari sisi insentif.
Sementara 34 atau 25,76% memiliki motivasi Baik, dan 90 orang lainnya masih Ragu-ragu.

12
2. Rekapitulasi Perolehan Skor dan Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Kemampuan Melakukan PTK
Tabel 6 Rekapitulasi Perolehan Skor Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Kemampuan Melakukan PTK
Rekap Jumlah Responden Per Bobot Skor Semua Jenjang

Total
Guru Madya Gr Pertama & Guru Muda Σ Res Per bobot skor % responden per bobot skor
No
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 3 23 34 30 5 2 17 8 9 1 132 5 40 42 39 6 3,79 30,30 31,82 29,55 4,55
2 7 67 13 7 1 3 28 5 1 0 132 10 95 18 8 1 7,58 71,97 13,64 6,06 0,76
7 13 57 9 15 1 4 20 2 11 0 132 17 77 11 26 1 12,88 58,33 8,33 19,70 0,76
27 0 1 1 68 25 0 0 5 22 10 132 0 1 6 90 35 0,00 0,76 4,55 68,18 26,52
Persentase Rata-rata 6,06 40,34 14,58 30,87 8,14
Total 46,40 14,58 39,02

Tabel 7 Rekapitulasi Perolehan Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Kemampuan Melakukan PTK
Total nilai per pernyataan sikap Rata-
Guru Madya Gr Pertama & Guru Muda rata Kategori
No
1 2 3 4 5 Σ Nilai 1 2 3 4 5 Σ Nilai Nilai
1 3 46 102 120 25 296 3,12 2 34 24 36 5 101 2,73 2,92 Cukup
2 7 134 39 28 5 213 2,24 3 56 15 4 0 78 2,11 2,18 Kurang Baik
7 91 114 27 60 5 297 3,13 4 40 6 44 0 94 2,54 2,83 Cukup
27 0 2 3 272 125 402 4,23 0 0 15 88 50 153 4,14 4,18 Baik
Rata-rata 3,18 Rata-rata 2,88 3,03 Cukup

13
Tidak jauh berbeda dengan motivasi guru melakukan PTK yang terindikasi terkendala insentif, motivasi guru melakaukan PTK
ternyata terkendala juga oleh kemampuan melakaukan PTK. Walaupun kategori motivasi guru dilihat dari sisi insentif dan kemampuan
sama-sama berada pada kategori CUKUP yakni 3,22 dan 3,03, namun faktor kemampuan tampaknya lebih kuat mempengaruhi rendahnya
motivasi guru melakaukan PTK. Dari tabel 7 (pernyatanaan sikap nomor 2) terlihat bahwa 79,55% responden mengakui bahwa
“pemahamannya terhadap konsep dan tata-cara melakuknan PTK masih kurang”. Padahal 94,70% responden menyatakan “akan senang
sekali jika mampu melaksanakan PTK untuk pemecahan masalah pembelajaran, apalagi berhasil menyelesaikan laporan pelaksanaannya”.

3. Rekapitulasi Perolehan Skor dan Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Motif atas Kebutuhan Pekerjaan
Tabel 8 Rekapitulasi Perolehan Skor Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Motiv atas Kebutuhan Pekerjaan
Jenjang Jabatan Semua Jenjang

Total
N0 Gr Madya GR Muda&Pra Σ Res Per bobot skor % responden per bobot skor
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
4 1 3 24 51 16 2 2 6 25 2 132 3 5 30 76 18 2,27 3,79 22,73 57,58 13,64
8 1 3 8 62 21 7 4 3 21 2 132 8 7 11 83 23 6,06 5,30 8,33 62,88 17,42
12 0 8 17 63 7 1 5 4 26 1 132 1 13 21 89 8 0,76 9,85 15,91 67,42 6,06
21 0 1 5 70 19 0 2 1 32 2 132 0 3 6 102 21 0,00 2,27 4,55 77,27 15,91
22 5 33 20 30 7 2 13 11 9 2 132 7 46 31 39 9 5,30 34,85 23,48 29,55 6,82
Persentase Rata-rata 2,88 11,21 15,00 58,94 11,97
Total 14,09 15,00 70,91

14
Tabel 9 Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Motiv atas Kebutuhan Pekerjaan
Total nilai per pernyataan sikap
Rata-rata
No Guru Madya Gr Pertama & Guru Muda Kategori
Nilai
1 2 3 4 5 Σ Nilai 1 2 3 4 5 Σ Nilai
4 1 6 72 204 80 363 3,82 2 4 18 100 10 134 3,62 3,72 Baik
8 1 6 24 248 105 384 4,04 7 8 9 84 10 118 3,19 3,62 Baik
12 0 16 51 252 35 354 3,73 1 10 12 104 5 132 3,57 3,65 Baik
21 0 2 15 280 95 392 4,13 0 4 3 128 10 145 3,92 4,02 Baik
22 5 66 60 120 35 286 3,01 2 26 33 36 10 107 2,89 2,95 Cukup
Rata-rata 3,75 Rata-rata 3,44 3,59 Baik

4. Rekapitulasi Perolehan Skor dan Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Harapan Lingkungan Kerja
Tabel 10 Rekapitulasi Perolehan Skor Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Pengharapan Lingkungan Kerja
Jenjang Jabatan Semua Jenjang
N0 Gr Madya GR Muda&Pra Total Σ Res Per bobot skor % responden per bobot skor
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
9 1 0 5 62 27 0 3 2 25 7 132 1 3 7 87 34 0,76 2,27 5,30 65,91 25,76
13 1 0 8 66 20 0 0 5 29 3 132 1 0 13 95 23 0,76 0,00 9,85 71,97 17,42
19 6 13 6 49 21 5 10 3 17 2 132 11 23 9 66 23 8,33 17,42 6,82 50,00 17,42
25 3 17 7 58 10 0 13 8 16 0 132 3 30 15 74 10 2,27 22,73 11,36 56,06 7,58
26 1 12 14 59 9 1 7 8 19 2 132 2 19 22 78 11 1,52 14,39 16,67 59,09 8,33
28 1 18 18 50 8 2 7 10 16 2 132 3 25 28 66 10 2,27 18,94 21,21 50,00 7,58
Persentase Rata-rata 2,65 12,63 11,87 58,84 14,02
Total 15,28 11,87 72,85

15
Tabel 11 Nilai Motivasi Guru Melakukan PTK dari Sisi Pengharapan Lingkungan Kerja
Total nilai per pernyataan sikap Rata-
Guru Madya Gr Pertama & Guru Muda rata Kategori
No
1 2 3 4 5 Σ Nilai 1 2 3 4 5 Σ Nilai Nilai
9 1 0 15 248 135 399 4,20 0 6 6 100 35 147 3,97 4,09 Baik
13 1 0 24 264 100 389 4,09 0 0 15 116 15 146 3,95 4,02 Baik
19 6 26 18 196 105 351 3,69 5 20 9 68 10 112 3,03 3,36 Cukup
25 3 34 21 232 50 340 3,58 0 26 24 64 0 114 3,08 3,33 Cukup
26 1 24 42 236 45 348 3,66 1 14 24 76 10 125 3,38 3,52 Baik
28 1 36 54 200 40 331 3,48 2 14 30 64 10 120 3,24 3,36 Cukup
Rata-rata 3,79 Rata-rata 4,13 3,96 Baik

Dilihat dari sisi motif atas kebutuhan pekerjaan serta pengharapan lingkungan kerja, rata-rata guru memiliki motivasi yang BAIK
untuk melakukan PTK yakni 3,59 dan 3,96. Bahakan dari tabel 8 nomor 21 dapat dilihat bahwa 93,18% menyadari bahwa PTK merupakan
bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis. sementara itu 89,39 responden
menyatakan bahwa “sekecil apapun waktu, tenaga dan biaya yang dikorbankan untuk penelitian tindakan, akan sangat berharga bagi
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran”. Hal ini merupakan peluang berharga bagi lahirnya kebijakan yang mampu
mewujudkan sikap positif para guru terhadap upaya-upaya pengembangan profesi melalui kerangka ilmiah seperti PTK. Selain itu 91,67
responden mengakui “memiliki informasi yang menunjukkan bahwa melakukan PTK sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas
pembelajaran”.

16
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Ada indikasi bahwa faktor insentif menjadi pertimbangan bagi sebagian
guru untuk melakukan PTK. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa
30,56% (rata-rata) responden menyatakan kurang tertarik dan 24,70%
menyatakan ragu-ragu melakukan PTK yang disebabkan oleh faktor
insentif. Hanya 44,75% saja responden (guru) yang menyatakan
keinginannya ber-PTK walaupun tanpa iming-iming insentif.
2. Motivasi guru melakukan PTK tidak saja terkendala faktor insentif. faktor
kemampuan juga ditengarai sebagai penyebabnya. 79,55 responden
menyatakan bahwa pemahamannya tentang tata cara dan prosedur
melakukan PTK masih kurang.
3. Faktor motiv atas kebutuhan pekerjaan serta pengharapan lingkungan
kerja yang sempat diduga berkontribusi terhadap rendahnya motivasi guru
melakukan PTK ternyata tidak terbukti secara signifikan, karena motivasi
guru dilihat di kedua sisi tersebut berada pada kategoti BAIK yakni
masing-masing 3,59 dan 3,96.

B. Saran
1. Saran bagi Para Penentu Kebijakan:
a. Berdsarkan data pada tabel 4 (empat), 62.88% responden menyatakan
“Jika ada bantuan dana, pasti akan melakukan PTK”; 63,64% mengakui
“Jika pemerintah memberikan insentif yang memadai, pasti akan
berusaha melakukan PTK”; dan 59,09% responden menyatakan “Jika
insentif yang diterima berbeda Rp.500.000.- saja antara yang berhasil
melakukan PTK dengan yang tidak, pasti akan berusaha melakukan
PTK”. Bahkan dalam sesi wawancara secara gamblang diungkapkan
“Untuk apa repot-repot penelitian, toh perbedaan gaji antara guru dengan
pangkat/golongan setinkat lebih tinggi cuma 100-an ribu rupiah malah
kurang”. Oleh karena itu, ada baiknya pemerintah mempertimbangkan
sistem penggajian yang lebih “memikat” bagi guru-guru dengan jenjang
kepangkatan yang berbeda.

17
b. Efektif pemberlakukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Refomasi Birokrasi Nomr 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru sudah di depan mata. Namun masih banyak (79,55)
guru yang menyatakan pemahamannya tentang tata cara dan prosedur
melakukan PTK masih kurang. Disarankan kepada pemerintah
(khususnya Dinas Dikpora) untuk mengambil kebijakan atau langkah
proaktif sehingga kemampuan dan motivasi guru menerapkan kerangka
ilmiah dalam pemecahan masalah pembelajaran bisa meningkat. Jangan
sampai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Permenpan) Nomor 16 Tahun 2009 tentnag Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yang mempersyaratkan nilai dari
unsur publikasi ilmiah bagi guru yang akan naik pangkat/golongan ke
jenjang berikutnya mulai dari pangkat/golongan III/b ini, bernasib sama
dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang
mempersyaratkan minimal 12 angak kredit dari unsure pengembangan
profesi bagi guru yang akan naik pangkat ke IV/b dan seterusnya ke atas,
dimana berdasarkan data sampai dengan 31 Desember 2011, jumlah guru
yang berhasil memperoleh SK kenaikan pangkat/golongan IV/b yang
mempersyaratkan minimal 12 angak kredit dari unsure pengembangan
profesi, hanya satu orang dari sekian ribu guru (SMP) yang ada di
kabupaten Lombok Timur.
c. Dilihat dari sisi motif atas kebutuhan pekerjaan, rata-rata guru memiliki
motivasi yang BAIK (3,59) untuk melakukan PTK. Bahakan 93,18%
menyadari bahwa “PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan
profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis”. Demikian
juga jika dilihat dari sisi pengharapan lingkungan kerja, rata-rata guru
memiliki motivasi yang BAIK (3,96) untuk melakukan PTK. Bahkan
89,39 responden mengakui bahwa “sekecil apapun waktu, tenaga dan
biaya yang dikorbankan untuk penelitian tindakan, akan sangat berharga
bagi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran”. Oleh karena
itu disarankan kepada pemerintah agar hal ini dijadikan peluang berharga

18
bagi lahirnya kebijakan yang mampu memperkuat motivasi bahkan
“memaksa” para guru untuk melakukan upaya-upaya pengembangan
profesi melalui kerangka ilmiah seperti PTK. Lagi pula 71,21%
responden menyatakan “tertantang dengan aturan kenaikan pangkat yang
mengharuskan adanya angka kredit dari unsure publikasi ilmiah seperti
PTK”. Meskipun 40,15% responden menyatakan ketidaksetujuannya jika
“pemberian sanksi bagi guru yang tidak naik pangkat dalam kurun waktu
tertentu, dilaksanakan secara tegas”.

2. Saran untuk Rekan-rekan Guru


a. PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat bagi guru, selain dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang kemudian akan berdampak
pada peningkatan kualitas pendidikan, PTK juga diasumsikan mampu
meningkatkan keprofesian guru secara berkelanjutan. PTK merupakan
kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus
mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah. Karena itu,
jadikanlah penelitian tindakan sebagai bagian dari kegiatan Anda sehari-
hari. Waktu, tenaga dan biaya yang dikorbankan untuk penelitian
tindakan, akan sangat berharga bagi kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
b. Yakinlah bahwa penelitian tindakan merupakan suatu proses yang akan
menimbulkan dampak positif pada pribadi dan profesi Anda. Penelitian
tindakan merupakan rangkaian pengumpulan data, penyusunan rencana,
pelaksanaan rencana dalam bentuk tindakan, evaluasi dan
penyempurnaan tindakan yang telah dilakukan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Bahan Pelatihan untuk


Guru.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik


dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta,
2008. Penelitian Tindakan Kelas

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Motivasi&oldid=5439481 dan
http://penelitiantindakan.blogspot.com/. 14 Agustus 2011

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi


Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya

Suciati dkk, 2003. Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, Universitas Terbuka

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2004. Landasan Psikologi Pendidikan, Bandung,


Remaja Rosdakarya.

Suryabarata, Sumadi, 1995. Psikologi Pendidikan, Jakarta, Raja Frafindo Persada.

20
21

Anda mungkin juga menyukai