Rudy Gunradi
Kelompok Penyelidikan Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Saran
Perlu adanya pengaturan zona
pengolahan dan penanganan limbah
secara terpadu, agar pencemaran
yang terjadi dapat dikurangi dan
terlokalisir tempatnya.
Di daerah yang telah tercemar perlu
pemantauan dan penanganan secara
terpadu meliputi lingkungan fisik dan
hayati. Mengingat pengolahan emas
di daerah penelitian terus
berlangsung, perlu dilakukan
pemantauan tumbuhan secara
berkala karena unsur Hg dan Cd
dapat terakumulasi seiring
berjalannya waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Limbong. D, 2000, Ancaman Pencemaran Merkuri oleh Pertambangan Emas Sekala Kecil di
Tatelu, NRM/epiq Sulut.
Effendi A.C, Bawono S.S., 1997, Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, Sekala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Gunradi. R, dkk, 2011, Penelitian Bahan Galian Lain Dan Mineral Ikutan Pada Wilayah
Pertambangan Di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung
Sumual. H, 2009, Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara, Agritek vol. 17 no.5.
Kamagi W.A, 1989, Potensi dan Permasalahan Pertambangan Emas Rakyat di Sulawesi
Utara. Makalah pada Seminar Pertambangan Rakyat Tingkat Nasional, Jakarta.
Mearest Soputan Mining PT, 2011, Laporan Perkembangan Kuartal ke 4 Tahun 2010, PT.
Mearest Soputan Mining
Yuliawan. N, dkk, 2005, Pendataan Penyebaran Unsur Merkuri Pada Wilayah
Pertambangan Cibaliung , Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral Badung
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian
Gambar 8. Peta lokasi conto dan anomali Hg dalam sedimen sungai aktif
Gambar 9. Peta lokasi conto dan anomali unsur Hg dalam tanah