Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kedua tertinggi keanekaragaman hayatinya di dunia
memiliki potensi yang besar untuk mendapatkan senyawa-senyawa baru yang
berkhasiat sebagai obat. Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) merupakan
salah satu tanaman yang mudah didapatkan dan secara empiris telah digunakan di
masyarakat tertentu di Indonesia sebagai obat tradisional. Hampir seluruh bagian dari
tanaman ini telah dimanfaatkan sebagai obat (daun, buah, kulit akar, dan getah). Kulit
akar sukun berkhasiat sebagai antiplatelet (Wang, dkk., 2006), buahnya berkhasiat
sebagai antifungi dan antioksidan (Amarasinghe, dkk., 2008), getahnya berkhasiat
sebagai obat diare dan disentri (Ragone, 1997), daunnya berkhasiat sebagai
antihipertensi, antidiabetes, antioksidan, dan antikanker (Enos, dkk., 2009; Ragone
1997; Suryanto dan Wehantouw, 2009) (Agustina, 2014)
Metabolit sekunder yang berhasil diisolasi oleh Aliefman hakim dari genus
Artocarpus terdiri dari terpenoid, flavonoid, stilbenoid, arilbenzofuran, dan
neolignan. Kelompok flavonoid merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan
dari tumbuhan Artocarpus. (Hakim, dkk., 2010).
Proses biosintesis dapat menyebabkan perubahan warna pada daun sukun dari
daun hijau segar (HS), daun kuning nempel (KN), daun kuning jatuh (KJ), daun jatuh
kering (JK), serta proses fermentasi daun hijau segar menjadi daun hijau fermentasi
(HF). Proses tambahan dari daun hijau segar menjadi daun hijau fermentasi dipilih
karena dengan proses ini diharapkan daun yang semula berupa daun hijau segar, akan
berubah menjadi daun kuning, karena proses fermentasi dapat mempercepat penuaan
daun. Fermentasi daun dilakukan dengan cara menumpukkan daun selama 5 hari
setelah proses pemetikan dan pencucian (Riasari, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lia Agustina yang
membandingkan kadar total flavonoid terhadap kelima ekstrak metanol daun sukun
tersebut dan korelasinya dengan aktivitas antioksidan dengan hasil daun sukun jatuh

1
2

kering memiliki kadar total flavonoid tertinggi dan tidak ada korelasi langsung antara
kadar total flavonoid terhadap aktivitas antioksidan dari kelima ekstrak metanol daun
sukun.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang uji
aktivitas variasi daun sukun yang terdiri dari hijau segar, kuning nempel, kuning
jatuh, jatuh kering, dan hijau fermentasi terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis,
Eschericiacoli, dan Propionibacterium acnes serta terhadap jamur Candida albicans.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Ekstrak dari variasi daun sukun mana yang memiliki aktivitas antibakteri
terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis, Eschericia coli, dan
Propionibacterium acnes serta aktivitas antijamur terhadap pertumbuhan
Candida albicans paling efektif?
2. Berapah Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak metanol variasi daun sukun
terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis, Eschericia coli, dan
Propionibacterium acnes serta terhadap pertumbuhan Candida albicans?
3. Fraksi dari variasi daun sukun mana yang memiliki aktivitas antibakteri
terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis, Eschericia coli, dan
Propionibacterium acnes serta terhadap pertumbuhan Candida albicans yang
paling efektif?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan aktivitas
antijamur terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis, Eschericia coli,
Propionibacterium acnes dan pertumbuhan Candida albicans. Mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) variasi daun sukun hijau segar, kuning
nempel, kuning jatuh, jatuh kering, dan hijau fermentasi serta mengetahui fraksi mana
yang paling efektif dan memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur.
3

1.4 Kegunaan Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai aktivitas antibakteri dan antijamur terhadap pertumbuhan Staphylococcus
epidermidis, Eschericia coli, Propionibacterium acnes dan pertumbuhan Candida
albicans. Mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) variasi daun sukun
hijau segar, kuning nempel, kuning jatuh, jatuh kering, dan hijau fermentasi serta
mengetahui fraksi mana yang paling efektif dan memiliki aktivitas antibakteri dan
antijamur.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Juni 2015 bertempat di
Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia, Jl. Soekarno - Hatta 354, Bandung - Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai