PLTU Mulut Tambang
PLTU Mulut Tambang
Latar Belakang
Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan taraf hidup masyarakat dan
laju pembangunan, penggunaan energi listrik secara nasional terus meningkat, yang
diperkirakan sekitar 10% pertahun.
Peningkatan pemakaian batubara untuk PLTU disebabkan oleh biaya produksi listrik
relatif ekonomis dibanding dengan sumber energi lainnya terlebih dengan bahan bakar
minyak. Di samping itu potensi batubara di Indonesia cukup besar, yaitu ± 57,8
milyar ton (DIM,tahun 2003). Dari jumlah tersebut ±60% merupakan batubara jenis
kualitas rendah.
Tujuan Penelitian
Metodologi Penelitian
Untuk mengetahui peluang pemanfaatan batubara kualitas rendah untuk bahan bakar
pada PLTU mulut tambang, maka metode yang digunakan adalah kajian langsung
terhadap kondisi pengusahaan batubara di Indonesia, dengan ruang lingkup kegiatan
meliputi :
Hasil
Dari jumlah energi yang diproduksi PLTU yang ada tercatat 29.312,62 GWh atau
32,83% dari produksi listrik PLN dihasilkan oleh 17 PLTU berbahan bakar batubara
yang mempunyai kapasitas terpasang 4.790 MW dan daya mampu 5.910,97 MW.
Kondisi tersebut menempatkan PLTU berbahan bakar batubara mempunyai kontribusi
tertinggi pada produk listrik PLN, sedangkan peringkat berikutnya berturut-turut
ditempati oleh pembangkit listrik berbahan bakar minyak, gas alam, air, dan panas
bumi.
Sesuai dengan kebijakan energi nasional tahun 2003-2020, yaitu kebijakan energi
yang terpadu untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan, maka
untuk menarik minat perusahaan tambang untuk mengusahakan batubara kualitas
rendah diperlukan suatu insentif, sehingga batubara kualitas rendah dapat bersaing
dengan batubara kualitas baik/tinggi di dalam pemanfaatannya.
Nilai insentif yang dapat diberikan kepada pola investasi KP adalah dengan
menurunkan tarif royalti untuk batubara peringkat rendah, sedangkan untuk pola
investasi PKP2B adalah dengan mengurangi nilai bagi hasil. Dari pemikiran tersebut,
maka nilai kompensasi dapat diberikan kepada produsen batubara (PKP2B), atau nilai
kompensasi diberikan kepada pemakai batubara, dalam hal ini PLTU mulut tambang.
Dengan :
NBH = Nilai Bagi Hasil
P = Harga jual batubara
Q = Produksi batubara
NK = Nilai Kompensasi
KL = Kebutuhan batubara untuk listrik (PLTU Mulut Tambang) sebagai nilai
kompensasi hulu batubara
Kesimpulan
Peluang pemanfaatan batubara kualitas rendah untuk PLTU mulut tambang cukup
besar dan terbuka, bila melihat peningkatan jumlah kebutuhan energi listrik nasional
sebesar 15,53% pertahun, sedangkan jumlah pemasokan energi listrik baru mencapai
3,04% per tahun. Di sisi lain semakin berkurangnya cadangan minyak bumi
Indonesia.
Oleh karena itu, sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional dan Kebijakan Batubara
Nasional, Pemerintah perlu memberikan kebijaksanaan berupa pengurangan tarif
royalti untuk KP dan nilai bagi hasil untuk PKP2B untuk pengusahaan batubara
kualitas rendah. (Rochman Saefudin, dkk)