Anda di halaman 1dari 4

HIMBAUAN IDAI TENTANG PENINGKATAN

KEWASPADAAN TERHADAP KASUS DIFTERI


30.11.2017

Sehubungan dengan peningkatan kasus difteri di beberapa wilayah Indonesia, maka Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa:

 Penyakit difteri sangat menular dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit difteri
dapat dicegah dengan melakukan imunisasi sesuai jadwal yang
direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia.
 Imunisasi adalah perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit difteri,
dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah
maupun swasta.
 Lengkapi imunisasi DPT/DT/Td anak anda sesuai jadwal imunisasi anak Kementerian
Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi difteri lengkap adalah
sebagai berikut:

 Usia kurang dari 1 tahun harus mendapatkan 3 kali imunisasi difteri (DPT).
 Anak usia 1 sampai 5 tahun harus mendapatkan imunisasi ulangan sebanyak 2
kali.
 Anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi difteri melalui program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan
kelas 3 atau kelas 5.
 Setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk orang
dewasa. Apabila status imunisasi belum lengkap, segera lakukan imunisasi di
fasilitas kesehatan terdekat.

 Kenali gejala awal difteri. Gejala awal difteri bisa tidak spesifik, seperti:
 Demam tidak tinggi
 Nafsu makan menurun
 Lesu
 Nyeri menelan dan nyeri tenggorok
 Sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah
Namun memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorok atau hidung,
yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut sebagai bull neck.

 Segera ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak anda mengeluh nyeri tenggorokan
disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor) atau pembesaran kelenjar getah
bening leher, khususnya anak berumur < 15 tahun.
 Anak harus segera dirawat di rumah sakit apabila dicurigai menderita difteri agar
segera mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
apakah anak benar menderita difteri.
 Apabila anak anda didiagnosis difteri, akan diberikan tatalaksana yang sesuai
termasuk perawatan isolasi
 Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah harus segera
diperiksa oleh dokter dan petugas dari Dinas Kesehatan, serta mendapat obat yang
harus dihabiskan untuk mencegah penyakit, apakah mereka juga menderita atau
karier (pembawa kuman) difteri dan mendapat pengobatan.
 Anggota keluarga yang tidak menderita difteri, segera dilakukan imunisasi DPT/DT/Td
sesuai usia.
 Laksanakan semua petunjuk dari Dokter dan Petugas Kesehatan setempat
 Setelah imunisasi DPT, kadang-kadang timbul demam, bengkak dan nyeri ditempat
suntikan DPT, yang merupakan reaksi normal dan akan hilang dalam 1-2 hari. Bila
anak mengalami demam atau bengkak di tempat suntikan, boleh minum obat penurun
panas parasetamol sehari 4 x sesuai umur, sering minum jus buah atau susu, serta
pakailah baju tipis atau segera berobat ke petugas kesehatan terdekat.
 Anak dengan batuk pilek ringan dan tidak demam tetap bisa mendapatkan imunisasi
DPT/DT/Td sesuai usia. Jika imunisasi tertunda atau belum lengkap, segera lengkapi
di fasilitas kesehatan terdekat.
Sumber gambar: pasien difteri
rawat RS Sumber gambar:
pasien difteri rawat RS
Contoh suara nafas tambahan pada penderita difteri

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Obat PKM
    Daftar Obat PKM
    Dokumen6 halaman
    Daftar Obat PKM
    Amalia Sholihah Mukhtar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Amalia Sholihah Mukhtar
    Belum ada peringkat
  • Ces Dan CMS
    Ces Dan CMS
    Dokumen2 halaman
    Ces Dan CMS
    Amalia Sholihah Mukhtar
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien IGD
    Status Pasien IGD
    Dokumen3 halaman
    Status Pasien IGD
    Amalia Sholihah Mukhtar
    Belum ada peringkat
  • Lidah
    Lidah
    Dokumen23 halaman
    Lidah
    Amalia Sholihah Mukhtar
    Belum ada peringkat