Anda di halaman 1dari 1

Menulis di Era Literasi

Oleh : Eti Nurhayati, S.S., M.Pd.

Virus literasi kini gencar menyerang setiap elemen di negeri tercinta. Hal ini sengaja
dilakukan untuk membangkitkan gairah menulis dan membaca di Tanah air. Budaya literasi yang
mulai menggeliat sekarang ini seyogyanya kita sambut gembira. Setidaknya hal ini dapat
membangkitkan kita dari keterpurukan budaya literasi di mata dunia. Ya, tidak dapat dipungkiri,
berdasarkan hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA)
menyatakan budaya literasi masyarakat Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di
dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut (Idris, 2015).
Selanjutnya, Idris menyatakan bahwa berdasarkan data statistik UNESCO 2012 yang
menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap seribu
penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. Dengan demikian, budaya literasi di
Indonesia harus dibangun dengan sungguh-sungguh. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Sahabat sekalian.
Salah satu budaya literasi yang harus dikembangkan yaitu budaya menulis. Untuk
menghasilkan tulisan dituntut memiliki pembendaharaan kata, kalimat, pengetahuan, dan
wawasan yang luas. Aktivitas menulis bukan saja konsumsi para akademisi, tetapi harus menjadi
konsumsi kita semua. Menulis bisa ditumbuhkan di lingkungan terdekat kita. Menulis bisa
dimulai dari lingkungan keluarga. Selanjutnya, kita budayakan di lingkungan kerja masing-
masing. Saya sepakat dengan pendapat bahwa menulis itu tidak sulit, asalkan kita mempunyai
kemauan untuk itu. Mulailah dengan menuliskan hal-hal sederhana, dari apa yang kita lihat, kita
rasakan dan apa yang kita pikirkan. Bagaimana?Mudah kan ? Kalau begitu, yuk kita menulis!

Anda mungkin juga menyukai