Anda di halaman 1dari 5

1.

Perbedaan gejala klinis setiap DD


1. Otitis ekterna
Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telinga
tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang
mati.1
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Otalgia
merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat biasa ditemukan pada otitis
eksterna sirkumskripta. Keluhan ini bervariasi dan bisa dimulai dari perasaan sedikit
tidak enak, perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar, hingga rasa sakit
hebat dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa makin hebat bila menyentuh, menarik, atau
menekan daun telinga. Juga makin nyeri ketika pasien sedang mengunyah.1,2,3,4
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga. Gatal-gatal paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu otalgia pada
otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita otitis eksterna akut, tanda peradangan
diawali oleh rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak pada telinga.1
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis
eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang telinga,
sekret serous atau purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama.
Selain itu, peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen liang
telinga oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran pada otitis eksterna
sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang telinga.1
Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejalagejala
klinis berikut:
a. Deskuamasi.
b. Tinnitus.
c. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore).
Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan berwarna putih
atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak
bercampur dengan lendir (musin).
d. Demam.
e. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
f. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta.
Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah
kecil bisa bocor dari telinga.
g. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis
eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak
terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi
bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.1,3

Otitis Eksterna Difus (OED)


Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga
bagian dalam. OED dikenal juga sebagai telinga cuaca panas (hot weather ear),
telinga perenang (swimmer ear), karena merupakan suatu problema umum dibagian
otologi yang didapat pada 5–20 % penderita yang berobat ke dokter di daerah-
daerah tropis dan subtropis pada musim panas. Otitis eksterna difusa merupakan
komplek gejala peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan dapat
dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.3
Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang
kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir
merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus
otitis media. Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat, serta berdenyut, pada suatu penelitian multisenter yang
melibatkan 239 pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat 20%,
sedang 27%, ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.4
Lagi pula, kulit dan tulang rawan sepertiga luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari
daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.2
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan
merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa
gatal yang hebat 9%, sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan
tanda permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.4
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam
telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.4
Sumber:
1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Di unduh dari: http://
www.usudigitallibrary.com . Di Akses pada tanggal : 30 September 2011.
2. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2007. Hal : 58-59.
3. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor.
Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.
1997.78-84.
4. Susana. 2009. Nyeri Telinga. Di unduh dari: http://www.ssmedika.com/ index.php?
option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=38:telinga&Ite
mid=61. Di Akses pada tanggal : 17 Januari 2018.

2. Otitis Media Akut


Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada
anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga,
keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek
sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang
dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai
39,5 oC (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit
waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinganya yang
sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh menurun dan anak tertidur tenang.
Pada stadium perforasi karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian
antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani
dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke MAE. Anak yang tadinya gelisah
sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan
ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

Membran timpani stadium perforasi


Sumber:
Soepardi.E.A, N.Iskandar, J.Bashiruddin, R.D.Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Vol VI(6). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2011.
3. Gejala tulis konduktif dan tuli sensori neural
Konduktif Sensori neural
Etiologi Obstuksi kanalis Pajanan terus-menerus
auditorius, otitis media, bunyi yang keras, obat-
perfotasi membran timpani obatan, infeksi telinga
dan otoskelrosis. dalam, trauma, tumor,
kelainan kongenital serta
proses penuaan.
Gangguan pamahaman Minor Sering menyusahkan
bahasa
Pengaruh lingkungan Pendengaran seolah-olah Pendengaran secara
yang berisik menjadi baik tipikal bertambah parah
Suara pasien Cenderung menjadi Mungkin menjadi keras
perlahan
Usia awitan Anak-anak dan dewasa Pada usia pertengan dan
muda lanjut
Kanalis auditorius dan Biasanya terlihat Permasalahan tidak
membran timpani abnormalitas, kecuali pada tampak.
otosklerosis.
Tes webber Lateralisasi ke telinga yang Lateralisasi ke telingan
sakit normal.
Tes rinne Negatif Positif
( BC>AC/BC=AC) (AC>BC)

Sumber:
Bickley LS, Szilagyi PG (eds) (2009). Dwijanthi L, Novrianti A, Karolina S (eds). Alih Bahasa:
Hartono A. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates’ guide to physical
examination and history taking. Edisi ke 8. Jakarta: EGC.

2. Terdapat tiga jenis gangguan pendengaran yakni:


1. Tuli konduktif
Pada gangguan jenis tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan
oleh kelainan/penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Gangguan pendengaran
konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengahdan bersifat sementara. Gangguan
pendengaran konduktif dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.
2. Tuli sensorineural
Gangguan jenis tuli sensorineural disebabkan oleh kerusakan sel rambut pada organ
korti yang terjadi akibat suara yang keras, infeksi virus, meningitis, dan proses menua.
Gangguan pendengaran sensorineural biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan
bersifat permanen. Pada tingkat ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan
telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan
pendengaran berat atau parah.
3. Tuli campuran
Tuli campuran merupakan kombinasi dari tuli konduktif serta tuli sensorineural dan
kedua gangguan tersebut bisa terjadi bersama-sama seperti contoh radang telinga tengah
dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya
tumor nervus VIII (sensorineural) dengan radang telinga tengah (konduktif).
Sumber:
Soepardi.E.A, N.Iskandar, J.Bashiruddin, R.D.Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Vol VI(6). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2011.

Anda mungkin juga menyukai