Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE

Oleh :
Chato Haviz Danayomi
1610221262

Pembimbing :
dr. Hiendarto, Sp.KK

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Kulit Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta di RSUD
Ambarawa Periode 2017. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Hiendarto, Sp.KK selaku pembimbing Referat ini, dan kepada seluruh dokter
yang telah membimbing selama kepaniteraan. Tidak lupa ucapan terimakasih
kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Referat ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar Referat ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Terimakasih atas perhatiannya, semoga Referat ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak yang terkait dan kepada seluruh pembaca.

Ambarawa, Januari 2018

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Chato Haviz Danayomi


NIM : 161.0221.062
Departemen : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Ambarawa
Instansi : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Periode : 16 Oktober 2017 – 23 Desember 2017
Pembimbing : dr. Hiendarto, Sp.KK

Judul : Hand, Foot and Mouth Disease

ii
Ambarawa, Januari 2018

dr. Hiendarto, Sp.KK

iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
I.1. Latar Belakang ............................................................................................1
I.2. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................3
II.1. Definisi.......................................................................................................3
II.2. Etiologi ......................................................................................................3
II.3. Epidemiologi .............................................................................................3
II.4. Patogenesis ................................................................................................4
II.5. Transmisi ...................................................................................................5
II.6. Manifestasi Klinis.......................................................................................5
II.7. Diagnosis Banding.....................................................................................8
II.8. Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................10
II.9. Penatalaksanaan........................................................................................11
II.10.Komplikasi .............................................................................................13
II.11. Prognosis ................................................................................................13
II.12.Pencegahan.............................................................................................14
BAB 3 KESIMPULAN .........................................................................................15
III.1. Kesimpulan .........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit yang
disebabkan Enterovirus nonpolio yang paling sering coxsackievirus A16 dan
enterovirus 71. Selain itu dapat pula disebabkan oleh coxsackievirus A5, A7, A9,
B2, dan B5. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak.1
HFMD merupakan suatu penyakit infeksi virus akut yang bersifat self-
limited disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan
adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral.3 Anak-anak
kurang dari 10 tahun paling banyak terkena penyakit ini dan wabah dapat terjadi
di antara anggota keluarga dan kontak erat. Sanitasi yang jelek, status ekonomi
yang rendah dan kondisi tempat tinggal yang padat sangat mendukung dalam
penyebaran infeksi.2
Enterovirus dapat menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan
traktus respiratorius. Penularan terjadi melalui fecal-oral pada sebagian besar
kasus. Selain itu dapat melalui kontak dengan lesi kulit, inhalasi saluran
pernafasan atau oral-to-oral route.2
Penyakit HMFD pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 2000,
sebanyak 2 kasus yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan telah di
ambil spesimennya untuk isolasi virus untuk diidentifikasi di Puslitbang
Pemberantasan Penyakit, hasilnya positif Enterovirus-71 (EV-71).4 Telah menjadi
wabah pada tahun 2012, yang dilaporkan terjadi 11 kasus di wilayah Depok, Jawa
Barat.5. Terdapat 12 kasus dikawasan Sampit, Kalimantan Tengah.6
Beberapa kasus dilaporkan dari beberapa negara: China 94.693 kasus
(2013), 95.651 kasus (2014); Hongkong 41 kasus (2013), 13 kasus (2014); Macao
283 kasus (2013), 89 kasus (2014); Jepang 5.557 kasus (2013), 2.720 kasus
(2014); Singapura 2.808 kasus (2013), 3.631 kasus (2014); Vietnam 5.999 kasus
(2014).7
Infeksi hand, foot, and mouth disease dimulai dengan adanya demam dan
sakit tenggorokan lalu timbul lesi di mukosa oral dan lesi kutaneus berupa makula
dan vesikel. Penyakit ini merupakan salah satu infeksi virus yang beberapa kasus
dapat sembuh sendiri dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari.8

I.2. Tujuan Penulisan

1
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi,
epidemiologi, pathogenesis, transmisi, manifestasi klinik, diagnosis banding,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi serta prognosis
Hand, foot and mouth disease (HFMD).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi
Hand, foot and mouth disease (HFMD) adalah suatu penyakit infeksi
sistemik akut, disebabkan oleh coxsackie virus A16 (entero virus), ditandai
adanya lesi berbentuk ulkus pada mulut dan eksantema berbentuk vesikel pada
ekstremitas bagian distal disertai dengan gejala konstitusi yang ringan.9
II.2. Etiologi
Agen utama dari HFMD adalah human entero virus species A (HEV-A),
khususnya coxsackie virus A16 (CA16) dan entero virus 71 (EV-71). Merupakan
genus Entero virus dalam keluarga Picornaviridae. HEV-A serotype lainnya,
seperti Coxsackie virus A6 dan Coxsackie virus A10, juga terkait dengan HFMD
dan herpangina. Sementara semua virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan
pada anak-anak, EV-71 berkaitan dengan penyakit saraf dan kematian pada wabah
besar di kawasan Asia Pasifik selama dekade terakhir.10
HFMD mulut sering dikaitkan dengan penyakit kaki dan mulut (juga
disebut penyakit kuku dan mulut), penyakit sapi, domba, dan babi. Namun, dua
penyakit yang disebabkan oleh virus yang berbeda dan tidak berhubungan.
Manusia tidak mendapatkan penyakit hewan, dan hewan tidak mendapatkan
penyakit manusia.11
II.3. Epidemiologi
Beberapa tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV 71
lebih banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan
(1998) dan Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun
2000, 2005 dan 2007 serta Cina pada tahun 2008. Epidemi terbesar terjadi pada
tahun 1998 di Taiwan yang menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan
menyebabkan 78 kematian.2 Di Indonesia telah menjadi wabah pada tahun 2012,
yang dilaporkan terjadi 11 kasus di wilayah Depok, Jawa Barat5, 12 kasus
dikawasan Sampit, Kalimantan Tengah.6 HFMD masih menjadi masalah
kesehatan yang penting di Singapura dengan angka kejadian meningkat 10 kali
lipat dari tahun 2001-2007, yaitu 167 kasus pada tahun 2001 menjadi 1723 kasus
pada tahun 2007.12
II.4. Patogenesis
Patogenesis HFMD sendiri belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun
secara umum patogenesis enterovirus nonpolio sebagian telah terungkap. Setelah

3
virus masuk melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada
faring dan usus, kemungkinan dalam sel M mukosa. Masing-masing serotipe
memiliki reseptor yang merupakan makromolekul permukaan sel yang digunakan
untuk masuk menuju sel inang.2
Replikasi awal dalam faring dan usus diikuti dalam beberapa hari oleh
multiplikasi dalam jaringan limfoid seperti tonsil, patch Peyer, dan kelenjar getah
bening regional.13 Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini berjalan dalam waktu
24 jam yang diikuti dengan viremia. 2 Pada viremia minor, virus menyebar ke
sistem retikuloendotelial yang lebih jauh, termasuk hati, limpa, sumsum tulang,
dan kelenjar limfe yang jauh. 13
Replikasi lebih lanjut mengarah ke viremia mayor, yaitu menuju organ
target seperti sistem saraf pusat, jantung dan kulit. Kecenderungan organ target
adalah ditentukan oleh serotipe penyebab.13
II.5. Transmisi
Penyebaran virus tidak melibatkan vektor apapun.14 Virus yang
menyebabkan HFMD dapat ditemukan pada seseorang yang terinfeksi di:11
a) hidung dan tenggorokan (seperti air liur, dahak, atau lendir hidung),
b) cairan blister, dan
c) feses (tinja).
Orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus yang menyebabkan HFMD
melalui: 11
a) udara (melalui batuk atau bersin),
b) kontak dengan kotoran,
c) benda dan permukaan yang terkontaminasi.

II.6. Manifestasi Klinis


Gambaran klinis HFMD terjadi hampir 100% pada anak-anak usia
prasekolah yang terinfeksi namun hanya 11% individu dewasa yang terinfeksi
memiliki kelainan kulit.8 Umumnya, anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi
memiliki gejala yang berbeda ini. Data dari penelitian terbaru menunjukkan
bahwa 21% dari anak-anak yang terinfeksi EV71 mengalami komplikasi berat
termasuk komplikasi sistem saraf pusat (SSP) dan kegagalan kardiopulmoner.
Sebaliknya, 53% dari orang dewasa yang terinfeksi adalah asimtomatik, atau
simtomatik pada orang dewasa sepenuhnya bias pulih. Namun, ada beberapa
laporan juga tentang komplikasi berat yang dialami orang dewasa yang terinfeksi
dengan HFMD, seperti ensefalitis akut.15

4
Setelah fase inkubasi 3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas
badan yang biasanya tidak terlalu tinggi (38°C hingga 39°C), malaise, nyeri perut,
dan gejala traktus respiratorius bagian atas seperti batuk, nyeri tenggorok dan
nyeri sendi. Dapat dijumpai pula adanya limfadenopati leher dan submandibula.8
Gejala klinis nampak 1 atau 2 hari setelah demam dimulai, ditandai dengan
adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut yang sangat pedih sehingga
menyebabkan anak tidak mau makan. Lesi pada mulut terjadi pada sekitar 90%
kasus yang merupakan tanda khusus penyakit ini. Sekitar sepuluh atau lebih
Aphtae-like erosi dapat terlihat di kavitas oral. Lesi di mulut berupa makula yang
dapat berkembang menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan
(eritem). Vesikel cepat mengalami erosi yang dikelilingi halo yang kemerahan.
Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Daerah tersering timbul yaitu di
palatum durum, lidah, serta mukosa pipi (buccal).8
Lesi kutaneus pada dua pertiga pasien terlihat kurang dari 24 jam setelah
enanthem. Lesi berukuran 3-7 mm, timbul makula yang cepat berubah warna
menjadi kepucatan dan timbul vesikel. Vesikel kecil, dinding tipis, berwarna
seperti mutiara, yang dikelilingi eritema berbentuk oval atau linear.16
Vesikel timbul di telapak tangan, kaki, bagian dorsal jari dan ibu kaki, dan
dapat menyebar ke wajah, bokong, daerah genital dan tungkai. Gejala ini dapat
hilang kisaran 7 hari, biasanya tanpa meninggalkan jaringan parut atau krusta.
Ruam biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki; itu juga dapat muncul pada
lutut, siku, bokong atau daerah genital.11, 17

Gambar 1. Multipel erosi dangkal dan kecil, lesi vesikular dikelilingi oleh halo
eritematosa pada mukosa labial inferior; gingiva normal. 9

5
Gambar 2. Multipel diskrit, kecil, lesi vesikular pada jari dan telapak tangan. 9

(a)
Gambar 3 (a). Vesikel “football-shaped” pada(b)
telapak kaki, (b) Vesikel pada telapak
tangan pasien penderita HFMD.8

Gambar 4. Manifestasi HFMD pada pasien di Boston, Massachusetts, AS, 2012.


Gambaran erosi dan vesikula superfisial secara simetris di daerah perioral (A).21

6
Gambar 5. Regio perianal (B).21

Gambar 6. Regio dorsum telapak tangan (C).21


Perbedaan dengan manifestasi khasnya, pasien di cluster Boston
menunjukkan gejala diakhir musim dingin dan terdapat perioral (Gambar A) dan
perirectal (Gambar B). Papula dan vesikula pada daerah dorsal tangan dan kaki
(Gambar C). Pasien mengalami gejala prodromal berlangsung 1-3 hari, terdiri dari
demam (8 pasien), gejala saluran pernapasan bagian atas (4 pasien), dan
iritabilitas (7 pasien). Gejala prodormal ini disertai dengan gambaran papul
perioral (8 pasien) dengan gambaran seperti impetigo dengan krustosa sekunder,
penonjolan papulo vesicular pada dorsum tangan dan kaki (6 pasien), dan erupsi
perirectal (7 pasien). Setengah dari pasien memiliki lesi intraoral. Demam mereda
pada sebagian besar pasien dalam sehari setelah onset.21
Pada penyakit yang berat, biasanya disebabkan oleh EV 71, dapat
menyebabkan adanya gangguan pada sistem kardiorespirasi dan neurologis.
Adanya gangguan kardiopulmoner, yaitu berupa takikardi, dispnea, takipnea, dan

7
pernurunan perfusi perifer mengindikasikan adanya keparahan penyakit dan dapat
menyebabkan kematian. Disfungsi jantung dan edema paru yang fulminan dapat
menyebabkan kematian mendadak.20 Anak yang terinfeksi EV71 memiliki risiko
yang lebih tinggi mengalami edema paru / perdarahan dan ensefalitis
dibandingkan mereka yang terinfeksi enterovirus lainnya.18
Berdasarkan beberapa penilitian, gejala infeksi EV71 dapat berkembang
melalui empat stadium, yaitu HFMD / herpangina (Stadium 1), keterlibatan SSP
(Stadium 2), kegagalan kardiopulmoner (Stadium 3), dan convalescence /
pemulihan (Stadium 4).18
II.7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk HFMD yang paling mendekati yaitu Herpangina.
Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding diantaranya
yaitu varisela, stomatitis Aphthous, erupsi obat, dan eritema multiform.8
a. Herpangina
Herpangina, manifestasi lain oleh penyebab virus yang sama. Herpangina
berupa enantema tanpa lesi kulit dengan lokasi yang tersering di plika
2,20
anterior fossa tonsilaris, uvula, tonsil, palatum molle. Sedangkan
predileksi HFMD pada mulut tersering adalah: palatum durum, lidah,
mukosa buccal, jarang terjadi di orofaring.1,18

Gambar 7. Multipel, vesikel kecil dan erosi dengan eritema halo pada palatum
mole.9
b. Eritema multiforme minor
Pada eritema multiforme bentuknya lesi target, sedangkan pada HFMD
lesi kulitnya yang bentuknya oval dan berwarna abu-abu.2
c. Herpes ginggivostomatitis
Biasanya mengalami lesi yang lebih nyeri dengan limfadenopati leher dan
ginggivitis yang lebih menonjol. Lesi pada`kulit biasanya terbatas perioral
namun dapat mengenai jari tangan yang dimasukkan ke mulut.2
d. Stomatitis aphthosa
Ditandai dengan lebih besar, lesi ulseratif dari bibir, lidah
dan mukosa ukal yang menyakitkan.10 Dibedakan dengan

8
HFMD dengan tidak adanya demam dan tanda sistemik
lainnya serta riwayat kekambuhan.2

Gambar 8. (a) Aphthous ulcers: Minor Multipel, dasar ulkus


berwarna abu-abu dikelilingi halo eritema. (b) Aphthous ulcer:
Mayor Ulkus yang dalam pada lateral lidah.9
e. Varicella
Lesi kulit HFMD jarang mengenai badan. Hal ini yang membedakan
dengan infeksi varisela.2 Lesi vesikel pada varisela sembuh dengan
membentuk krusta, sedangkan vesikel pada HFMD terjadi reabsorpsi
cairan vesikel.10
Bentuk vesikel varisela adalah dew drop on rose petal, yang artinya
vesikel berisi cairan jernih pada dasar eritema, sedangkan vesikel pada
HFMD membentuk football shape, yaitu berbentuk oval dengan warna
seperti mutiara.

Gambar 9. Multipel papul dan vesikel pada dasar eritema dengan pola beragam
pada badan 9
II.8. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada tes laboratorium yang menjadi indikasi. Jika diduga terjadi
epidemi, maka kultur feses dan tenggorokan sangat membantu untuk determinasi
strain dan menemukan komplikasi yang mungkin terjadi.8
Diagnosis infeksi enterovirus seringkali berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Diagnosis laboratoris dapat ditegakkan melalui tes serologis,

9
isolasi virus dengan kultur dan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Usaha
untuk membedakan HFMD yang disebabkan coxsackie atau EV 71 memiliki arti
prognostik. PCR adalah teknik yang sangat efektif dan memberikan hasil yang
cepat dalam mendeteksi dan identifikasi serotipe entero virus.2
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular
epidermis yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi
netrofil, sel mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk
mendeteksi adanya neutralizing antibodies. Pada fase akut, neutralizing
antibodies dapat terdeteksi tapi menghilang secara cepat. Pada fase konvalesens,
terdapat peningkatan titer komplemen-antibodi. Pada pemeriksaan Tzank tidak
ditemukan multinucleated giant cell dan inclusion bodies. Biakan virus dilakukan
dengan mengisolasi virus di vesikel, dahak, ataupun feses. Feses dianggap sebagai
sampel yang paling tepat karena kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap
hidup dalam waktu yang lebih lama karena EV71 bereplikasi dalam saluran usus
biasanya antara dua dan empat minggu, dan kadang-kadang selama 12 minggu
pasca-infeksi. Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi spesifikasi virus
melalui observasi efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak pada sel
monolayer (plaque assay).9,10
II.9. Penatalaksanaan
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limited disease
yang dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari. Tujuan pemberian farmakoterapi
adalah mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Pengobatan HFMD
bersifat suportif dan ditujukan untuk meredakan gejala.2 Hingga sekarang belum
ada antivirus yang spesifik untuk menyembuhkan HFMD.14,13

a. Tatalaksana umum
Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan
penyebaran virus yaitu edukasi bahwa virus yang menyebabkan HFMD
tetap ada di feses pasien selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik
mencuci tangan yang baik dan benar untuk mengurangi potensi
penyebaran penyakit. Edukasi untuk tidak memecahkan lepuhan atau bintil
untuk mengurangi penyebaran virus. Anjurkan pasien untuk lebih sering
minum untuk mencegah dehidrasi. Ganti diet menjadi makanan lunak jika
terjadi lesi di mulut. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di rumah

10
sampai keadaan umum pasien membaik dan seluruh lesi pecah dan kering
untuk mempercepat proses penyembuhan HFMD yang bersifat self limited
disease.19

b. Tatalaksana khusus
Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik. Tatalaksana topikal
diantaranya yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi
sebelum makan berupa larutan dyclonine hydrochlorida 0,5% dalam
bentuk mouthwash atau spray atau gel lidokain untuk mengurangi rasa
tidak nyaman pada lesi di mulut saat penderita makan. Tatalaksana
sistemik diantaranya berupa terapi simptomatik yaitu pemberian
antipiretik untuk mengatasi demam dan analgesik untuk mengatasi
arthralgia.9
Pada penderita HFMD yang tidak mau minum, dapat diberikan terapi
cairan secara intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan syok.
Nyeri dapat diobati dengan dosis standar asetaminofen atau ibuprofen.
Lesi kulit pada penderita HFMD tidak memerlukan perawatan khusus.
Antibiotik topikal atau oral dapat diberikan terutama jika terjadi infeksi
sekunder.2

Kasus yang menunjukan tanda dan gejala yang berat harus


dipertimbangkan untuk rawat inap, berikut adalah warning sign :20
a) Anak < 3 tahun, demam persisten (>3 hari), demam tinggi (>39oC)
b) Tanda dan gejala adanya komplikasi neorologis dan kardiologis, seperti:
 Gelisah, insomnia, serangan panik.
 Abdominal distension, muntah berulang, fotofobia, ngantuk, kejang
mioklonik, halusinasi.
 Nafas pendek, keringat dingin, sirkulasi perifer menurun, takikardi
(>160/menit)
 Lemah tungkai, unsteady gait, conjugated ocular disturbance,
paresis nervus kranialis.
Beberapa penelitian klinis infeksi EV 71 simtomatik dapat berkembang
melalui empat stadium seperti dijelaskan dalam table di bawah ini.18
Tabel.1 Stadium klinis dan penatalaksanaan infeksi E71
Stadium Manifestasi klinis Penatalaksanaan
1 HFMD/herpangina Pengobatan simtomatis
2 Keterlibatan SSP Pembatasan cairan, diuretic osmotic untuk tekanan

11
intracranial yang meningkat dan furosemid untuk
kelebihan cairan (CVP>8cmH2O), immunoglobulin
intravena untuk ensefalitis dan atau polio-like
syndrome serta pemantauan ketat denyut jantung,
tekanan darah, oksigenasi, skala koma dan glukosa
darah.
3 Cardiopulmonary failure
3A Hipertensi/ edema pulmoner Phospodiesterase inhibitor, milrinone, untuk
meningkatkan cardiac output, intubasi dini dengan
ventilasi mekanik tekanan positif dan ekspirasi yang
meningkat untuk edema pulmonum, serta high
frequency oscillatory ventilation jika edema
pulmonum/perdarahn menetap atau terjadi hipoksemia
berat.
3B Hipotensi Tambahkan inotropik seperti dopamin dan epinefrin
4 Convalescence Rehabilitasi untuk kelemahan alat gerak, disfagia,
apnea atau hipoventilasi sentral dan perawatan dada
yang cukup untuk menghindari pneumonia rekuren
HFMD= hand, foot and mouth disease ; SSP= Susunan saraf pusat; CVP= Central venous
pressure

II.10. Komplikasi
Komplikasi HFMD sangat jarang ditemui. Beberapa komplikasi yang
mungkin timbul meliputi11:
a) Virus atau "aseptik" meningitis dapat terjadi tetapi sangat jarang. Hal ini
menyebabkan demam, sakit kepala, leher kaku, atau sakit punggung.
b) Radang otak (ensefalitis) dapat terjadi, tapi ini lebih langka.
c) Kehilangan kuku pernah dilaporkan, terjadi sebagian besar pada anak-anak
dalam waktu 4 minggu. Pada saat ini, tidak diketahui apakah kehilangan
kuku adalah hasil dari penyakit. Namun, dalam laporan hilangnya kuku
adalah sementara dan kuku tumbuh kembali tanpa perawatan medis.
d) Neurogenic pulmonary edema, komplikasi paling sering menyebabkan
kematian.20

II.11. Prognosis
Prognosis dari HFMD adalah:
a. Quo ad vitam: dubia ad bonam, pada beberapa kasus yang disebabkan
oleh entero virus 71 sering menjadi wabah di beberapa Negara, dan
dapat menyebabkan kematian.
b. Quo ad sanam: dubia ad bonam, karena HFMD merupakan penyakit
yang bersifat self-limited disease yang sembuh dalam kisaran 7-10 hari.

12
tapi pada beberapa pasien tertentu seperti pengguna imunosupresan atau
neonatus, infeksi dapat berkembang menjadi komplikasi yang
mengancam jiwa.8
c. Quo ad cosmetika: bonam, HFMD sembuh tanpa meninggalkan bekas
luka, karena vesikelnya akan di reabsorbsi oleh tubuh.10
II.12. Pencegahan
Belum ada vaksin atau antivirus yang diketahui efektif dalam mengobati
maupun mencegah infeksi EV 71. Beberapa bahan untuk pembuatan vaksin EV 71
termasuk formalin-inactivated whole virus vaccine, DNA vaccine dan recombinat
protein vaccine masih harus disempurnakan lebih lanjut sebelum digunakan dalam
uji klinis.2,3
Seseorang dapat mengurangi risiko penularan HFMD yaitu dengan :11
a) Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air
terutama setelah mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet
b) Bersihkan dengan menggunakan disinfektan benda-benda yang kotor
seperti mainan anak-anak. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan
sabun, lalu disinfeksi dengan menggunakan larutan klorin.
c) Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan
bersama peralatan makanan dengan penderita HFMD.

13
BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit yang
disebabkan Enterovirus nonpolio yang paling sering coxsackievirus A16 dan
enterovirus 71. Selain itu dapat pula disebabkan oleh coxsackievirus A5, A7, A9,
B2, dan B5. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak.1
Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral atau
feses dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Diagnosis infeksi enterovirus seringkali
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Gejala klinis ditandai dengan
adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut serta lesi mukokutaneus lainnya yang
timbul di telapak tangan dan telapak kaki terutama pada bagian jari-jari dan ibu
jari. Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul makula sampai papula yang
berkembang cepat menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan
(eritem). 8
Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan
penyebaran virus. Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik yang bersifat
simptomatis diantaranya pemberian anestesi topikal dyclonine hidrochlorida 0,5%
untuk mengurangi rasa tidak nyaman di mulut, pemberian antipiretik untuk
mengurangi demam, dan analgetik untuk meredakan nyeri.2,19
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limited disease
yang dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari.2 Neurogenic pulmonary edema,
komplikasi paling sering menyebabkan kematian.20

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty, S. Dkk., 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin di Indonesia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKI). Hal 50-59
2. Andriyani, C., Heriwati, D.I. & Sawitri, 2010. Penyakit Tangan, Kaki dan
Mulut (Hand-Foot-and-Mouth Disease). Berkala Ilmu Kesehatan Kulit &
Kelamin, Agustus. pp.143-50.
3. Han, J.-F. et al., 2011. Antibody dependent enhancement infection of
Enterovirus 71 in vitro and in vivo. Virology Journal, 8(:106), pp.1-7.
Available at: http://www.virologyj.com/content/8/1/106 .
4. Gendrowahyuno, Sinta Purnamawati, K., Rulina & Sukarman, 2003. Status
Antibodi Anak Balita terhadap Virus Entero-71 di Kota Wisata Denpasar Bali.
Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 , pp.45-8.
5. PT Niskala Madia Tenggara, 2012. The Jakarta Post. [Online] Available at:
http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/08/singapore-flu-threatens-
depok-residents.html [Accessed 17 June 2015].
6. Bharata News, 2012. Bharata News. [Online] Available at:
http://bharatanews.com/berita-1943-gawat-flu-singapura-mewabah-di-
kotim.html [Accessed 17 June 2015].
7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM /
HFMD) di Jawa Timur dan Jawa Barat. [Online] Available
athttp://pppl.depkes.go.id/berita?id=1372 [Accessed 6 June 2015].
8. Ahmed, A.M. et al., 2008. Hand Foot Mouth Disease. In Wolf, K. et al.
Fitzpatric's Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: Mc Graw
Hill. pp.1868-69.
9. Wolff, K., Johnson, R.A. & Suurmond, D., 2007. Viral Infections of Skin and
Mucosa - Hand Foot and Mouth Disease. In Fitzpatrick's Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. 7th ed. New York: Mc Graw Hill
Companies.pp.803-05
10. WHO, 2011. A Guide to clinical management and public health response for
hand, foot and mouth disease (HFMD). [Online] WHO Library Cataloguing in
Publication Data: WHO Library Cataloguing in Publication Data Available at:

16
http://www.wpro.who.int/publications/docs/Guidancefortheclinicalmanageme
ntofHFMD.pdf. [Accessed 6 June 2015].
11. Centers for Disease Control and Prevention, 2014. Hand, Foot and Mouth
Disease. [Online] Available at: http://www.cdc.gov/hand-foot-
mouth/index.html [Accessed 6 June 2015].
12. Ang LW et al. Epidemiology and control of hand, foot and mouth disease in
Singapore, 2001-2007. Ann Acad Med Singapore 2009; 38: 106-12.
13. Park, K.S., Choi, Y.J. & Park, J.S., 2012. Enterovirus infection in Korean
children and antienteroviral potential candidate agents. Korean Journal
Pediatric, 55(10), pp.359-66.
14. Roy, N. & Halder, N., 2010. Compartmental Modeling of Hand, Foot and
Mouth Infectious Disease (HFMD). Research Journal of Applied Sciences,
5(3), pp.177-82.
15. Li, Y. et al., 2011. Comparing Enterovirus 71 with Coxsackievirus A16 by
analyzing nucleotide sequences and antigenicity of recombinant proteins of
VP1s and VP4s. BMC Microbiology, 11(246), pp.1-10.
16. Sterling, J.C., 2010. Virus Infections - Hand foot and mouth disease. In T.
Burns, S. Breathnach & C.G. ths, eds. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th
ed. Chichester, UK: Willey-Blakwell. p.33.72.
17. Rao, P.K. et al., 2012. Hand, Foot and Mouth Disease: Changing Indian
Skenario. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 5(3), pp.220-
22.
18. Chang, L.-Y., 2008. Enterovirus 71 in Taiwan. Pediatric Neonatology, 49(4),
pp.103-12.
19. Health Promotion Board, 2015. Hand, Foot & Mouth Disease: Prevention and
Protection. [Online] Available at: http://www.hpb.gov.sg/HOPPortal/dandc-
article/792 [Accessed 6 June 2015].
20. Sarma, N., 2013. Hand, foot, and mouth disease: Current scenario and Indian
perspective. Indian Journal of Dermatology, Venerology and Leprology, 79(2),
pp.165-75
21. Flett K, Youngster I, Huang J, et al. Hand, Foot, and Mouth Disease Caused
by Coxsackievirus A6. Emerging Infectious Diseases. 2012;18(10):1702-1704.
doi:10.3201/eid1810.120813.

17

Anda mungkin juga menyukai