Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Keratokonjungtivitis limbus superior (KLS) adalah penyakit radang pada konjungtiva

tarsal dan konjungtiva bulbi disertai dengan kelainan pada limbus bagian atas yang penyebabnya

tidak diketahui. Penyakit ini dapat terjadi bilateral ataupun unilateral.1

Keratokonjungtivitis limbus superior (KLS) paling sering terjadi pada wanita dewasa yang

berumur 20-70 tahun.1 KLS pertama kali dijelaskan pada tahun 1961 oleh Theodore yang mana

keratokonjungtivitis limbus superior (KLS) ini diduga adanya hubungan dengan penyakit

hipertiroid. Cher melaporkan bahwa 50% pasien dengan keratokonjungtivitis superior limbic juga

memiliki penyakit hipertiroid.3 Prevalensi Keratokonjungtivitis limbus superior (KLS) di

Amerika Serikat diperkirakan sekitar 3% pada pasien ophthalmology Graves.4

Gejala klinis pada pasien ini berupa rasa sensasi benda asing, rasa tidak nyaman pada

mata, kemerahan, gatal dan mata kering. Pada pemeriksaan fisik ditemui adanya hipertrofi pada

papiler tarsus superior, keratinsasi, penebalan limbus superior, keratitis epithelial, filament

superior rekurens dan mikropannus superior. Keratokonjungtivitis limbus superior (KLS) ini

dapat bersifat kronik yang disertai dengan eksaserbasi dan remisi.

Prognosis pada kasus keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya gejala klinis,

pada umumnya prognosis pada penyakit ini baik terutama pada kasus yang tidak terjadi parut atau

vaskularisasi di kornea. Pada kasus-kasus yang telah sembuh, biasanya tidak dijumpai gangguan
penglihatan dan gejala sisa. Oleh karena hal tersebut penting untuk memahami tentang gejala klinis

dan penatalaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai