Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan ( PP No.

37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ).

Wilayah Sungai Buru merupakan Wilyah Sungai lintas Kabupaten

berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4

Tahun 2015 Tentang Penetapan Wilayah Sungai. Wilayah Sungai Buru secara

astronomis terletak pada posisi 3º 29’ 20” - 8 º 96’ 55” LS dan 137 º 77’ 35” - 140º

98’ 15” BT. Wilayah Sungai Buru terdiri atas 53 Daerah Aliran Sungai (DAS).

Secara umum kondisi seluruh DAS masih relatif terjaga. Potensi air dari 53 DAS

sangat besar namun belum cukup termanfaatkan.

Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai keperluan,

diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna

menentukan langkah dan tindakan harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan

tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air,

melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan.

Mengingat pengelolaan sumber daya air merupakan suatu kegiatan yang

kompleks karena menyangkut semua sektor kehidupan, sehingga harus melibatkan


semua pihak baik pembuat aturan (regulator), pengguna (user), pengembang

(developer) dan pengelola (operator). Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama

dengan para stakeholder terkait. Pendekatan prinsip yang harus dilakukan adalah

dengan prinsip one river basin, one plan and one integrated management, sehingga

keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengendalian dapat

diwujudkan.

Proses erosi dan sedimentasi ini baru mendapat perhatian cukup serius oleh

manusia pada sekitar 1940-an, setelah menimbulkan kerugian yang besar, baik

berupa merosotnya produktivitas tanah serta yang tidak kalah pentingnya adalah

rusaknya bangunan-bangunan keairan serta sedimentasi waduk. Daerah pertanian

merupakan lahan yang paling rentan terhadap terjadinya erosi (Suriin, 2002).

Pengalihan fungsi hutan baik untuk keperluan pertanian maupun keperluan

lainnya sangat berpotensi terhadap erosi permukaan yang akan menyebabkan

degradasi lahan (Harifa, 2017). Demikian halnya dengan volume aliran permukaan

akan meningkat seiring dengan berkurangnya penutupan lahan (Alwi, 2011).

Persoalan sedimentasi, penurunan debit sungai serta maraknya kejadian bencana

alam akhir-akhir ini seperti longsor, banjir, dan kekeringan merupakan indikator

menurunnya ekosistim DAS akibat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan

daya dukung dan kemampuan lahan DAS.

DAS Apu tepatnya berlokasi di dataran Wae Apu, mengalir di dalam 3

kecamatan di Kabupaten Buru, dengan luasan total 2.411,06 km2 adalah sebesar

26,01 % dari luas total DAS di Pulau Buru. Bersadarkan data Hasil Analisis

( metode USLE ) Tahun 2015 dari Direktorat Sungai Dirjen Sumber Daya Air

2
Kementerian PU-PR diperoleh bahwa erosi total pada DAS Apu adalah sebesar

103.374.448,00 ton/tahun, merupakan tingkat erosi DAS yang terbesar di pulau

Buru.

Dibawah ini adalah beberapa gambaran dari masalah-masalah erosi,

sedimentasi dan banjir yang terjadi, sehingga hal tersebut mengakibatkan gangguan

fungsi ekosistem DAS. Alih fungsi lahan merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan terjadinya kerusakan wilayah disekitar DAS Apu, khususnya

perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian dan lahan terbuka bekas-bekas

penebangan liar.

Gambar 1.1. Kondisi akibat banjir pada DAS Apu termasuk dalam areal pertanian, Juni-Juli 2017

3
Kondisi seperti ini membutuhkan penanganan yang serius melalui penataan

penggunaan lahan yang baik, terencana dan penerapan teknologi konservasi tanah

dan air yang tepat sehingga erosi aliran permukaan dapat dikendalikan. Oleh sebab

itu, penelitian dengan judul “Analisa Pengendalian Erosi Aliran Permukaan (

Run Off ) Pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Apu Terhadap Daerah Irigasi

Way Leman Kabupaten Buru” ini dilakukan untuk memahami kondisi eksisting

erosi akibat aliran permukaan di DAS Apu dan diharapkan dari hasil kajian ini

dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi DAS Apu secara umum dari dampak

negatif kerusakan lahan DAS sehingga persoalan seperti banjir, erosi, dan

sedimentasi dapat dikurangi, secara khususnya terhadap Daerah Irigasi Way Leman

sehingga dapat mendukung program pemerintah di bidang ketahanan pangan.

Anda mungkin juga menyukai