BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Beberapa Standar Nasional Indonesia untuk bidang Pekerjaan Umum yang akan
digunakan sebagai referensi pada pekerjaan ini adalah :
1) Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 8 : Bendung, Bendungan, Sungai,
Irigasi dan Pantai
- SNI 03-6416.1-2000 : PdS-14-2000-03
Spesifikasi Bahan Sambungan pada Bendungan Beton
Bagian 1. Pemilihan Bahan Penahan Air.
2) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung : SK SNI T-15-
1991-03.
3) Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 3 : Beton, Semen, Perkerasan Beton
Semen.
4) Standar Perencanaan Irigasi yang terdiri dari Kriteria Perencanaan (KP-01 sampai
KP-07), Bangunan Irigasi (BI-01 dan BI-02) dan Persyaratan Teknis (PT-01 sampai
PT-03).
5) Peraturan Beton Indonesia (PBI, Concrete Code).
6) NSPM, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 12 : Jembatan, 2002.
7) Engineering Manual for Irrigation & Drainage, Headwork, Volume 2, The Japanese
Institute of Irrigation &Drainage, 1989.
8) Pedoman Pengendalian Banjir, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum, 1996.
9) Buku Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Ir. Suyono Sosrodarsono.
Agar supaya didapatkan hasil desain yang baik, optimal dan sesuai dengan
sasaran yang hendak dicapai serta tepat waktu, maka diperlukan tahapan–
tahapan kegiatan yang berkesinambungan dan saling terkait.
2 Kegiatan A
Tugas dan kegiatan A adalah pengumpulan data yang diperlukan sebagai berikut :
(1) Persiapan.
Meliputi :
Persiapan administrasi.
Persiapan personil.
Persiapan peralatan.
Data keadaan umum lokasi pekerjaan, letak geografis, kondisi iklim makro
dan kedudukannya dalam pemerintahan
Data Kelembagaan
Data curah hujan dari stasiun pengamat curah hujan yang mempengaruhi
daerah irigasi tersebut dengan memakai data ≥ 10 tahun terakhir (Data
curah hujan di catchment dan pada DI);
b. Data kebutuhan air yang selama ini dipakai untuk pelaksanaan operasi dan
pembagian air pada daerah irigasi yang bersangkutan.
d. Catatan pola tanam (areal yang ditanami) menurut musim, jenis tanaman
(padi, palawija, tebu, dll) intensitas tanam dan hasil untuk lima tahun
terakhir. Sumber data harus dicatat.
Lokasi pekerjaan;
c. Laporan pendahuluan
3 Kegiatan B
Pengukuran trase rencana saluran skala (H) 1 : 2.000, (V) 1 : 200 dan
penggambaran rencana bangunan. Up dating trase rencana saluran
dilaksanakan jika dipandang perlu ada perubahan trase rencana saluran
Pembuatan Skema Jaringan dan Bangunan baru
Penyelidikan geologi dan mekanika tanah
Pengukuran rencana Trase Saluran skala (H) 1:2000, (V) 1:200 dan penggambaran
rencana bangunan skala disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan pada data
ukur yang telah dilakukan pada pekerjaan sebelumnya, Updating Trase Saluran
dilaksanakan jika dipandang perlu ada perubahan trase saluran.
B. Skema Bangunan
B.3.2. Sondir
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konus dari variasi
kedalaman pada lapisan-lapisan tanah. Alat sondir yang digunakan
berkapasitas sedang, dan dapat membaca nilai maksimum perlawanan konus
sebesar 100 kg/cm2.
Metode pelaksanaan
Untuk mengukur tekanan ujung pipa luas di tanah dan batang dalam ditekan
4 cm lagi untuk mengukur perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat
tanah secara bersama-sama. Setelah penekanan selesai, pipa luas ditekan
lagi sampai konus (bikonus) mencapai kedudukan baru, yaitu pada
kedalaman dimana akan dilakukan pengukuran lagi. Interval kedalaman
pemeriksaan, yaitu setiap 20 cm. Pengujian dianggap selesai, yaitu apabila
nilai pembacaan perlawanan konus dalam manometer telah mencapai lebih
atau sama dengan 200 kg/cm 2. Hasil pengujian setelah dilakukan
perhitungan secara keseluruhan dituangkan dalam bentuk grafik sondir.
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat
digunakan, maka harus diperhatikan pada saat pengambilan,
pengangkutan dan penyimpanan contoh tanah agar :
- Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga
mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan
- Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung 0 minimal
6,8 cm dan panjang minimal 50 cm
- Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah
dalam diberi pelumas agar gangguan terhadap contoh tanah dapat
diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya
- Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung
tabung harus ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung
diberi simbol lokasi, nomor sample serta kedalaman contoh diambil
- Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan
penyimpanan pada suhu yang cukup panas
- Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diusahkan dengan
memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai
dengan di lapangan.
Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari sumuran
uji (test pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara pengambilana
contoh tanah ini adalah sebagai berikut :
- Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus
diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan secara
vertikal
- Bila lapisan tipis (0,5 meter), maka contoh tanah tersebut diambil
secara keseluruhan dengan cara pengambilan vertikal. Semua contoh
yang didapat diberi kode dan simbol dari lokasi, nomor sample dan
kedalaman
- Untuk pengambilan sample yang digunakan Test Proctor (untuk
timbunan), harus diambil contoh tanah aslinya untuk test kadar air,
yang diambil dengan tabung yang ditutup parafin dikedua ujungnya.
1. Soil Properties
- Unit Density (m)
Untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli
- Specify Gravity (Gs)
2. Atterberg Limit
- Liquit Limit (LL)
Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan
proses dari contoh tanah yang dikeringkan dalan oven pada batas
antara keadaan cair ini dapat ditentukan dengan cara penentukan
nilai kadar air pada contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan
sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2
kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah
12, 7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti ASTM.D.423
- Plastic Limit (PL)
Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic.
Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang
melewati ayakan No. 40 (4255 m) pada alat kaca sehingga
6. Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah
sehubungan dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian
maka perkiraan besar penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan tanah
dapat diketahui. Besarnya increment ratio 1, dengan nilai pembebana
1/4, 1/2, 1, 2, 4, 8 dan 18 kg/cm 2 pada setiap 24 jam dan pengurangan
pembebanan 4, 1, 1/4 0 kg/cm 2 pada setiap 24 jam. data parameter
seperti nilai compression indeks (Co) dan coeficient of consollidation
dapat diperoleh. Prosedur percobaan pemampatan ini dapat mengikuti
cara ASTM.D.2435. Engineering Properties of Soil and Their Measurement
by Bowles.
7. Permeability Test
Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefsien
rembesan dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan
dengan cara constant head, sedangkan pada tanah cohesive soil yang
mempunyai nilai koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan
dengan cara falling head. Agar waktu yang ada pada filling head ini tidak
terlalu lama, penambahan tekanan dapat dilakukan.
8. Compaction Test
Salah satu contoh untuk memperoleh hasil pemadatan yang maximal
telah banyak digunakan metode proctol (1983) di laboratorium. Dengan
cara ini maka pengangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan
4 Kegiatan C.
P = 595 – 0.51 T
L = 1013 – 0.1055 E
Rns = (a+bxn/N) x Ra
Rn1 = f(r) x f(ed) x f(n/N) x Ra
Ed = 33.8639 {(9.00738T + 0.8072) 8 – 0.000019(1.8T+48)
+
0.001316}
Data curah hujan yang ada biasanya adalah data curah hujan harian berikut jumlah
hari hujan. Untuk perencanaan data curah hujan yang dibutuhkan tergantung
keperluannya seperti : untuk perhitungan debit andalan data hujan yang diperlukan
adalah curah hujan bulanan rata – rata, untuk debit banjir adalah data curah hujan
maksimum absolut dan maksimum kedua sedangkan untuk debit air buangan adalah
curah hujan maksimum tiga harian.
Sebaiknya data curah hujan lebih dari satu stasiun supaya data curah hujan
tersebut dapat diambil rata – ratanya. Ada beberapa metoda untuk menghitung
rata – rata curah hujan yaitu cara Arithmatik, cara Thiessen dan cara Isohyet.
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang dapat dipergunakan oleh tanaman
semasa pertumbuhannya. Untuk irigasi padi, maka curah hujan efektif diambil dari
persentase curah hujan dengan kemungkinan 80 % (R 80) dapat terpenuhi, atau
diperhitungkan untuk kejadian 1 dalam 5 tahun kering.
Cara yang paling cepat umtuk menghitung R80 adalah dengan menggunakan metode
yang dikembangkan oleh Harza yaitu :
R80 = ( n/5 ) + 1, dimana ‘n’ = banyaknya tahun pengamatan
Berdasarkan KP – 01 curah hujan efektif tersebut adalah 70 % x R80
Untuk debit andalan akan dilakukan analisa berdasarkan data curah hujan yang ada,
dengan menggunakan metoda yang lazim dipergunakan dalam perencanaan irigasi.
Untuk mengetahui besaran air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti :
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Penggunaan konsumtif
Perkolasi
Penggantian lapisan air
Curah hujan efectif
Pola Tanam
Untuk Daerah Irigasi Ngade karena lahan yang sudah jadi, ketersediaan air disungai
cukup dan tenaga kerja juga cukup tersedia, maka angka kebutuhan air untuk
pengolahan lahan diambil 300 mm untuk MT 1 dan 250 mm untuk MT 2.
Dari angka kebutuhan diatas kemudian dihitung kembali dengan metode Van de
Goor dan Zilstra, maka hasilnya seperti diberikan pada buku KP – 01 sbb :
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
Kebutuhan Air Irigasi (mm/hari)
(Eo + P) T 30 hari T 45 hari
(mm/hari) S=250mm S=300mm S=250mm S=300mm
5.0 11.1 12.7 8.40 9.50
5.5 11.4 13.0 8.80 9.80
6.0 11.7 13.3 9.10 10.1
6.5 12.0 13.6 9.40 10.4
7.0 12.3 13.9 9.80 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8.0 13.0 14.5 10.5 11.4
8.5 13.3 14.8 10.8 11.8
9.0 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14.0 15.5 11.6 12.5
10.0 14.3 15.8 12.0 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11.0 15.0 16.5 12.8 13.6
Penggunaan Konsumptif
Penggunaan konsumptif dihitung berdasarkan rumus berikut :
Etc = Kt x Eto
Dimana :
Etc = Evaporasi Tanaman, mm/hari
Eto = Evapotranspirasi Tanaman, mm/hari dihitung dengan
metode Penman Modifikasi
Kt = Koefisien tanaman
0.00 -
Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung pada perbedaan tekstur tanah dan kemiringan
lahan. Laju perkolasi berikut untuk tanah sawah yang telah digarap.
Perhitungan curah hujan efektif untuk palawija tidak sama dengan perhitungan
curah hujan efektif untuk padi, karena untuk palawija besaran curah hujan yang
mungkin terpenuhi adalah R50, kemudian dari R50 ini dihubungkan dengan
evapotranspirasi tanaman maka akan didapat curah hujan efektif untuk palawija.
Efisiensi Irigasi
Karena areal pada daerah Irigasi Ngade merupakan areal irigasi yang sudah cukup
lama, sehingga harga efisiensi diambil sebagai berikut :
Saluran tersier 80 %
Saluran sekunder 90 % dan
Saluran primer 90 %
Pola Tanam
Pola tanam yang diusulkan sesuai dengan pola tanam yang sudah berlaku dilapangan
saat ini adalah padi – padi, karena pada kenyataanya dilapangan pola tanam yang
ada adalah padi-padi.
Dataran rendah
Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi dihentikan
Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan
Tampungan tambahan ds diambil maksimum 50 mm
Perkolasi sama dengan nol
Dataran terjal
Seperti untuk kondisi dataran rendah, tetapi dengan perkolasi sama dengan 2
mm /hari.
Rumus untuk menghitung debit rencana pembuang ekstern dinyatakan sebagai :
Q = 0.116 R(1)5 A^0.92
Dimana harga koefisien limpasan adalah sebagai berikut :
Kelompok C :
Tanah yang mempunyai laju infiltrasi rendah apabila dalam keadaan jenuh samasekali
dan terutama terdiri dari tanah dengan lapisan yang
menahan gerak turun air, atau tanah dengan tekstur
agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki
laju penyebaran air yang rendah.
Kelompok D :
Tanah yang mempunyai laju infiltrasi amat rendah apabila dalam keadaan jenuh
sama sekali dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi
mengembang yang tinggi, tanah dengan muka air tanah tinggi yang
permanen, tanah dengan lapisan liat didekat permukaan dan tanah dangkal
pada bahan yang hampir kedap air. Tanah – tanah ini memiliki laju
penyebaran air yang lamban.
Setelah sistem irigasi disempurnakan dan semua petak tersier dihitung luasnya,
kemudian dibuat daftar luas untuk setiap petak tersier yang baru.
Pola Tanam
Pola tanam yang diusulkan dapat disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat,
pada bulan apa mereka mulai menanam padi, sehingga dengan diketahuinya pola
tanam, maka kebutuhan airpun dapat disesuaikan dengan pola tanam tersebut.
Apabila berdasarkan pola tanam tersebut didapat kebutuhan air yang sangat tinggi
dan tidak sesuai dengan ketersediaan air yang ada maka perlu disosialisasikan
kepada petani untuk merubah jadwal tanam.
Semua keputusan yang didapat dari hasil diskusi konsep Laporan Sistem Planning
diterapkan dalam penyusunan Final Sistem Planning.
Apabila semua usulan dan perbaikan telah sesuai dengan hasil diskusi, maka hasil
penyempurnaan dari Konsep Laporan Sistem Planning ini disebut Final Sistem
Planning. Untuk kemudian Laporan Final Sistem Planning ini akan dijadikan acuan
yang resmi bagi perencanaan selanjutnya.
5 Kegiatan D.
V = K . R2/3 . i1/2
Q = K x A x R2/3 x i1/2
A = (b + m.h) x h
P = {b + 2h (m2 + 12 )}
R = A/P
Dimana :
Q = Debit andalan ( m 3/dt )
K = Koefisien kekasaran Strickler
I = Kemiringan saluran
R = Jari – jari hidrolis ( m )
A = Luas penampang melintang saluran ( m 3 )
P = Keliling basah ( m )
B = Lebar dasar saluran ( m )
H = Tinggi air disaluran ( m )
M = Kemiringan talud saluran
N = b/h
h m
Q ( m3/dt ) M n K
0.15 - 0 30 1.0 1.0 - 35
0.30 - 0.50 1.0 1.0 - 1.2 35
0.50 - 0.75 1.0 1.2 - 1.3 35
0.75 - 1.00 1.0 1.3 - 1.5 35
1.00 - 1.50 1.0 1.5 - 1.8 40
1.50 - 3.00 1.5 1.8 - 2.3 40
3.00 - 4.50 1.5 2.3 - 2.7 40
4.50 - 5.00 1.5 2.7 - 2.9 40
5.00 - 6.00 1.5 2.9 - 3.1 42.5
6.00 - 7.50 1.5 3.1 - 3.5 42.5
7.50 - 9.00 1.5 3.5 - 3.7 42.5
9.00 - 10.00 1.5 3.7 - 3.9 42.5
10.00 - 11.00 2.0 3.9 - 4.2 45.0
11.00 - 15.00 2.0 4.2 - 4.9 45.0
15.00 - 25.00 2.0 4.9 - 6.5 45.0
25.00 - 40.00 2.0 6.5 - 9.0 45.0
Kemiringan Talud
Tinggi Jagaan
Lebar Tanggul
Untuk tujuan – tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi
sepanjang saluran diperlukan tanggul saluran dengan lebar minimum
seperti pada
tabel berikut :
Kecepatan Saluran
Kemiringan Saluran
Langkah Perhitungan
Stabilitas saluran
CL + (N – U – Ne) Tg
Fs =
T + Te
dimana :
Fs = Faktor keamanan bidang luncur
C x x 2 x R
CL =
3600
Dimana :
Qd = Debit rencana (m3/dt)
= Koefisien debit
b = Lebar pintu (m)
h1 = Tinggi bukaan (m)
g = Percepatan gravitasi (m2/dt)
z = Kehilangan tinggi (m)
Dimana :
Q = Debit rencana (m3/dt)
Cd = Koefisien debit 0.63
Cv = Koefisien kecepatan dating
G = Percepatan gravitasi, m/dt2
B = Lebar mercu pada pinggir pisau mercu (m)
H = Tinggi aliran air hulu diatas pisau (m)
dimana :
Q = Debit m3/dt
Cd = Koefisien debit
Cv = Koefisien kecepatan diudik
G = Percepatan gravitasi m/dt2
B = Lebar ambang m
H = Tinggi air diatas ambang m
Penyusunan Laporan.
Setelah semua perhitungan selesai dikerjakan, kemudian hasil
perhitungan tersebut disusun sedemikian rupa mulai dari penjelasan
umum, kriteria perencanaan yang dipakai, perhitungan hidrologi
seperti, debit andalan, debit banjir, kebutuhan air irigasi dan debit
buangan dan terakhir adalah susunan perhitungan saluran dan bangunan
seperti saluran pembawa dan pembuang, bangunan bagi/sadap dan
bangunan pelengkap. Di photo copy sebanyak yang disyaratkan dan
dijilid rapi.
Gambar Desain digambar pada kertas kalkir 80 gram ukuran A1 terdiri dari :
gambar situasi trace saluran lengkap dengan arah saluran dan lokasi
bangunan digambar dengan skala 1 : 2000
gambar profil memanjang digambar satu lembar dengan gambar situasi
trace saluran yang memperlihatkan :
- rencana dasar saluran
- rencana muka air
- rencana tanggul kiri dan tanggul kanan
- tinggi tanah asli
- lokasi bangunan
- jarak patok ke patok
- jarak langsung
Gambar profil memanjang digambar dengan skala horizontal 1 : 2000 dan skala
tinggi 1 : 200
gambar profil melintang dengan skala 1 : 100 yang memperlihatkan
- permukaan tanah asli
- tampang saluran
- tinggi muka air
gambar bangunan dengan skala 1 : 100 dan untuk detail dengan skala 1 :
20, 1 : 10 atau 1 : 5
Berdasarkan hasil perhitungan hidrolis bangunan selanjutnya dapat
digambar bangunan-bangunan sesuai dengan kriteria penggambaran yang
terdapat pada KP-07.
RAB
Sebelum rencana anggaran biaya dibuat terlebih dahulu harus disurvey harga
satuan bahan dan upah dilokasi proyek. Berdasarkan harga satuan tersebut
dapat dihitung harga satuan pekerjaan. Data harga satuan dapat juga
memperoleh dari daftar PITB (Pusat Informatika Teknik Bangunan – Dinas PU
Cipta Karya).
Berdasarkan data final desain, system planing dan data pendukung O&P,
dapat dibuat buku pedoman O&P Partisipatif yang memuat antara lain :
Uraian daerah irigasi
Rencana operasi bersama P3A seperti rencana tata tanam, kebutuhan air
irigasi dan rencana pembagian air
Pelaksanaan operasi bersama P3A baik selama musim hujan maupun
musim kemarau.
Pemantauan & evaluasi bersama P3A
Pemeliharaan partisipatif bersama P3A, seperti penelusuran jaringan
irigasi dengan metode PPKP, penyusunan program pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan bersama P3A seperti pelaksanaan
pemeliharaan oleh P3A dan pelaksanaan pemeliharaan oleh pemerintah
bersama P3A
Pemantauan dan evaluasi bersama P3A seperti pemantauan dan evaluasi
dilapangan, pemantauan dan evaluasi dengan memakai prosedur
pelaporan
Struktur organisasi P3A/GP3A/Induk P3A, hubungan kerja
P3A/GP3A/Induk P3A dengan DPU pengairan daerah dan panitia irigasi
Penyusunan anggaran biaya baik untuk operasi maupun untuk keperluan
pemeliharaan.
Buku Data Daerah Irigasi merupakan kumpulan hasil informasi dari Daerah
Irigasi D.I. Ngade meliputi :
Lokasi Dearah Irigasi
Tata letak Daerah Irigasi
Skema Jaringan dan Skema Bangunan
Informasi mengenai Peta Petak Tersier
Saluran Irigasi
Bangunan Utama dan Pelengkap
Cara Operasi Bendung dan pemeliharaan
Cara menghitung debit dengan alat ukur yang digunakan.
Laporan ini merupakan kumpulan hasil penyelidikan geologi teknik baik pada saat
pengeboran dilapangan maupun hasil penelitian di laboratorium dan rekomendasi
dari tenaga ahli geologi untuk perencanaan saluran dan bangunan yang aman
yang nantinya akan digunaklan oleh ahli perencanaan dalam perhitungan stabilitas
baik saluran maupun bangunan.
Laporan ini merupakan ringkasan dari laporan akhir meskipun ringkas tapi
semua imformasi pelaksanan pekerjaan terdapat dalam laporan ini.
D.13. Laporan-Laporan
A. Laporan Bulanan