Anda di halaman 1dari 37

PT.

MITRATAMA ASIA PASIFIC


LAPORAN PENDAHULUAN

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

1.1 Pendekatan Teknis

Pada bab ini dijelaskan mengenai prinsip-prinsip kerja dan metodologi


pelaksanaan pekerjaan. Lingkup bahasan mencakup metodologi analisa data
serta evaluasi terhadap parameter-parameter yang diperlukan untuk
perencanaan. Prinsip-prinsip pemahaman terhadap kerangka dasar pendekatan
teknis adalah sebagai berikut :

1) Diperlukan pemahaman mengenai kondisi fisik dari bangunan existing


(kalau ada) daerah proyek, baik yang berupa kondisi alam maupun sistem
drainase serta bangunan pengendali yang telah ada beserta
pengelolaannya. Kondisi alam tersebut akan menentukan sistem
pengaturan dan pengendalian seperti kondisi geologi dan kondisi alur
sungai akan menentukan jenis-jenis bangunan yang digunakan.

2) Diperlukan optimasi sistim pengaliran debit yang optimum khususnya


untuk jaringan irigasi.

3) Diperlukan sistim pembahasan tentang sistim operasi dan pemeliharaan


yang menyangkut pelestarian lingkungan sungai.

4) Diperlukan suatu pendekatan secara terpadu antar berbagai ilmu akan


dapat memberikan gambaran tentang masalah yang dominan di lingkungan
proyek. Disamping itu kondisi sosial ekonomi merupakan hal yang perlu
ditinjau untuk memberikan gambaran tentang akibat serta pengaruh yang
terjadi.

Keempat hal tersebut diatas menjadi dasar dalam tahapan pendekatan


perencanaan ini.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 1


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Standard dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam


pelaksanaan pekerjaan studi ini pada dasarnya adalah menggunakan standard
yang berlaku di Indonesia.

Beberapa Standar Nasional Indonesia untuk bidang Pekerjaan Umum yang akan
digunakan sebagai referensi pada pekerjaan ini adalah :
1) Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 8 : Bendung, Bendungan, Sungai,
Irigasi dan Pantai
- SNI 03-6416.1-2000 : PdS-14-2000-03
Spesifikasi Bahan Sambungan pada Bendungan Beton
Bagian 1. Pemilihan Bahan Penahan Air.

- SNI 03-6416.1-2000 : PdS-15-2000-03


Spesifikasi Bahan Sambungan pada Bendungan Beton
Bagian 2. Pelaksanaan, Pemasangan Penahan Air
untuk Sambungan

- SNI 03-1724-1989 Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolik untuk


Bangunan Sungai

2) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung : SK SNI T-15-
1991-03.
3) Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 3 : Beton, Semen, Perkerasan Beton
Semen.
4) Standar Perencanaan Irigasi yang terdiri dari Kriteria Perencanaan (KP-01 sampai
KP-07), Bangunan Irigasi (BI-01 dan BI-02) dan Persyaratan Teknis (PT-01 sampai
PT-03).
5) Peraturan Beton Indonesia (PBI, Concrete Code).
6) NSPM, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 12 : Jembatan, 2002.
7) Engineering Manual for Irrigation & Drainage, Headwork, Volume 2, The Japanese
Institute of Irrigation &Drainage, 1989.
8) Pedoman Pengendalian Banjir, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum, 1996.
9) Buku Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Ir. Suyono Sosrodarsono.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 2


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

1.2 Metodologi Pelaksanaan

Agar supaya didapatkan hasil desain yang baik, optimal dan sesuai dengan
sasaran yang hendak dicapai serta tepat waktu, maka diperlukan tahapan–
tahapan kegiatan yang berkesinambungan dan saling terkait.

Secara garis besar tahapan – tahapan dari pekerjaan tersebut meliputi :

2 Kegiatan A

Tugas dan kegiatan A adalah pengumpulan data yang diperlukan sebagai berikut :

(1) Persiapan.

Meliputi :

 Persiapan administrasi.

 Persiapan personil.

 Persiapan peralatan.

 Pembuatan Rencana Mutu Kontrak

Penyedia jasa diwajibkan membuat rencana mutu kontrak yang merupakan


penjelasan prosedur penanganan pekerjaan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan rencana kegiatan
(quality plan) atau yang disebut RMK ini harus menjelaskan :

 Bentuk susunan organisasi pengguna jasa dan penyedia jasa, pembagian


tugas dan wewenang serta mekanisme hubungan kerja disertai susunan
personil yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dilengkapi dengan
nama dan jabatan.

 Standar desain atau standar prosedur yang akan diterapkan dalam


pelaksanaan pekerjaan.

 Metoda atau tata cara pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.

 Produk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(2) Pengumpulan Data Sosial Ekonomi:

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 3


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

 Data keadaan umum lokasi pekerjaan, letak geografis, kondisi iklim makro
dan kedudukannya dalam pemerintahan

 Mata pencaharian penduduk di sekitar lokasi pekerjaan

 Komposisi penduduk serta tingkat pertumbuhannya

 Data Pola tanam, hasil panen, data tanah dan lain-lain

 Data pendukung keadaan Sosial Ekonomi lainnya

 Data Kelembagaan

(3) Pengumpulan Peta-Peta

 Pengumpulan peta dasar/topografi

 Pengumpulan peta Geologi

 Pengumpulan Peta situasi/Lay Out Daerah Irigasi;

 Peta Ikhtisar Lokasi Pekerjaan

 Skema jaringan & Bangunan

(4) Pengumpulan Data Hidrologi dan Hidrometri.

 Data curah hujan dari stasiun pengamat curah hujan yang mempengaruhi
daerah irigasi tersebut dengan memakai data ≥ 10 tahun terakhir (Data
curah hujan di catchment dan pada DI);

 Data klimatologi yang menunjang untuk perhitungan kebutuhan air irigasi


yang diperlukan pada daerah irigasi tersebut;

 Data debit sungai hasil pengukuran di lokasi bangunan utama untuk


kalibrasi analisis dari perhitungan hujan;

 Data lain yang diperlukan untuk perhitungan ketersediaan air dan


kebutuhan air irigasi pada daerah irigasi yang bersangkutan;

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 4


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

(5) Pengumpulan Data Pendukung O&P.

a. Detail prosedur operasi jaringan yang berjalan sekarang

b. Data kebutuhan air yang selama ini dipakai untuk pelaksanaan operasi dan
pembagian air pada daerah irigasi yang bersangkutan.

c. Data debit bendung (pada intake dan mercu) dan pola


distribusi/pembagian air irigasi yang sedang berjalan.

d. Catatan pola tanam (areal yang ditanami) menurut musim, jenis tanaman
(padi, palawija, tebu, dll) intensitas tanam dan hasil untuk lima tahun
terakhir. Sumber data harus dicatat.

e. Data personil dan segala fasilitasnya yang tersedia di UPTD/Dinas terkait


pada saat pelaksanaan pekerjaan.

f. Data lain dari formulir OP tentang status sekarang, kendala-kendala dan


masalah-masalah dalam operasi dan pemeliharaan, sebagaimana
dibutuhkan untuk system planning.

(6) Pengumpulan Data Untuk Analisis Ekonomi.

Analisis ekonomi yang akan dilakukan menyangkut indikator-indikator antara


lain : Benefit/Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan Economic Internal
Rate Of Return (EIRR), berdasarkan beberapa alternatif umur ekonomis
jaringan dan Interest Rate (bunga) yang berlaku.

Untuk keperluan tersebut, Penyedia Jasa harus mengumpulkan data biaya


usaha tani, data mengenai jenis tanaman hasil panen dan harga jual yang
berlaku di lokasi pekerjaan.

(7) Survey Pendahuluan.

Penyedia jasa bersama–sama pengawas pekerjaan dan instansi terkait di


daerah melakukan peninjauan atau orientasi lapangan agar mendapat
gambaran mengenai :

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 5


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

 Lokasi pekerjaan;

 Batas areal daerah irigasi;

 Mencocokan peta lama dengan kondisi lapangan;

 Titik referensi untuk pengukuran;

 Kondisi saluran dan bangunan dll.

(8) Laporan Pendahuluan.

Berdasarkan hasil peninjauan lapangan awal dan pengumpulan data,


Penyedia Jasa harus membuat Draft Laporan pendahuluan yang berisi
metodologi dan rencana kerja. Serta konsep penanganan dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan adanya permasalahan pada saat
ini. Selanjutnya Draft laporan pendahuluan tersebut didiskusikan dengan
melibatkan instansi terkait dan tokoh masyarakat untuk mendapatkan saran-
saran masukan dan perbaikan sebagai bahan penyusunan Laporan
Pendahuluan (Final).

(9) Produk Kegiatan A.

a. Data pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan perencanaan dan desain


rinci (data hidrologi, data hidrometri, data pendukung O & P dan data
untuk analisis ekonomi)

b. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)

c. Laporan pendahuluan

3 Kegiatan B

Tugas dalam kegiatan B :

 Survey Investigasi jaringan dan Bangunan

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 6


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

 Pengukuran trase rencana saluran skala (H) 1 : 2.000, (V) 1 : 200 dan
penggambaran rencana bangunan. Up dating trase rencana saluran
dilaksanakan jika dipandang perlu ada perubahan trase rencana saluran
 Pembuatan Skema Jaringan dan Bangunan baru
 Penyelidikan geologi dan mekanika tanah

B.1. Pengukuran Rencana Trase Saluran

Pengukuran rencana Trase Saluran skala (H) 1:2000, (V) 1:200 dan penggambaran
rencana bangunan skala disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan pada data
ukur yang telah dilakukan pada pekerjaan sebelumnya, Updating Trase Saluran
dilaksanakan jika dipandang perlu ada perubahan trase saluran.

B.2. Pembuatan Skema Jaringan dan Skema Bangunan.

A. Skema Jaringan Irigasi

Skema Jaringan Irigasi dibuat berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi


dengan cakupan sebagai berikut :

 Nama Saluran Induk / sekunder, termasuk nama pada masing –


masing bangunan utama dan bangunan pelengkap (Nomenklatur).

 Kelengkapan pada kotak petak tersier

 Setiap ruas saluran dicantumkan kelengkapannya seperti :

- Debit Rencana (Q)

- Jumlah Areal (A)

- Panjang Saluran tiap Ruas (L)

- Dimensi Saluran (b = lebar dasar, h = kedalaman air )

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 7


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

B. Skema Bangunan

Skema Bangunan identik dengan Skema Jaringan dalam ukuran dan


bentuknya, hanya menggambarkan semua bangunan yang ada pada Daerah
Irigasi baik Bangunan Utama atau Bangunan Pelengkap. kemudian di setiap
Bangunan dilengkapi dengan nama Bangunan (nomenklatur) dan HM nya
dengan mengambil titik 0 Bangunan Utama/Bendung.

B.3. Penyelidikan Geoteknik

B.3.1. Pemetaan geologi permukaan


Untuk keperluan penilaian kecocokan daerah untuk pelaksanaan pekerjaan
ditinjau dari aspek geoteknik, diperlukan data dan peta geologi dengan skala
terbesar yang ada. Untuk itu akan dilakukan klasifikasi tanah dilapangan
pada lokasi yang telah ditentukan guna menentukan formasi geologinya.
Data dan peta guna menunjang pekerjaan ini diperoleh dari Direktorat
Geologi Bandung.
Pemetaan geologi permukaan terutama ditujukan untuk keperluan geologi
teknik. Pemetaan geologi antara lain meliputi :
 Pembahasan keadaan geomogrologinya
 Keadaan dan susunan satuan batuan termasuk tanah pelapukannya, juga
penyebaran dan hubungan antar satuan batuannya
 Struktur geologi seperti : lipatan (antiklin/sinklin), patahan, kekar, arah
jurus dan kemiringan lapisan, gejalan longsoran dan sebagainya.

Pendugaan keadaan bawah permukaan


Dari hasil pemetaan geologi permukaan, dapat diadakan pendugaan dan
dianalisa tentang keadaan geologi bawah permukaan secara umum dari
daerah rencana penyelidikan dilakukan.

B.3.2. Sondir

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 8


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konus dari variasi
kedalaman pada lapisan-lapisan tanah. Alat sondir yang digunakan
berkapasitas sedang, dan dapat membaca nilai maksimum perlawanan konus
sebesar 100 kg/cm2.

Metode pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan pengujian sondir dan bor tangan dilakukan menurut


aturan dari ASTM.D3441-78 dimaksudkan untuk mengetahui nilai-nilai daya
dukung relatif jenis tanah yang dinyatakan dalam perlawanan penetrasi
konus (PK) dan hambatan pelekat (HL). Perlawanan penetrasi konus (PK)
adalah merupakan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya
persatuan luas, sedangkan hambatan lekat (HL) adalah merupakan
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan
panjang.
Pemeriksaan dengan “Dutch Cone Penetration Test” cocok untuk jenis tanah
berbutir halus.

Cara pelaksanaan Sondir:


Unit sondir setelah distel dan dipasang secara aman dengan bantuan 4 buah
angker pada lokasi titik yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pengujian penetrasi mulai dari 0 meter permukaan tanah sampai batas
maksimum kedalaman penetrasi.
Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus, maka konus ditekan dengan
cara mekanik yang digerakan oleh tenaga manusia dengan kecepatan
berkisar 10 – 20 mm/detik.
Gaya yang diperlukan untuk mengukur tekanan konus dapat dibaca pada
manometer yang dipasang pada mesin sondir.

Untuk mengetahui hambatan lekat tanah digunakan bikonus (friction sleeve)


yang diperlengkapi oleh batang sondir ganda yang mempunyai pipa luas dan
batang dalam yang dihubungkan dengan konus.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 9


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Untuk mengukur tekanan ujung pipa luas di tanah dan batang dalam ditekan
4 cm lagi untuk mengukur perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat
tanah secara bersama-sama. Setelah penekanan selesai, pipa luas ditekan
lagi sampai konus (bikonus) mencapai kedudukan baru, yaitu pada
kedalaman dimana akan dilakukan pengukuran lagi. Interval kedalaman
pemeriksaan, yaitu setiap 20 cm. Pengujian dianggap selesai, yaitu apabila
nilai pembacaan perlawanan konus dalam manometer telah mencapai lebih
atau sama dengan 200 kg/cm 2. Hasil pengujian setelah dilakukan
perhitungan secara keseluruhan dituangkan dalam bentuk grafik sondir.

Pada pekerjaan ”DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru ”


jumlah titik pemboran yaitu, Sondir sebanyak 37 titik dan Test Pit sebanyak
37 titik.

B.3.4. Pengambilan Contoh Tanah.

Untuk mengadakan penelitian tanah dilaboratorium pengambilan contoh


tanah harus dilakukan, hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan
parameter tanahnya. Dalam pengambilan contoh tanah isi dilakukan 2 (dua)
cara yaitu :

 Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat
digunakan, maka harus diperhatikan pada saat pengambilan,
pengangkutan dan penyimpanan contoh tanah agar :
- Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga
mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan
- Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung 0 minimal
6,8 cm dan panjang minimal 50 cm
- Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah
dalam diberi pelumas agar gangguan terhadap contoh tanah dapat
diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 10


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

- Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung
tabung harus ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung
diberi simbol lokasi, nomor sample serta kedalaman contoh diambil
- Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan
penyimpanan pada suhu yang cukup panas
- Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diusahkan dengan
memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai
dengan di lapangan.

 Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)

Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari sumuran
uji (test pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara pengambilana
contoh tanah ini adalah sebagai berikut :
- Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus
diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan secara
vertikal
- Bila lapisan tipis (0,5 meter), maka contoh tanah tersebut diambil
secara keseluruhan dengan cara pengambilan vertikal. Semua contoh
yang didapat diberi kode dan simbol dari lokasi, nomor sample dan
kedalaman
- Untuk pengambilan sample yang digunakan Test Proctor (untuk
timbunan), harus diambil contoh tanah aslinya untuk test kadar air,
yang diambil dengan tabung yang ditutup parafin dikedua ujungnya.

B.3.5. KEGIATAN LABORATORIUM

1. Soil Properties
- Unit Density (m)
Untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli
- Specify Gravity (Gs)

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 11


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan


suatu botol pichnometer dan perlengkapannya. Prosedur penentuan
berat jenis tanah ini dapat mengikuti cara : ASTM-D-854 atau AASHO-
T-100
- Moisture Content (n)
Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan
keadaan asli. Prosedurnya dapat mengikuti : ASTM.D.2216
- Grain Size Distribution
Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar
daripada 75 m (tertahan pada ayakan No. 200).
Penentuan diameter butirnya dilakukan dengan ayakan (Sieve
Analisys), sedangkan pada tanah yang berbutir halus atau tanah
dengan diameter lebih kecil dari 75 mm lolos melalui ayakan No. 200
akan ditentukan dengan cara Hydrometer Analisys. Hasil dari
pengujian ini akan digambar dengan sumbu mendatar adalah skala
logaritma merupakan nilai diameter dalam mm dari pada butiran dan
sumbu tegak adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.
Pembagian butir tanahnya digunakan USBR dengan prosedur yang
sesuai dengan ASTM.D.42.

2. Atterberg Limit
- Liquit Limit (LL)
Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan
proses dari contoh tanah yang dikeringkan dalan oven pada batas
antara keadaan cair ini dapat ditentukan dengan cara penentukan
nilai kadar air pada contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan
sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2
kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah
12, 7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti ASTM.D.423
- Plastic Limit (PL)
Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic.
Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang
melewati ayakan No. 40 (4255 m) pada alat kaca sehingga

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 12


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

membentuk diameter 3.2 m dan memperlihatkan retak-retak


Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.
- Shrinkage Limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan
dimana volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai
batas susut ini dapat mengikuti ASTM.D.427.

3. Unconfined Compression Test


Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geser dari
tanah yang berjenis lempung, baik pada kondisi asli maupun
tergganggu.Kecepatan pergerakan perubahan tinggi pada arah vertikal
adalah 1 % /menit. Hasilny merupakan gambar yang memberikan
hubungan antara besar beban tegangan dengan perbandingan perubahan
tinggi contoh tanah.
Prosedur percobaan mengikuti ASTM.D.2166.

4. Direct Shear Test


Dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan
melakukan percobaan geser langsung (Diret Shear Test). Dengan
merubah-rubah tegangan axial pada beberapa contoh tanah (minimal 4
macam besar pembebanan dengan setiap beban pada satu contoh
tanah). Maka akan diperoleh tegangan gesernya, kecepatan perubahan
gerakan contoh tanah pada arah horizontal disesuaikan dengan keadaan
jenis tanahnya.
Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu yang akan
dicapai sehingga contoh tanah akan longsor. Dengan ini diperoleh garis
yang memberikan hubungan antara tegangangeser dan tegangan axial.
Prosedur percobaan ini meliputi cara ASTM.D.3080.

5. Triaxial Compression Test


Percobaan ini dimaksud untuk memperoleh nilai kekuatan geseran serta
sifat-sifat tanah akibat pembebanan. Untuk mendapatkan hasil yang
cukup baik maka setiap sample perlu dipersiapkan 3 contoh tanah

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 13


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan


disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada.
Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah disesuaikan dengan macam
percobaan dan sifat dari jenis tanahnya. Prosedur dari percobaan
triaxial ini agar disesuaikan dengan literatur (The meassurement Of Soil
Properties in the Triaxial Test by Bishop & Co Soil and Their
Measurement by Bowles). Dari hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur 101.D.565.

6. Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah
sehubungan dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian
maka perkiraan besar penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan tanah
dapat diketahui. Besarnya increment ratio 1, dengan nilai pembebana
1/4, 1/2, 1, 2, 4, 8 dan 18 kg/cm 2 pada setiap 24 jam dan pengurangan
pembebanan 4, 1, 1/4 0 kg/cm 2 pada setiap 24 jam. data parameter
seperti nilai compression indeks (Co) dan coeficient of consollidation
dapat diperoleh. Prosedur percobaan pemampatan ini dapat mengikuti
cara ASTM.D.2435. Engineering Properties of Soil and Their Measurement
by Bowles.

7. Permeability Test
Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefsien
rembesan dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan
dengan cara constant head, sedangkan pada tanah cohesive soil yang
mempunyai nilai koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan
dengan cara falling head. Agar waktu yang ada pada filling head ini tidak
terlalu lama, penambahan tekanan dapat dilakukan.

8. Compaction Test
Salah satu contoh untuk memperoleh hasil pemadatan yang maximal
telah banyak digunakan metode proctol (1983) di laboratorium. Dengan
cara ini maka pengangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 14


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

dapat dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (Wopt). Perkiraan


kepadatan di lapangan, jumlah tanah bahan proctor berkisar 30 kg,
tanah ini akan dikenakan percobaan Standart/Modified ASSHO, sehingga
akan diperoleh nilai maximum depadatan cukup baik, maka minimal 5
titik lengkung pemadatan perlu diperoleh dengan kadar air berkisar + 3
% di daerah optimum. Prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan
cara ASSHO T.180 dan ASTM.D.698.

4 Kegiatan C.

C.1. Penyusunan Konsep System Planning


C.1.1. Analisa Data Klimatologi
Data klimatologi akan diambil dari stasiun terdekat, berupa data
suhu udara rata – rata, kelembaban relatif, lamanya penyinaran
matahari dan kecepatan angin. Umumnya data yang didapat
adalah berupa tabel dan tinggal mengambil jumlah tahun yang
diperlukan atau minimal adalah 10 tahun pengamatan. Data
klimatologi diperlukan untuk perhitungan evapotranspirasi, karena
dengan diketahuinya harga evapotranspirasi, maka perhitungan
debit andalan dan kebutuhan air irigasi sudah dapat dilakukan.
Perhitungan evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan
metoda Modifikasi Penman dengan rumus sebagai berikut :
Evapotranspirasi potensial dihitung dengan menggunakan metode
Penman Modifikasi dengan bentuk umum dari metode tersebut
adalah :
Eto = C {W Rn + (1-w) f(u)(ea – ed)}
Dimana :
Eto = Evapotranspirasi tanaman
C = Faktor perkiraan dari kondisi musim
Rn = Radisi bersih = Rns – Rn1
f(u) = Faktor kecepatan angin
(ea – = Perbedaan tekanan uap air rata-rata dengan uap air
ed) jenuh
W = Faktor temperatur
W = 0.386 x P/L

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 15


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

P = 595 – 0.51 T
L = 1013 – 0.1055 E
Rns = (a+bxn/N) x Ra
Rn1 = f(r) x f(ed) x f(n/N) x Ra
Ed = 33.8639 {(9.00738T + 0.8072) 8 – 0.000019(1.8T+48)
+
0.001316}

Analisa Data Curah Hujan

Data curah hujan yang ada biasanya adalah data curah hujan harian berikut jumlah
hari hujan. Untuk perencanaan data curah hujan yang dibutuhkan tergantung
keperluannya seperti : untuk perhitungan debit andalan data hujan yang diperlukan
adalah curah hujan bulanan rata – rata, untuk debit banjir adalah data curah hujan
maksimum absolut dan maksimum kedua sedangkan untuk debit air buangan adalah
curah hujan maksimum tiga harian.
Sebaiknya data curah hujan lebih dari satu stasiun supaya data curah hujan
tersebut dapat diambil rata – ratanya. Ada beberapa metoda untuk menghitung
rata – rata curah hujan yaitu cara Arithmatik, cara Thiessen dan cara Isohyet.

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang dapat dipergunakan oleh tanaman
semasa pertumbuhannya. Untuk irigasi padi, maka curah hujan efektif diambil dari
persentase curah hujan dengan kemungkinan 80 % (R 80) dapat terpenuhi, atau
diperhitungkan untuk kejadian 1 dalam 5 tahun kering.
Cara yang paling cepat umtuk menghitung R80 adalah dengan menggunakan metode
yang dikembangkan oleh Harza yaitu :
R80 = ( n/5 ) + 1, dimana ‘n’ = banyaknya tahun pengamatan
Berdasarkan KP – 01 curah hujan efektif tersebut adalah 70 % x R80

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 16


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Analisa Data Debit Andalan

Untuk debit andalan akan dilakukan analisa berdasarkan data curah hujan yang ada,
dengan menggunakan metoda yang lazim dipergunakan dalam perencanaan irigasi.

Analisa Data Kebutuhan Air

Untuk mengetahui besaran air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti :
 Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
 Penggunaan konsumtif
 Perkolasi
 Penggantian lapisan air
 Curah hujan efectif
 Pola Tanam

Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan


Jangka waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan adalah 30 atau 45 hari,
tergantung tersedianya air dan tenaga kerja. Kebutuhan air selama pengolahan
lahan dapat diasumsikan sebagai berikut :
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
Penjenuhan Penggantian Jumlah
Musim tanam untuk padi Pendahuluan Lapisan Air S
(mm) (mm) (mm)
Hujan (sesudah tidak di tanami padi) 250 50 300

Kemarau (sesudah ditanami padi) 200 50 250

Untuk Daerah Irigasi Ngade karena lahan yang sudah jadi, ketersediaan air disungai
cukup dan tenaga kerja juga cukup tersedia, maka angka kebutuhan air untuk
pengolahan lahan diambil 300 mm untuk MT 1 dan 250 mm untuk MT 2.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 17


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Dari angka kebutuhan diatas kemudian dihitung kembali dengan metode Van de
Goor dan Zilstra, maka hasilnya seperti diberikan pada buku KP – 01 sbb :
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
Kebutuhan Air Irigasi (mm/hari)
(Eo + P) T 30 hari T 45 hari
(mm/hari) S=250mm S=300mm S=250mm S=300mm
5.0 11.1 12.7 8.40 9.50
5.5 11.4 13.0 8.80 9.80
6.0 11.7 13.3 9.10 10.1
6.5 12.0 13.6 9.40 10.4
7.0 12.3 13.9 9.80 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8.0 13.0 14.5 10.5 11.4
8.5 13.3 14.8 10.8 11.8
9.0 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14.0 15.5 11.6 12.5
10.0 14.3 15.8 12.0 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11.0 15.0 16.5 12.8 13.6

Penggunaan Konsumptif
Penggunaan konsumptif dihitung berdasarkan rumus berikut :
Etc = Kt x Eto
Dimana :
Etc = Evaporasi Tanaman, mm/hari
Eto = Evapotranspirasi Tanaman, mm/hari dihitung dengan
metode Penman Modifikasi
Kt = Koefisien tanaman

Koefisien tanaman seperti diberikan dalam KP – 01 adalah sebagai berikut :

Koefisien Tanaman Padi


Bulan Padi Varietas
Lokal Unggul
0.5 1.10 1.10
1.0 1.10 1.10
1.5 1.10 1.05
2.0 1.10 1.05
2.5 1.10 0.95
3.0 1.05 0.00
3.5 0.95 -

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 18


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

0.00 -

Penggantian Lapisan Air


Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm atau 3.3
mm untuk setengah bulan, diberikan 1 dan 2 bulan setelah pemindahan semaian.

Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung pada perbedaan tekstur tanah dan kemiringan
lahan. Laju perkolasi berikut untuk tanah sawah yang telah digarap.

Laju perkolasi untuk tanah


Kelas Tekstur Tanah Perkolasi P ( mm )
Sangat ringan 11.00
Ringan 8.00
Sedang 5.00
Berat 2.00

Curah Hujan Efektif


Curah hujan Efektif untuk padi seperti telah diuraikan pada butir 3.3.2 curah hujan
efektif untuk padi sebagai persentase dari curah hujan setengah bulanan R 80 adalah
sebagai berikut :

½ bulanan R80 (mm) % efektif


< 10 0
10 - 20 80
21 - 100 70
101 - 150 60
> 150 50

Curah Hujan Efektif untuk Palawija

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 19


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Perhitungan curah hujan efektif untuk palawija tidak sama dengan perhitungan
curah hujan efektif untuk padi, karena untuk palawija besaran curah hujan yang
mungkin terpenuhi adalah R50, kemudian dari R50 ini dihubungkan dengan
evapotranspirasi tanaman maka akan didapat curah hujan efektif untuk palawija.

Efisiensi Irigasi
Karena areal pada daerah Irigasi Ngade merupakan areal irigasi yang sudah cukup
lama, sehingga harga efisiensi diambil sebagai berikut :
 Saluran tersier 80 %
 Saluran sekunder 90 % dan
 Saluran primer 90 %

Pola Tanam
Pola tanam yang diusulkan sesuai dengan pola tanam yang sudah berlaku dilapangan
saat ini adalah padi – padi, karena pada kenyataanya dilapangan pola tanam yang
ada adalah padi-padi.

Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air disawah dihitung berdasarkan rumus
NFR = Etc + P – Re + PLA
Sedangkan kebutuhan air untuk padi dihitung berdasarkan rumus
IR = NFR / e ,
dan kebutuhan untuk palawija dihitung berdasarkan rumus;
IR = (Etc – Re ) / e
Dimana :
Etc = Penggunaan konsumptif, (Eto x Kt ) mm/hari
Eto = Evapotranspirasi tanaman mm/hari
Kt = Koefisien tanaman
P = Perkolasi
Re = Curah hujan efektif
E = Efesiensi irigasi
PLA = Penggantian lapisan air mm/hari

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 20


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Analisa Data Debit Air Buangan

Pembuangan mempunyai dua fungsi yaitu :


a. Pembuang intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk
mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman.
b. Pembuang ekstern untuk mengalirkan air dari luar daerah irigasi melalui
daerah irigasi.
Rumus untuk menghitung debit rencana pembuang intern dinyatakan sebagai
berikut :
Q = 1.62 Dm A^0.92
Dm = D(n)/ (n x 8.64)
D(n) = R(n)t + n (I – ET – P) – ds

Untuk modulus pembuangan komponennya dapat diambil sebagai berikut ;

Dataran rendah
 Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi dihentikan
 Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan
 Tampungan tambahan ds diambil maksimum 50 mm
 Perkolasi sama dengan nol

Dataran terjal
 Seperti untuk kondisi dataran rendah, tetapi dengan perkolasi sama dengan 2
mm /hari.
Rumus untuk menghitung debit rencana pembuang ekstern dinyatakan sebagai :
Q = 0.116  R(1)5 A^0.92
Dimana harga koefisien limpasan  adalah sebagai berikut :

Penutup Tanah Kelompok hidrologis tanah


C D
Hutan lebat 0.60 0.70

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 21


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Hutan tidak lebat 0.65 0.75


Tanaman ladang (daerah terjal ) 0.75 0.80

Kelompok hidrologis tanah adalah sebagai berikut :

Kelompok C :

Tanah yang mempunyai laju infiltrasi rendah apabila dalam keadaan jenuh samasekali
dan terutama terdiri dari tanah dengan lapisan yang
menahan gerak turun air, atau tanah dengan tekstur
agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki
laju penyebaran air yang rendah.

Kelompok D :

Tanah yang mempunyai laju infiltrasi amat rendah apabila dalam keadaan jenuh
sama sekali dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi
mengembang yang tinggi, tanah dengan muka air tanah tinggi yang
permanen, tanah dengan lapisan liat didekat permukaan dan tanah dangkal
pada bahan yang hampir kedap air. Tanah – tanah ini memiliki laju
penyebaran air yang lamban.

C.1.2. Draft System Planning

Untuk memberikan gambaran mengenai penyusunan laporan system planning,


berikut ini akan diuraikan beberapa proses aktifitas yang perlu dilakukan :
 Susun dan olah setiap data yang didapat, kemudian disiapkan untuk digunakan
dalam penyusunan sistem jaringan irigasi.
 Lay out yang sudah final yang meliputi :
- Penyempurnaan batasan daerah irigasi termasuk letak kampung, semak
maupun sawah sesuai dengan hasil survai lapangan.
- Penyempurnaan pembagian petak sawah
- Penyempurnaan letak saluran dan bangunan.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 22


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Penyusunan Luas petak sawah

Setelah sistem irigasi disempurnakan dan semua petak tersier dihitung luasnya,
kemudian dibuat daftar luas untuk setiap petak tersier yang baru.

 Membuat skema jaringan usulan

Dalam skema irigasi tersebut dicantumkan nomenklatur setiap petak tersier,


bangunan sadap, bangunan bagi, bangunan pelengkap dan bendung.
Pemberian nomenklatur harus memenuhi ketentuan berikut :

- Nomenklatur harus singkat, jelas dan mudah dimengerti

- Nomenklatur disesuaikan dengan nama tempat dimana daerah irigasi itu


berada
- Pemberian nomor bangunan harus berurutan dan mengikuti arah aliran

Pola Tanam

Pola tanam yang diusulkan dapat disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat,
pada bulan apa mereka mulai menanam padi, sehingga dengan diketahuinya pola
tanam, maka kebutuhan airpun dapat disesuaikan dengan pola tanam tersebut.
Apabila berdasarkan pola tanam tersebut didapat kebutuhan air yang sangat tinggi
dan tidak sesuai dengan ketersediaan air yang ada maka perlu disosialisasikan
kepada petani untuk merubah jadwal tanam.

C.2. Diskusi Draft System Planning

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 23


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Pembahasan Draft Sistem Planning sebaiknya dilakukan di kantor Pengamat,


tempat lokasi diskusi perlu diperhatikan dengan baik karena apabila diskusi
dilaksanakan dilokasi pekerjaan, maka peserta diskusi yang hadir akan lebih banyak
terutama sekali dari Petani/P3A dan tokoh masyarakat, sehingga konsultan akan
mendapat masukan - masukan yang akan bermanfaat untuk mengoptimalkan sistem
jaringan irigasi usulan atau mengakomodir keinginan-keinginan unsur daerah.
Dari hasil diskusi tersebut dibuat berita acara.

C.3. Final Sistem Planning

Semua keputusan yang didapat dari hasil diskusi konsep Laporan Sistem Planning
diterapkan dalam penyusunan Final Sistem Planning.
Apabila semua usulan dan perbaikan telah sesuai dengan hasil diskusi, maka hasil
penyempurnaan dari Konsep Laporan Sistem Planning ini disebut Final Sistem
Planning. Untuk kemudian Laporan Final Sistem Planning ini akan dijadikan acuan
yang resmi bagi perencanaan selanjutnya.

5 Kegiatan D.

D.1. Penyusunan Nota Desain


D.1.1. Perencanaan Saluran
Saluran di Daerah Irigasi Ngade direncanakan berbentuk
trapesium, karena bentuk ini dinilai mempunyai efisiensi yang
tinggi dalam mengalirkan air.
Untuk perencanaan, setiap ruas saluran dianggap sebagai aliran
tetap dengan formula yang digunakan adalah rumus Strickler.

V = K . R2/3 . i1/2
Q = K x A x R2/3 x i1/2
A = (b + m.h) x h
P = {b + 2h  (m2 + 12 )}
R = A/P

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 24


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Dimana :
Q = Debit andalan ( m 3/dt )
K = Koefisien kekasaran Strickler
I = Kemiringan saluran
R = Jari – jari hidrolis ( m )
A = Luas penampang melintang saluran ( m 3 )
P = Keliling basah ( m )
B = Lebar dasar saluran ( m )
H = Tinggi air disaluran ( m )
M = Kemiringan talud saluran
N = b/h

h m

Untuk perencanaan saluran pembawa harga K Strickler, n dan m dapat


diambil pada tabel dibawah ini .
Harga K Strickler, n dan m

Q ( m3/dt ) M n K
0.15 - 0 30 1.0 1.0 - 35
0.30 - 0.50 1.0 1.0 - 1.2 35
0.50 - 0.75 1.0 1.2 - 1.3 35
0.75 - 1.00 1.0 1.3 - 1.5 35
1.00 - 1.50 1.0 1.5 - 1.8 40
1.50 - 3.00 1.5 1.8 - 2.3 40
3.00 - 4.50 1.5 2.3 - 2.7 40
4.50 - 5.00 1.5 2.7 - 2.9 40
5.00 - 6.00 1.5 2.9 - 3.1 42.5
6.00 - 7.50 1.5 3.1 - 3.5 42.5
7.50 - 9.00 1.5 3.5 - 3.7 42.5
9.00 - 10.00 1.5 3.7 - 3.9 42.5
10.00 - 11.00 2.0 3.9 - 4.2 45.0
11.00 - 15.00 2.0 4.2 - 4.9 45.0
15.00 - 25.00 2.0 4.9 - 6.5 45.0
25.00 - 40.00 2.0 6.5 - 9.0 45.0

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 25


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Kemiringan Talud

Kemiringan talud ( m )untuk saluran tanah diambil dari tabel


berikut :
Kemiringan Talud Minimum Saluran Tanah
Kedalaman air + Tinggi Jagaan, D ( m ) Kemiringan Minimum
Talud
D  1.0 1 : 1
1.0  D  2.0 1 : 1.5
D  2.0 1 : 2

Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan dibuat maksudnya adalah untuk menjaga :


 Naiknya muka air diatas tinggi muka air maksimum
 Mencegah kerusakan tanggul saluran

Rencana tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer


dan sekunder harus disesuaikan dengan besarnya debit rencana
saluran. Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah dapat diambil
pada tabel berikut.

Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah

Q ( m3/dt ) Tinggi Jagaan ( m )


- 0.5 0.40
0.5 - 1.5 0.50
1.5 - 5.0 0.60
5.0 - 10.0 0.75
10.0 - 15.0 0.85
 15.0 1.00

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 26


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Lebar Tanggul
Untuk tujuan – tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi
sepanjang saluran diperlukan tanggul saluran dengan lebar minimum
seperti pada
tabel berikut :

Lebar minimum Tanggul


Q (m3/dt ) Tanpa Jalan Inspeksi Dengan Jalan Inspeksi
(m) (m)
Q  1 1.0 3.0
1  Q  5 1.5 5.0
5  Q  10 2.0 5.0
10  Q  15 2.5 5.0
Q  15 3.5  5.0

Kecepatan Saluran

Untuk merencanakan saluran agar tidak terjadi sedimentasi maupun


erosi, maka kecepatan untuk saluran irigasi diambil antara kecepatan
minimum dan kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum yang diijinkan ditentukan dengan dua langkah :
1. Penetapan kecepatan dasar ( Vb ) untuk saluran lurus dengan
ketinggian air 1 meter.
2. Penentuan faktor koreksi pada Vb untuk lengkung saluran,
berbagai ketinggian dan angka pori.
Rumus :
V max = Vb x A x B x C
Dimana :
V max = Kecepatan maksimum yang diijinkan
Vb = Kecepatan dasar
A = Faktor koreksi angka pori permukaan saluran
B = Faktor koreksi untuk kedalaman air
C = Faktor koreksi untuk lengkung

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 27


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Kemiringan Saluran

Kemiringan saluran yang ada akan menjadi pedoman dalam perencanaan


ini, khususnya yang terikat dengan elevasi bangunan-bangunan yang ada.

Langkah Perhitungan

Karena menggunakan saluran yang ada, maka perhitungan dimensi


saluran akan berbeda dengan perhitungan untuk dimensi saluran yang
baru.
Adapun untuk menghitung dimensi aluran digunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Tentukan debit rencana serta kemiringan saluran yang ada.
2. Tentukan lebar dasar saluran rata-rata (b) untuk masing – masing
ruas saluran
3. Berdasarkan tabel koefisien kekasaran Strickler, tetapkan koefisien
kekasaran dinding saluran baik untuk saluran tanah maupun untuk
saluran pasangan
4. Dengan rumus kontinuitas dan rumus strickler, dengan cara coba-
coba dapat dihitung ‘’ h ‘’ saluran
5. Dengan tinggi air dan lebar dasar saluran yang sudah diketahui,
maka dapat dihitung kecepatan aliran di saluran.

Stabilitas saluran

Perhitungan stabilitas saluran terhadap kelongsoran digunakan metode


irisan bidang luncur. Diusahakan irisan bidang luncur tersebut melintasi
dua buah zona penimbunan atau supaya memotong garis depresi aliran
filtrasi.
Faktor keamanan dari bidang luncur adalah perbandingan antara jumlah
semua kekuatan penahan yang bekerja pada bidang luncur.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 28


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

CL + (N – U – Ne) Tg 
Fs =
T + Te

dimana :
Fs = Faktor keamanan bidang luncur

C x  x 2 x R
CL =
3600

C = Kekuatan tahanan kohesi


 = Sudut yang membentuk dasar irisan bidang luncur
N = Beban komponen vertikal pada irisan bidang luncur
U = Tekanan air pori yang bekerja setiap irisan bidang
luncur
T = Beban komponen tangensial yang timbul dari berat
setiap irisan bidang luncur
Te = Komponen tangensial beban seismis yang bekerja pada
setiap irisan bidang luncurnya

D.1.2. Perhitungan Bangunan Bagi / Sadap


Bangunan bagi adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk
mengatur dan mengukur air yang mengalir keberbagai saluran baik
primer maupun sekunder. Bangunan bagi ini dilengkapi dengan
pintu-pintu dimana salah satu dari pintu-pintu tersebut ada yang
berfungsi sebagai pengatur muka air sedangkan pintu lainnya
berfungsi sebagai pengukur debit.
Bangunan sadap adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk
memberikan air kesaluran tersier untuk seterusnya kesawah.
Bangunan sadap ini dilengkapi pula dengan pintu-pintu air dimana
salah satu pintunya berfungsi untuk mengatur muka air sedangkan
pintu yang kesaluran tersier befungsi untuk mengatur debit.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 29


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Elevasi Bangunan Bagi/Sadap dihitung berdasarkan elevasi sawah


tertinggi yang akan diairi.
Baik bangunan bagi maupun sadap, semua pintu pengatur dibuat
sama yaitu menggunakan pintu sorong sedangkan untuk mengukur
debit digunakan alat ukur debit Cipoletti, Ambang Lebar atau
Romiyn.

Rumus yang digunakan dalam perhitungan pintu sorong adalah :


Qd =  . b . h1 .  (2g . z)

Dimana :
Qd = Debit rencana (m3/dt)
 = Koefisien debit
b = Lebar pintu (m)
h1 = Tinggi bukaan (m)
g = Percepatan gravitasi (m2/dt)
z = Kehilangan tinggi (m)

Rumus aliran untuk alat ukur Cipoletti adalah :


Q = Cd.Cv.2/3  (2 g). b.h 3/2

Dimana :
Q = Debit rencana (m3/dt)
Cd = Koefisien debit  0.63
Cv = Koefisien kecepatan dating
G = Percepatan gravitasi, m/dt2
B = Lebar mercu pada pinggir pisau mercu (m)
H = Tinggi aliran air hulu diatas pisau (m)

Rumus aliran untuk Pintu Romiyn atau Ambang Lebar adalah :


Q = Cd. Cv. 2/3.  (2/3g). b. h 3/2

atau Q = Cd. Cv. (1,71).b.h3/2

dimana :
Q = Debit m3/dt
Cd = Koefisien debit
Cv = Koefisien kecepatan diudik
G = Percepatan gravitasi m/dt2

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 30


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

B = Lebar ambang m
H = Tinggi air diatas ambang m

C. Perhitungan Bangunan Pelengkap


Bangunan pelengkap yang dihitung biasanya meliputi bangunan terjun.
got miring, jembatan, gorong – gorong dan talang. Untuk jembatan dan
talang selain perhitungan hidrolis juga dihitung kekuatan struktur beton
bertulangnya dan pondasi.

Penyusunan Laporan.
Setelah semua perhitungan selesai dikerjakan, kemudian hasil
perhitungan tersebut disusun sedemikian rupa mulai dari penjelasan
umum, kriteria perencanaan yang dipakai, perhitungan hidrologi
seperti, debit andalan, debit banjir, kebutuhan air irigasi dan debit
buangan dan terakhir adalah susunan perhitungan saluran dan bangunan
seperti saluran pembawa dan pembuang, bangunan bagi/sadap dan
bangunan pelengkap. Di photo copy sebanyak yang disyaratkan dan
dijilid rapi.

D.2. Draft Gambar Desain

Gambar Desain digambar pada kertas kalkir 80 gram ukuran A1 terdiri dari :
 gambar situasi trace saluran lengkap dengan arah saluran dan lokasi
bangunan digambar dengan skala 1 : 2000
 gambar profil memanjang digambar satu lembar dengan gambar situasi
trace saluran yang memperlihatkan :
- rencana dasar saluran
- rencana muka air
- rencana tanggul kiri dan tanggul kanan
- tinggi tanah asli
- lokasi bangunan
- jarak patok ke patok
- jarak langsung

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 31


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar profil memanjang digambar dengan skala horizontal 1 : 2000 dan skala
tinggi 1 : 200
 gambar profil melintang dengan skala 1 : 100 yang memperlihatkan
- permukaan tanah asli
- tampang saluran
- tinggi muka air
 gambar bangunan dengan skala 1 : 100 dan untuk detail dengan skala 1 :
20, 1 : 10 atau 1 : 5
 Berdasarkan hasil perhitungan hidrolis bangunan selanjutnya dapat
digambar bangunan-bangunan sesuai dengan kriteria penggambaran yang
terdapat pada KP-07.

D.3. Diskusi Draft Desain

Setelah gambar perencanaan saluran dan bangunan selesai dikerjakan,


gambar tersebut dicetak biru 1 (satu) kali, untuk kemudian bersama – sama
dengan Direksi Pekerjaan, diadakan pengecekan terhadap gambar tersebut
dengan cara menelusuri sepanjang saluran dan bangunan, serta
memeriksanya/mencocokan dengan usulan pekerjaan yang telah disepakati
pada waktu diskusi system planning. Segala perubahan yang diperlukan baik
untuk saluran maupun untuk bangunan dapat dilakukan berupa coretan –
coretan pada gambar cetakan tersebut disertai dengan catatan – catatan
yang diperlukan. Semua perubahan yang ada apabila telah disetujui maka
ditanda tangani bersama oleh Direksi Pekerjaan.

D.4. Final Desain

Berdasarkan perubahan – perubahan yang didapat dilapangan dan telah


disetujui bersama, kemudian dilakukan perubahan pada gambar kalkir sesuai
dengan hasil pembahasan dilapangan. Setelah semua perubahan selesai

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 32


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

digambar, gambar kalkir tersebut diperiksa kembali oleh direksi pekerjaan


dan apabila dianggap sudah sesuai dengan Usulan Pekerjaan gambar
tersebut kemudian ditandatangani oleh direksi pekerjaan, seksi perencanaan
dan Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan Pembinaan dan Perencanaan.

D.5. Perhitungan Volume Pekerjaan (BOQ) & RAB

Berdasarkan gambar final desain dapat dihitung volume pekerjaan seperti:


 Galian tanah
 Timbunan tanah
 Gebalan rumput
 Pasangan batu kali dengan campuran 1pc : 2 psr
 Pasangan batu kali dengan pasangan 1 pc : 4 psr
 Siaran
 Beton bertulang
 Pekerjaan pintu
 Pengecatan

RAB
Sebelum rencana anggaran biaya dibuat terlebih dahulu harus disurvey harga
satuan bahan dan upah dilokasi proyek. Berdasarkan harga satuan tersebut
dapat dihitung harga satuan pekerjaan. Data harga satuan dapat juga
memperoleh dari daftar PITB (Pusat Informatika Teknik Bangunan – Dinas PU
Cipta Karya).

D.6. Spesifikasi Teknik/Dokumen Tender

Spesifikasi teknik terdiri dari spesifikasi umum. spesifikasi teknik dan


spesifikasi khusus. Spesifikasi umum berisi tentang persyaratan – persyaratan
umum yang harus ditaati dan dipenuhi oleh kontraktor pelaksana sedangkan
spesifikasi teknik berisi tentang persyaratan – persyaratan teknik seperti
aturan mengenai penggalian tanah, menimbun tanah, cara pemasangan
gebalan rumput, pasangan batu, siaran, plesteran, pekerjaan besi seperti

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 33


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

pengelasan dan pengecatan, pelumasan, pengecoran beton bertulang dan


lain – lain. Sedangkan spesifikasi khusus dibuat apabila ada suatu pekerjaan
yang perlu ditangani secara khusus seperti pembuatan terowongan, talang,
syphon dan lain – lain.

D.7. Penyusunan Buku Pedoman O&P

Berdasarkan data final desain, system planing dan data pendukung O&P,
dapat dibuat buku pedoman O&P Partisipatif yang memuat antara lain :
 Uraian daerah irigasi
 Rencana operasi bersama P3A seperti rencana tata tanam, kebutuhan air
irigasi dan rencana pembagian air
 Pelaksanaan operasi bersama P3A baik selama musim hujan maupun
musim kemarau.
 Pemantauan & evaluasi bersama P3A
 Pemeliharaan partisipatif bersama P3A, seperti penelusuran jaringan
irigasi dengan metode PPKP, penyusunan program pemeliharaan
 Pelaksanaan pemeliharaan bersama P3A seperti pelaksanaan
pemeliharaan oleh P3A dan pelaksanaan pemeliharaan oleh pemerintah
bersama P3A
 Pemantauan dan evaluasi bersama P3A seperti pemantauan dan evaluasi
dilapangan, pemantauan dan evaluasi dengan memakai prosedur
pelaporan
 Struktur organisasi P3A/GP3A/Induk P3A, hubungan kerja
P3A/GP3A/Induk P3A dengan DPU pengairan daerah dan panitia irigasi
 Penyusunan anggaran biaya baik untuk operasi maupun untuk keperluan
pemeliharaan.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 34


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

D.8. Buku Data Daerah Irigasi

Buku Data Daerah Irigasi merupakan kumpulan hasil informasi dari Daerah
Irigasi D.I. Ngade meliputi :
 Lokasi Dearah Irigasi
 Tata letak Daerah Irigasi
 Skema Jaringan dan Skema Bangunan
 Informasi mengenai Peta Petak Tersier
 Saluran Irigasi
 Bangunan Utama dan Pelengkap
 Cara Operasi Bendung dan pemeliharaan
 Cara menghitung debit dengan alat ukur yang digunakan.

D.8. Laporan Hidrologi

Laporan Hidrologi merupakan kumpulan hasil analisis hidrologi seperti perhitungan


curah hujan untuk mendapatkan debit rencana, perhitungan kebutuhan air irigasi,
perhitungan debit air buangan.

D.9. Laporan Geologi Teknik

Laporan ini merupakan kumpulan hasil penyelidikan geologi teknik baik pada saat
pengeboran dilapangan maupun hasil penelitian di laboratorium dan rekomendasi
dari tenaga ahli geologi untuk perencanaan saluran dan bangunan yang aman
yang nantinya akan digunaklan oleh ahli perencanaan dalam perhitungan stabilitas
baik saluran maupun bangunan.

D.10. Laporan Antara

Laporan Antara adalah laporan kegiatan pada pertengahan periode kontrak


pekerjaan yang mengimformasikan tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 35


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

sampai periode pertengahan kontrak dan program selanjutnya yang akan


dikerjakan. Laporan ini didiskusikan dengan Direksi pekerjaan untuk kemudian
dibuat laporan final sesuai dengan hasil pembahasan

D.11. Laporan Akhir

Setelah semua pekerjaan selesai kemudian dibuat laporan akhir yang


memuat tentang kegiatan konsultan selama melaksanakan pekerjaan
tersebut seperti :

 Daftar personil yang ditugaskan


 Daftar peralatan yang digunakan
 Schedule pelaksanaan pekerjaan
 Pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan hasilnya serta hambatan–
hambatan yang dijumpai
 Pelaksanaan pekerjaan perencanaan dan hasilnya berikut semua
permasalahan yang ada.
Laporan ini didiskusikan dengan Direksi pekerjaan untuk kemudian dibuat
laporan final sesuai dengan hasil pembahasan

D.12. Laporan Ringkasan/ Executive Summary

Laporan ini merupakan ringkasan dari laporan akhir meskipun ringkas tapi
semua imformasi pelaksanan pekerjaan terdapat dalam laporan ini.

D.13. Laporan-Laporan

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 36


PT. MITRATAMA ASIA PASIFIC
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Laporan Bulanan

Pada setiap akhir bulan konsultan harus membuat Laporan Progres


Bulanan yang berisi tentang kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
bulan itu, juga berisi tentang kendala-kendala yang ada selama
pelaksanaan pekerjaan serta prosentase progres pekerjaan.

DED Jaringan Irigasi Ngade P. Buru di Kabupaten Buru III - 37

Anda mungkin juga menyukai