JUDUL
Pengaruh Massa Serbuk dan Konsentrasi Trikloroasetat Pada Pemanfaatan
Selulosa dari Limbah Cangkang Kemiri Sebagai Bahan Pengental Pada Etanol Gel.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Penggunaan bahan bakar semakin tinggi seiring dengan meningkatnya
kebutuhan, aktivitas dan pertumbuhan penduduk. Sejak dahulu penghematan bahan
bakar telah dilakukan karena pasokan bahan bakar dari minyak bumi adalah sumber
energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Salah satu cara dalam
menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif
yang dapat diperbarui (renewable). Etanol merupakan salah satu sumber energi
alternatif yang mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sifat etanol yang dapat
diperbarui dan ramah lingkungan karena emisi karbon dioksidanya rendah. Etanol
dalam bentuk cair beresiko tumpah saat didistribusikan ke daerah lain. Hal ini
disebabkan karena pengangkutan dan pendistribusian etanol yang kurang aman
dalam drum-drum. Penerapan etanol cair sebagai bahan bakar rumah tangga masih
perlu diwaspadai, karena etanol berwujud cair lebih beresiko mudah tumpah dan
mudah meledak karena sifatnya yang volatil. Mempertimbangkan sifat fisik etanol
cair tersebut, diperlukan modifikasi lebih lanjut sifat fisik etanol menjadi bentuk
gel yang diharapkan dapat meningkatkan keamanan bagi pengguna serta
lingkungan sekitar (Nugroho, 2016).
Pada saat ini, dapat kita lihat produk-produk industri yang berada dipasaran
dan dilingkungan masyarakat seperti produk peralatan rumah tangga, textile,
kosmetik, telah banyak menggunakan bahan pengental (thickening agent) dalam
proses pembuatannya. Tujuan dari penggunaan atau penambahan bahan pengental
(thickening agent) dalam suatu produk untuk meningkatkan viskositas kekentalan
dari suatu produk. Bahan pengental (thickening agent) yang berada dilingkungan
masyarakat atau di pasaran dalam pembuatannya banyak yang menggunakan
senyawa kimia. Senyawa kimia ini memiliki kelebihan dan kekurangan dimana
kelebihan dari senyawa kimia yaitu dalam proses pembuatan suatu produk lebih
cepat, tetapi kekurangan dari senyawa kimia ini tidak ramah lingkungan dan kurang
baik untuk kesehatan.
1
Proses jelifikasi dari etanol menjadi gel dapat dilakukan dengan
penambahan bahan pengental (thickening agent) tertentu (Nugroho, 2016).
Menurut Aliyah (2010), bahan pengental merupakan senyawa-senyawa
hidrokoloid seperti polisakarida yang berfungsi untuk meningkatkan kekentalan atau
viskositas dari suatu produk terutama pada keadaan sebelum dibekukan. Penambahan
bahan pengental dapat mencegah terjadinya kristalisasi selama penyimpanan serta
memperpanjang masa penyimpanan produk.
Menurut Luftinor (2011), thickener (bahan pengental) merupakan bahan
tambahan yang berfungsi untuk melekatkan zat warna tetap tempatnya sesuai dengan
desain/motif yang telah ditentukan, bahan pengental dicampurkan kedalam larutan
zat warna dan zat pembantu sehingga merupakan suatu pasta dengan kekentalan
tertentu. Agar dapat berfungsi sebagai medium, pengental harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu tidak berwarna, stabil dalam penyimpanan, mempunyai daya ikat
dengan zat-zat yang dicampurkan dan mudah dihilangkan kembali.
Eriningsih, dkk (2011) dalam penelitiannya mendapatkan hasil untuk
pembuatan pengental CMC limbah tongkol jagung berhasil dilakukan dengan
mengkonversikan selulosa pada tongkol jagung menjadi CMC melalui proses
esterifikasi dengan natrium monoklorasetat dan natrium hidroksida. Kondisi optimal
proses didapatkan dari proses tanpa pemurnian awal dan delignifikasi dengan derajat
substitusi (DS) 0,55 dan viskositas 1750 cps.
Putri dan Nisa (2014) dalam penelitiannya mendapatkan hasil untuk perlakuan
terbaik pembuatan pengental CMC dari kulit buah kakao yaitu yang diperoleh
dengan konsentrasi Asam Trikloroasetat 20% dan lama agitasi 1 jam dengan
menghasilkan derajat substitusi 0.10, pH 7.86, viskositas 6.33 Cp, kadar air 13.51,
kecerahan (L) 79.43, derajat kekuningan 2.40, dan derajat kemerahan 19.63.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk thickener
(bahan pengental) yang lebih ramah lingkungan serta aman untuk kesehatan dengan
memanfaatkan bahan nabati seperti salah satunya limbah cangkang kemiri.
Di daerah Kepanjen, Malang, Jawa timur terdapat usaha pemecahan biji kemiri
yang pada akhirnya menghasilkan limbah cangkang kemiri. Pada penelitian ini kami
memilih dan memproses limbah cangkang kemiri sebagai bahan baku untuk
membuat bahan pengental dikarenakan banyak limbah cangkang kemiri yang belum
bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan pengental pada ethanol gel.
2
Limbah cangkang kemiri ini memiliki struktur cukup keras yang berupa serat
terdiri dari lignin, pentose, dan holoselulose. Limbah cangkang kemiri mengandung
holoselulosa sebesar 49,22% (Lempang, 2011). Holoselulose merupakan sejumlah
dari senyawa polisakarida yaitu selulose dan hemiselulose (Hadi, 2008). Hal ini
menunjukkan bahwa limbah cangkang kemiri dapat berpotensi sebagai bahan
pengental dimana bahan pengental atau thickening agent yang berpontesi untuk
digunakan seperti yang berbahan dasar selulose atau polimer sintesis (Nugroho,
2016). Oleh sebab itu kami ingin mengolah dan memproses limbah cangkang kemiri
ini sebagai bahan yang lebih bermanfaat dan dapat meningkatkan nilai ekonomis.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti yaitu:
1. Bagaimana pengaruh massa serbuk limbah cangkang kemiri pada pembuatan
bahan pengental (thickener) untuk mendapatkan thickener yang optimal.
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi trikloroasetat yang digunakan pada pembuatan
bahan pengental (thickener) untuk mendapatkan thickener yang optimal.
3. Bagaimana pengaruh pengadukan pada pembuatan bahan pengental (thickener)
untuk mendapatkan thickener yang optimal.
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mendapatkan komposisi yang tepat massa serbuk limbah cangkang kemiri dalam
pembuatan bahan pengental (thickener) untuk mendapatkan thickener yang
optimal pada bahan bakar gel atau etanol gel.
2. Mendapatkan komposisi trikloroasetat yang tepat digunakan dalam pembuatan
bahan pengental (thickener) untuk mendapatkan thickener yang optimal pada
bahan bakar gel atau etanol gel
3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pengadukan pada pembuatan bahan
pengental (thickener) untuk mendapatkan thickener yang optimal pada bahan
bakar gel atau etanol gel.
3
lingkungan dan dapat dipublikasikan sebagai artikel ilmiah pada jurnal nasional
terakreditasi dan / atau jurnal bereputasi internasional.
F. KEGUNAAN
1. Menambah wawasan tentang variasi proses pada pembuatan thickener dari
limbah cangkang kemiri.
2. Menemukan teknologi tepat guna untuk memanfaatkan limbah cangkang kemiri
sebagai bahan baku thickener.
3. Mendapatkan thickener yang optimal dari variasi massa serbuk daun dan variasi
dari proses yang digunakan.
4. Meningkatkan nilai ekonomi dari limbah cangkang kemiri
5. Memberikan alternatif bahan pengental alami sebagai bahan baku etanol gel.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanaman Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang
termasuk dalam famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan). Umur produktif tanamna
mencapai 25-40 tahun. Ketinggian tanaman mencapai 40 meter. Daunnya selalu
hijau sepanjang tahun dan menghasilkan buah kemiri yang merupakan bagian
tanaman yang bernilai ekonomis. Secara sistematis tanaman ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divis : spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Archichlamydae
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
Tanaman kemiri tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis.
Table 1. Komponen kimia tempurung kemiri:
No. Komponen (Component) Kadar %
1. Holoselulosa 49,22
2. Pentosa 14,55
3. Lignin 54,46
Ekstraktif:
- Kelarutan dalam air dingin 1,96
4.
- Kelarutan dalam air panas 6,18
- Kelarutan dalam alkohol-benzena 1:2 2,69
- Kelarutan dalam NaOH 1% 17,14
5.
- Abu 8,73
(Lempang, 2011)
Tanaman kemiri sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tinggi
tanaman ini mencapai sekitar 15-25 meter. Daunnya berwarna hijau pucat.
4
Kacangnya memiliki diameter sekitar 4–6 cm. Biji yang terdapat di dalamnya
memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup
banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lilin.
Kemiri tumbuh secara alami di hutan campuran dan hutan jati pada ketinggian
150-1000 m di atas permukaan laut serta ketinggian tanaman dapat mencapai 40 m.
Tanaman kemiri tidak begitu banyak menuntut persyaratan tumbuh, sebab dapat
tumbuh di tanah-tanah kapur, tanah berpasir dan jenis tanah-tanah lainnya.
Di kalangan masyarakat Hawaii, kemiri dikenal sebagai candlenut karena
fungsinya sebagai bahan penerangan. Kegunaan kemiri sangat beragam. Bagian
tanaman kemiri dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Batang kayunya
digunakan sebagai bahan pembuat pulp dan batang korek, daunnya dapat digunakan
sebagai obat tradisonal, bijinya biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu
bagian tempurung kemiri sejauh ini selain digunakan untuk obat nyamuk bakar dan
arang aktif (Arlene, 2010), tempurung kemiri ini juga hanya digunakan sebagai
bahan baku dari pembuatan asap cair dan pengawet makanan. Sedangkan untuk
penggunaan limbah tempurung kemiri sebagai bahan baku pengental (thickener)
pada ethanol gel sejauh ini masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
2. Selulosa
Selulosa adalah makromolekul dari unit glukosa yang terikat satu sama lain oleh
ikatan glukosidik β 1,4 yang memiliki tiga gugus hidroksil pada setiap unit glukosa.
Selulosa merupakan polimer alami yang jumlahnya sangat banyak di alam, biasanya
merupakan komponen dasar dari tumbuhan seperti batang pohon, ranting, dan daun.
Molekul selulosa memiliki ikatan yang sangat kuat antar molekul (intramolekul
maupun intermolekul) yang terikat oleh ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen
intramolekul merupakan penyebab utama molekul selulosa menjadi kaku atau
membentuk struktur kristal. Serat selulosa terbentuk dari kumpulan makrofibril. Unit
terkecil dari selulosa adalah elementary fibrils yang memiliki diameter sekitar 3-20
nm. Kumpulan dari elementary fibrils membentuk struktur mikrofibril dengan
ukuran diameter 10-50 nm. Struktur makrofibril terbentuk dari kumpulan mikrofibril
dengan ukuran diameter 60-360 μm.
Selulosa memiliki tiga buah gugus hidroksil pada setiap unit anhydroglucose
(AGU) pada atom C2, C3 dan C6 yang sangat reaktif. Atom C6 merupakan gugus
hidroksil primer sedangkan atom C2 dan C3 gugus hidroksil sekunder. Reaksi kimia
yang biasa terjadi pada gugus hidroksil adalah reaksi esterifikasi, eterifikasi dan
5
oksidasi. Selulosa yang berasal dari sumber yang berbeda memiliki reaktifitas yang
berbeda juga dengan senyawa kimia. Berikut ini adalah gambar struktur selulosa.
6
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku, didasarkan pada
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku. Semakin kecil perbandingan
larutan pemasak dengan bahan baku maka lignin yang didegradasi akan kecil
juga.
5. Ukuran bahan, semakin besar ukuran bahan maka semakin lama waktu
prosesnya.
6. Suhu dan Tekanan, semakin besar suhu dan tekanan maka semakin cepat waktu
prosesnya, kisaran suhunya antara 100 oC - 110 oC dan untuk tekanannya 1 atm
(Sumada, 2011).
4. Alkalisasi
Alkalisasi atau dikenal juga dengan istilah “Dutching” adalah penambahan
sejumlah alkali ke dalam suatu massa bahan baku yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya tarik produk yang dihasilkan. Zat alkali yang biasa digunakan
adalah sodium atau kalium bikarbonat (NaHCO3 atau KHCO3 ). Melalui
penambahan alkali, pH massa bahan baku meningkat sesuai dengan jumlah alkali
yang diberikan dan dibatasi sampai pH netral (Misnawi,2006).
Alkalisasi juga dapat dikatakan merupakan langkah untuk mengaktifkan
gugus-gugus OH pada molekul selulosa, dengan adanya proses alkalisasi ini maka
struktur selulosa akan mengembang dan akan memudahkan reagen
karboksimetilasi berdifusi didalamnya.
5. Karboksimetilasi
Karboksimetilasi merupakan langkah untuk melihat jumlah asam
monokloroasetat ataupun natrium monokloroasetat akan berpengaruh terhadap
substitusi unit anhidroglukosa pada selulosa. Proses karboksimetilasi ini
sebenarnya adalah proses eterifikasi. Pada tahap ini merupakan proses pelekatan
gugus karboksilat pada struktur selulosa. Gugus karboksilat yang dimaksud
terdapat pada asam Trikloroasetat. Hal ini yang sangat penting untuk dikontrol pada
saat proses pembuatan CMC.
CMC ini biasanya digunakan diberbagai industri seperti : tekstil, kramik, dan
makanan. Fungsi dari CMC disini sebagai penstabil emulsi, pengental, dan bahan
pengikat (Nisa, 2014).
6. Karboksimetil Selulosa
Karboksimetil Selulosa (CMC) adalah turunan selulosa yang dibuat dengan
menukarkan gugus hidroksil selulosa dengan gugus karboksil yang terkandung
dalam asam monokloroasetat dalam kondisi basa. Karboksimetil selulosa
7
merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa senyawa anion, yang dapat
terurai secara biologi (biodegradable), tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun,
butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam pelarut organik,
memiliki rentang pH sebesar 6.5-8.0, stabil pada rentang pH 2-10, bereaksi dengan
garam logam berat membentuk film yang tidak larut dalam air, transparan, serta
tidak bereaksi dengan senyawa organik. Karboksimetil selulosa merupakan
senyawa serbaguna yang memiliki sifat penting seperti kelarutan, reologi, dan
adsorpsi di permukaan. Selain sifat-sifat itu, viskositas dan derajat substitusi
merupakan dua faktor terpenting dari karboksimetil selulosa. Meningkatnya
kekuatan ionik dan menurunnya pH dapat menurunkan viskositas karboksimetil
selulosa.
Struktur CMC mempunyai kerangka dasar 1,4-β-D-glukopiranosa dari
polimer selulosa. Perbedaan cara membuat CMC mempengaruhi derajat substitusi,
tetapi secara umum derajat substitusi sekitar 0.4-1.4 per unit monomer.
8
kekentalan tertentu. Ada empat macam bahan yang digunakan sebagai pengental,
yaitu
a. Konsentrasi rendah dari polimer yang mempunyai berat molekul tinggi
b. Konsentrasi tinggi dari bahan yang mempunyai berat molekul rendah atau
struktur rantai bercabang banyak
c. Emulsi dari dua cairan yang tidak bisa bercampur, yaitu emulsi yang biasa
digunakan pada krim kosmetik
d. Dispersi dari zat padat yang terurai menjadi partikel halus (Luftinor, 2011).
Penambahan bahan pengental dan air akan mengubah sifat fisik etanol
sehingga tidak mudah menguap dan etanol terabsorbsi di dalam thickening agent
yang akan menahan laju penguapannya. Perlu dianalisis karakteristik gel etanol
yang dihasilkan antara lain penampakan gel etanol, viskositas, uji pembakaran,
nilai kalor, panas yang dipindahkan, dan analisis warna api yang dihasilkan
sehingga dapat diketahui formulasi terbaik untuk menghasilkan gel etanol
(Nugroho, 2016).
Carbopol merupakan salah satu bahan pengental yang dapat digunakan
sebagai pembentuk ethanol gel. Nama lain carbopol adalah acritamer, acrylic, acid
polymer. Carbopol memiliki rumus molekul (C3H4)2)n. jenis carbopol yang banyak
tersedia dipasar adalah Carbopol 940 yang mempunyai berat molekul monomer
sekitar 72 gr/mol dan carbopol jenis imi terdiri dari 1450 monomer. Carbopol
berwarna putih, berbentuk serbuk halus, bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit
karakteristik bau. Carbopol dapat larut didalam air, di dalam etanol dengan kadar
maksimum 95%.
Carbopol bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat
mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas. Viskositas
carbopol antara 40.000-60.000 cP sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pengental yang baik dan menghasilkan gel yang transparan. Carbopol digunakan
sebagai bahan pembentuk gel pada konsentrasi0,5-2,0% berat.
Penggunaan carbopol sebagai bahan pengental dalam pembuatan ethanol gel
memerlukan penambahan larutan basa (misalnya larutan NaOH) ke dalam
campuran. Tujuannya untuk mengubah pH campuran menjadi semakain tinggi
karena gel akan terbentuk jika pH campuran meningkat.
8. Bioetanol Gel
Etanol gel adalah etanol dengan bentuk fisik berupa gel. Produk ethanol gel
sangat prospektif dikembangkan. Keunggulan dari ethanol gel dibandingkan
9
dengan fase cairnya yaitu praktis dan aman. Praktis karena berbentuk gel sehingga
bisa disimpan didalam botol serta tidak mudah tumpah. Dalam bentuk gel, faktor
keamanan dalam penggunaan etanol untuk rumah tangga pun terjamin karena
produk ethanol gel tidak mudah menguap (volatile) dan tidak mudah terbakar, serta
kekentalannya tidak membuat cepat mengalir seperti halnya etanol dalam bentuk
cair. Ethanol gel merupakan produk aman karena tidak volatil serta tidak
mengeluarkan asap atau gas beracun ketika dibakar.
Ethanol gel dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang aman sebagai
pengganti parafin karena keuntungan utama menggunakannya adalah tanpa asap
dan tidak ada emisi gas berbahaya. Beberapa kelebihan ethanol gel jika dibanding
dengan parafin antara lain:
10
derajat kemerahan 19.63.
Pembuatan pengental CMC
limbah tongkol jagung berhasil
dilakukan dengan
mengkonversikan selulosa
pada tongkol jagung menjadi
CMC melalui proses
Pembuatan esterifikasi dengan natrium
Karboksimetil Selulosa monoklorasetat dan natrium
Rifaida Eriningsih, Rizka (Cmc) Dari Limbah hidroksida. Reaksi
2. Yulina, Theresia Mutia Tongkol Jagung Untuk karboksimetilasi dapat
2011
Pengental Pada Proses dibuktikan dari kurva FTIR
Pencapan Tekstil dengan adanya gugus fungsi
dari CMC t.j
Kondisi optimal proses
didapatkan dari proses tanpa
pemurnian awal dan
delignifikasi dengan derajat
substitusi (DS) 0,55 dan
viskositas 1750 cps
Komposisi ethanol gel yg
optimal dan baik pada
penambahan 1,2 gram carbopol
Wusana Agung Wibowo, Pembuatan dan Uji
ke dalam 100 mL larutan etanol
3. Tri Suseno dan Mulyono Pembakaran Ethanol gel
70% dengan jumlah larutan
2010
NaOH 1 N sebanyak 1 mL
dengan panas terserap 82, 1
(kal)menit/gram.
4. Indra Triaswati dan Lani Pembuatan Bioetanol Persentase air dan carbopol
Nurhayanti Gel Sebagai Bahan berpengaruh terhadap flash
2010
Bakar Alternatif point yang dihasilkan
nilai kalor dipengaruhi oleh
Pengganti Minyak Tanah
persentase air, persentase
carbopol, dan interaksi
11
keduanya
viskositas dipengaruhi oleh
carbopol.
kondisi operasi optimum
didapatkan pada persentase air
7,9 % dan persentase carbopol
1,09 % dengan nilai flash point
21 C dan nilai kalor 4000 cal/g
0
H. METODE PELAKSANAAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kimia ITN Malang. Cara
pengambilan data menggunakan metode eksperimen yaitu dengan cara mengambil
produk dari hasil penelitian, kemudian menguji produk ke dalam ethanol gel dan
menganalisa waktu nyala dan emisi gas.
a. Variabel tetap
- Jenis bahan : Cangkang Kemiri
- Bahan pendukung : 1. Carbopol 2 gram,
2. Isopropil amina 1,1 gram
b. Variabel berubah
- Variasi Massa Serbuk : 1, 2, 3, 4 gram
Cangkang Kemiri
- Variasi Konsentrasi : 10%, 15%,20%,25%
Trikloroasetat
c. Alat dan Bahan
Alat : Bahan:
- Alumunium foil - Cangkang kemiri
- Ayakan - Carbopol
- Autoklaf - Isopropil alkohol
- Blender - NaOH 1 N
- Buret - Etanol
- Cawan Porselen - 2-propanol
- Corong Buchner - Aquadest
- Erlenmeyer - H2SO4
- Hotplate stirer - Indikator PP
- Klem dan statif
- Pengering cabinet
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Oven
- Shaker waterbath
d. Prosedur Penelitian
1. Persiapan dan Pretreatment bahan
- Cangkang kemiri dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 oC selama 3 jam
- Giling cangkang kemiri dan diayak dengan ukuran 80 mesh.
12
- Menyesuaikan variable massa serbuk (1; 2; 3; dan 4 gram) dan konsentrasi
trikloroasetat (10%, 15%, 20%, 25%)
- Menentukan kadar air dengan menimbang 2 gram (w1) serbuk cangkang kemiri
dalam botol timbang, dimasukkan kedalam oven selama 4 jam pada suhu 105 oC
kemudian dimasukkan dalam eksikator dan ditimbang sampai berat tetap (w2).
w1 w 2
Kadar air = x100%
w1
2. Pembuatan Thickener
- Alkalisasi
1, 2, 3, dan 4 gram berat kering serbuk selulosa dari cangkang kemiri
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL yang ditempatkan pada hotplate
stirer kemudian ditambahkan 25 mL etanol, 25 mL aquades dan diaduk selama
10 menit. Selanjutnya ditambahkan larutan NaOH 15% tetes demi tetes
sebanyak 10 mL dan proses alkalisasi ini berlangsung selama 1 jam pada suhu
24 oC.
- Karbosimetilasi
Setelah selesai dilanjutkan proses karbosimetilasi yang ditempatkan ke dalam
waterbath dengan menambahkan asam trikloroasetat (10, 15,20, 25 %)
sebanyak 10 mL sedikit demi sedikit. Proses ini berlangsung selama 1 jam pada
suhu 75 oC. Selama kedua proses ini berlangsung pengaduk tetap berputar.
- Netralisasi
Kemudian campuran ini dipindahkan ke dalam gelas kimia dan ukur pH-nya.
Selanjutnya ditambahkan asam asetat glasial sampai pH netral. Residu yang
didapat ditambah 50 mL etanol dan diaduk kemudian disaring menggunakan
pompa vakum. Akhirnya dibungkus dalam alumunium foil dikeringkan dalam
oven selama 4 jam pada suhu 60 oC. Thickener yang telah kering ini kemudian
dihaluskan dan disimpan dalam tempat tertutup.
- Analisa Sifat Fisik dan Kimia Thickener
a. Analisa Derajat Substitusi
0,5 g serbuk pengental dimasukkan di dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 50
ml aquadest sambil di aduk. Setelah itu, menambahkan 12,5 ml larutan
natrium hidroksida 0,5 N, lalu dipanaskan selama 15 menit. Dalam keadaan
panas, campuran tersebut dititrasi dengan larutan asam klorida 0,3 N dan
menambahkan 3 tetes indikator pp. Derajat Substitusi (DS) dihitung dengan
cara:
[(Vo Vn ) 0,058 100]
% pengental
M
13
162 % pengental
Derajat Substitusi (DS)
[5800 - (57 % pengental) ]
Keterangan :
Vo = ml asam klorida yang digunakan untuk menitrasi blanko,
Vn = ml asam klorida yang digunakan untuk menitrasi sampel, dan
M = berat sampel (gram)
b. Analisa pH
Menimbang 1 g berat kering thickener, tambahkan 100 mL akuades kemudian
dipanaskan sampai suhu 70 oC sambil diaduk sampai larut dan setelah dingin
diukur pH-nya.
c. Analisa viskositas
Ditimbang 1 g berat kering thickener dimasukkan dalam gelas kimia
kemudian ditambah aquades sebanyak 50 mL. Larutan thickener tersebut
dikocok selama 30 menit. Tuangkan larutan thickener ke dalam viskometer U
hingga batas yang ditentukan sedot larutan dengan ball pipet dari bagian yang
berbeda dengan awal larutan masuk hingga batas yang ditentukan. Kemudian
lepas ball pipet diiringi dengan menyalakan timer (menghitung waktu larutan
turun melewati batas yang ditentukan).
14
b. Menambahkan 4 gr gel etanol ke dalam cawan porselen dan ditimbang
bobotnya. Bobot ini disebut dengan bobot isi.
c. Membakar gel etanol yang terdapat di dalam cawan porselen dan dibiarkan
menyala hingga padam. Waktu dihitung dari awal pembakaran hingga api
sudah tidak dapat menyala lagi. Waktu tersebut adalah waktu pembakaran
(waktu nyala).
d. Memasukkan sisa pembakaran gel etanol yang terdapat dalam cawan
porselen ditimbang kembali dan dicatat sebagai bobot akhir. Perhitungan
residu pembakaran adalah sebagai berikut :
b. akhir b. awal
RP(%) = 100%
B. awal
2. Analisa emisi gas
Cangkang kemiri
Proses awal:
Penggilingan dan pengayakan
Penentuan kadar air: (80 mesh)
Oven 2 gram serbuk, 4 Serbuk cangkang kemiri
jam, 105 oC
Alkalisasi: etanol, aquades,
diaduk 10 menit. NaOH 15% 1
jam pada suhu 24 oC.
Karbosimetilasi: asam
trikloroasetat
10 mL 1 jam pada suhu 75 oC
JADWAL KEGIATAN
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
16
Bulan – 2017-
No. Kegiatan
8 9 10 11 12
1. Studi Literatur
2. Persiapan bahan baku dan alat
3. Persiapan pelaksanaan penelitian
4. Pengolahan data
I. RENCANA BIAYA
A. Peralatan Penunjang
No. Bahan Jumlah Harga per satuan Harga Total
1. Selep 20 kg Rp10 .000,00 Rp 200.000,00
TOTAL Rp 3.455.000,00
17
9 Indikator PP 50 ml Rp1 .500,00 Rp75 .000,00
C. Transportasi
1 25 L Rp8.500,00 Rp 212.500,00
BBM
2. Pengiriman bahan baku 2 kali Rp 250.000,00 Rp 500.000,00
TOTAL Rp 712.500,00
18
TOTAL Rp 1.565.000
3. Transportasi Rp 712.500,00
TOTAL Rp 12.105.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Arlene, A., Suharto, I. dan Jessica, N. R. 2010. Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji
Terhadap Perolehan Minyak Kemiri pada Ekstraksi Biji Kemiri dengan
Penekanan Mekanis. Universitas Katolik Parahyangan: Bandung
Dewi, R. K. dan Boediyanto. 2016. Optimalisasi Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan
Bakar Gel Yang Ramah Lingkungan. Jurusan Teknik Kimia. Institut Teknologi
Nasional Malang: Malang
Eriningsih, R., Yulina, R., dan Mutia, T. 2011. Pembuatan Karboksimetil Selulosa dari
Limbah Tongkol Jagung untuk Pengental pada Proses Perncapan Tekstil. Balai
Besar Tekstil: Bandung
Hadi, T. S. 2008. Sifat Kimia Kayu Tarik Sengon. Departemen Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Lempang, M., Syafii, W. Dan Pari, G. 2011. Struktur dan Komponen Arang Serta Arang
Aktif Tempurung Kemiri. Pusat Penelirian dan Pengembangan Keteknikan
19
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan: Bogor. Jurnal Penelitian Hutan Vol. 29
No. 3.
Luftinor. 2011. Penggunaan Bentonot Sebagai Pengental dalam Proses Pewarnaan
Kain Tenun Palembang. Balai Riset dan Standardisasi Industri: Palembang.
Mardina, P., dkk. 2013. Pengaruh Proses Delignifikasi Pada Produksi Glukosa Dari
Tongkol Jagung Dengan Hidrolisis Asam Encer. Universitas Lambung
Mangkurat: Kalimantan Timur.
Misnawi, dkk. 2006. Pengaruh Konsentrasi Alkali dan Suhu Koncing Terhadap Cita
Rasa, Kekerasan dan Warna Permen Cokelat. Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jember: Jember.
Nisa, D., dan Putri, W. D. R. 2014. Pemanfaatan Selulosa Dari Kulit Buah Kakao
(Teobroma Cacao L.) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cmc (Carboxymethyl
Cellulose). Universitas Brawijaya: Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 2.
No. 3 p. 34-42
Nugroho, A., Restuhadi, F. dan Rossi, E. 2016. Pembuatan Gel Etanol dengan
Menggunakan Bahan Pengental Carboxymethycellulose (CMC). Jom Faperta Vol
3 No 1. Universitas Riau Indonesia: Riau. Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016
Rakhmatullah, Rhama. 2015. Pembuatan Karboksimetil Selulosa Dari Selulosa
Mikrobial (Nata De Cassava). Fakultas Teknologi Pertanian: Bogor
Sumada, K., Tamara, P. E., dan Alqani, F. 2011. Kajian Proses Isolasi Α - Selulosa Dari
Limbah Batang Tanaman Manihot Esculenta Crantz Yang Efisien. Fakultas
Teknologi Industri. UPN: Surabaya.
Triaswati, I. dan Nurhayanti, L. 2010. Pembuatan Bioetanol Gel Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Pengganti Minyak Tanah.Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Diponegoro: Semarang
Wibowo, W. A., Suseno, T. Dan Mulyono. 2i010. Pembuatan dan Uji Pembakaran
Ethanol Gel. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Unuversitas Sebelas Maret:
Surakarta. Equilibrium Vol. 9. No. 2. Halaman 67-71. ISSN: 1412-9124
Wijayanti, A., Ummah, K., dan Siti Tjahjani. 2005. Karakteristik Karboksimetil
Selulosa (CMC) Enceng Gondok ( Eichorniacrassipes (Mart) Solms). Universitas
Negeri Surabaya. Indo. J. Chem., 2005, 5 (3), 228-231
20
J. LAMPIRAN
Biodata Peneliti
Nama lengkap : Helen Margareta Sujono
Jenis kelamin : Perempuan
Program studi : Teknik Kimia
NIM : 1414016
Tempat/tanggal lahir : Malang/20 Januari 1996
E-Mail : margareta_helen@yahoo.com
Nomor telepon/HP : 085330718555
Riwayat pendidikan
SD SMP SMA S1
21
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
persyaratan pengajuan usulan penelitian.
Riwayat pendidikan
SD SMP SMA S1
Nama SDN Kidul SMA N 1
SMP N 2 Malang ITN Malang
Institusi Dalem I Malang Malang
Teknik
Jurusan - - IPA
Kimia
Tahun 2014-
2002-2008 2008-2011 2011-2014
Masuk-Lulus sekarang
22
Malang, 6 Oktober 2017
24