Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, Taufik, Hidayah serta
Inayah-Nya kepada Kami, sehingga kami memiliki kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan sepenuhnya kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman islamiah yang
modern seperti saat ini. Dan juga kepada keluarganya, Sahabat, Tabi’in, Tabi’it-tabi’in seta para
pengikut-pengikutnya hingga akhir kiamat nanti.

Ucapkan terimakasih, penulis ucapkan kepada Ibu Guru Pembimbing serta teman-teman
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang membahas tentang “Emulsi”.

Demikian makalah ini disusun, penulis menyadari bahwa di dalam penulis makalah ini
banyak sekali kekurangan, akan tetapi penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
memberikan manfa’at serta pengetahuan untuk semuanya. Aamiin

Banda Aceh, 27 Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3


A. Pengertian Emulsi ............................................................................................ 3
B. Komponen Emulsi ........................................................................................... 3
C. Tipe Emulsi ...................................................................................................... 4
D. Tujuan pemakaian emulsi ................................................................................ 4
E. Cara Pembuatan Emulsi ................................................................................... 4
F. Cara Membedakan Tipe Emulsi....................................................................... 5
G. Kestabilan Emulsi ............................................................................................ 6
H. Kelebihan dan Kekurangan Emulsi ................................................................. 6

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 8


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi
kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi
yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu
terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.Bebera contoh emulsi
yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi karena
dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat
– zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui
faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi
tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis
koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah ini kita hanya
akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut sediaan obat dalam ruang ringkup
farmasetika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi emulsi ?
2. Apa saja komponen- komponen emulsi?
3. Apa saja tipe emulsi?
4. Apa tujuan pemakaian emulsi ?
5. Bagaimana cara pembuatan emulsi ?
6. Bagaimana cara membedakan tipe emulsi?
7. Bagaimana emulsi dikatakan stabil ?
8. Apa saja kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi?

1
C. Tujuan
siswa dapat :
1. Mengetahui definisi emulsi.
2. Mengetahui komponen- komponen emulsi.
3. Mengetahui tipe emulsi.
4. Mengetahui tujuan pemakaian emulsi.
5. Mengetahui cara pembuatan emulsi.
6. Mengetahui cara membedakan tipe emulsi
7. Mengetahui kestabilan emulsi.
8. Mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Emulsi

Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan
dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah
putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein
dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai
protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan
emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom
arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar
disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

B. Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :
a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
b. Fase kontinue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.
c. Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti
oksidan.

3
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam
sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain –
lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam sitrat,
propil gallat , asam gallat.

C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka
emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase external.

D. Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w
2. Dipergunakan sebagai obat luar.
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek
terapi yang dikehendaki.

E. Cara Pembuatan Emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan :
1. Metode gom kering atau metode kontinental.
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

4
2. Metode gom basah atau metode Inggris.
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-
bentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol atau metode botol forbes.
Digunakan untuk minyak menguap dan zat –zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol
kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut
dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Untuk membuat emulsi biasa digunakan :
1. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus menerus, hal
tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan
berikutnya.
2. Mixer, blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya
terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel
akan berbentuk kecil-kecil.
3. Homogeniser
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui
saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
4. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloid mill
digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

F. Cara Membedakan Tipe Emulsi


Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
1. Dengan pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi
tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan
minyak.

5
2. Dengan pengecatan/pemberian warna.
Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external
dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)
 Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena
sudan III larut dalam minyak
 Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena
metilen blue larut dalam air.
3. Dengan kertas saring.
Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi
o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.
4. Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼
watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda
dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o.

G. Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung fase
dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible artinya bila
digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible ( tidak bisa
diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
 Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
 Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.
3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

H. Kelebihan dan Kekurangan Emulsi


1. Kelebihan :
a. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi
sediaan yang homogen dan bersatu.

6
b. Mudah ditelan.
c. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat
2. Kekurangan :
a. Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.
b. Takaran dosis kurang teliti.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.Biasanya terdiri dari dua
komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase dispersi, terdispersi dan emulgator serta
komponen tambahan.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir
halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri bisa
berasal dari alam maupun buatan.
Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan tipe emulsi w/o atau
m/a. Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.
Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika memisah
antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika terbentuka gregat, jika
dikocok akan homogen kembali.

8
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta


Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indinesia:
Jakarta.
Anief, Moh. (2005). ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.

Ditjen POM. (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474, 509.

Anda mungkin juga menyukai