Anda di halaman 1dari 49

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi laut merupakan salah satu sarana transportasi yang memiliki

peranan penting dalam menjamin terselenggaranya mobilitas penduduk, barang

dan jasa. Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam transportasi

laut adalah pelabuhan. Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung

terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas terminal laut

meliputi dermaga, crane-crane untuk untuk bongkar muat barang, gudang laut

(transit) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya,

dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan alam waktu yang

lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.

Menurut Undang Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, menyatakan:

“ Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan

batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dankegiatan

pengusahaan yang di pergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

penumpang dan bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh

kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar

moda transportasi “.

“ Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan

fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, kemanan dan ketertiban arus lalu

lintas kapal, penumpang atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar,

tempat perpindahan intra atau antarmoda serta mendorong perekonomian

nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah “.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 terdapat berbagai jenis

pelabuhan, adalah sebagai berikut :

1. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan

laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat

asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan

dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

2. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri

dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang

dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan

antarprovinsi.

3. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri

dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan

pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau


barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam

provinsi.

4. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani

kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di

laut atau di sungai.

5. Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk

melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.

Pelabuhan menjadi salah saatu unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan.

Pelabuhan yang di kelola secara baik dan efisien akan mendorong kemajuan

perdagangan, bahkan industry di daerah akan maju dengan sendirinya. Dan dari

sinilah pelabuhan sangat berperan penting, apabila kita melihat sejarah jaman

dahulu beberapa kota metropolitan di Negara kepulauan seperti Indonesia,

pelabuhan turut membesarkan kota kota tersebut. Pelabuhan menjadi jembatan

penghubung pembangunan jalan raya, jaringan rel kereta api, dan pergudangan

tempat distribusi. Yang tidak kalah pentingnya peran pelabuhan adalah sebagai

focal point bagi perekonomian maupun perdagangan dan menjadi kumpulan

badan usaha seperti pelayaran dan keagenan, pergudangan, freight forwarding,

dan lain sebagainya.

Dalam hal ini ada 4 fungsi pelabuhan, dimana :

1. Gateway (pintu gerbang), pelabuhan berfungsi sebagai pintu yang di lalui

orang dan barang ke dalam maupun ke luar pelabuhan yang bersangkutan.

Disebut sebagai pintu karenan pelabuhan adalah jaran atau area resmi bagi

lalu lintas perdagangan. Masuk dan keluarnya barang harus melalui prosedur
kepabeanan dan kekarantinaan, jadi ada proses yang sudah tertata di

pelabuhan. Dan jika lewat di luar jalan resmi itu tidak dibenarkan.

2. Link (mata rantai), keberadaan pelabuhan pada hakikatnya memfasilitasi

pemindahan barang muatan antara moda transportasi darat (inland transport)

dan moda transportasi laut (maritime transport) menyalurkan barang masuk

dan keluar daerah pabean secepat dan seefisien mungkin. Fungsinya sebagai

link ini terdapat setidaknya ada tiga unsur penting, yaitu :

a. Meyalurkan atau memindahkan barang muatan dari kapal ke truk

b. Operasi pemindahan berlangsung cepat artinya minimum delay

c. Efisien dalam arti biaya

3. Interface (tatap muka), yang di maksud interface di sini adalah dalam arus

distribusi suatu barang mau tidak mau harus melewati area pelabuhan dua

kali, yakni satu kali di pelabuhan muat dan satu kali di pelabuhan bongkar.

Dalam kegiatan tersebut pastinya membutuhkan peralatan mekanis maupun

non mekanis. Peralatan untuk memindahkan muatan menjembatani kapal

dengan truk atau kereta api atau truk dengan kapal. Pada kegiatan tersebut

fungsi pelabuhan adalah antar muka (Interface).

4. Industry Entity, dalam industry entity ini jika pelabuhan yang

diselenggarakan secara baik akan bertumbuh dan akan mengembangkan

bidang usaha lain, sehingga area pelabuhan menjadi zona industry terkait

dengan kepelabuhanan, diantaranya akan tumbuh perusahaan pelayaran yang

bergerak di bidang, keagenan, pergudangan, PBM, truking, dan lain

sebagainya.
Sangat pentingnya pelabuhan dalam membantu perkembangan di suatu daerah

mendorong sebuah perusahaan yaitu PT. Nusantara yang bergerak di Bidang

Kepelabuhan yang berpusat di Kelurahan Karang Maritim, Kec. Panjang, Kota

Bandar Lampung, untuk mengembangkan potensi maritim yang ada di Provinsi

Lampung, tepatnya di daerah Panjang. Provinsi Lampung yang berada di sebelah

barat Pulau Sumatera merupakan pintu masuk yang strategis untuk

menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa yang merupakan pusat

perekonomian Indonesia. Daerah Panjang merupakan persimpangan antara Pulau

Sumatera dengan Pulau Jawa yang dapat menjadi pelabuhan yang sangat

prospektif dalam perkembangan transportasi maupun perekonomian di masa

depan. Terdapat hinterland yang dapat memudahkan transportasi dan distribusi

berbagai komoditi hasil pertambangan baik untuk keperluan ekspor, impor

maupun domestik. Jenis pelabuhan yang akan di bangun adalah Pelabuhan

Umum. Dimana pelabuhan tersebut dapat mengembangkan potensi maritim,

perdagangan, dan meningkatkan perekonomian di Provinsi Lampung.

1.2 Tujuan

Tujuan dibangunnya pelabuhan Panjang adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pelayaran domestik yang mengubungkan Provinsi Lampung

dengan kota-kota lain.

2. Meningkatkan perekonomian, mobilitas dan aksebilitas di Provinsi

Lampung.

3. Meningkatkan sarana pelabuhan di Provinsi Lampung.


1.3 Profil Perusahaan

PT. Nusantara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di Bidang Kepelabuhan

yang berpusat di Kelurahan Karang Maritim, Kec. Panjang, Kota Bandar

Lampung. Perusahaan didirikan pada tanggal 02 Februari 2013 melalui akta

notaris yang berkedudukan di Bandar Lampung yang memiliki disahkan melalui

surat keputusan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor : AHU-0007841.AH.01.01.

Perusahaan juga telah memiliki Surat Ijin Badan Usaha Pelabuhan yang disahkan

oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Proses pembuatan Surat Ijin

Badan Usaha Pelabuhan harus memenuhi beberapa syarat dan dokumen, yaitu :

1. Surat Permohonan izin usaha Badan Usaha Pelabuhan yang ditujukan kepada

Kepala BKPM

2. Surat kuasa/penunjukan dari pimpinan perusahaan

3. Untuk Penanaman Modal Asing memiliki izin prinsip dari BKPM

4. Akta Pendirian Perusahaan atau koperasi dilampiri surat keputusan

pengesahan akta pendirian perseroan dari instansi yang berwenang

5. Memiliki modal :

a. Modal dasar paling sedikit Rp 500.000.000,00 (Lima ratus miliar rupiah)

untuk pelabuhan utama

b. Modal dasar paling sedikit Rp 100.000.000,00 (Seratus miliar rupiah),

untuk pelabuhan pengumpul


c. Modal dasar paling sedikit Rp 10.000.000,00 (Sepuluhmiliar rupiah),

untuk pelabuhan pengumpan

6. Berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau perseroan

terbatas yang khusus didirikan di bidang kepelabuhanan

7. Surat keterangan domisili perusahaan

8. Laporan keuangan perusahaan minimal 1 (satu) tahun terakhir yang diaudit

oleh kantor akuntan publik terdaftar dan

9. Proposal rencana kegiatan kepelabuhanan

10. Melengkapi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud diatas :

a. Menguasai dan atau mengoperasikan sarana dan prasarana di bidang

kepelabuhanan antara lain : Lahan dan Peralatan

b. Bukti memiliki paling sedikit 2 (dua) pegawai tetap yang memiliki

sertifikat kepelabuhanan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal atau

diakui oleh Direktur Jenderal dan memiliki Surat Keterangan atau

Rekomendasi dari Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan

Setempat untuk kegiatan jasa kepelabuhanan dan/atau kegiatan jasa terkait

kepelabuhanan

Lokasi PT. Nusantara yang strategis, yaitu berdekatan dengan jalan lintas utama

Bandar Lampung dan berada di pantai laut lepas, menjadikan hal tersebut sebagai

bagian dari keunggulan komparatif perusahaan.


1.4 Aspek Hukum

Aspek hukum dalam penyelenggaraan pelabuhan di atur dalam :

a. Peraturan Mentri Perhubungan RI No. 51 tahun 2015, yang terdiri dari XIV

Bab dan 114 pasal.

b. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

c. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

d. Peratuan Pemerintah No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan

Maritim.

e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (“UU

No.17/2008”)

f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok

Agraria (“UUPA”)

g. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 (“PP No.61/2009”)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian(“PP

No.5/2010”)

i. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1965 Tentang Pelaksanaan

Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan

Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya (“Permenag No.9/1965”)

j. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2002 Tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (“Permenhub KM 54/2002”)


k. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 Tentang

Pengerukan dan Reklamasi (“Permenhub KM 52/2011”)

l. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2013 Tentang Tata

Cara Tetap Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan,

Kesepakatan Bersama Dan Perjanjian Kerjasama Di Lingkungan Kementerian

Perhubungan(“Permenhub PM 82/2013”)

m. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 71 Tahun 2013 Tentang Salvage

Dan/Atau Pekerjaan Bawah Air (“Permenhub PM 71/2013”)

n. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 52 Tahun 2004

Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan (“Kepmenhub KM 52/2004”)

1.4 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

Gambaran umum tentang lokasi kegiatan pembangunan pelabuhan umum PT.

Nusantara adalah sebagai berikut :

a. Survey dan Pengumpulan Data

1. Geografis

Lokasi pembangunan pelabuhan dan kantor perusahaaan yang difungsikan

sebagai pelabuhan penumpang dan pelabuhan bongkar muat berada di

Kelurahan Karang Maritim, Kec. Panjang, Kota Bandar, Lampung.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Lampung Nomor :

540/2472/KEP/II.07/2016. tentang Izin Mendirikan dan Mengoperasikan

Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang berada di Kelurahan Karang Maritim,


Kec. Panjang Kota bandar Lampung. Lokasi pembangunan dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Pembangunan

2. Iklim

Iklim dipengaruhi oleh adanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi

yang berganti di daratan sentra Asia dan Australia. Berdasarkan klasifikasi

Iklim Oldeman, tipe iklim di Kota Bandar Lampung dapat digolongkan

sebagai berikut :
a. Tipe C1 Bulan basah 5-6 bulan berturut-turut dengan kurang dari 2

bulan kering (kurang dari 100 mm/bulan) berurutan yang meliputi

daerah Rajabasa, Kedaton dan sebagian Way Halim.

b. Tipe D2 Bulan basah 3-4 bulan berturut-turut dengan kurang dari 2-3

bulan kering (kurang dari 100 mm/bulan) berurutan yang meliputi

daerah Tanjung Karang Pusat, Kemiling dan Tanjung Karang Barat

c. Tipe D3 Bulan basah 3-4 bulan berturut-turut dengan kurang dari 4-6

bulan kering (kurang dari 100 mm/bulan) berurutan yang meliputi

bagian wilayah sebagian Way Halim, Sukarame dan Tanjung Karang

Timur dan Panjang.

d. Tipe E Bulan basah kurang dari 3 bulan berturut-turut (kurang dari 100

mm/bulan) berurutan yang meliputi bagian wilayah Sumur Putri, Teluk

Betung Barat dan Teluk Betung Selatan.

3. Suhu Udara

Temperatur atau suhu udara maksimum dan minimum dicatat secara

berkala setiap harinya. Perbedaan temperatur secara dominan dipengaruhi

oleh letaknya, yakni ketinggian dari lokasi tersebut. Berdasarkan hasil

pengamatan data, terlihat bahwa suhu udara rata-rata sepanjang tahun di

Kabupaten lampung Selatan berkisar antara 25,9oC - 26,9oC.

4. Kelembaban Udara Relatif

Kelembaban relatif bergantung pada besarnya curah hujan. Kelembaban

rerata di daerah sekitar lokasi pembangunan pelabuhan umum PT.

Nusantara berkisar antara 89%-91%.


5. Kecepatan Angin

Kecepatan angin dihitung dengan satuan km/hari. Besarnya variasi

kecepatan angin di daerah sekitar lokasi pembangunan terminal umum PT.

Nusantara berkisar antara 1 km/hari-18 km/hari.

6. Potensi Daerah Panjang

Daerah panjang mampu memberi kontribusi terhadap kemajuan ekonomi

nasional maupun daerah. posisinya yang berada pada persimpangan Pulau

Sumatera dengan Pulau Jawa sangat strategis untuk dibangun sebuah

pelabuhan yang difungsikan sebagai pelabuhan penumpang dan pelabuhan

bongkar muat curah bahan tambang.

7. Areal Pelabuhan

Aksebilitas ke pelabuhan menggunakan system transportasi yang sudah

tersedia. Letak pelabuhan yang strategis dapat menghubungkan Pulau

Sumatera dan Pulau Jawa yang merupakan pusat perekonomian Indonesia.

8. Kondisi Alam

Kondisi tanah merupakan faktor penting yang mempengaruhi penentuan

konstruksi dermaga, sedangkan pasang surut mempengaruhi konstruksi

breakwater dan elevasi dermaga.

b. Persyaratan Pelabuhan

1. Penunjang sudah cukup luas untuk fasilitas lain seperti gudang, jalan

penghubung, tempat bersandarnya kapal, tempat bongkar muat kapal, dll.

Ukuran kapal atau tipe kapal, jumlah kunjungan kapal dan menetukan

dermaganya.
2. Bangunan dan fasilitas gelombang

a. Pemecah gelombang

Digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan

gelombang.gelombang yang datang dari laut lepas akan dihalangi oleh

bangunan ini.

b. Alur pelayaran

Berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar/masuk

pelabuhan.alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang

cukup untuk dilalui kapal-kapal.

c. Kolam pelabuhan

Merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk melakukan

bongkar muat,melakukan gerakan untuk memutar(dikolam putar).

d. Dermaga

Triatmodjo, B (2003), dermaga merupakan suatu bangunan di tepi

pelabuhan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan

bongkar muat dan menaik-turunkan penumpang. Dimensi dermaga

didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat

pada dermaga tersebut.

e. Alat penambat

Digunakan untuk menanmbat kapal pada waktu merpat di dermaga

maupun menggu diperairan sebelum kapal merapat didermaga.


f. Gudang

Terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang- barang yang

harus menunggu pengapalan.

g. Gedung terminal untuk keperluan administrasi

h. Fasilitas bahan bakar kapal

i. fasilitas pandu kapal

meliputi kapal tanda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk masuk

keluarnya kapal.
BAB II

Studi Kelayakan (FS)

Pada dasarnya pembangunan suatu pelabuhan harus berpedoman pada Rencana Induk

Pelabuhan Nasional (“RIPN”). RIPN ini merupakan perwujudan dari Tatanan

Kepelabuhan Nasional yang digunakan sebagai pedoman dalam penetapan lokasi,

pembangunan, pengoperasian , pengembangan pelabuhan dan penyusunan Rencana

Induk Pelabuhan.

Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang bersangkutan memuat dua hal yaitu

Kebijakan pelabuhan nasional dan rencana lokasi dan hierarki pelabuhan.

Dalam proses pembangunan suatu Pelabuhan Umum terdapat bebeberapa

Penetapan/Perizinan awal yang harus diperoleh oleh Penyelenggara Pelabuhan (baik

itu Otoritas Pelabuhan maupun Unit Penyelenggara Pelabuhan) agar dapat

melaksanakan Pembangunan Pelabuhan, adapun Penetapan/Perizinan tersebut

diantaranya adalah:

1. Penetapan Lokasi Pelabuhan

2. Rencana Induk Pelabuhan


3. Penetapan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

Pelabuhan (Penetapan Batas-batas Tanah dan Perairan Pelabuhan)

4. Izin Pembangunan Pelabuhan

5. Perizinan Terkait Fasilitas Pelabuhan

6. Jaminan Kelestarian Lingkungan

7. Jaminan Keamanan dan Ketertiban

8. Izin Mendirikan Bangunan (Untuk Lahan Pelabuhan di daratan)

9. Izin Penggunaan Perairan (Untuk Lahan Pelabuhan di Perairan)

10. Izin Pengerukan dan Izin Reklamasi

11. Izin Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

12. Izin Pekerjaan Di Bawah Air

1. Penetapan Lokasi Pelabuhan (Rencana Lokasi Pelabuhan)

Pada umumnya Rencana Lokasi Pelabuhan yang akan dibangun selain berpedoman

pada kebijakan nasional juga harus berpedoman pada:

 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

 potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;

 potensi sumber daya alam; dan

 perkembangan lingkungan stratgeis nasional dan internasional

Khusus untuk Pelabuhan Utama, penetapan lokasi juga harus mengindahkan beberapa

hal sebagai berikut:


a. Kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar pasar internasional

b. kedekatan dengan jalur pelayaran internasional

c. memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan utama lainnya

d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang

e. mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu

f. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional

g. Volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.

h. berpedoman pada jaringan jalan nasional dan jaringan jalur kereta api nasional

Khusus untuk Pelabuhan Pengumpul, penetapan lokasi juga harus mengindahkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan

meningkatkan pertumbuhan wilayah;

2. mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan pengumpul lainnya;

3. mempunyai jarak tertentu terhadap jalur/rute angkutan laut dalam negeri;

4. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;

5. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan

pertumbuhan nasional;

6. mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu; dan

7. volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.

8. berpedoman jaringan jalan nasional dan jalur kereta api nasional


Permohonan Penetapan Lokasi diajukan oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah kepada Menteri Perhubungan yang dilengkapi dengan persyaratan

meliputi:

a. Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;

c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/kota;

d. Rencana Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

Pelabuhan;

e. Hasil Studi Kelayakan mengenai

 Kelayakan Teknis;

 Kelayakan Ekonomi;

 Kelayakan Lingkungan;

 Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan social daerah setempat;

 Keterpaduan intra dam amtarmoda;

 Adanya aksesibilitas terhadap hinterland;

 Keamanan dan keselamatan pelayaran;

 Pertahanan dan kemanan

1. Rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota.

Selanjutnya dalam jangka 30 hari setelah permohonan diterima, Menteri

Perhubungan akan melakukan penelitian terhadap persyaratan-persyaratan

permohonan.
2. Rencana Induk Pelabuhan

Pada dasarnya setiap Pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan. Adapun

yang Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa

peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan. Adapun Rencana Induk Pelabuhan

wajib disusun dengan berpedoman sebagai berikut:

1. Rencana Induk Pelabuhan Nasional

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

4. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain yang terkait di Lokasi

Pelabuhan.

5. Kelayakan teknis , ekonomis dan lingkungan

6. Keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal.

Di Dalam setiap Rencana Induk Pelabuhan harus mempunyai beberapa jangka waktu

perencanaan, yang meliputi:

1. Jangka Panjang, > 15 Tahun – 20 Tahun

2. Jangka Menengah > 10 Tahun- 15 tahun

3. Jangka Pendek > 5 Tahun – 10 Tahun

Rencana Induk Pelabuhan untuk Pelabuhan Laut ditetapkan oleh:

1. Menteri untuk pelabuhan utama dan pelanuhan pengumpul;

2. Gubernur/Walikota untuk pelabuhan pengumpan.


Penetapan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

Pelabuhan (Tanah dan Perairan Pelabuhan). Demi kepentingan pembangunan

pelabuhan laut, ditetapkan batas-batas Wilayah lingkungan kerja dan Wilayah

lingkungan kepentingan. Wilayah lingkungan kerja adalah wilayah perairan dan

daratan pada pelabuhan yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan ,

sedangkan Daerah Lingkungan Kepentingan adalah perairan di sekeliling Daerah

Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin

keselamatan pelayaran.

Pada dasarnya Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

ditetapkan oleh instansi sesuai dengan kewenangannya, yaitu:

1. Menteri untuk Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Pengumpul

2. Gubernur untuk Pelabuhan Pengumpan regional, dan

3. Bupati/Walikota untuk pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan local.

Syarat untuk mendapatkan penetapan Rencana Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah

Lingkungan Kepentingan Pelabuhan ini adalah mendapatkan rekomendasi dari

Gubernur / Bupati terkait mengenai kesesuaian dengan tata ruang wilayah provinsi

dan kabupaten/kota.

Pada dasarnya Lahan dan perairan dalam Pelabuhan dikuasai oleh Negara dan diatur

oleh Penyelenggara Pelabuhan. Disamping itu Pada Daratan dan perairan pelabuhan

yang telah ditetapkan, diberikan hak pengelolaan atas tanah dan/atau penggunaan atau

pemanfaaatan perairan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang


perlu diketahui adalah bahwa untuk pengadaan tanah atas lahan pelabuhan di daratan

dan perairan harus dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan, dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Izin Pembangunan Pelabuhan

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan pekerjaan pembangunan Pelabuhan, Izin

Pembangunan Pelabuhan merupakan izin utama yang harus dimiliki oleh lembaga

pengembang pelabuhan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa Pembangunan

Pelabuhan hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara Pelabuhan setelah diperolehnya

Izin Pembangunan

Pelabuhan. Hal ini diperjelas kembali dalam Kepmen No 54/2002, namun dengan

istilah lain yaitu penetapan pelaksanaan pembangunan pelabuhan laut, dimana dalam

keputusan tersebut ditentukan bahwa pembangunan pelabuhan laut hanya dapat

dilakukan setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pembangunan.

Persyaratan

Adapun persyaratan permohonan untuk medapatkan Izin Pembangunan Pelabuhan

meliputi:

1. Persyaratan Teknis , yang terdiri dari 2 (dua) yaitu:

a) Studi Kelayakan (Dokumen Kelayakan), yang harus memuat yaitu:

 Kelayakan Teknis;

 Kelayakan Ekonomis dan finansial


b) Desain Teknis (Dokumen Desain), yang paling sedikit harus memuat:

 Kondisi tanah

 Konstruksi

 Kondisi hidrooceanografi

 Topografi

 penempatan dan konstruksi Sarana Bantu Navigasi- Pelayaran, alur-

pelayaran, dan kolam pelabuhan serta tata letak dan kapasitas peralatan

di pelabuhan.

2. Persyaratan Kelestarian Lingkungan (Dokumen Lingkungan/AMDAL)

Tata cara penerbitan dokumen lingkungan disesuaikan Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Hidup.

3. Rencana Induk Kepelabuhan.

Prosedur Penerbitan

1) Penyelenggara Pelabuhan mengajukan permohonan dengan melengkapi

seluruh persyaratan yang ditentukan kepada:

 Menteri Perhubungan, untuk pelabuhan utama dan pengumpul;

 Gubernur, untuk pelabuhan pengumpan regional

 Bupati/Walikota untuk pelabuhan pengumpan local

2) Berdasarkan permohonan , Menteri, Gubernur, bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya melakukan penelitian terhadap persyaratan


pemohon dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan secara

lengkap;

3) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi, Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota menetapkan izin pembangunan pelabuhan.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada dasarnya Pembangunan

Pelabuhan hanya dapat dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan (untuk Pelabuhan

yang diusahakan secara komersial) dan Unit Penyelenggara Pelabuhan(

untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial) , namun Badan

Usaha Pelabuhan (Pihak Swasta) dapat juga melakukan aktivitas

pembangunan pelabuhan dengan syarat harus berdasarkan konsesi dengan

Otoritas Pelabuhan.

Selanjutnya setelah Izin ditetapkan, baik Penyelenggara Pelabuhan maupun

Badan Usaha Pelabuhan dalam membangun Pelabuhan wajib:

1. Melaksanakan Pekerjaan pembangunan paling lama 2 (dua) tahun sejak

tanggal berlakunya izin pembangunan;

2. Melaksanakan pekerjaan pembangunan pelabuhan sesuai dengan Rencana

Induk Pelabuhan yang telah ditetapkan;

3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pembangunan secara berkala kepada

menteri, gubernu atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;

4. Bertanggung jawa terhadao dampak yang timbul selama pelaksanaan

pembangunan pelabuhan yang bersangkutan.


4. Perizinan Terkait Sarana Bantu Navigasi- Pelayaran

Pengadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaranpada alur-pelayaran dan perairan

pelabuhan umum dilakukan oleh Menteri. Penyelenggara Pelabuhan pasif dalam hal

ini, namun penetapan ini penting sebagai salah satu syarat penerbitan Izin

Pembangunan Pelabuhan.

5. Jaminan Keamanan dan Ketertiban di Pelabuhan

Penyelenggara Pelabuhan juga bertanggungjawab menjamin terwujudnya keamanan

dan ketertiban di Pelabuhan dengan cara membentuk Unit Keamanan dan

ketertiban. Bukti Jaminan ini diperlukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

penetapan Rencana Induk Kepelabuhan.

6. Jaminan Pemeliharaan Kelestarian Lingkungan

Penyelenggara Pelabuhan juga wajib kelestarian lingkungan disekitar pelabuhan, dan

untuk menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan ,

Penyelenggara Pelabuhan wajib melakukan pencegahan dan penanggulangan

pencemaran lingkungan. Bukti Jaminan ini diperlukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh penetapan Rencana Induk Kepelabuhan.


7. Perizinan Terkait dengan Penyediaan Fasilitas Pelabuhan

Disamping itu dalam proses pembangunan Pelabuhan , Penyelenggara Pelabuhan

baik itu Otoritas Pelabuhan maupun Unit Penyelenggara Pelabuhan wajib

memmperoleh perizinan terkait:

1. Perizinan terkait penyediaan penahan gelombang.

2. Perizinan terkait dengan penyediaan kolam pelabuhan.

3. Perizinan terkait dengan penyediaan alur pelayaran.

4. Perizinan terkait dengan penyediaan jaringan jalan.

8. Izin Pengerukan

Dalam proses Pembangunan Pelabuhan tentunya diperlukan dilakukannya kegiatan

Pengerukan yaitu pekerjaan mengubah bentuk dasar perairan untuk mencapai

kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material dasar perairan

yang dipergunakan untuk keperluan tertentu.

Pengerukan diperlukan dalam proses pembangunan fasilitas-fasilitas pelabuhan yang

Antara lain:

1. penahan gelombang

2. alur pelayaran dan

3. kolam pelabuhan laut

Pada dasarnya Pekerjaan Pengerukan tidak bisa dilakukan oleh sembarangan pihak,

hanya perusahaan yang mempunyai kemampuan dan kompentensi serta dibuktikan


dengan sertifikat yang diterbitkan Dirjen Perhubungan yang diizinkan melakukan

pekerjaan ini.

Persyaratan:

Adapun Dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan Izin Pengerukan


yaitu:

1) Pemenuhan persyaratan Administrasi, meliputi:

 Akta Pendirian Perusahaan;

 NPWP

 SKDP

 Keterangan Penanggung Jawab

2) Pemenuhan Persyaratan Teknis, meliputi:

 Keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan pengerukan;

 lokasi dan koordinat geografis areal yang akan dikeruk;

 peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari lokasi yang

akan dikerjakan;

 untuk pekerjaan pengerukan dalam rangka pemanfaatan material keruk

(penambangan) harus mendapat izin terlebih dahulu dari instansi yang

berwenang;

 hasil penyelidikan tanah daerah yang akan dikeruk untuk mengetahui jenis

dan struktur dari tanah;

 hasil pengukuran dan pengamatan arus di daerah buang;


 hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai ketentuan yang

berlaku; dan

 peta situasi lokasi dan tempat pembuangan yang telah disetujui oleh Otoritas

Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan, yang dilengkapi dengan

koordinat geografis.

3) Surat pernyataan bahwa pekerjaan pengerukan akan dilakukan oleh perusahaan

pengerukan yang memiliki izin usaha serta mempunyai kemampuan dan

kompetensi untuk melakukan pengerukan;

4) rekomendasi dari Syahbandar setempat berkoordinasi dengan Kantor Distrik

Navigasi setempat terhadap aspek keselamatan pelayaran setelah mendapat

pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat.

Prosedur

Berdasarkan permohonan, Dirjen Perhubungan akan melakukan penilitian atas

persyaratan permohonan izin pengerukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari

kerja sejak diterima permohonan secara lengkap. Dalam hasil penerlitian telah

terpenuhi maka Dirjen Perhubungan menyampaikan hasil penelitian kepada Menteri.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dirjen, Menteri dalam

jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja menerbitkan izin pengerukan.


9. Izin Reklamasi

Setelah mendapatkan Izin Pengerukan, agar dapat membangun Pelabuhan laut

(melakukan reklamasi) yang berada di Perairan maka Penyelenggara Pelabuhan wajib

mempunyai Izin Reklamasi dari pejabat pemerintah sesuai kewenangannya:

1) Menteri, untuk reklamasi Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Pengumpul;

2) Gubernur, untuk untuk reklamasi di wilayah perairan Pelabuhan Laut

Pengumpan Regional;

3) Bupati/Walikota, untuk reklamasi di wilayah Pelabuhan laut Pengumpan Lokal.

Persyaratan Mendaptkan Izin Reklamasi Pantai / Pulau:

Adapun Dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan Izin Reklamasi

yaitu:

1) Persyaratan Administrasi, meliputi:

 Akte Pendirian Perusahaan;

 NPWP

 SKDP

 Keterangan penanggung jawab

2) Persyaratan Teknis, meliputi:

 keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan reklamasi;

 lokasi dan koordinat geografis areal yang akan direklamasi;


 peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari lokasi yang

akan direklamasi; dan

 hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai ketentuan yang

berlaku.

3) Surat pernyataan bahwa pekerjaan reklamasi akan dilakukan oleh perusahaan

yang memiliki izin usaha serta mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk

melakukan reklamasi;

4) Rekomendasi dari syahbandar setempat berkoordinasi dengan Kantor Distrik

Navigasi setempat terhadap aspek keselamatan pelayaran setelah mendapat

pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat; dan

5) Rekomendasi dari Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan dari

pelabuhan setempat akan kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan bagi

pekerjaan reklamasi yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah

Lingkungan Kepentingan pelabuhan; atau

6) Rekomendasi dari bupati/walikota setempat akan kesesuaian dengan rencana

umum tata ruang wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan bagi pekerjaan

reklamasi di wilayah perairan terminal khusus.

Prosedur:

Berdasarkan permononan, Dirjen Perhubungan melakukan penelitian atas persyaratan

permohonan izin reklamasi dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari

kerja sejak diterima permohonan secara lengkap.


Dalam hal berdasarkan hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi, Direktur Jenderal

menyampaikan hasil penelitan kepada Menteri. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Direktur Jenderal, Menteri dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari

menerbitkan izin reklamasi.

10. Izin Mendirikan Bangunan

Untuk setiap pembangunan fasilitas di sisi darat pelabuhan baru dapat dilakukan

setelah Penyelenggara Pelabuhan/Badan Usaha Pelabuhan memperoleh Izin

Mendirikan Bangunan. Sedangkan pembangunan fasilitas di sisi perairan dapat

dilakukan setelah memperoleh Izin Pembangunan dari Menteri Perhubungan.

11. Izin Kegiatan Pekerjaan Di Bawah Air

Pada dasarnya setiap Pembangunan bangunan Pelabuhan Laut memerlukan kegiatan

pekerjaan di bawah air, dan setiap pelaksanaan kegiatan pekerjaan bawah air harus

mendapat izin kegiatan pekerjaan di bawah air terlebih dahulu dari instansi yang

berwenang dalam hal ini Direktur Jendral Perhubungan. Persyaratan Mendapatkan

Izin Kegiatan Pekerjaan Di Bawah Air. Persyaratan untuk mendapatkan Izin Kegiatan

Pekerjaan di Bawah Air terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu:

1) Persyaratan Administrasi

 Memiliki kontrak kerja dan atau Letter of Intent dari Pemberi Kerja;

 Fotokopi Surat Izin Usaha perusahaan salvage dan/atau pekerjaan bawah air;

 Daftar Kapal Kerja yang dilengkapi dengan crew list dan


 Fotokopi sertifikat/dokumen kelaikan dan operasional kapal yang masih

berlaku.

2) Persyaratan Teknis, meliputi rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal,

metode kerja, tenaga kerja, peralatan kerja, dan perta wilayah kerja kegiatan yang

ditandai dengan koordinat geografis.

Prosedur Penerbitan Izin Kegiatan Pekerjaan Di Bawah Air :

Berdasarkan permohonan izin kegiatan pekerjaan di bawah air, Direktur Jenderal

melakukan penelitian kelengkapan persyaratan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak

permohonan diterima secara lengkap.

Dalam hal berdasarkan hasil penelitian, Direktur Jenderal dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari kerja menerbitkan izin kegiatan pekerjaan bawah.

Izin kegiatan pekerjaan bawah air diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan dan dapat diperpanjang setelah pemohon mengajukan permohonan.

Perizinan/Penetapan/Kewaji
Jangka Waktu
No Dokumen ban Yang Diperlukan Keterangan
Penerbitan
Untuk Mendapatkannya

Penetapan Dokumen-dokumen yang Pemohon harus berupa

1 Lokasi diperlukan yaitu meliputi: 30 hari Pemerintah dan Pemerintah

Pelabuhan 1) Rencana Induk Pelabuhan Daerah.


Nasional;

2) Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi;

3) Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/kota;

4) Rencana Daerah

Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan

Kepentingan Pelabuhan;

5) Hasil Studi Kelayakan

mengenai

a) Kelayakan Teknis;

b) Kelayakan Ekonomi;

c) Kelayakan

Lingkungan;

d) Pertumbuhan

ekonomi dan

perkembangan social

daerah setempat;

e) Keterpaduan intra

dam amtarmoda;

f) Adanya aksesibilitas
terhadap hinterland;

g) Keamanan dan

keselamatan

pelayaran;

h) Pertahanan dan

kemanan

6) Rekomendasi dari

Gubernur dan

Bupati/Walikota.

Dokumen-dokumen yang

diperlukan yaitu meliputi:

a) Rencana Induk Pelabuhan

Nasional

b) Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Ditetapkan oleh Menteri


Rencana Induk Tidak
2 c) Rencana Tata Ruang dan Gubernur sesuai dengan
Kepelabuhan ditentukan
Wilayah Kabupaten/Kota kewenangannya

d) Keserasian dan

keseimbangan dengan

kegiatan lain yang terkait

di Lokasi Pelabuhan.

e) Kelayakan teknis ,
ekonomis dan lingkungan

f) Keamanan dan

keselamatan lalu lintas

kapal.

Ditetapkan oleh:

a) Menteri untuk

Pelabuhan Utama dan

Pelabuhan Pengumpul

b) Gubernur untuk
Dokumen-dokumen yang
Penetapan Pelabuhan Pengumpan
diperlukan yaitu meliputi:
Daerah regional, dan
1) rekomendasi dari
Lingkungan c) Bupati/Walikota untuk
gubernur dan
Kerja dan Tidak pelabuhan untuk
bupati/walikota mengenai
3
Daerah ditentukan pelabuhan pengumpan
kesesuaian dengan tata
Lingkungan local.
ruang wilayah provinsi
Kepentingan Isi dalam Penetapan, paling
dan kabupaten/kota.
Pelabuhan. tidak memuat Antara lain:

a) luas lahan daratan yang

digunakan sebagai

Daerah Lingkungan

Kerja;

b) luas perairan yang


digunakan sebagai

Daerah Lingkungan

Kerja dan Daerah

Lingkungan

Kepentingan

pelabuhan;

c) titik koordinat

geografis sebagai batas

Daerah Lingkungan

Kerja dan Daerah

Lingkungan

Kepentingan

pelabuhan.

Kewajiban-kewajiban yang

harus dipenuhi dalam

penetapan:

1) Untuk Daerah

Lingkungan Kerja

Daratan:

a) memasang tanda

batas sesuai dengan

batas Daerah
Lingkungan Kerja

daratan yang telah

ditetapkan;

b) memasang papan

pengumuman yang

memuat informasi

mengenai batas

Daerah Lingkungan

Kerja daratan

pelabuhan;

c) melaksanakan

pengamanan

terhadap aset yang

dimiliki;

d) menyelesaikan

sertifikat hak

pengelolaan atas

tanah sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundangm

undangan;
2) Untuk Daerah

Lingkungan Kerja

Perairan

a) memasang tanda

batas sesuai dengan

batas Daerah

Lingkungan Kerja

perairan yang telah

ditetapkan;

b) menginformasikan

mengenai batas

Daerah Lingkungan

Kerja perairan

pelabuhan kepada

pelaku kegiatan

kepelabuhanan;

c) menyediakan

Sarana Bantu

Navigasi-Pelayaran;

d) menyediakan dan

memelihara kolam

pelabuhan dan alur-


pelayaran;

e) menjamin dan

memelihara

kelestarian

lingkungan;

f) melaksanakan

pengamanan

terhadap aset yang

dimiliki berupa

fasilitas pelabuhan

di perairan.

Perizinan/ Dokumen yang

diperlukan meliputi: Pemohon merupakan

Izin 1) Rencana Induk 30 hari sejak Penyelenggara Pelabuhan

4 Pembangunan Pelabuhan; permohonan yaitu Otoritas Pelabuhan

Pelabuhan 2) dokumen kelayakan; diterima atau Unit Penyelenggara

3) dokumen desain teknis; Pelabuhan.

4) dokumen lingkungan.

Izin
Persyaratan dan prosedur
Mendirikan
5 disesuaikan dengan UU No. – –
Bangunan
28 /2002 dan PP No. 36 /2005
(untuk lahan
daratan

pelabuhan)

Akan diteliti dan

dikonfirmasi lebih lanjut

Izin apakah yang dimaksud Izin

Pembangunan ini adalah:


Peraturan terkait belum
6 Fasilitas –
diterbitkan 1. Izin Pengerukan
Perairan
2. Izin Reklamasi
Pembangunan
3. Izin Pekerjaan di

Bawah Air

Izin Persyaratan dan prosedur

Pembangunan disesuaikan dengan UU No.


7
Jaringan Jalan 38 /2002 tentang Jalan dan

ke Pelabuhan peraturan pelaksananya

Izin

Pembangunan

8 Sarana Bantu Ditetapkan oleh menteri. – –

Navigasi

Pelayaran
Izin

Pembangunan

Penahan

Gelombang,Izi

n
Peraturan terkait belum
9 Pembangunan – –
diterbitkan
Kolam

Pelabuhan dan

Izin

Pembangunan

Alur Pelayaran

1) Pemenuhan persyaratan
berdasarkan
Administrasi, meliputi:
hasil penelitian
a. Akta Pendirian
yang
Perusahaan;
dilakukan Dirje
b. NPWP
Izin n, Menteri
10 c. SKDP
Pengerukan dalam jangka
d. Keterangan
waktu 7 (tujuh)
Penanggung Jawab
hari kerja
2) Pemenuhan Persyaratan
menerbitkan izin
Teknis, meliputi:
pengerukan
1. Keterangan mengenai
maksud dan tujuan

kegiatan pengerukan;

2. lokasi dan koordinat

geografis areal yang

akan dikeruk;

3. peta pengukuran

kedalaman awal

(predredge sounding)

dari lokasi yang akan

dikerjakan;

4. untuk pekerjaan

pengerukan dalam

rangka pemanfaatan

material keruk

(penambangan) harus

mendapat izin terlebih

dahulu dari instansi

yang berwenang;

5. hasil penyelidikan

tanah daerah yang

akan dikeruk untuk

mengetahui jenis dan


struktur dari tanah;

6. hasil pengukuran dan

pengamatan arus di

daerah buang;

7. hasil studi analisis

mengenai dampak

lingkungan atau sesuai

ketentuan yang

berlaku; dan

8. peta situasi lokasi dan

tempat pembuangan

yang telah disetujui

oleh Otoritas

Pelabuhan atau Unit

Penyelenggara

Pelabuhan, yang

dilengkapi dengan

koordinat geografis.

3) Surat pernyataan bahwa

pekerjaan pengerukan

akan dilakukan oleh


perusahaan pengerukan

yang memiliki izin usaha

serta mempunyai

kemampuan dan

kompetensi untuk

melakukan pengerukan;

4) rekomendasi dari

Syahbandar setempat

berkoordinasi dengan

Kantor Distrik Navigasi

setempat terhadap aspek

keselamatan pelayaran

setelah mendapat

pertimbangan dari Kepala

Kantor Distrik Navigasi

setempat.

1) Administrasi, meliputi: hasil penelitian

a. Akte Pendirian yang dilakukan

11 Izin Reklamasi Perusahaan; Direktur

b. NPWP Jenderal,

c. SKDP Menteri dalam


d. Keterangan jangka waktu

penanggung jawab paling lama 7

2) Teknis, meliputi: (tujuh) hari

a) keterangan mengenai menerbitkan izin

maksud dan tujuan reklamasi

kegiatan reklamasi;

b) lokasi dan koordinat

geografis areal yang

akan direklamasi;

c) peta pengukuran

kedalaman awal

(predredge sounding)

dari lokasi yang akan

direklamasi; dan

d) hasil studi analisis

mengenai dampak

lingkungan atau

sesuai ketentuan

yang berlaku.

3) surat pernyataan bahwa

pekerjaan reklamasi akan

dilakukan oleh
perusahaan yang

memiliki izin usaha serta

mempunyai kemampuan

dan kompetensi untuk

melakukan reklamasi;

4) rekomendasi dari

syahbandar setempat

berkoordinasi dengan

Kantor Distrik Navigasi

setempat terhadap aspek

keselamatan pelayaran

setelah mendapat

pertimbangan dari Kepala

Kantor Distrik Navigasi

setempat; dan

5) rekomendasi dari Otoritas

Pelabuhan atau Unit

Penyelenggara Pelabuhan

dari pelabuhan setempat

akan kesesuaian dengan

Rencana Induk

Pelabuhan bagi pekerjaan


reklamasi yang berada di

dalam Daerah

Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan

Kepentingan pelabuhan;

atau

6) rekomendasi dari

bupati/walikota setempat

akan kesesuaian dengan

rencana umum tata ruang

wilayah kabupaten/kota

yang bersangkutan bagi

pekerjaan reklamasi di

wilayah perairan terminal

khusus.

1) Persyaratan Administrasi Direktur

a) Memiliki kontrak Jenderal dalam


Izin Pekerjaan
kerja dan atau Letter jangka waktu 7
12 Bawah Air
of Intent dari (tujuh) hari
(PBA)
Pemberi Kerja; kerja

b) Fotokopi Surat Izin menerbitkan izin


Usaha perusahaan kegiatan

salvage dan/atau pekerjaan bawah

pekerjaan bawah air;

c) Daftar Kapal Kerja

yang dilengkapi

dengan crew list dan

d) Fotokopi

sertifikat/dokumen

kelaikan dan

operasional kapal

yang masih berlaku.

2) Persyaratan Teknis,

meliputi rencana kerja

yang dilengkapi dengan

jadwal, metode kerja,

tenaga kerja, peralatan

kerja, dan perta wilayah

kerja kegiatan yang

ditandai dengan

koordinat geografis.
BAB III

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

3.1. Pengertian AMDAL

Amdal adalah suatu proses pengkajian yang digunakan untuk memperkirakan

dampak yang terjadi pada lingkungan hidup akibat kegiatan proyek yang

dilakukan atau yang sedang direncanakan, sehingga diperlukan rencana yang

matang terhadap dampak tersebut.

Menurut PP No. 27 Tahun 1999, Pengertian Amdal ialah suatu kajian mengenai

dampak yang ditimbulkan dan penting dalam hal pengambilan keputusan usaha

atau kegiatan yang telah direncanakan pada lingkungan hidup, yang di mana

diperlukan sebagai proses pengambilan keputusan mengenai penyelenggaraan

usaha atau kegiatan.

3.2. Fungsi AMDAL

Fungsi dari AMDAL antara lain, sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan suatu wilayah.

2. Untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan atas kelayakan sebuah

lingkungan hidup dari rencana usaha atau kegiatan tertentu.


3. Membantu memberikan masukan dalam rangka menyusun sebuah rancangan

yang terperinci dari suatu rencana usaha atau kegiatan.

4. Membantu memberikan masukan dalam suatu proses penyusunan rencana

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

5. Fungsi amdal yang kelima yaitu Membantu memberikan informasi terhadap

masyarakat tentang dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan dari suatu

rencana usaha dan atau kegiatan.

6. Fungsi amdal yang selanjutnya adalah sebagai rekomendasi utama untuk

sebuah izin usaha.

7. Fungsi amdal berikutnya ialah Scientific Document dan Legal Document.

8. Fungsi amdal yang terakhir adalah Izin Kelayakan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai